Anda di halaman 1dari 8

PROSIDING 20 13

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK


Perkapalan
Sipil

PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG KEPASIRAN HASIL


BIOGROUTING DENGAN MENGGUNAKAN
BACILLUS SUBTILIS
Siti Hijriani Nur & Siti Astycha Ananda Sofyan

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin


Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea Makassar, 90245
Telp./Fax: (0411) 587636
e-mail: hijrianinursiti@yahoo.com

Abstrak
Proses biogrouting merupakan proses yang mensimulasikan proses diagenesis yaitu
mentransformasi butiran pasir menjadi batuan pasir (calcarenite/sandstone). Kristal kalsit
(CaCO3) yang terbentuk dari proses biogrouting akan menjadi jembatan antara butiran
pasir sehingga menyebabkan proses sementasi, dan mengubah pasir menjadi batuan pasir.
Jenis bakteri penghasil enzim urease yang produksinya tidak dipengaruhi/ditekan oleh
amonium dapat dimanfaatkan pada teknologi biogrouting. Pada penelitian ini, telah
dilakukan biogrouting dengan menggunakan bakteri Bacillus Subtilis pada tanah lempung
kepasiran dengan 32 cc suntikan bakteri dan masa waktu pemeraman selama 28 hari. Dan
dilakuan percobaan permeabilitas guna sebagai hasil parameter pembanding antara tanah
tanpa injeksi dan tanah non injeksi. Dihasilkan tanah lempung kepasiran yang lebih padat
dan dengan nilai permeabilitas yang lebih kecil. Dan dilakukan pengujian SEM untuk
mengetahui perubahan morfologi tanah setelah diberikan injeksi bakteri.
Kata Kunci: biogrouting, bakteri Bacillus subtilis, lempung kepasiran, permeabilitas, SEM
(Scan Electron Microscope)

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sifat tanah yang mengandung sifat kembang susut besar telah banyak dilakukan dengan metode stabilisasi
tanah, diantaranya stabilisasi tanah yaitu menggunakan metode grouting yang tidak ramah lingkungan yang
biasanya berupa suspense (semen, lempung-semen, pozzolan, bentonite, dsb) atau emulsi (aspal,dsb)
(Xanthakos et al., 1994; Karol, 2003). Semua bahan kimia untuk biogrouting, kecualisodium silikat adalah
toksik dan atau berbahaya (Karol, 2003; van Paassen, 2009).
Alternatife metode biogrouting yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan mikroorganisme dari bakteri
menjadi pillihan dalam penelitian ini yagn diharapkan akan menghasilkan kalsit/Kristal kalsium karbonat yang
bisa merubah butiran pasir menjadi batuan pasir.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan Tujuan adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi karakteristik mekanis tanah yang telah dicampur dengan larutan bakteri Bacilius subtilis
dengan variasi waktu pemeraman.
2. Membandingkan koefisien permeabilitas tanah tanpa bakteri dan tanah yang telah diinjeksi bakteri.
3. Menganalisis aplikasi SEM (Scan Electron Microscope) untuk melihat bentuk dan ukuran tanah dengan
perlakuan berbeda.

Volume 7 : Desember 2013

Group Teknik Sipil


TS2 - 1

ISBN : 978-979-127255-0-6

Permeabilitas Tanah Lempung Kepasiran


Arsitektur
Elektro
Geologi

Siti Hijriani Nur & Siti Astycha Ananda Sofyan


Mesin
Perkapalan
Sipil

BIOGROUTING
Beberapa tahun terakhir sedang dikembangkan teknologi grouting secara biologi yang dikenal dengan teknologi
biogrouting melalui mekanisme pengendapan kalsium karbonat. Keuntungan utama dari biogrouting adalah
pemberian substrat dapat dipindahkan dalam bentuk inaktif ke daerah yang jauh dari titik injeksi.
Skema Pembuatan bakteri Bacillus subtilis
Pengambilan sampel dari
Tanah, pasir, air laut dan
batuan.

Uji aktivitas
Urease

Penampisan
aktivitas enzim
Urease

Isolasi dan
Purifikasi

Ekstraksi
DNA

Sekuensing gen
16S rRNA dan
Analisi Filogenetik

Amplifikasi gen
16S rRNA

Gambar 1. Skema Pembuatan Bakteri Bacillus Subtilis

Isolasi dan purifikasi


Penapisan aktivitas enzim urease
Sebanyak 1 ose bakteri biogrouting diinokulasikan ke dalam medium urea broth lalu diinkubasi pada suhu 30C
selama 3 hari. Kemudian diamati isolat yang menghasilkan urease. Isolat bakteri yang memiliki aktivitas urease
positif akan mengubah warna media cair dari warna kuning menjadi warna merah muda fuchsia.
Uji aktivitas urease
Bakteri biogrouting ditumbuhkan dalam media produksi enzim, diinkubasi pada inkubator bergoyang 150 rpm,
suhu 30C sampai produksi enzim optimum. Aktivitas urease diukur menggunakan metode Weatherburn (1967)
yang dimodifikasi, yaitu Na2HPO4 digunakan dalam larutan alkalin hipoklorit dibandingkan NaOH dan waktu
pembentukan warna diperpanjang dari 20 menit menjadi 30 menit. Reaksi dilakukan dalam tabung eppendorf
yang berisi 100 l sampel, 500 l urea 50 mM dan 500 l Bufer KH 2PO4 100 mM (pH 8,0) sehingga total
volume adalah 1,1 ml. Campuran reaksi diinkubasi dalam inkubator bergoyang suhu 37C selama 30 menit.
Reaksi dihentikan dengan mentransfer 50 l campuran reaksi ke dalam tabung yang berisi 500 l larutan
phenol-sodium nitroprusside. Sebanyak 500 l larutan alkalin hipoklorit ditambahkan ke dalam tabung dan
diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit. Selanjutnya OD diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 630 nM dan dibandingkan dengan kurva standar (NH 4)2SO4. 1 Unit Aktivitas Urease adalah jumlah
enzim yang dibutuhkan untuk membebaskan 1 mol NH3 dari urea per menit dalam kondisi assay standar.
Ekstraksi DNA
DNA genom bakteri diekstraksi menggunakan InstaGene Matrix Kit (BioRad). Koloni bakteri berumur 1 hari
disuspensikan pada 1.0 mL air steril, disentrifugasi pada 10,000-12,000 rpm selama 1 menit, supernatan
dibuang, dan pelet diresuspensi dengan InstaGene matrix sebanyak 50 l untuk melisiskan/melarutkan dinding
sel dari bakteri. Larutan suspensi bakteri diikubasi pada 56C selama 15-30 menit, divorteks selama 10 detik,
diinkubasi pada 100C selama 8 menit, divorteks kembali 10 detik, dan disentrifugasi pada 10,000-12,000 rpm
selama 2-3 menit untuk memisahkan larutan DNA dan sel debris. Supernatan yang mengandung DNA disimpan
pada -20C sebelum digunakan.
Amplifikasi gen 16S rRNA
Identifikasi bakteri potensial dilakukan secara molekuler, dengan menganalisis sebagian gen 16S rRNAnya.
Gen 16S rRNA diamplifikasi dengan PCR menggunakan primer 9F (5-AGRGTTTGATCMTGGCTCAG-3)
dan 1492R (1492R: 5-TACGGYTACCTTGTTAYGACTT-3) (Posisi penomoran urutan basah berdasarkan
pada Escherichia coli numbering system (accession number V00348, Brosius et al. 1981). Adapun kondisi

ISBN : 978-979-127255-0-6

Group Teknik Sipil


TS2 - 2

Volume 7 : Desember 2013

PROSIDING 20 13
Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK


Perkapalan
Sipil

reaksi PCR adalah 95C, 2 menit (1 siklus); 95C, 30 detik, 65C, 1 menit, 72C, 2 menit (10 siklus); 95C, 30
detik, 55C, 1 menit, 72C, 2 menit (30 siklus); serta 72C, 2 menit (1 siklus). Purifikasi gen hasil PCR
dilakukan menggunakan kit Pregman dan dikerjakan sesuai petunjuk kerja. Initial denturation (96C selama 5
menit), Denturation (96C selama 0.3 menit), Annealing (55C selama 0.3 menit).
Sekuensing gen 16S rRNA dan Analisis Filogenetik
Urutan sekuen gen 16S rRNA dianalisis dengan menggunakan mesin otomatis DNA sequencer di PT. Genetika
Science, Indonesia. Informasi urutan basa didapatkan dari hasil sekuen kemudian dilacak keserupaannya
dengan data base GeneBank/DDBJ/EMBL berdasarkan BLAST (Altschul et al. 1997). Proses penyejajaran
sekuen dengan menggunakan program ClustalX (Thompson et al., 1994), jarak matriks dihitung menggunakan
metoda 2 parameter dari Kimura (1980) dalam Puspita Lisdiyanti (2011).
SEM (Scan Electron Microscope)
Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang dapat melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali.
Mikroskop ini menggunakan elektrostatik dan elektromagnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan
gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop
cahaya. Mikroskop elektron menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih
pendek dibandingkan mikroskop cahaya (Anonymous, 2012).

Permabilitas Tanah
Constant Head Permeameter
Uji ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran kasar dan memiliki koefisien permeabilitas yang tinggi.
(1)

Q = k.A.i.t

(. )
(. . . )

Dengan :
Q
K
A
I
t

(2)

= Debit (cm3)
= Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
= Luas Penampang (cm2)
= Koefisien Hidrolik = h/L
= Waktu (detik)

Metode ini dipakai apabila pondasi bangunannya terbentuk dari tanah atau batuan yang melapuk tinggi, sehinga
tidak akan kuat bila dilakukan dengan percobaan bertekanan.
Variable/Falling Head Permeameter
Uji ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran halus dan memiliki koefisien permeabilitas yang rendah.
K T=

aL
At

(3)

x ln [ ]

K20 = KT [

T
20

(4)

Dengan:
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
a = Luas Penampang Pipa (cm2)
L = Panjang/Tinggi Sampel (cm)

Volume 7 : Desember 2013

Group Teknik Sipil


TS2 - 3

ISBN : 978-979-127255-0-6

Permeabilitas Tanah Lempung Kepasiran


Arsitektur
Elektro
Geologi

Siti Hijriani Nur & Siti Astycha Ananda Sofyan


Mesin
Perkapalan
Sipil

A = Luas Penampang Sampel Tanah (cm2)


t = Waktu Pengamatan (detik)
h1 = Tinggi Head Mula-mula (cm)
hf = Tinggi Head Akhir (cm)

HASIL DAN BAHASAN


Scanning Electron Mikroscope (SEM)
Unsur-unsur mineral yang terkandung di dalam tanah lempung kepasiran didapatkan nilai Oxygen = 46.95,
Silicon = 21.89, Alumunium = 20.02, Potassium = 0.56, Magnesium = 1.16, Titanium = 0.44, Iron = 7.74, dan
sulfur = 0.24.
Proses pencampuran Bakteri bacillus subtilis pada tanah lempung kepasiran dengan menggunakan cara
grouting.
Dalam proses stabilisasi tanah ini menggunakan metode grouting yaitu dengan mencampurkan bakteri
Bacillussubtilis dengan tanah lempung kepasiran. Hal yang pertama dilakukan yaitu dengan mempersiapkan
tanah lolos saringan 40 dan dioven selama 24 jam dengan suhu 180ini bertujuan untuk membantu proses
pengeringan sehingga mendapatkan kadar air optimum. Setelah itu tanah yang telah dikeringkan dicetak pada
wadah bardiameter dan tinggi dengan masing-masing cetakan untuk percobaan Untuk pengujian Permeabilitas
Pada cetakan kemudian diinjeksi larutan bakteri Bacillus subtilis dan larutan sementasi sesuai dengan variasi
yang telah ditentukan jumlah densitas bakteri yang diinjeksi dari hasil penghitungan TPC ditampilkan pada
Tabel 6 tabel ini menunjukan bahwa jumlah bakteri yang diinjeksi adalah sebesar 4.3x10 7 cfu/ml.
Hasil Pemeriksaan Karakteristik Mekanis Tanah
Pengujian Permeabiltas standar dilakukan guna mendapatkan nilai koefisien rembesan tanah. Pengujian ini
dilakukan setelah melakukan masa pemeraman selama 3, 7, 14, 21, dan 28 hari dengan tanpa injeksi, 2x , 3x,
dan 4x injeksi.
Tabel 1. Koefisien Permeabilitas Tanah campuran Bakteri
Jumlah
Injeksi
1
2
3
4

3 Hari
2.49E-04
2.33E-04
1.34E-04
5.14E-05

Besarnya Koefisien
7 Hari
2.49E-04
2.03E-04
1.28E-04
1.49E-05

Permeabilitas terhadap Waktu (cm/dtk )


14 Hari
21 Hari
28 Hari
2.49E-04
2.49E-04
2.49E-047
1.88E-04
1.74E-04
1.47E-04
1.13E-04
1.03E-04
8.51E-05
6.88E-06
5.89E-06
4.91E-06

KOEFISIEN PERMEABILITAS

3.01E-04
2.51E-04
2.01E-04

4x Injeksi

1.51E-04

3x injeksi

1.01E-04

2x Injeksi

5.10E-05

Tanpa Injeksi

1.00E-06
0

9 12 15 18 21 24 27 30
HARI PEMERAMAN

Gambar 2. Grafik Hubungan Koefisien Permeabiltas dan Masa Pemeraman

ISBN : 978-979-127255-0-6

Group Teknik Sipil


TS2 - 4

Volume 7 : Desember 2013

PROSIDING 20 13
Arsitektur

Elektro

Geologi

HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK


Perkapalan
Sipil

Mesin

KOEFISIEN PERMEABILITAS

3.01E-04
2.51E-04
28Hari

2.01E-04

21 Hari

1.51E-04

14 Hari

1.01E-04

7 Hari

5.10E-05

3 Hari

1.00E-06
0

JUMLAH INJEKSI

Gambar 3. Grafik Hubungan Koefisieien Permeabilitas dan Jumlah Injeks

KOEFISIEN PERMEABILITAS

0.0003
0.00025
y = -6E-05x + 0.0003
0.0002

JUMLAH INJEKSI
MASA
PEMERAMAN

0.00015
0.0001

Linear (JUMLAH
INJEKSI)

0.00005

y = -1E-06x + 4E-05

-0.00005

10

20

30

Linear (MASA
PEMERAMAN)

HARI PEMERAMAN DAN JUMLAH INJEKSI

Gambar 4. Grafik Penggabungan Hari Pemeraman dan Jumlah Injeksi

Hasil Scan Electron Microscope (SEM)


Ini adalah hasil dari scan electron microscope pada tanah lempung kepasiran yang tanpa injeksi bakteri, 2x
injeksi, 3x injeksi, dan 4x injeksi dengan masa waktu pemeraman selama 28 hari. Diambil waktu yang paling
maksimum pemeraman dikarenakan hasil akan lebih maksimal

Gambar 5. Hasil SEM Tanah Tanpa Campuran Bakteri

Volume 7 : Desember 2013

Group Teknik Sipil


TS2 - 5

ISBN : 978-979-127255-0-6

Permeabilitas Tanah Lempung Kepasiran


Arsitektur
Elektro
Geologi

Siti Hijriani Nur & Siti Astycha Ananda Sofyan


Mesin
Perkapalan
Sipil

Gambar 6. Hasil SEM Tanah dengan Penginjeksian Bakteri


(1) 2x Injeksi, (2) 3x Injeksi, (3) 4x Injeksi

SIMPULAN
1. Hasil pengujian Plastisitas diperoleh batas cair (LL) = 45,97 % dan Indeks plastisnya (IP) sebesar 14,42 %.
Berdasarkan klasifikasi Unified dan AASHTO jenis tanah tersebut maka kelompok OH dan kelompok A-75, yaitu lempung organic dengan plastisitas sedang sampai tinggi dan tanah yang masuk kategori A-7-5
termasuk dalam klasifikasi tanah berlempung dimana indeks plastisitasnya > 11.
2. Penambahan bakteri bacillus di tanah lempung kepasiran dapat menyebabkan tanah lempung kepasiran
mengalami perubahan bentuk menjadi lebih keras
3. Penambahan bakteri bacillus subtilis pada tanah lempung kepasiran sebanyak 8 cc dengan waktu
pemeraman 3 hari, yang dimana 1cc terdapat 1.10 9 coloni /ml bakteri belum mampu menghasilkan tanah
lempung kepasiran dengan hasil maksimal.
4. Penambahan bakteri dengan 32 cc atau 4x injeksi baktteri dengan waktu pemeraman 28 hari, adalah hasil
maksimum yang dapat dihasilkan dengan menghasilkan nilai koefisien permeabilitas 4.91E-06. Dan nilai
koefisien permeabilitas tanpa injeksi bakteri adalah sebesar 2.49E-04
5. Dengan adanya penambahan bakteri maka nilai koefisien permeablitas semakin kecil, dengan kata lain
tanah lempung kepasiran semakin padat dan bagus untuk dijadiakn tanah pondasi.

Saran
1. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan jumlah injeksi yang lebih tinggi dan
lama dengan menggunakan sampel yang mempunyai nilai kohesi kecil, agar
referensi untuk stabilisasi pondasi selanjutnya.
2. Pengujian injeksi sebaiknya dilakukan di di Pusat Penelitian Bioteknologi
Indonesia (LIPI), agar hasil maksimal dapat diperoleh, karena tidak akan ada
telah diberikan injeksi.
3. Dilakukan penelitian dengan luas sampel yang lebih besar dan diruangan
manfaat lebih lanjutnya.

masa pemeraman yang lebih


bias dijadikan sebagai bahan
Lembaga Ilmu Pengetahuan
perlakuan kepada tanah yang
terbuka, agar bias dianalisis

DAFTAR PUSTAKA
AkiyamaMasaru, (2010), Microbially mediated sand solidification using calcium phosphate compounds,
Faculty of Engineering, Hokkaido University, Kata 13, Nishi 8, Kita-ku, Sapporo, Hokkaido 060-8628,
Japan
Altschul SF, Thomas LM, Schaffer AA, Zhang J, Zhang Z, Miller W, Lipman DJ. 1997. Gapped BLAST and
PSI-BLAST: a new generation of protein database search programs. Nucleic Acids Res 25:3389-402
Biol. Biochem. 31: 1563-1571 (http://id.wikipedia.org/wiki/Bioremediasi)
Brooker et al. (2008). Biology. McGraw-Hill. ISBN 978-0-07-110200-1
Chen, F.H. (1988), Foundation on Expansive Soils, American Elsevier Science Publ., New york.
Dejong, J.T,. B. M. Mortensen, B. C Martinez, D. C., Nelson . 2009. Bio-Mediated soil improvement. Ecol, Eng.
Doi: 10.1016/j.ecolemg.2008.12.029.

ISBN : 978-979-127255-0-6

Group Teknik Sipil


TS2 - 6

Volume 7 : Desember 2013

PROSIDING 20 13
Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK


Perkapalan
Sipil

Dejong, (2006), Microbially Induced Cementation to Control Sand Response to Undrained Shear. JOURNAL
OF GEOTECHNICAL ANDGEOENVIRONMENTAL ENGINEERING ASCE / NOVEMBER 2006 /
1391
Hardiyatmo, C. H. (2010), Mekanika Tanah 1, Gadjah Mada University Press, Jakarta.
Holtz, R.D., and Kovacs, W.D. (1981), An Introduction to Geotechnical Engineering, Prentice Hall Civil
Engineering and Engineering Mechanic Series.
Karol, R.H.2003. Chemical Grouting and Soil Stabilization. New York. P558
Keyka A. Hamed, Huad. K. B Bujang, Asadi A, Kawasaki S (2011) Electro-Biogrouting abd Its challenges, Int.
J. Electrochem. Sci., 7 (2012)1196 1204.
L. Cheng, (2012), In-Situ Soil Cementation with Ureolytic Bacteria by Surfa Percolation, Ecological
Engineering, 42 . pp. 64-72.
Lisdiyanti P, Suyanto E, Ratnakomala S, Fahrurrozi, Sari N.M, Gusmawati F.N (2011) Bacterial carbonate
precipitation for biogrouting, Prosiding Simposium Nasional Ekohidrologi, PP 219-232.
Lee, Young Nam. 2003. Calcite production by Bacillus amyloliquefaciens CMB01.
Journal of Microbiology, Vol. 4, no. 4.
Suprapto H, 2011. Application Of Microbiology To Improve Mechanical Properties Of Soil and Concrete.
Faculty Of Engineering University Indonesia.
Terzaghi, K dan R.B. Peck. (1987), Mekanika Tanah dalam Praktek Rekayasa I, Alih bahasa Bagus, W., dan K.
Benny. Erlangga, Jakarta.
Van Paassen, LA, Biogrout, ground improvement by microbial induced carbonate precipitation, 2009, Delft
University of Technology, pp 202.
Wesley, L. D. (1977), Mekanika Tanah, Badan Penerbit Percetakan Umum, Jakarta.
Wijngaarden V K.W M, Vermolen F.J, Meurs van M.A.G, Vuik C (2009) Modelling Biogrout: a new ground
improvementmethod based on microbial induced carbonateprecipitation, ISSN 1389-6520 Reports of the
Delft Institute of Applied Mathematics Delft 2009.

Volume 7 : Desember 2013

Group Teknik Sipil


TS2 - 7

ISBN : 978-979-127255-0-6

Permeabilitas Tanah Lempung Kepasiran


Arsitektur
Elektro
Geologi

ISBN : 978-979-127255-0-6

Siti Hijriani Nur & Siti Astycha Ananda Sofyan


Mesin
Perkapalan
Sipil

Group Teknik Sipil


TS2 - 8

Volume 7 : Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai