Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN SAYANG IBU

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman

selama proses persalinan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang paling
mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita
sendiri, Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan? atau Apakah asuhan seperti ini,
yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?
Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan
bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta
dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan
dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan.
Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan
keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :
1) Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan
dan kelahiran.
2) Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan
komplikasi selama persalinan dan kelahiran.
3) Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi.
4) Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.
5) Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.
6) Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi
penyulit.

7) Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.


8) Pemberian ASI sedini mungkin.
Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan
bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi.
Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan
dan kelahiran.
1.2.

Tujuan
Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan dan ibu hamil mengenai Asuhan

Sayang Ibu yang merupakan suatu program yang dapat dihandalkan demi terciptanya proses
persalinan yang nyaman.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.

Definisi
Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman

selama proses persalinan.


Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang paling mudah untuk
membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, Seperti
inikah asuhan yang ingin saya dapatkan? atau Apakah asuhan seperti ini, yang saya
inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?
2.2.

Konsep Asuhan Sayang Ibu

Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:
1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan
kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya,
kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan,
menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan
melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan
merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
5. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang
apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.
Badan Coalition Of Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe
Motherhood Intiative pada tahun 1987. CIMS merumuskan sepuluh langkah asuhan sayang
ibu sebagai berikut:
1. Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan dukungan
emosional dan fisik secara berkesinambungan.
2. Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil
asuhan.
3. Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat
istiadat.
4. Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi
persalinan yang nyaman bagi ibu.
5. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang
berkesinambungan.
6. Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian
ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan

intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin


secara elektronik.
7. Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri
dengan/tanpa obat-obatan.
8. Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri.
9. Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama.
10. Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.
2.3.

Prinsip Umum Sayang Ibu


Prinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut:
1. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.
2. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada
indikasi.
3. Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada
keselamatan jiwa ibu.
4. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.
5. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
6. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional.
7. Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.
8. Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
9. Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.
10. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya
selama kehamilan, persalinan dan nifas.
11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

2.4.

Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan


Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses

persalinan meliputi kegiatan:


1. Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan
bidan.
2. Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam
pemberian asuhan.

3. Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan


dihadapi ibu dan keluarga.
4. Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan
dengan proses persalinan.
5. Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan.
6. Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi
kegawatdaruratan kebidanan.
7. Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta
berusaha memberi rasa nyaman dan aman.
8. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan
prasarana pertolongan persalinan.
9. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses
persalinan.
10. Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung
ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan
minum, memijit punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing
relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa.
11. Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi.
12. Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan.
13. Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan
yang nyaman dan aman.
14. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi.
15. Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak
merugikan.
16. Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan.
17. Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1
jam setelah persalinan.
18. Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah
kelahiran bayi dengan membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusui
yang benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1.

Asuhan Sayang Ibu


1) asuhan yang aman, berdasarkan evidence based dan turut meningkatkan angka
kelangsungan hidup ibu
2) membantu ibu merasa nyaman dan aman selama proses persalinan yang
menghargai kebiasaan budaya, praktek keagamaan dan kepercayaan serta
melibatkan ibu dan keluarga sebagai pembuat keputusan, secara emosional
sifatnya mendukung. asuhan sayang ibu melindungi hak-hak ibu untuk
mendapatkan privasi dan menggunakan sentuhan bila diperlukan
3) menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses
alamiah dan bahwa intervensi yang tidak perlu dan pengobatan untuk proses
alamiah harus dihindarkan.
4) berpusat pada ibu dan bukan pada petugas kesehatan dan selalu melihat dahulu ke
cara pengobatan yang sederhana dan non intervensi sebelum berpaling ke
teknologi
5) menjamin bahwa ibu dan keluarganya diberitahu tentang apa yan g sedang terjadi
dan apa yang bisa diharapkan
6) bidan harus memastikan seseorang yang telah dipilih ibu untuk mendampingi
selama persalinan(suami, ibu, mertua, saudara perempuan, teman)
7) ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami
waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang lebih sedikit dan hasil
persalinan yang lebih baik.

3.2.

Penerapan Asuhan Sayang Ibu

3.2.1 Kala I
Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pem-bukaan
lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1) Memberikan dukungan emosional.


2) Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran
bayinya.
3) Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama per-salinan.
4) Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara : (a) Mengucapkan
kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu. (b) Membantu ibu bernafas
dengan benar saat kontraksi. (c) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan
lembut. (d) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain. (e)
Menciptakan suasana ke-keluargaan dan rasa aman.
5) Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
6) Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi Memberikan kecukupan energi dan
mencegah dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur
dan kurang efektif.
7) Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan
spontan Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan
dan menghambat turunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan
resiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu;
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.
8) Pencegahan infeksi Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan
persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.
3.2.2. Kala II
Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya
bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan
anggota keluarga yang lain.

Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain : (a) Membantu
ibu untuk berganti posisi. (b) Melakukan rangsangan taktil. (c) Memberikan makanan dan
minuman. (d) Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik. (e) Memberikan dukungan dan
semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya.
Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran dengan
cara : (a) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga. (b) Menjelaskan
tahapan dan kemajuan persalinan. (c) Melakukan pendampingan selama proses persalinan
dan kelahiran.
Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan dengan cara
memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.
Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran
dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara : (a) Mengurangi perasaan tegang. (b)
Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. (c) Memberikan penjelasan
tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong. (d) Menjawab pertanyaan ibu. (e)
Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya. (f) Memberitahu hasil pemeriksaan.
Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.
Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.
3.2.3. Kala III

Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan
yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.
2) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
3) Pencegahan infeksi pada kala III.
4) Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
5) Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
6) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7) Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.
3.2.4. Kala IV
1) Kala IV adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta. Asuhan yang dapat
dilakukan pada ibu adalah :
2) Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.
3) Membantu ibu untuk berkemih.
4) Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukan
massase uterus.
5) Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.
6) Mengajarkan ibu dan keluarganya ttg tanda-tanda bahaya post partum seperti
perdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam
menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.
7) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
8) Pendampingan pada ibu selama kala IV.
9) Nutrisi dan dukungan emosional.
3.3.

Posisi Meneran
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yg paling nyaman baginya. Ibu dapat berganti

posisi secara teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering mempercepat kemajuan
persalinan. Posisi duduk (Gambar 1) atau setengah duduk sering nyaman bagi ibu dan ia bisa
beristirahat degan mudah di antara kontraksi jika merasa lelah, keuntungannya memudahkan
melahirkan kepala bayi.

Gambar I. Posisi
Duduk atau
SetengahDuduk

Gambar 2.
Posisi
Jongkok
atau Berdiri

Jongkok atau berdiri (Gambar 2) dapat membantu mempercepat kemajuan kala dua
persalinan dan mengurangi rasanyeri yang hebat.
Merangkak atau berbaring miring ke kiri (Gambar 3) bisa lebih nyaman dan lebih
efektif baginya untuk meneran.

Gambar 3. Posisi Merangkak atau Miring keKiri

3.4. Cara
meneran
Anjurkan
ibu utk meneran sesuai dgn dorongan alamiahnya selama kontraksi. Jangan anjurkan utk
menahan nafas pd saat meneran. Anjurkan ibu utk berhenti meneran dan beristirahat di antara
kontraksi.
Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah utk
meneran jika ia menarik lutut ke arah dada dan menempelkan dagu ke dada. Anjurkan ibu
untuk tidak mengangkat bokong saat meneran. Jangan melakukan dorongan pd fundus utk
membantu kelahiran bayi.
3.5.

Melahirkan Kepala
Bimbing ibu untuk meneran. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5

6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Saat sub occiput
tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain
dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncat kepala agar tidak terjadi defleksi
yang terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan
muka janin dari lendir dan darah.

Gambar 4. Melahirkan Kepala

3.6.

Mekanisme Persalinan

Sekitar 96 % janin dalam uterus berada dalam presentasi kepala dengan ubun-ubun
kecil kiri depan sebanyak 58 %, kanan depan 23 %, kanan belakang 11 % dan kiri belakang 8
%. Janin dengan presentasi kepala disebabkan karena kepala relatif lebih besar dan lebih
berat serta bentuk uterus sedemikian rupa sehingga volume bokong dan ekstremitas yang
lebih besar berada di atas di ruang yang lebih luas sedangkan kepala berada dibawah di ruang
yang lebih sempit.
Tiga faktor yang memegang peranan penting pada persalinan : Kekuatan ibu, seperti
kekuatan his dan meneran, Keadaan jalan lahir, janin.
His adalah kekuatan yang menyebabkan servik membuka dan mendorong janin ke
bawah serta masuk kedalam rongga panggul.
Kepala masuk melintasi pintu atas panggul dalam sinklitismus
Adalah arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat
juga terjadi keadaan :
1) Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan
dengan pintu atas panggul
2) Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke
belakang dengan pintu atas panggul.
Fleksi
Kepala

memasuki

ruang

panggul

dengan

ukuran

paling

kecil

(diameter

suboksipitobregmatika = 9,5 cm) dan didasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
Putar paksi dalam

Kepala yang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke
bawah depan. Kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin oleh his yang
berulang-ulang kepala mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan dibawah
simpisis.
Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis
(sebagai hipomoklion), kepala mengadakan fleksi berturut turut lahir bregma, dahi, muka dan
akhirnya dagu.
Putaran paksi luar
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuai-kan
kedudukan kepala dengan punggung anak.
Ekspulsi
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring menyesuaikan dengan
bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir, bahu berada dalam
posisi depan-belakang bahu depan lahir lebih dahulu, baru kemudian bahu belakang.
Mekanisme persalinan fisiologis penting dipahami, bila ada penyimpang-an. Koreksi
manual dapat dilakukan sehingga tindakan operatif tidak perlu dilaku-kan.
BAB IV
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004).
Prinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut:
1. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.
2. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada
indikasi.
3. Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada
keselamatan jiwa ibu.
4. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.
5. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
6. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional.
7. Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.
8. Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
9. Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.
10. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya
selama kehamilan, persalinan dan nifas.
11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.
Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, Jakarta.
Draft, 2001, Pelatihan Pelayanan Kebidanan, Jakarta.
Pusdiknakes WHO JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.
http://www.lusa.web.id/penerapan-asuhan-sayang-ibu-dalam-tahapan-persalinan/feed/
http://www.lenteraimpian.wordpress.com/info-kesehatan/feed/
dr. H. K. Suhaemi : http://www.ksuhaemi.blgspot.com

Anda mungkin juga menyukai