PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sistem instrumentasi tentunya memiliki keterkaitan dengan komponen
sensor dan transduser. Setiap komponen memiliki fungsi yang berbeda atau fungsi
yang sama namun prinsip kerja yang berbeda. Contohnya komponen LDR dan
solar cell. Keduanya merupakan komponen yang sensitif terhadap perubahan
cahaya, namun LDR mengubah perubahan besaran optik (cahaya) menjadi
perubahan nilai resistensi dan solar cell mengubah besaran optic menjadi
perubahan tegangan.
Fungsi setiap komponen sensor dapat diketahui dengan melakukan
pengujian terhadap komponen tersebut. Selain dapat mengetahui fungsi
komponen sensor, dengan melakukan pengujian, prinsip kerja serta karakteristik
dari komponen sensor dapat dilihat secara langsung. Hal ini sangat bermanfaat
karena hasil yang didapatkan dari pengujian komponen tersebut dapat dicocokkan
dengan teori yang selama ini dipelajari.
Selama proses pengujian komponen sensor, proses pengukuran terhadap
komponen juga berjalan. Hasil pengukuran tersebut merupakan parameter
perbandingan dengan teori yang selama ini didapatkan. Misalnya, hasil
pengukuran (dalam hal ini nilai resisten) termistor PTC menunjukkan peningkatan
ketika perubahan suhu semakin meningkat berarti hasil yang didapatkan selama
pengujian berbanding lurus dengan teori yang selama ini didapatkan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, praktikum mengenai pengujian dan
pengukuran komponen sensor dilakukan agar jenis, fungsi, dan karakteristik
setiap komponen dapat diketahui.
I.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari percobaan pengujian dan pengukuran komponen sensor adalah
untuk melakukan pengujian serta pengukuran langsung pada komponen sensor
sehingga mengetahui jenis, fungsi, dan karakteristik komponen sensor.
II.1
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Light Dependent Resistor (LDR)
LDR merupakan singkatan dari light dependent resistor adalah jenis resistor
yang nilainya berubah seiring intensitas cahaya yang diterima oleh komponen
tersebut. Biasa digunakan sebagai detektor cahaya atau pengukur besaran konversi
cahaya. LDR, terdiri dari sebuah cakram semikonduktor yang mempunyai dua
buah elektroda pada permukaannya. Cakram tersebut terbuat dari cadmium
sulphida (Pradipta, 2010).
Cadmium sulphida (CdS) merupakan bahan semi-konduktor yang memiliki
gap energi antara elektron konduksi dan elektron valensi. Ketika cahaya mengenai
cadmium sulphida, maka energi proton dari cahaya akan diserap sehingga terjadi
perpindahan dari band valensi ke band konduksi. Akibat perpindahan elektron
tersebut mengakibatkan hambatan dari cadmium sulphida berkurang dengan
hubungan kebalikan dari intensitas cahaya yang mengenai LDR (Pradipta, 2010).
Pada saat gelap atau cahaya redup, bahan dari cakram tersebut, yaitu
cadmium sulphida menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang relatif kecil.
Sehingga hanya ada sedikit elektron untuk mengangkut muatan elektrik. Artinya
pada saat cahaya redup LDR menjadi konduktor yang buruk, atau bisa disebut
juga LDR memiliki resistansi yang besar pada saat gelap atau cahaya redup. Pada
saat cahaya terang, ada lebih banyak elektron yang lepas dari atom bahan
semikonduktor tersebut. Sehingga akan ada lebih banyak elektron untuk
mengangkut muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya terang LDR menjadi
konduktor yang baik, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang kecil
pada saat cahaya terang (Pradipta, 2010).
Menurut Pradipta (2010), ada dua halyang menjadi karakteristik LDR, yaitu:
a. Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya
tertentu kedalam suatu ruangan yang gelap sekali, maka bisa kita amati bahwa
nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan
ruangan gelap tersebut. Namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga di
kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu dan suatu kenaikan nilai
resistansi dalam waktu tertentu.
b. Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang
gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Sensor ini sebagai
pengindera yang merupakan eleman yang pertama-tama menerima energi dari
media untuk memberi keluaran berupa perubahan energi. Sensor harus dapat
mengubah bentuk bentuk energi cahaya ke energi listrik, sinyal listrik ini harus
sebanding dengan besar energi sumbernya.
Termistor
Potensiometer
Potensiometer adalah pengukur tegangan yang tidak diketahui dengan cara
potensio dengan nilai 100k ohm,maka range resistansi dimulai dari tahanan 0 ohm
sampai dengan 100k ohm. Jadi tahanan yang dihasilkan oleh potensiometer
terbukti berubah-ubah (Dian P, 2011).
Pada umumnya, perubahan resistansi pada potensiometer terbagi menjadi
dua, yakni linier dan logaritmik. Yang dimaksud dengan perubahan secara linier
adalah perubahan nilai resistansinya sebanding dengan arah putaran pengaturnya.
Sedangkan, yang dimaksud dengan perubahan secara logaritmik adalah perubahan
nilai resistansinya berdasarkan perhitungan logaritmik. Pada umumnya,
potensiometer logaritmik memiliki perubahan resistansi yang cukup unik karena
nilai maksimal dari resistansi diperoleh ketika kita telah melakaukan setengah kali
putaran pada pengaturnya. Sedangkan, nilai minimal diperoleh saat pengaturnya
berada pada titik nol atau titik maksimal putaran. Untuk dapat mengetahui apakah
potensiometer tersebut linier atau logaritmik, dapat dilihat huruf yang tertera di
bagian belakang badannya. Jika tertera huruf B, maka potensiometer tersebut
logaritmik. Jika huruf A, maka potensiometer linier. Pada umumnya, nilai
resistansi juga tertera pada bagian depan badannya. Nilai yang tertera tersebut
merupakan nilai resistansi maksimal dari potensiometer (Limbong, 2011).
Potensiometer geser merupakan kembaran dari potensiometer putar.
Perbedaannya adalah cara mengubah nilai resistansinya. Pada potensiometer
putar, cara mengubah nilai resistansinya adalah dengan cara memutar gagang
yang muncul keluar. Sedangkan, untuk potensiometer geser, cara mengubah nilai
resistansinya adalah dengan cara menggeser gagang yang muncul keluar. Pada
potensiometer geser, perubahan nilai resistansinya hanyalah perubahan secara
linier (Limbong, 2011).
II.4
Motor DC
Sebuah motor DC adalah motor listrik mekanis commutated didukung dari
sumber arus searah (DC). Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah
pada kumparan jangkar dan kumparan medan untuk diubah menjadi energi
mekanik. Pada motor DC kumparan medan disebut stator (bagian yang tidak
berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika terjadi
putaran pada kumparan jangkar dalam pada medan magnet, maka akan timbul
tegangan (GGL) yang berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran, sehingga
merupakan tegangan bolak-balik. Semakin cepat putaran pada rotor, semakin
besar tegangan keluaran yang dihasilkan (Anonim, 2010).
Prinsip kerja dari sebuah motor DC dimulai dari daerah kumparan medan.
Daerah kumparan medan yang yang dialiri arus listrik akan menghasilkan medan
magnet yang melingkupi kumparan jangkar dengan arah tertentu. Konversi dari
energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun sebaliknya berlangsung
melalui medan magnet, dengan demikian medan magnet disini selain berfungsi
sebagai tempat untuk menyimpan energi, sekaligus berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya proses perubahan energi (Anonim, 2010).
Dalam medan magnet, akan menghasilkan gaya yang diperoleh dari
kerapatan fluks, arus listrik, dan panjang konduktor. Saat gaya (F) dibandingkan,
konduktor akan bergerak didalam kumparan medan magnet dan menimbulkan
gaya gerak listrik yang merupakan reaksi lawan terhadap tegangan sumber. Agar
proses perubahan energi mekanik dapat berlangsung secara sempurna, tegangan
sumber harus lebih besar dari pada tegangan gerak yang disebabkan reaksi lawan.
Dengan memberi arus pada kumparan jangkar yang dilindungi oleh medan maka
menimbulkan perputaran pada motor (Anonim, 2010).
II.5
Kipas DC
Kipas DC merupakan salah satu komponen yang banyak dimafaatkan dalam
III.1
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai pengujian dan pengenalan sensor dilaksanakan pada
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini sebagai berikut:
a. LDR
1. Menghubungkan kaki LDR dengan multimeter dengan posisi selektor pada
tahanan ().
2. Mencatar nilai awal LDR sebelum ada perlakuan.
3. Menutup LDR dengan satu lembar kertas putih kemudian mencatat nilai
pada multimeter. Kemudian melipat kertas sehingga jumlah lapisan kertas
1, 2, dan 4 lapisan.
4. Membaca hasil pengukuran pada multimeter digital.
5. Mencatat nilai pengukuran pada tabel hasil pengukuran dan memplot hasil
dalam bentuk grafik.
b. Potensiometer Geser
1. Menghubungkan kaki potensiometer dengan multimeter dengan posisi
selektor pada tahanan ().
2. Menggeser bagian potensiometer sejauh 0, 5, 10, 15, dan 20 mm.
3. Membaca hasil pengukuran pada multimeter digital.
4. Mencatat nilai pengukuran pada tabel hasil pengukuran dan memplot hasil
dalam bentuk grafik.
c. Potensiometer Putar
1. Menghubungkan kaki potensiometer dengan multimeter dengan posisi
selektor pada tahanan ().
2. Memutar bagian potensiometer dengan sudut putaran 0, 30, 60, 90, dan
120.
3. Membaca hasil pengukuran pada multimeter digital.
4. Mencatat nilai pengukuran pada tabel hasil pengukuran dan memplot hasil
dalam bentuk grafik.
d. Termistor
Perlakuan ini berlaku pada pengukuran nilai termistor jenis PTC dan NTC
1. Menghubungkan kaki termistor dengan multimeter posisi selektor tahanan.
2. Mengisi kaleng atau wadah dengan air secukupnya. Mencelupkan
5.
6.
7.
8.
IV.1
4.1.1 Tabel
Tabel 2 Hasil Pengamatan LDR
Warna
Lapisan
Tahanan (k)
Putih
Biru
Merah
Hijau
Kuning
14
16
15
31
35
32
52
99
10
20
29
6,6
13
31
Tahanan (k)
2,8
Geseran (mm)
Tahanan (k)
10
4,5
15
20
Putaran (o)
Tahanan (k)
30
0,06
60
0,22
90
1,09
120
2,00
Tahanan ()
10
90
20
73
30
56
60
26
70
16
80
14
Tahanan ()
18
19
19
19
Suhu (o)
Tahanan ()
20
21
34
20
54
21
74
22
Tabel 7. Motor DC
Input (V)
Output (V)
1.5
2,49
3,38
4.5
4,27
5,25
7.5
5,85
6,07
Tegangan (V)
Pelan
0,0276
Sedang
0,159
Cepat
0,212
4.1.2 Grafik
1. LDR
LDR
100
99
putih
biru
TAHANAN
50
32
11
10
6.6
4
0
0
52
31
20
14
13
2
35
31
29
16
3
hijau
kuning
merah
LAPISAN KERTAS
2. Potensiometer Geser
POTENSIOMETER GESER
10
TAHANAN (kilo Ohm)
4.5
2.8
0
0
10
15
20
GESERAN (mm)
POTENSIOMETER PUTAR
3
2
TAHANAN (kilo Ohm) 1 0
0
0
2
1.09
0.06
0.22
30
60
90
120
PUTARAN (DERAJAT)
TERMISTOR NTC
100
TAHANAN (kilo Ohm)
90
73
56
50
26
16
14
70
80
0
10
20
30
60
SUHU (Celcius)
TERMISTOR PTC
24
22
22 21
22
20
20
TAHANAN (Ohm)
19
19
34
54
18
16
18
19
20
74
SUHU (Celcius)
KIPAS DC
0.25
0.21
0.2
0.16
0.15
TEGANGAN (V)
0.1
0.050.03
0
1
MOTOR DC
8
6
OUTPUT (V)
42.49
3.38
4.27
5.25
5.85
6.07
7.5
2
0
1.5
4.5
INPUT (V)
4.2
Pembahasan
Praktikum pengujian dan pengukuran komponen sensor menggunakan
multimeter digital sebagai alat ukurnya serta komponen yang diuji yaitu LDR,
potensiometer geser dan putar, termistor NTC dan PTC, kipas DC, dan motor DC.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu es batu, karet gelang, kertas HVS merah,
biru, kuning, hijau, dan putih, karet gelang, dan wadah.
Pengujian LDR didapatkan hasil yaitu untuk semua warna, semakin banyak
lapisan kertas HVS, semakin tinggi nilai tahanannya. Hal ini berarti semakin
rendah intensitas cahaya yang diterima ketika jumlah lapisan kertas semakin
banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pradipta (2010) bahwa pada saat cahaya
redup LDR menjadi konduktor yang buruk, atau bisa disebut juga LDR memiliki
resistansi yang besar pada saat gelap atau cahaya redup.
Dari grafik juga menunjukkan tingkat tahanan yang berbeda dari setiap
warna. Grafik dengan warna biru menunjukkan kertas HVS berwarna biru
memiliki tahanan yang tertinggi, disusul oleh warna hijau, kuning, merah, dan
putih. Perbedaan tingkat tahanan antar warna tersebut karena setiap warna
memiliki panjang gelombang yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Pradipta (2010), bahwa LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk
setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Warna biru
memiliki panjang gelombang yang pendek sehingga nilai resistensinya besar.
Nilai resistensi pada LDR berbanding terbalik dengan intensitas cahaya.
Sementara intensitas cahaya berbanding lurus dengan panjang gelombang. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Pradipta (2010), bahwa semakin tinggi panjang
gelombangnya, maka intensitas cahaya besar
resistansi pada termistor PTC akan naik seiring naiknya temperatur sekitarnya,
dengan kenaikan resistansi linier terhadap temperatur. Nilai yang fluktuasi ini
disebabkan karena kekeliruan dalam pembacaan skala pada multimeter digital.
Grafik hubungan antara tegangan dan kecepatan putar menunjukan hasil
bahwa semakin cepat putaran yang diberikan, maka nilai tegangan yang tampak
pada mutimeter digital juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Gustriansyah (2012), bahwa untuk mendapatkan putaran yang rendah, diberi
tegangan rendah dan untuk mendapatkan putaran yang tinggi, maka diberikan
tegangan yang tinggi pula
Hubungan tegangan input dan output berdasarkan grafik menunjukkan
bahwa semakin besar tegangan masukannya, maka tegangan keluarannya semakin
besar pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim (2010), yaitu semakin cepat
putaran pada rotor, semakin besar tegangan keluaran yang dihasilkan.
V.
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang terdapat dalam praktikum ini adalah:
1. Semakin banyak lapisan kertas HVS yang melapisi LDR, semakin tinggi nilai
tahanannya. Hal ini berarti semakin rendah intensitas cahaya yang diterima
ketika jumlah lapisan kertas semakin banyak.
2. Hubungan antara pergeseran potensiometer geser terhadap nilai tahanan yang
dihasilkan berbanding lurus, yaitu semakin jauh pergeserannya, semakin besar
nilai tahanannya.