Anda di halaman 1dari 5

Ringkasan

Etiologi gangguan temporomandibular (TMD) yang kaitannya dengan gangguan oklusi telah
diteliti dari jaman dahulu hingga saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan antara diagnosa klinis TMD dengan berbagai jenis gangguan oklusi (gangguan posisi
central (RCP) dengan posisi interkuspal (ICP) yang bergeser lebih dari 1mm, working
interferences, and nonworking interferences selama pergerakan mandibula ke samping dank e
depan) pada usia dewasa muda, objek penelitian bukanlah pasien di klinik. Penelitian ini
menggunakan kuesioner mengenai riwayat dan pemeriksaan fungsional secara klinis. [enelitian
ini menggunakan sampel sebanyak 230 orang yang semuanya laki laki (wajib militer), berusia
19-28 tahun (rata rata 21,3 2,1). Prevalensi gangguan oklusal dari semua sampel yaitu 65%
tidak memilik gangguan oklusal selama pemeriksaan keadaan fungsi oklusi, sementara 14%
mengalami gangguan sentris (RCP-ICP geser lebih besar dari 1 mm), 5% mengalami working
interferences, dan 16% mengalami nonworking interferences pada saat mandibula digerakan ke
lateral dan ke depan. Analisis statistik (uji Chi square) tidak menunjukkan perbedaan signifikan
dalam distrubusi dari gangguan oklusal antarakelompok dengan diagnosis klinis TMD dan
kelompok tanpa gejala. Kami menyimpulkan bahwa diagnosis klinis TMD (Otot dan gangguan
sendi temporomandibular) tidak berhubungan dengan gangguan oklusal. Penelitian ini
difokuskan pada populasi non-pasien laki-laki dewasa muda dan hasilnya mungkin tidak berlaku
untuk masyarakat umum.
Kata kunci: gangguan oklusal, gangguan temporomandibular.
Pendahuluan
Etiologi gangguan temporomandibular (TMD) dianggap salah satu yang paling masalah
yang kontroversial kedokteran gigi. Di masa lalu, oklusi dipandang sebagai factor etiologi utama
untuk TMD. Dan juga gangguan oklusal mungkin menjadi factor etiologi dari gangguan
fungsional dalam system pengunyahan. Dari semua jenis hubungan oklusal, gangguan sentrik
dianggap sebagai factor yang paling berpengaruh dalam TMD, dan paling sering didiskusikan.
Penelitian pada subjek non-pasien telah ditemukan kolerasi yang signifikan antara TMD dan
gangguan oklusal, meskipun hasil penelitian ini belum tentu sama di semua kelompok umur. Di
sisi lain, penelitian secara longitudinal gagal menemukan kolerasi antara gangguan oklusal dan

TMD. Sebuah penelitian lain yang dipilih untuk perbandingan pada percobaan ini menunjukkan
bahwa masalah TMD dan gangguan oklusi sangatlah kompleks dan tidak sepenuhnya dipahami.
Sementara itu beberapa peneliti telah gagal dalam percobaan untuk menunjukkan efek dari oklusi
premature, dan yang banyak peneliti lain yang menunjukkan efek klinis yang tidak konsisten ,
secara pemeriksaan elektromiografi dan electrognathographic memberikan penilaian yang
berbeda beda dari gangguan oklusi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara diagnosis klinis
TMD dan jenis gangguan oklusi pada populasi dewasa muda non-pasien.
Metode dan Subjek
Penelitian ini melibatkan 230 subjek tertentu yaitu kelompok wajib militer yang
memerlukan perawatan konservatif-endodontik atau kontrol dalam program pencegahan. Subyek
dengan kondisi klinis akut tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Pemeriksaan berdasarkan data
dari riwayat dan pemeriksaan klinis fungsional. Semua subjek adalah laki-laki di kelompok usia
19-28 tahun (rata-rata 21,3 2,1).
Gangguan oklusal adalah kontak oklusal tidak normal yang dapat menghasilkan
penyimpangan mandibula selama penutupan pada intercuspation maksimum atau dapat
menghalangi kontak halus dari dan posisi intercuspal. Hubungan fungsional

oklusal yaitu

working, nonworking (balancing, mediotrusive) occlusal interferences, and length and symmetry
of retruded contact position - intercuspal position (RCP-ICP) slides (centric interferences).
Gangguan kerja dapat terjadi ketika ada kontak antara rahang dan rahang bawah pada
gigi posterior dari sisi lengkung yang sama selama pergerakan mandibula ke berbagai arah. Jika
kontak tidak terlalu kuat pada saat gigi anterior berkontak maka itu adalah gangguan. Non
working interference adalah kontak gigi antara rahang atas dan rahang bawah di sisi lengkung
berlawanan dimana mandibula bergeser ke lateral dan ke depan. Working interference adalah
kontak premature yang terjadi antara posisi kontak retruded (RCP) dan posisi intercuspal (ICP)
saat mandibula menutup. Hal ini akan menyebabkan defleksi mandibula di posterior, anterior dan
/ atau arah lateral.
Sehubungan dengan tanda-tanda dan gejala klinis TMD yang dilaporkan dalam penelitian
ini, subyek dikategorikan menggunakan klasifikasi diagnostic American Academy untuk

penyakit Orofacial Sakit. Menurut klasifikasi, kelompok berikut yang diidentifikasi: kelompok
dengan gangguan otot (Myalgia), kelompok dengan gangguan sendi temporomandibular
(perpindahan disc dengan reduksi), dan kelompok dengan gangguan otot dan temporomandibular
secara bersamaan. Test Chi Pearson square digunakan ketika 2 x 2 tabulasi silang berlaku. Nilai
P <0,05 diperlukan untuk menerima perbedaan statistic signifikan antara diagnosis klinis TMD
dan berbagai jenis intereferences oklusal pada populasi orang dewasa muda non -patient.
Pengolahan data statistik dicapai melalui program paket Statistika untuk Windows, Rilis 5.1 H
(StatSoft), dan SPSS for Windows, Rilis 7,5.
Hasil
Tabel 1 menunjukkan prevalensi diagnosis klinis TMD pada populasi dewasa muda nonpasien. Dari jumlah total populasi yang diperiksa, 65,7% dari subyek diklasifikasikan sebagai
subyek asimtomatik, 5,7% subjek memiliki gangguan otot (myalgia), 9,1% memiliki kelainan
sendivtemporomandibular (perpindahan disk dengan reduksi), dan 19,6% subyek memiliki
gangguan otot dan gangguan sendi temporomandibular, secara bersamaan.
Prevalensi gangguan oklusal pada 230 dewasa muda non-pasien, 65% tidak gangguan
oklusal selama pemeriksaan oklusi fungsional., sementara 14% dari subyek memiliki gangguan
sentris (RCP-ICP geser lebih besar dari 1 mm), 5% memiliki working interference dan 16%
memiliki nonworking interference selama pergerakan mandibula ke lateral dan depan.
Uji chi square Pearson

yang digunakan untuk menguji perbedaan berbagai jenis

gangguan oklusal antara subjek yang asimtomatik dan subjek dengan gangguan otot (myalgia)
dan gangguan sendi temporomandibular (perpindahan disk dengan reduksi). Statistik signifikansi
ditetapkan pada tingkat p <0,05. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa distribusi gangguan
oklusal tidak secara signifikan statistic ketika dibandingkan dalam beberapa kasus, contoh pasien
dengan diagnosis dan control yang spesifik bebas dari gejala dan tanda TMD.
Diskusi
Kontroversi mengenai hubungan antara oklusi dan TMD belum pernah dipecahan.
Banyak pendapat yang bertentangan mungkin karena fakta bahwa kurangnya dasar teori dari
penelitian di bidang ini. Diagnosis TMD menggambarkan pentingnya hubungan oklusi pada

etiologi TMD, para praktisi juga berfokus pada factor oklusal dalam diagnosis dan perawatan
TMD. Dari 230 subyek penelitian, 79 orang (34,3%) diklasifikasikan sebagai memiliki
gaangguan otot dan gangguan sendi temporomandibular. Data klinis ini dapat dibandingkan
dengan penelitian serupa pada populasi non-pasien, yaitu dilaporkan secara keseluruhan
prevalensi TMD dari 40 sampai 60%.
Tidak ada kesepakan yang sama pada jenis gangguan fungsi pada etiologi TMD. Tipe
gangguan oklusal yang klasik sering ditemukan menurut survei epidemiologi bahkan pada
populasi non-patient. Korelasi yang ditemukan antara gangguan oklusi dan TMD secara
epidemiologi dan studi klinis, tidak dapat memberikan kesimpulan klinis yang relevan . Dalam
penelitian ini, analisi statistic tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam distribusi
gangguan oklusal (central, working, dan nonworking interference) antara kelompok dengan
diagnosis gangguan otot (Myalgia), gangguan sendi temporomandibular (perpindahan disk
dengan reduksi), atau kombinasi dari gangguan keduanya dan kelompok asimtomatik.
Di antara jenis perubahan oklusal yang dianggap sebagai faktor yang berkontribusi TMD,
gangguan sentries dan gangguan nonworking yang paling sering ditemukan. Ada juga beberapa
studi tentang efek working side interferences pada system pengunyahan. Dalam studinya,
Westling menemukan remaja yang non-pasien, gangguan sentries tidak mempengaruhi
perkembangan TMD, namun dapat dianggap sebagai faktor prediktif untuk gangguan sendi
temporomandibular. Hasil yang sama dilaporkan di kalangan non-pasien, menunjukkan
hubungan signifikan antara nonworkingi nterferensi dan TMD. Sebagian besar penelitian ini
cross-sectional dan sulit untuk menarik kesimpulan mengenai hubungan sebab-akibat dari
mereka. Hasil ini bertentangan temuan Egermark-Eriksson et al, Kirveskari & Alanen, Watanabe
et al yang menemukan tidak ada korelasi antara nonworking interference dan tanda-tanda dan
gejala TMD dalam studi longitudinal.
Di sisi lain, Minagi et al menyimpulkan dasar studi mereka, hubungan nonworking
interference dengan suara sendi dan perpindahan kondil secara vertical dengan sisi nonworking
yang normal. Pada penelitian kekuatan pengunyahan selama clenching, Kikuchi, Korioth
& Hannam

menemukan bahwa

nonworking interference menurunkan beban kondil, ini

mendukung konsep klinis Minagi et al.

Menurut temuan studi ini, sulit untuk menunjukkan bahwa working interference
(prevalensi rendah5%) menyebabkan perubahan substansial dalam sistem pengunyahan. Hasil
penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa working interference bukan merupakan faktor
penting yang terkait dengan TMD.
Masalah gangguan oklusal yang baik atau buruk bagi fungsi dan kesehatan system
pengunyahan telah menjadi topik berbagai penelitian. Namun, tidak ada kespakatan yang telah
dicapai. Masih terdapat ketidakpastian mengenai seperti prevalensi gangguan oklusi pada
perbedaan usia dan perubahan pola dari waktu ke waktu. Salah satu alas an perbedaan besar
dalam prevalensi antara penelitian ini mungkin berhubungan dengan variasi definisi
Dari masing - masing klasifikasi gangguan dan kontak. Alasan lain mungkin kurangnya
sebuah pengukuran standar. Teknik yang berbeda untuk mengidentifikasi pola kontak cenderung
menghasilkan hasil yang divergen. Selain itu, struktur kausal dari penjelasan TMD hanya dapat
dicapai dengan peneliatn secra longitudinal, bukan dengan desain penelitian cross-sectional.
Terlepas dari keterbatasan, temuan dalam penelitian ini dan sesuai dengan berbagai
penelitian menunjukkan tidak ada korelasi antara gangguan oklusal dan TMD. Sebagian besar
kemajuan di masa depan pada bidang TMD berasal dari penelitian mekanisme patofisiologis
yang intensif mengenai dasar nyeri sendi dan otot, serta fenomena nyeri neuroplastisita yang
menyebabkan nyeri kronis.yang. Penelitian tersebut harus memberikan dasar ilmiah untuk
mengembangkan target perawatan jaringan yang akan membalikan proses patologis, bukan
hanya berdasarkan gejala yang terkait. Namun, kita tidak dapat melupakan rencana dan dan
tindakan klinis yang berkesinambungan dalam menguji, menerapkan, dan control, contoh
penelitian laboratorium. Pada akhirnya, hubungan antara oklusi dan TMD dapat ditemukan
berdasarkan penerimaan bukti yang kuat pada penelitian yang berkualitas tinggi.

Anda mungkin juga menyukai