penyumbatan
urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.(
Smeltzer and Bare, 2000 ).
Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan
gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan
daerah
mencakup penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi
yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium
dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya. (Brunner and
Suddarth, 2001)
Vesikolithiasis adalah bentuk defosist mineral, paling umum aksalat Ca2+ dan
fosfat Ca2+. Namun asam urat dan kristal lain juga dapat menjadi pembentuk batu.
Meskipun batu ini dapat terbentuk dimana saja pada saluran kemi, batu ini sering di
temukan pada pelvis dan koliks ginjal, batu ini dapat menetap atau keluar kedalam
ureter maupun vesika urinaria. Sehingga aliran urine terhambat, sehingga
menimbulkan fotensi kerusakan ginjal akut ( Doengoes ME, 2000).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa vesikolithiasis adalah batu
yang terdapat pada saluran kemi khususnya vesika urinaria yang terbentuk dari
subtansi seperti kalsium, fosfat kalsium, asam urat, dan magnesium, yang akan
menyebabkan aliran urine terhambat sehingga dapat menyebabkan infeksi dan edema
saluran perkemihan dan dapat menyebabkan fotensial kerusakan ginjal akut.
2. Anatomi Fisologi Vesika urinaria
Buli-buli atau vesika urinaria adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot
detrusor yang saling beranyaman, yakni:
- Terletak paling dalam adalah otot longitudinal,
- Ditengah merupakan otot sirkuler,
- Paling luar merupakan otot longitudinal.
Mukosa buli-buli terdiri atas sel transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis
renalis, ureter, dan uretra posterior. Buli-buli berfungsi menampung air kemih dari
ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi
(berkemih). Dalam menampung air kemih, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal,
yang volumenya untuk orang dewasa lebih kurang adalah 300-450 ml (Purnomo BB,
2011).
3. Etiologi/ Presipitasi
a. Etiologi
a) Hiperkalsuria: dimanana jumlah kalsium urine berlebihan
- Hiperkalsuria idiopatik ( melalui hiperkalsuria akibat masukan tingggi
natrium kalsium dan protein)
- Kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium
b) Hiperoxaluria : adalah produksi oksalat yang berlebihan dimana diantaranya
disebabkan oleh :
- Hiperoxaluria primer
- Oral dan inhalasi, pemakaian vitamin C yang berlebihan atau dosis tinggi
dalam waktu lama.
- Mehaoxyflurane ( Obat bius )
- Hiperoxaluria returnik
c) Hiperuritusuria : mempengaruhi pertumbuhan batu kalsium oksalat
d) Penyebab terjadinya batu asam urat
- Asupan protein hewani meningkatkan ekskresi asam urat dan kalsium.
- Obat- obatan seperti : progenicid meningkatkan kadar dan ekskresi asam
urat.
e) Penyebab terjadinya batu sistin jarang terjadi umumnya herediter, bila terjadi
dapat menyebabkan destruksi progresif.
f) Penyebab terjadinya batu strufit
- Umumnya terjadi pada wanita, sebagai akibat infeksi mikroorganisme
proteus dan klasibela, yang memproduksi amonium konsentrasi tinggi dan
akan memecah area batu ini khas membentuk batu staghorn pada pelvis
ginjal.
b. Faktor Predisposisi
a) Faktor endogen yaitu factor pencetus genetic familial, misalnya pada :
wanita.
Ras : batu kandung kemih lebih sering dijumpai di Asia, Afrika, sedangkan di
Amerika ( baik kulit putih dan kulit hitam ) dan Eropa jarang .
b) Faktor Eksogen
- Pekerjaan : pekerja kasar dan petani lebih banyak bergerak dibandingkan
dengan pegawai kantor, pnduduk kota yang lebih banyak duduk di waktu
-
pada saat melalukan check up dan foto roentgen tampak ada batu pada ginjal. Jika
pada suatu saat batu tergeser mengelilingi ginjal kebawah, maka timbullah gejala
nyeri hebat pada daerah pinggang. Saluran ureter yang menghubungkan ginjal dan
kandung kamih kecil sekali sehingga batu akan meregangkan dindingnya, bahkan
merobek menyumbat lubang visika. Jika batu berhasil sampai bagian bawah saluran
ureter maka nyeri akan berpindah dan terasa merambat kearah kemaluan atau daerah
pangkal paha. Biasanya disertai keluar darah bersama air. Bila lukanya kecil, darah
yang keluarpun sedikit dan hanya dapat dilihat dengan mokroskop. Sumbatan atau
regangan batu pada kandung kemih dapat juga menimbulkan nyeri pada konstan dan
tumpul pda daerah atas kemaluan pada waktu kencing, kencing tidak tuntas, pancaran
kencing tidak kuat.
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi
pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis,
kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat
tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002).
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung
pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan
timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal
(nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal
yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis),
biasanya tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk
dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, terdapat beberapa gejala yang dapat timbul pada
vesikolithiasis seperti :
- Kencing kurang lancar dan tiba- tiba terhenti sakit yang menjlar ke organ
genetalia bila merubah posisi kencing lama, pada anak- anak mereka akan
-
banyak ( retansi)
- Pada batu yang berukuran besar dapat diraba secara bimanual.
- Pria di atas 50 tahun biasanya ditmukan pembesaran prostat.
- Demam akibat dekompensasi saluran kemih memerlukan dekompensasi segera
- koliks
- Rasa terbakar pada saat ingin BAK, dan setelah BAK.
6. Patofisiologi
Batu dalam perkemihan berasal dari obstrusksi saluran kemih, baik partial
maupun lengkap. Obstruksi ini dapat berakibat pada terjadi hidronefrosis. Batu
saluran kemih merupakan kristalisasi dari meneral dan matriks seputar, seperti pus ,
darah, tumor atau urat. komposisi mineral batu bervariasi kira 3/ 4 bagian dari batu
adalah kalsium fosfat, asam urine dan custine.
peningkatan konsentrasi urine akibat dari intake yang rendah dan juga
peningkatan bahan organik akibat ISK atau urine statis, akan mempermudah
terbentuknya batu, ditambah adanya infeksi, meningkatkan lamisan urine yang
berakibat pada presipitasi kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat.
Teori pembentukan batu yang dapat menyebabkan adanya batu pada saluran
kemi adalah :
a) Teori Vaskuler : Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan
kadar kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengemukakan teori vaskuler
untuk terjadinya BSK (Purnomo BB, 2011), yaitu :
- Hipertensi : Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal
sedangkan pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran
ginjal sebanyak 52%.Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal
berbelok 180 dan aliran darah berubah dari aliran laminar menjadi aliran
turbulensi.Pada penderita hipertensi aliran turbulen tersebut berakibat
terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla (Ranalls plaque) biasa
disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu (Purnomo
-
BB, 2011).
Kolesterol : Tingginya kadar kolesterol di dalam darah akan disekresikan
melalui glomerulus ginjal dan tercampur di dalam air kemih. Adanya butiran
kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat
dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis
(Purnomo BB, 2011).
Lebih dari 80% BSK terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan
dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan
kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat,batu
magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu xantin,batu sistein,dan batu
jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu di atas hampir
sama tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan
terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat
mudah
terbentuk
dalam
suasana
asam,sedangkan
batu
magnesium
ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa (Purnomo BB, 2011).
Teori Infeksi : Terbentuknya BSK dapat juga terjadi karena adanya infeksi
dari beberapa kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada proses terjadinya BSK
adalah teori terbentuknya batu struvit yang dipengaruhi oleh pH air kemih >
7 dan terjadinya reaksi sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan
fosfat sehingga terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu struvit)
misalnya saja pada bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri
yang
menghasilkan
urease
yaitu
Proteus
spp,Klebsiella,
Serratia,
2011).
Teori Matrik : di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari
pemecahan mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal
batu oksalat maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut
dan berada di sela-sela anyaman sehingga berbentuk batu. Benang seperti
laba-laba terdiri dari protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya
air. Pada benang menempel kristal batu yang seiring waktu batu akan
semakin membesar. Matriks tersebut merupakan bahan yang merangsang
batu
magnesium
amonium
phosphat,
pH
yang
rendah
batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam
proses pembentukan batu saluran kemih.
Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah
terjadi hiperekskresi.
b. Darah
- Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
- Lekositosis terjadi karena infeksi.
- Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
- Kalsium, fosfat dan asam urat.
c. Radiologis
- Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi
-
pada
jaringan
pnemunia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens analgetik dan anestesi serta
bisa terjadi emboli pulmonal.
b. Sistem Sirkulasi: Dalam sistem peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan
karena lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bisa
menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi karena duduk atau
imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi tromboflebitis, statis vena juga bisa
menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.
c. Sistem Gastrointestinal: Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltik usus
menurun sehingga bisa terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala
meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi. Mual dan
muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya peristaltik usus.
d. Sistem Genitourinaria: Akibat pengaruh anestesi bisa menyebabkan aliran urin
involunter karena hilangnya tonus otot.
e. Sistem Integumen: Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat
menyebabkan infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan
dehisens luka dengan tanda dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan
jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan jaringan
internal melalui insisi bisa terjadi jika ada dehisens luka serta bisa terjadi pula
f.
10. Pathway
Usia, Jenis
Profesi, MentalitasKonstitusi
Kelainan
G3 aliran air
Ras,
ISK Kelainan
Dehidr
asi
Faktor
Hematuri
a
Anemi
a
>> kalsium,
>>Oksalat, >>Ekresi
asam urat, >>
>>
Konsentrasi
urine
Pembentukan
batu
Ginj
al
Retensio
Urine
otot detrusor
berkontraksi
Ureter
Vesika
Urinaria
Pengeluran urine
terganggu
Obstruksi
Kontraksi
>>
Bising usus
menurun
Resiko kekurangan
volume cairan
Menekan
saraf
Respons saraf
visceral
Persepsi Nyeri
Distensi
Abdominal
Mual +
Muntah
Vesikolithias
is
G3 Pola
tidur
Intoleransi
aktivitas
Nyeri
B. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi b.d obstruksi mekanik batu
b. Nyeri b.d distensi kandung kemih
c. Ganguan pola istirahat tidur b.d Nyeri
d. Intoleransi aktifitas b.d kelelahan
e. Resiko kekurangan volume cairan b.d output yang berlebih.
2. Rencana Intervensi
a. Gangguan eliminasi b.d obstruksi mekanik batu
Tujuan : perubahan pola eliminasi BAK : Retensio urin teratasi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil : BAK dalam jumlah normal, pola BAK seperti biasa, nyeri hilang saat
BAK
Intervensi :
- Monitor out put intake serta karakteristik urine
Rasional : memberikan info tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi seperti
infeksi dan perdarahan dapat mengidentifikasi peningkatan obstruksi atau iritasi
-
ureter
Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan (minimal 3 4 liter/hari sesuai
dengan toleransi jantung)
Rasional : meningkatkan hidrasi dapat mengeluarkan bakteri darah dan dapat
pilihan terapi.
Observasi perubahan warna, bau, PH urine setiap 2 jam.
Rasional : untuk deteksi dini masalah pengumpulan
ureum
dan
Nervus System)
Kolaborasi dalam memonitor pemeriksaan laboratorium seperti elektrolit BUN
(Blood Urea Nitrogen), keratin.
Rasional : peningkatan BUN, Kreatinin, dan elektrolit-elektrolit tertentu
relaksasi,
mengurangi
ketegangan
otot,
dan
meningkatkan koping.
Anjurkan teknik napas dalam sebagai upaya dalam merelaksasi otot.
pembedahan segera.
Berikan kompres hangat pada punggung.
Rasional : menghilangkan ketegangan otot dan menurunkan reflek spasme