Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2003,
maka definisi apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian, penyalur
sediaan, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Dalam peraturan
ini seorang apoteker bertanggungjawab atas pengelolaan apotek, sehingga
pelayanan obat kepada masyarakat akan lebih terjamin keamanannya, baik
kualitas maupun kuantitasnya.
Apotek merupakan suatu institusi yang di dalam pelaksanaanya mempunyai
dua fungsi yaitu sebagai unit pelayanan kesehatan (patient oriented) dan unit
bisnis (profit oriented). Dalam fungsinya sebagai unit pelayanan kesehatan, fungsi
apotek adalah menyediakan obatobatan yang dibutuhkan masyarakat untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan fungsi apotek sebagai
institusi bisnis, apotek bertujuan untuk memperoleh keuntungan, dan hal ini dapat
dimaklumi mengingat investasi yang ditanam pada apotek dan operasionalnya
juga tidak sedikit. Pada saat ini kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula
hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang
berfokus pada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Peran apoteker diharapkan dapat menyeimbangkan antara aspek klinis dan aspek
ekonomi demi kepentingan pasien.
B. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi apotek yang menerapkan pelayanan kefarmasian yang bermutu,
berkualitas dan terpercaya serta menguntungkan bagi konsumen dan
karyawan.
2. Misi
Misi dari apotek adalah:

a. Menyediakan obat, alat kesehatan serta perbekalan kefarmasian lainnya


yang bermutu, berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.
b. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang tepat, cepat, ramah, informatif
dengan memerapkan konsep Pharmaceutical care secara profesional.
c. Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup seluruh karyawan dan pemilik
modal.
3. Strategi
Strategi dari apotek adalah :
a. Menjamin bahwa seluruh proses terapi obat yang diberikan merupakan
terapi obat yang tepat, efektif, nyaman dan aman bagi pasien.
b. Mengatasi masalah baru yang timbul dalam terapi obat dan mencegah
timbulnya masalah lain di masa yang akan datang.
c. Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin
d.
e.
f.
g.

melakukan pegobatan mandiri.


Melakukan efisiensi biaya kesehatan masyarakat.
Memberikan informasi dan konsultasi obat.
Melakukan monitoring obat dan evaluasi penggunaan obat.
Merancang SOP (standart operating procedure) dan standar organisasi

kerja.
h. Memberlakukan sistam reward dan punishment bagi seluruh karyawan.
C. Tujuan Pendirian Apotek
1. Sebagai tempat pengabdian profesi apoteker.
2. Melayani kebutuhan obat, bahan obat, alat kesehatan serta perbekalan farmasi
lainnya sesuai dengan kebutuhan masyrakat dengan berorientasi kepada
kepentingan dan kepuasan pasien sebagai implementasi kompetensi profesi
farmasis.
3. Memberikan dan menyediakan informasi, edukasi dan konsultasi kesehatan
kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan, khususnya obat dan cara pengobatan yang tepat.

D. Aspek Lokasi
Nama apotek yang akan didirikan adalah Apotek Sudrajat, terletak di Perumahan
Cikande Permai Blok A1 no 26, RT 005/RW 007, lokasi apotek strategis dan akan
menentukan keberhasilan apotek dan erat hubungannya dengan aspek pasar.
E. 1. denah lokasi : terlampiran
F. 2. datadata pendukung:
G. a. Kepadatan Penduduk
2

H. Apotek BERSAMA berada didaerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi,


I. dekat dengan kawasana perkantoran, sentra BANK swasta, hotel pertokoan
J. dan perumahan penduduk.
K. b. tingkat sosial dan ekonomi
L. tingkat pendidikan masyarakat relatif tinggi mengingat letak Apotek
M. BERSAMA yang berada di lingkungan kampus, perkantoran, pusat
N. perbelanjaan, dan sekolah. Dengan demikian tingkat kesadaran masyarakat
O. akan pentingnya keselamatan cukup baik. Keadaan ekonomi secara relatif
P. cukup baik.
Q. c. Pelayanan kesehatan lain
R. Sarana pelayanan kesehatan di sekitar apotek yang akan didirikan antara lain:
S. 1) Rumah Sakit Bethesda
T. 2) Rumah Sakit Panti Rapih
U. 3) Rumah Sakit Dr. Sardjito
V. 4) Rumah Sakit di DKT Kota Baru
W. 5) Rumah Sakit Bersalin Pura Raharja Kota Baru
X. 6) Klinik Husada Kota Baru

BAB II
PEMBAHASAN
3

A. Rumah Sakit Umum.


Rumah Sakit Umum melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya
memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk
mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan pertama.
Rumah Sakit Umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu
negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun
jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah
plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini
bisa saja bervariasi sesuai kemampuan penyelenggaranya.
Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical Center (pusat
kesehatan), biasanya melayani seluruh pengobatan modern.
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan
tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat
beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1203/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit,
dinyatakan bahwa:
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang
sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010 adalah:
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat.
Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan
diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan,
pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat
4

pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat penelitian dan
pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko
dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya
penyelenggaan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan
kesehatan.

B. Unsur dan Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum


Keorganisasian dalam rumah sakit menurut UU 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, yaitu paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit,
unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis,
satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Beberapa unsur
tersebut diatas dapat disederhanakan menjadi unsur staf medis, administrator atau
CEO (manajemen), pegawai, serta Governing Board. Unsur tersebut memiliki
kekuasaan dan peranan yang berbeda satu sama lain, antara lain:
1. Staf Medis
Staf medis terdiri dari semua dokter yang telah memiliki lisensi untuk merawat
pasien di rumah sakit. Staf medis memiliki sebuah oraganisasi yang disebut
Komite Medik. Komite Medik mbertanggung jawab langsung kepada pemilik
rumah sakit.
2. Administrator atau CEO
Administrator atau CEO memiliki peranan dan tanggung jawab terhadap segala
manajemen di semua bagian rumah sakit. Administrator dapat membuat
kebijakan, tidak tergabung dalam Komite Medik. Administrator mendapatkan
mandat dari governing body untuk menjalankan manajemen di rumah sakit sesuai
dengan visi dan misi rumah sakit tersebut. CEO juga memiliki wewenang
terhadap pegawai atau karyawan yang dipekerjakan di institusi tersebut, tetapi
tidak memiliki wewenang yang besar kepada staf medis, seperti pemberhentian.

3. Pekerja
Pekerja (employee) dalam UU Ketenagakerjaan 13 tahun 2000 adalah setiap orang
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Namun
5

dalam rumah sakit, pekerja adalah orang yang bekerja di rumah sakit namun
bukan merupakan staff medis.
4. Governing Body
Governing Body rumah sakit pada intinya adalah badan yang menjadi penghubung
formal antara sistem di dalam rumah sakit dengan masayarakat. Governing Body
Rumah Sakit adalah unit terorganisasi yang bertanggung jawab untuk menetapkan
kebijakan dan objektif rumah sakit, menjaga penyelenggaraan asuhan pasien yang
bermutu, dengan menyediakan perencanaan serta manajemen institusi. (Jacobalis
dalam Tinarbuka , 2011)
Sebagaimana kelembagaan atau organisasi pada umumnya, rumah sakit juga
memiliki susunan atau struktur organisasi. Struktur organisasi rumah sakit diatur
dalam beberapa kebijakan pemerintah. Kebijakan yang mengatur struktur rumah
rumah sakit antara lain adalah UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, PP RI
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dan Permenkes RI
Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
1.

Struktur Organisasi Rumah Sakit Menurut UU Nomor 44 Tahun 2009


Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan tentu memiliki acuan
dan pedoman untuk mengatur dalam penyelenggaraan. Berdasarkan yang tertera
dalam UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa setiap rumah sakit
harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel. Pengaturan
tentang struktur organisasi merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan
rumah sakit tersebut.
Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau
direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur
penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi
umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga medis yang
mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. Tenaga
struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan
Indonesia. Pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah
sakit.
6

2.

Struktur Organisasi Rumah Sakit Menurut PP RI Nomor 41 Tahun 2007


Rumah sakit daerah merupakan bagian dari organisasi
perangkat daerah. Rumah sakit daerah adalah sarana kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat yang dikategorikan ke dalam rumah sakit
umum daerah dan rumah sakit khusus daerah. Sebagaimana
organisasi yang lainnya, rumah sakit juga memiliki struktur
organisasi. Berdasarkan PP RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, struktur organisasi rumah sakit
diklasifikan menurut tipe atau kelas.

3.

Struktur Organisasi Rumah Sakit Menurut Permenkes RI Nomor


1045/Menkes/Per/XI/2006
Sebagaimana

yang

tertera

pada

Permenkes

RI

Nomor

1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di


Lingkungan Departemen Kesehatan bahwa terdapat susunan organisasi di dalam
suatu rumah sakit. Susunan atau struktur organisasi yang ada di rumah sakit
berbeda-beda tergantung kepada tipe atau kelas. Di sini hanya akan dijelaskan
mengenai sturktur organisasi Rumah Sakit Umum Tipe D. Berikut bagan struktur
organisasi Rumah Sakit Umum Tipe D :

DIREKTUR

KOMITE

KOMITE

SPI
SEKSI

SEKSI

SUBBAGIAN

SUBBAGIAN

SUBBAGIAN

Gambar Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas D (Permenkes RI Nomor


1045/Menkes/Per/XI/2006)
SMF

INSTALASI

KJF

INSTALASI

KJF

Penjelasan mengenai struktur organisasi rumah sakit di atas antara lain:

1. Satuan Pengawas Intern (SPI) adalah Satuan Kerja Fungsional yang bertugas
melaksanakan intern rumah sakit. Satuan Pengawas Intern berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit. Satuan Pengawas Intern
dibentuk dan ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
2. Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi
dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada pimpinan rumah
sakit dalam rangka

peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit.

Pembentukan komite ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan


rumah, sekurang-kurangnya terdiri dari Komite Medik serta Komite Etik dan
Hukum. Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan
rumah sakit.
3. Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian rumah sakit.
Pembentukan instalasi ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan
rumah sakit. Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan
diberhentikan oleh pimpinan rumah sakit.
4. Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
8

5. Staf Medik Fungsional (SMF) adalah kelompok dokter yang bekerja di bidang
medis dalam jabatan fungsional. Staf medik fungsional mempunyai tugas
melaksanakan diagnosa, pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan
dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, pendidikan, pelatihan, penelitian dan
pengembangan.

Dalam

melaksanakan

tugasnya,

staf

medik

fungsional

menggunakan pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait.


Kebijakan yang mengatur tentang organisasi rumah sakit yaitu meliputi
peraturan yang ada di dalam rumah sakit. Di dalam rumah sakit ada dua kelompok
peraturan, yaitu peraturan dasar yang merupakan anggaran rumah tangga rumah sakit
yang disebut peraturan internal rumah sakit dan kebijakan teknis operasional. Untuk
lebih jelasnya, kedua kelompok peraturan tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Peraturan internal rumah sakit
a. Mempunyai jenjang tertinggi karena merupakan anggaran dasar atau anggaran
rumah tangga suatu rumah sakit.
b. Disusun dan ditetapkan oleh pemilik rumah sakit atau yang mewakili.
c. Pada umumnya mengatur tentang visi, misi, tujuan organisasi rumah sakit dan
hubungan pemilik, direktur rumah sakit, dan staff medis.
2. Kebijakan teknis operasional
a. Acuan untuk menyusun adalah peraturan internal rumah sakit
b. Disusun dan ditetapkan oleh Direktur rumah sakit
c. Pada umumnya terdiri dari kebijakan dan prosedur di bidang administrasi,
medis, penunjang medis dan keperawatan
d. Kebijakan teknis ada yang berupa surat keputusan, sebagai contoh surat
keputusan

pengangkatan,

penempatan

atau

pemberhentian

pegawai.

Pembuatan surat keputusan tersebut tentunya berdasarkan pelimpahan


kewenangan yang tercantum di dalam peraturan internal rumah sakit.
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) adalah peraturan yang
mengatur pemilik rumah sakit atau yang mewakili, direktur rumah sakit, dan staf
medis. Dalam peraturan internal rumah sakit diperlukan acuan beberapa hal apa saja
yang perlu diatur di dalam peraturan internal rumah sakit yang terkait dengan pemilik
rumah sakit atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan staf medis, sedangkan isi
masing-masing aturan tersebut merupakan kespesifikan setiap rumah sakit.

Mengacu pada triad atau tiga tungku sejerangan yang terdiri dari pemilik
rumah sakit atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan staf medis, maka ada dua
set peraturan internal rumah sakit, yaitu:
1. Peraturan internal yang mengatur hubungan pemilik atau yang mewakili dengan
direktur rumah sakit (pengelola rumah sakit) yang disebut peraturan internal
korporate (Corporate Bylaws)
2. Peraturan internal yang mengatur staf medis yang diseut peraturan internal staf
medis (Medical Staff Bylaws).
.
C. PERMENKES Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010
Dalam peraturan ini yang dimaksudkan dengan:
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit.
3. Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas Rumah Sakit berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan.
4. Fasilitas adalah segala sesuatu hal yang menyangkut sarana, prasarana maupun
alat (baik alat medik maupun alat non medik) yang dibutuhkan oleh rumah sakit
dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pasien.
5. Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh mata
maupun teraba oleh panca indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien
dan (umumnya) merupakan bagian dari suatu bangunan gedung ataupun bangunan
gedung itu sendiri.
6. Prasarana adalah benda maupun jaringan / instansi yang membuat suatu sarana
yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
7. Tenaga tetap adalah tenaga yang bekerja di rumah sakit secara purna waktu dan
berstatus pegawai tetap.
10

Setiap rumah sakit wajib mendapatkan penetapan kelas dari Menteri. Rumah
sakit dapat ditingkatkan kelasnya setelah lulus tahapan pelayanan akreditasi kelas
dibawahnya.
Rumah sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya
pelayanan medik umum, gawat darurat, pelayanan, keperawatan, rawat jalan, rawat
inap, operasi/bedah, pelayanan medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi,
sterilisasi, rekam medik, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan
kesehatan masyarkat, pemulasaran jenazah, laundry, dan ambulance, pemeliharaan
sarana rumah sakit, serta pengolahan limbah.
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum
diklasifikasikan menjadi:
a.
b.
c.
d.

Rumah Sakit Umum Kelas A


Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah Sakit Umum Kelas D
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan:

a.
b.
c.
d.
e.

Pelayanan;
Sumber Daya Manusia;
Peralatan;
Sarana dan Prasarana; dan
Administrasi dan Manajemen.
Di sini kami hanya akan menjelaskan mengenai Klasifikasi Rumah Sakit

Umum Tipe D. Di Rumah Sakit Umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
Kriteria, fasilitas dan Kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik
Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana. Pelayanan
Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan 24 jam dan 7 hari seminggu
dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat,
melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
11

Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 dari 4 jenis pelayanan


spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri
dan Ginekologi. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan
Radiologi. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan High Care Unit, Pelayanan
Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik. Pelayanan Penunjang
Non Klinik terdiri dari pelayanan laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan
Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi,
Kamasr Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampung Air
Bersih.
Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
Pada pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 orang dokter umum dan 1 orang
dokter gigi sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 1
orang dokter spesialis dari 2 jenis pelayanan spesialis dasar dengan 1 orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap. Perbandingan tenaga keperawatan dengan tempat tidur
adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah
Sakit. Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.
Sarana Prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri. Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang
ditetapkan oleh Menteri. Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Jumlah tempat tidur minimal 50 buah.
Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana.
Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur
Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis,
komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.
Tatakelola sebagaimana meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan,
standar operasional prosedur (SOP), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.

12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

13

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010.


http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_sakit

14

Anda mungkin juga menyukai