Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sistem instrumentasi tentunya memiliki keterkaitan dengan komponen
sensor dan transduser. Setiap komponen memiliki fungsi yang berbeda atau fungsi
yang sama namun prinsip kerja yang berbeda. Contohnya komponen LDR dan
solar cell. Keduanya merupakan komponen yang sensitif terhadap perubahan
cahaya, namun LDR mengubah perubahan besaran optik (cahaya) menjadi
perubahan nilai resistensi dan solar cell mengubah besaran optic menjadi
perubahan tegangan.
Fungsi setiap komponen sensor dapat diketahui dengan melakukan
pengujian terhadap komponen tersebut. Selain dapat mengetahui fungsi
komponen sensor, dengan melakukan pengujian, prinsip kerja serta karakteristik
dari komponen sensor dapat dilihat secara langsung. Hal ini sangat bermanfaat
karena hasil yang didapatkan dari pengujian komponen tersebut dapat dicocokkan
dengan teori yang selama ini dipelajari.
Selama proses pengujian komponen sensor, proses pengukuran terhadap
komponen juga berjalan. Hasil pengukuran tersebut merupakan parameter
perbandingan dengan teori yang selama ini didapatkan. Misalnya, hasil
pengukuran (dalam hal ini nilai resisten) termistor PTC menunjukkan peningkatan
ketika perubahan suhu semakin meningkat berarti hasil yang didapatkan selama
pengujian berbanding lurus dengan teori yang selama ini didapatkan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, praktikum mengenai pengujian dan
pengukuran komponen sensor dilakukan agar jenis, fungsi, dan karakteristik
setiap komponen dapat diketahui.
I.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari percobaan pengujian dan pengukuran komponen sensor adalah
untuk melakukan pengujian serta pengukuran langsung pada komponen sensor
sehingga mengetahui jenis, fungsi, dan karakteristik komponen sensor.

Sedangkan kegunaannya yaitu agar mahasiswa mampu membedakan sensor,


memahami fungsi dan karakteristik masing-masing komponen sebagai dasar
dalam perancangan alat instrumentasi.

II.1

II.
TINJAUAN PUSTAKA
Light Dependent Resistor (LDR)
LDR merupakan singkatan dari light dependent resistor adalah jenis resistor

yang nilainya berubah seiring intensitas cahaya yang diterima oleh komponen
tersebut. Biasa digunakan sebagai detektor cahaya atau pengukur besaran konversi

cahaya. LDR, terdiri dari sebuah cakram semikonduktor yang mempunyai dua
buah elektroda pada permukaannya. Cakram tersebut terbuat dari cadmium
sulphida (Pradipta, 2010).
Cadmium sulphida (CdS) merupakan bahan semi-konduktor yang memiliki
gap energi antara elektron konduksi dan elektron valensi. Ketika cahaya mengenai
cadmium sulphida, maka energi proton dari cahaya akan diserap sehingga terjadi
perpindahan dari band valensi ke band konduksi. Akibat perpindahan elektron
tersebut mengakibatkan hambatan dari cadmium sulphida berkurang dengan
hubungan kebalikan dari intensitas cahaya yang mengenai LDR (Pradipta, 2010).
Pada saat gelap atau cahaya redup, bahan dari cakram tersebut, yaitu
cadmium sulphida menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang relatif kecil.
Sehingga hanya ada sedikit elektron untuk mengangkut muatan elektrik. Artinya
pada saat cahaya redup LDR menjadi konduktor yang buruk, atau bisa disebut
juga LDR memiliki resistansi yang besar pada saat gelap atau cahaya redup. Pada
saat cahaya terang, ada lebih banyak elektron yang lepas dari atom bahan
semikonduktor tersebut. Sehingga akan ada lebih banyak elektron untuk
mengangkut muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya terang LDR menjadi
konduktor yang baik, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang kecil
pada saat cahaya terang (Pradipta, 2010).
Menurut Pradipta (2010), ada dua halyang menjadi karakteristik LDR, yaitu:
a. Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya
tertentu kedalam suatu ruangan yang gelap sekali, maka bisa kita amati bahwa
nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan
ruangan gelap tersebut. Namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga di

kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu dan suatu kenaikan nilai
resistansi dalam waktu tertentu.
b. Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang
gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Sensor ini sebagai
pengindera yang merupakan eleman yang pertama-tama menerima energi dari
media untuk memberi keluaran berupa perubahan energi. Sensor harus dapat
mengubah bentuk bentuk energi cahaya ke energi listrik, sinyal listrik ini harus
sebanding dengan besar energi sumbernya.

Gambar 1. Spektrum Warna


LDR merupakan sebuah sensor yang bekerja terhadap cahaya. LDR
memiliki nilai resistensi yang berubah-ubah karena adanya intensitas cahaya yang
diserap. LDR juga merupakan resistor yang mempunyai koefisien temperatur
negatif, dimmana resistensinya dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Semakin tinggi
panjang gelombangnya, maka intensitas cahaya besar (Pradipta, 2010).
II.2

Termistor

Termistor adalah sejenis resistor yang nilai resistansinya berubah terhadap


temperatur disekitarnya. Termistor ini merupakan gabungan antara kata termo dan
resistor. Untuk merasakan adanya gejala panas digunakan termistor yang pada
umumnya terbuat dari bahan semi penghantar (Kaleka, 2010).
Termistor merupakan komponen tahanan pasif yang sangat sensitif terhadap
perubahan temperatur. Sensor panas ini terdiri dari dua, yaitu termistor jenis PTC
(Positive Temperatur Coefficient) dan termistor jenis NTC (Negative Temperatur
Coefficient) (Kaleka, 2010).
Resistansi pada termistor PTC akan naik seiring naiknya temperatur
sekitarnya, dengan kenaikan resistansi linier terhadap temperatur. Sedangkan pada
termistor NTC resistansi akan turun seiring naiknya temperatur, dengan kenaikan
resistansi secara exponensial terhadap temperatur (Kaleka, 2010).
II.3

Potensiometer
Potensiometer adalah pengukur tegangan yang tidak diketahui dengan cara

membandingkannya terhadap tegangan yang diketahui yang biasa di suplai dari


sebuah sel standar. Adapun pengertian secara umum potensiometer didefinisikan
sebagai sebuah resistor tiga terminal dengan kontak geser yang membentuk
pembagi tegangan yang diatur. Jika hanya dua terminal yang digunakan, bertindak
sebagai variabel resistor atau rheostat. Potensiometer biasanya digunakan untuk
mengontrol perangkat listrik seperti kontrol volume pada peralatan audio.
Potensiometer dioperasikan oleh mekanisme yang dapat digunakan sebagai
transduser posisi, misalnya, dalam joystick (Dian P, 2011).
Nilai dari potensiometer ini bisa berubah sesuai perputaran ataupun
pergeseran. Range yang dihasilkan oleh potensiometer bervariasi, jika tertera di

potensio dengan nilai 100k ohm,maka range resistansi dimulai dari tahanan 0 ohm
sampai dengan 100k ohm. Jadi tahanan yang dihasilkan oleh potensiometer
terbukti berubah-ubah (Dian P, 2011).
Pada umumnya, perubahan resistansi pada potensiometer terbagi menjadi
dua, yakni linier dan logaritmik. Yang dimaksud dengan perubahan secara linier
adalah perubahan nilai resistansinya sebanding dengan arah putaran pengaturnya.
Sedangkan, yang dimaksud dengan perubahan secara logaritmik adalah perubahan
nilai resistansinya berdasarkan perhitungan logaritmik. Pada umumnya,
potensiometer logaritmik memiliki perubahan resistansi yang cukup unik karena
nilai maksimal dari resistansi diperoleh ketika kita telah melakaukan setengah kali
putaran pada pengaturnya. Sedangkan, nilai minimal diperoleh saat pengaturnya
berada pada titik nol atau titik maksimal putaran. Untuk dapat mengetahui apakah
potensiometer tersebut linier atau logaritmik, dapat dilihat huruf yang tertera di
bagian belakang badannya. Jika tertera huruf B, maka potensiometer tersebut
logaritmik. Jika huruf A, maka potensiometer linier. Pada umumnya, nilai
resistansi juga tertera pada bagian depan badannya. Nilai yang tertera tersebut
merupakan nilai resistansi maksimal dari potensiometer (Limbong, 2011).
Potensiometer geser merupakan kembaran dari potensiometer putar.
Perbedaannya adalah cara mengubah nilai resistansinya. Pada potensiometer
putar, cara mengubah nilai resistansinya adalah dengan cara memutar gagang
yang muncul keluar. Sedangkan, untuk potensiometer geser, cara mengubah nilai
resistansinya adalah dengan cara menggeser gagang yang muncul keluar. Pada
potensiometer geser, perubahan nilai resistansinya hanyalah perubahan secara
linier (Limbong, 2011).

II.4

Motor DC
Sebuah motor DC adalah motor listrik mekanis commutated didukung dari

sumber arus searah (DC). Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah
pada kumparan jangkar dan kumparan medan untuk diubah menjadi energi
mekanik. Pada motor DC kumparan medan disebut stator (bagian yang tidak
berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika terjadi
putaran pada kumparan jangkar dalam pada medan magnet, maka akan timbul
tegangan (GGL) yang berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran, sehingga
merupakan tegangan bolak-balik. Semakin cepat putaran pada rotor, semakin
besar tegangan keluaran yang dihasilkan (Anonim, 2010).
Prinsip kerja dari sebuah motor DC dimulai dari daerah kumparan medan.
Daerah kumparan medan yang yang dialiri arus listrik akan menghasilkan medan
magnet yang melingkupi kumparan jangkar dengan arah tertentu. Konversi dari
energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun sebaliknya berlangsung
melalui medan magnet, dengan demikian medan magnet disini selain berfungsi
sebagai tempat untuk menyimpan energi, sekaligus berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya proses perubahan energi (Anonim, 2010).
Dalam medan magnet, akan menghasilkan gaya yang diperoleh dari
kerapatan fluks, arus listrik, dan panjang konduktor. Saat gaya (F) dibandingkan,
konduktor akan bergerak didalam kumparan medan magnet dan menimbulkan
gaya gerak listrik yang merupakan reaksi lawan terhadap tegangan sumber. Agar
proses perubahan energi mekanik dapat berlangsung secara sempurna, tegangan
sumber harus lebih besar dari pada tegangan gerak yang disebabkan reaksi lawan.

Dengan memberi arus pada kumparan jangkar yang dilindungi oleh medan maka
menimbulkan perputaran pada motor (Anonim, 2010).
II.5

Kipas DC
Kipas DC merupakan salah satu komponen yang banyak dimafaatkan dalam

dunia elektronika. Pemanfaatan kipas DC dapat dilihat dari penggunaannya dalam


rangkaian kontrol fan (kipas). Rangkaian kontrol kipas 12V DC ini berfungsi
mengendalikan kecepatan putaran motor DC 12V (Anonim, 2013).
Pada dasarnya kipas DC 12V berputar disebabkan oleh adanya arus listrik
yang mengalir pada kumparannya. Arus listrik ini kemudian menciptakan medan
electromagnet sehingga terjadi gaya tarik dan gaya tolak diantara magnet-magnet
kipas stator kipas DC 12V (Anonim, 2013).
Kipas DC 12V dapat berputar ketika dipasangi baterai karena terdapat beda
potensial yang cukup untuk menggerakkan elektron-elektron pada kumparan
menjadi arus listrik. Selama arus listrik tersebut cukup kuat untuk menghasilkan
elektromagnetik kipas, maka kipas akan berputar. Hanya saja kecepatan putaran
kipas tersebut akan berbeda. Misalnya ketika kipas dipasangi tegangan 12V, maka
kecepatannya pasti maksimum, dan ketika kipas diberi tegangan kurang dari 12V,
maka kecepatan putaran juga menurun (Anonim, 2013).
Tegangan dibuat variabel dan besaran lainnya dibuat tetap, maka besarnya
tegangan akan berbanding lurus dengan kecepatan putaran. Untuk mendapatkan
putaran yang rendah, diberi tegangan rendah dan untuk mendapatkan putaran yang
tinggi, maka diberikan tegangan yang tinggi pula (Gustriansyah, 2012).

III.1

III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai pengujian dan pengenalan sensor dilaksanakan pada

hari Selasa, 10 Maret 2015, pukul 13.00-15.00 WITA. Bertempat di Laboratorium


Mekanika Fluida dan Hidrologi, Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

III.2 Alat, Bahan, dan Komponen


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah multimeter, thermometer,
karet gelang, mistar, busur derajat, catu daya, gelas,kaleng, kabel jumper, dan
termometer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air, es batu, dan kertas
HVS berwarna merah, putih, kuning, hijau, dan biru.
Sedangkan komponen yang akan diuji dalam praktikum ini adalah LDR,
termistor NTC dan PTC, potensiometer geser dan putar, kipas DC, dan motor DC.
III.3

Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini sebagai berikut:
a. LDR
1. Menghubungkan kaki LDR dengan multimeter dengan posisi selektor pada
tahanan ().
2. Mencatar nilai awal LDR sebelum ada perlakuan.
3. Menutup LDR dengan satu lembar kertas putih kemudian mencatat nilai
pada multimeter. Kemudian melipat kertas sehingga jumlah lapisan kertas
1, 2, dan 4 lapisan.
4. Membaca hasil pengukuran pada multimeter digital.
5. Mencatat nilai pengukuran pada tabel hasil pengukuran dan memplot hasil
dalam bentuk grafik.
b. Potensiometer Geser
1. Menghubungkan kaki potensiometer dengan multimeter dengan posisi
selektor pada tahanan ().
2. Menggeser bagian potensiometer sejauh 0, 5, 10, 15, dan 20 mm.
3. Membaca hasil pengukuran pada multimeter digital.
4. Mencatat nilai pengukuran pada tabel hasil pengukuran dan memplot hasil
dalam bentuk grafik.
c. Potensiometer Putar
1. Menghubungkan kaki potensiometer dengan multimeter dengan posisi
selektor pada tahanan ().
2. Memutar bagian potensiometer dengan sudut putaran 0, 30, 60, 90, dan
120.
3. Membaca hasil pengukuran pada multimeter digital.

4. Mencatat nilai pengukuran pada tabel hasil pengukuran dan memplot hasil
dalam bentuk grafik.
d. Termistor
Perlakuan ini berlaku pada pengukuran nilai termistor jenis PTC dan NTC
1. Menghubungkan kaki termistor dengan multimeter posisi selektor tahanan.
2. Mengisi kaleng atau wadah dengan air secukupnya. Mencelupkan
5.
6.
7.
8.

termistor dan termometer kedalam air.


Mencatat nilai awal sebelum ada perlakuan.
Mendinginkan air menggunakan es batu dengan suhu.
Membaca hasil pengukuran pada multimeter digital.
Mencatat nilai pengukuran pada tabel hasil pengukuran dan memplot hasil

dalam bentuk grafik .


e. Kipas DC
1. Menghubungkan kabel kipas dengan multimeter dengan posisi selektor
2.
3.
4.
5.
6.

pada tahanan ().


Mencatar nilai sebelum ada perlakuan.
Memutar baling baling kipas dengan dengan cara meniupkan kipas angin.
Membaca hasil pengukuran pada multimeter digital.
Mengulangi percobaan dengan kecepatan kipas yang berbeda.
Mencatat nilai pengukuran pada tabel hasil pengukuran dan memplot hasil

dalam bentuk grafik.


f. Motor DC
1. Menyediakan 2 buah motor DC.
2. Menghubungkan salah satu motor DC (Motor A) pada catu daya dengan
tegangan 6 Volt.
3. Menghubungkan Motor DC B ke multimeter yang selektornya mengarah
4.
5.
6.
7.

IV.1

ke posisi tegangan (V) .


Menyalakan catu daya.
Membaca hasil pengukuran pada multimeter.
Mengulangi percobaan dengan tegangan catudaya 9 V dan 12 V.
Mencatat nilai pengukuran pada tabel hasil pengukuran dan memplot hasil
dalam bentuk grafik.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

4.1.1 Tabel
Tabel 2 Hasil Pengamatan LDR
Warna

Lapisan

Tahanan (k)

Putih

Biru

Merah

Hijau

Kuning

14

16

15

31

35

32

52

99

10

20

29

6,6

13

31

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, Laboratorium Instrumentasi Teknik 2015.


Tabel 3. Potensiometer Geser
Geseran (mm)

Tahanan (k)

2,8

Geseran (mm)

Tahanan (k)

10

4,5

15

20

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, Laboratorium Instrumentasi Teknik 2015.


Tabel 4. Potensiometer Putar

Putaran (o)

Tahanan (k)

30

0,06

60

0,22

90

1,09

120

2,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, Laboratorium Instrumentasi Teknik 2015.


Tabel 5. Termistor NTC
Suhu (o)

Tahanan ()

10

90

20

73

30

56

60

26

70

16

80

14

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, Laboratorium Instrumentasi Teknik 2015.


Tabel 6. Termistor PTC
Suhu (o)

Tahanan ()

18

19

19

19

Suhu (o)

Tahanan ()

20

21

34

20

54

21

74

22

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, Laboratorium Instrumentasi Teknik 2015.

Tabel 7. Motor DC
Input (V)

Output (V)

1.5

2,49

3,38

4.5

4,27

5,25

7.5

5,85

6,07

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, Laboratorium Instrumentasi Teknik 2015.


Tabel 7. Kipas DC
Kecepatan

Tegangan (V)

Pelan

0,0276

Sedang

0,159

Cepat

0,212

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, Laboratorium Instrumentasi Teknik 2015.

4.1.2 Grafik
1. LDR

LDR
100

99

putih
biru

TAHANAN

50

32
11
10
6.6
4

0
0

52
31
20
14
13
2

35
31
29
16
3

hijau
kuning
merah

LAPISAN KERTAS

Gambar 2. Grafik Hubungan Tahanan dengan Jumlah Lipatan


Kertas pada LDR

2. Potensiometer Geser

POTENSIOMETER GESER
10
TAHANAN (kilo Ohm)

4.5

2.8

0
0

10

15

20

GESERAN (mm)

Gambar 3 Grafik Hubungan Tahanan dengan Panjang Geseran pada


Potensiometer Geser
3. Potensiometer Putar

POTENSIOMETER PUTAR
3
2
TAHANAN (kilo Ohm) 1 0
0
0

2
1.09
0.06

0.22

30

60

90

120

PUTARAN (DERAJAT)

Gambar 4 Grafik Hubungan Tahanan dengan Derajat Putaran pada Potensiometer


Putar
4. Termistor NTC

TERMISTOR NTC
100
TAHANAN (kilo Ohm)

90

73

56

50

26

16

14

70

80

0
10

20

30

60

SUHU (Celcius)

Gambar 5. Grafik Hubungan Tahanan dengan Suhu pada Termistor NTC


5. Termistor PTC

TERMISTOR PTC
24

22

22 21

22
20

20

TAHANAN (Ohm)

19

19

34

54

18
16
18

19

20

74

SUHU (Celcius)

Gambar 6. Grafik Hubungan Tahanan dengan Suhu pada Termistor PTC


6. Kipas DC

KIPAS DC
0.25

0.21

0.2

0.16

0.15
TEGANGAN (V)

0.1
0.050.03
0
1

KECEPATAN 1=PELAN, 2= SEDANG, 3=CEPAT

Gambar 7. Grafik Hubungan Tegangan dengan Kecepatan pada Kipas DC


7. Motor DC

MOTOR DC
8
6
OUTPUT (V)

42.49

3.38

4.27

5.25

5.85

6.07

7.5

2
0
1.5

4.5

INPUT (V)

Gambar 8. Grafik Hubungan Tegangan Input dengan Tegangan Output pada


Motor DC

4.2

Pembahasan
Praktikum pengujian dan pengukuran komponen sensor menggunakan

multimeter digital sebagai alat ukurnya serta komponen yang diuji yaitu LDR,
potensiometer geser dan putar, termistor NTC dan PTC, kipas DC, dan motor DC.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu es batu, karet gelang, kertas HVS merah,
biru, kuning, hijau, dan putih, karet gelang, dan wadah.
Pengujian LDR didapatkan hasil yaitu untuk semua warna, semakin banyak
lapisan kertas HVS, semakin tinggi nilai tahanannya. Hal ini berarti semakin
rendah intensitas cahaya yang diterima ketika jumlah lapisan kertas semakin
banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pradipta (2010) bahwa pada saat cahaya
redup LDR menjadi konduktor yang buruk, atau bisa disebut juga LDR memiliki
resistansi yang besar pada saat gelap atau cahaya redup.
Dari grafik juga menunjukkan tingkat tahanan yang berbeda dari setiap
warna. Grafik dengan warna biru menunjukkan kertas HVS berwarna biru
memiliki tahanan yang tertinggi, disusul oleh warna hijau, kuning, merah, dan
putih. Perbedaan tingkat tahanan antar warna tersebut karena setiap warna
memiliki panjang gelombang yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Pradipta (2010), bahwa LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk
setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Warna biru
memiliki panjang gelombang yang pendek sehingga nilai resistensinya besar.
Nilai resistensi pada LDR berbanding terbalik dengan intensitas cahaya.
Sementara intensitas cahaya berbanding lurus dengan panjang gelombang. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Pradipta (2010), bahwa semakin tinggi panjang
gelombangnya, maka intensitas cahaya besar

Grafik yang menunjukkan hubungan antara pergeseran potensiometer


terhadap nilai tahanan yang dihasilkan berbanding lurus. Hasil yang berbanding
lurus ini menunjukkan kelinearitasnya. Pada potensiometer geser, perubahan
tahanan hanyalah perubahan linier. Hal ini sesuai dengan pernyataan Limbong
(2011), yaitu pada potensiometer geser, perubahan nilai resistansinya hanyalah
perubahan secara linier.
Hubungan antara tahanan dan putaran dari potensiometer putar juga
berbanding lurus, yaitu semakin jauh putarannya, semakin besar nilai
resistensinya. Hal ini dikarenakan potensiometer putar yang digunakan adalah
jenis potensiometer putar yang memiliki keluaran linier yang ditunjukkan oleh
simbol A pada badan potensiometer putar. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Limbong (2011) bahwa untuk dapat mengetahui apakah potensiometer tersebut
linier atau logaritmik, dapat dilihat huruf yang tertera di bagian belakang
badannya. Jika huruf A, maka potensiometer linier. Yang dimaksud dengan
perubahan secara linier adalah perubahan nilai resistansinya sebanding dengan
arah putaran pengaturnya.
Hasil dari grafik termistor NTC menunjukkan semakin rendah suhu semakin
besar nilai resistensinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kaleka (2010), bahwa
termistor NTC resistansi akan turun seiring naiknya temperatur, dengan kenaikan
resistansi secara exponensial terhadap temperatur.
Lain halnya dengan grafik penunjukan hubungan suhu dan tahanan pada
termistor PTC. Data menunjukkan nilai yang fluktuasi atau naik turun.
Seharusnya, grafik menunjukkan semakin tinggi suhu, maka nilai resistensinya
juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kaleka (2010), bahwa

resistansi pada termistor PTC akan naik seiring naiknya temperatur sekitarnya,
dengan kenaikan resistansi linier terhadap temperatur. Nilai yang fluktuasi ini
disebabkan karena kekeliruan dalam pembacaan skala pada multimeter digital.
Grafik hubungan antara tegangan dan kecepatan putar menunjukan hasil
bahwa semakin cepat putaran yang diberikan, maka nilai tegangan yang tampak
pada mutimeter digital juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Gustriansyah (2012), bahwa untuk mendapatkan putaran yang rendah, diberi
tegangan rendah dan untuk mendapatkan putaran yang tinggi, maka diberikan
tegangan yang tinggi pula
Hubungan tegangan input dan output berdasarkan grafik menunjukkan
bahwa semakin besar tegangan masukannya, maka tegangan keluarannya semakin
besar pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim (2010), yaitu semakin cepat
putaran pada rotor, semakin besar tegangan keluaran yang dihasilkan.

V.
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang terdapat dalam praktikum ini adalah:
1. Semakin banyak lapisan kertas HVS yang melapisi LDR, semakin tinggi nilai
tahanannya. Hal ini berarti semakin rendah intensitas cahaya yang diterima
ketika jumlah lapisan kertas semakin banyak.
2. Hubungan antara pergeseran potensiometer geser terhadap nilai tahanan yang
dihasilkan berbanding lurus, yaitu semakin jauh pergeserannya, semakin besar
nilai tahanannya.

3. Hubungan antara perputaran potensiometer putar terhadap nilai tahanan yang


dihasilkan berbanding lurus, yaitu semakin jauh pergeserannya, semakin besar
nilai tahanannya.
4. Termistor NTC resistansi akan turun seiring naiknya temperatur, dengan
kenaikan resistansi secara exponensial terhadap temperatur.
5. Resistansi pada termistor PTC akan naik seiring naiknya temperatur
sekitarnya, dengan kenaikan resistansi linier terhadap temperatur.
6. Semakin cepat putaran yang diberikan pada kipas DC, maka nilai tegangan
yang tampak pada mutimeter digital juga semakin tinggi.
7. Hubungan tegangan input dan output pada motor DC berdasarkan grafik
menunjukkan bahwa semakin besar tegangan masukannya, maka tegangan
keluarannya semakin besar pula.
5.2 Saran
Keterampilan dalam menggunakan dan membaca skala pada multimeter
digital diperlukan agar meminimalisir kekeliruan pengambilan data.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Motor DC. http://kk.mercubuana.ac.id. Diakses pada hari Minggu,
22 Maret 2015 pukul 13.00 WITA.
Anonim. 2013. Kipas 12V DC. http://forumsains.com. Diakses pada hari Minggu,
22 Maret 2015 pukul 12.00 WITA.
Dian P, Agus. 2011. Prinsip-prinsip dan Pemakaian Potensiometer. http://STTNBATAN.ac.id. Diakses pada hari Minggu, 22 Maret 2015 pukul 13.00
WITA.
Gustriansyah, Yogi. 2012. Hubungan antara Tegangan dan RPM pada Motor
Listrik. http://scribd.com. Diakses pada hari Minggu, 22 Maret 2015 pukul
20.00 WITA.
Kaleka, Melky. 2010. Termistor sebagai Sensor Suhu. http://academia.edu.
Diakses pada hari Minggu, 22 Maret 2015 pukul 13.00 WITA.
Limbong. 2011. Modul VII: Pengukuran Besaran Listrik. Pusat Pengembangan
Bahan Ajar: UMB.

Pradipta, A. Bab III: Landasan Teori. http://sir.stikom.edu. Diakses pada hari


Minggu, 22 Maret 2015 pukul 15.00 WITA.

Anda mungkin juga menyukai