Anda di halaman 1dari 4

Hubungan Diagnosis Pulpa dengan hipertensi dan penyakit kardiovaskular

Diagnosis penyakit pulpa didasarkan pada tanda dan gejala klinis oleh karena sedikit atau
tidak adanya korelasi antara data histologik penyakit pulpa dan gejalanya
A. Diagnosis Penyakit pulpa dengan Hipertensi
Obat antihipertensi dapat menginduksi serangkaian efek samping pada rongga mulut.
Pada situasi seperti itu, pasien dapat mengalami manifestasi dalam bentuk xerostomia, reaksi
yang

lichenoid,

sensasi

mulut

terbakar,

hilangnya

sensasi

rasa

atau

hiperplasia gingiva, serta manifestasi ekstraoral seperti sialadenosis.


B. Diagnosis Penyakit Pulpa dengan penyakit kardiovaskular
Penelitian yang dilakukan para ilmuwan Inggris dan Irlandia menunjukkan adanya
keterkaitan antara gigi dan penyakit jantung. Ilmuwan Inggris dan Irlandia mengatakan,
bakteri streptococcus bisa memasuki aliran darah melalui gigi berlubang dan gusi yang
bengkak
Infeksi dari bakteri streptococcus dapat dilawan karena tubuh memiliki sel-sel yang
berperan sebagai daya tahan tubuh. Namun, apabila daya tahan tubuh lemah, maka infeksi
bakteri akan semakin luas. Pada tahap awal, infeksi masih terlokalisir di ujung akar dari gigi
yang berlubang. Biasanya timbul rasa tidak nyaman atau sakit saat gigi tersebut dipakai
mengunyah. Jika tidak dirawat, infeksi akan menyebar dan ada risiko terjadinya kematian.
Penyakit jaringan pulpa dapat menyebabkan penyakit jantung dikarenakan terjadinya
penyebaran penyakit gigi ke organ tubuh lain. Hal ini dapat dijelaskan melalui teori focal
infection (FI). Fokal infeksi adalah infeksi kronis di suatu tempat dan memicu penyakit di
tempat lain. Fokal infeksi terjadi saat mikroorganisme yang berasal dari gigi dan mulut
menyebabkan infeksi atau penyakit di bagian tubuh lain. Dampak penyakit gigi pada jantung
dapat berupa jantung koroner, angina, peradangan otot, serta peradangan pada katup jantung
(endokarditis) .
Selain itu, ada beberapa teori yang menyatakan hubungan antara penyakit mulut dengan
penyakit jantung. Salah satu teori tersebut menyatakan bahwa bakteri dari mulut (oral
bacteria) masuk ke dalam pembuluh darah dan menyerang simpanan lemak yang terdapat

pada saluran darah menuju jantung dan akan menimbulkan bekuan. Bekuan akan
menghambat alian darah ke jantung, sehingga aliran nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan
menjadi terhambat yang akan menyebabkan serangan jantung.
Mekanisme
Bakteri dan mikroorganisme yang terdapat di lubang gigi maupun pada gusi yang rusak
dapat masuk ke dalam sirkulasi darah melewati gusi yang berdarah. Bakteri ini dengan mudah
menyerang katup jantung maupun otot jantung yang telah melemah. Bakteri yang masuk ke
sirkulasi darah dapat memproduksi enzim yang akan membuat keping darah (trombosit)
saling menempel. Proses inilah yang menyebabkan terbentuknya bekuan darah sehingga
terjadi penyumbatan pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
Selain itu, bakteri dapat melekat pada lapisan lemak di pembuluh darah jantung sehingga
lapisan lemak akan semakin tebal. Kondisi ini akan menghambat aliran darah serta penyaluran
nutrisi dan oksigen ke jantung, sehingga jantung tidak dapat berfungsi semestinya .
C. penatalaksanaa penyakit pulpa dengan hipertensi dan kardiovaskular
Pasien hipertensi yang terkontrol dengan baik tidak memiliki risiko dalam praktek
klinis. Konsultasi dengan dokter umum disarankan untuk mengetahui tingkat kontrol
hipertensi dan obat yang dikonsumsi pasien. Pasien harus diinstruksikan untuk tetap
meminum obatnya seperti biasa pada saat perawatan gigi. Sebelum dilakukan perawatan gigi,
tekanan darah pasien harus diperiksa dan jika tekanan darahnya tinggi,perawatan harus
ditunda sampai tekanan darahnya normal. Lebih baik perawatan dilakukan di pagi hari.
Karena pada pasien dengan kecemasan yang besar, diperlukan untuk mengkonsumsi obat
anxiolitic (5-10 mg diazepam malam sebelumnya dan 1-2 jam sebelum perawatan). Teknik
anestesi lokal yang baik harus dilakukan, untuk menghindari injeksi intravaskular dengan
maksimum penggunaan 2 ampule anestesi dengan vasokonstriktor. Jika lebih anestesi
tambahan diperlukan, harus diberikan tanpa vasokonstriktor. Penggunaan benang jahit yang
dapat diserap harus tidak mengandung adrenalin. Selama perawatan, perubahan mendadak
dalam Posisi tubuh harus dihindari, karena dapat menyebabkan hipotensi ortostatik sebagai
efek

samping

dari

obat

penurun

tekanan-darah.

Ketika tekanan darah pasien tidak terkontrol, lebih baik pasien dirujuk ke dokter umum untuk

mengontrol tekanan darah sebelum perawatan gigi. Dalam kasus emergensi, pengobatan yang
dilakukan harus konservatif, dengan penggunaan obat analgesik dan antibiotik. Tindakan
operasi harus dihindari sampai tekanan darah terkontrol.
Obat-obatan

antiinflamasi

nonsteroid

(NSAIDs)

tertentu,

seperti

ibuprofen,

indometasin atau naproxen, bisa berinteraksi dengan obat antihipertensi (beta-blocker,


diuretics, ACEI), sehingga dapat menurunkan efek antihypertensi mereka. Biasanya lebih dari
lima hari pengobatan dengan kedua jenis obat yang diperlukan untuk interaksi dengan
manifesti; sebagai hasilnya, NSAID tidak boleh diberikan selama lebih dari lima hari.

Anestesi lokal dengan vasokonstriktor


Kontroversi yang ada tentang penggunaan anestesi lokal dengan vasokonstriktor
dijelaskan oleh kemungkinan efek samping dari zat ini pada tekanan darah dan / atau
denyut jantung. Namun, penelitian berbeda menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan
yang signifikan dalam tekanan darah yang diinduksi dengan menggunakan anestesi
dengan vasokonstriktor dalam perawatan gigi. Silvestre et al. Mengamati bahwa tidak ada
perubahan yang signifikan pada tekanan darah sistolik sebelumnya, selama atau setelah
ekstraksi gigi - tekanan darah terendah didata pada akhir prosedur, dan tertinggi saat
ekstraksi. Pasien dengan penyakit kardiovaskuler memiliki resiko yang lebih besar jika
menggunakan anestesi lokal yang mengandung adrenalin. Kontrol nyeri sangat penting
selama prosedur gigi, dan epinefrin merupakan kontrol perdarahan yang sangat baik pada
anestesi lokal. Namun demikian, penggunaan vasokonstriksi harus dibatasi, tidak
melebihi 0,04 mg adrenalin (2 carpules mengandung 1,8 ml anestesi dengan adrenalin 1:
100.000).

Hukum dan etika yang terkait ilmu konservasi gigi


Dokter gigi bekerja dalam tim secara efektif dan efisien untuk mencapai kesehatan
gigi dan mulut yang prima. Bekerja sama secara terintegrasi diantara berbagai bidang ilmu
kedokteran gigi dalam melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang prima.
Melaksanakan kerja sama dalam tim secara professional. Melakukan rujukan kepada
sejawat yang lebih kompeten secara interdisiplin dan intradisiplin.
Daftar pustaka :

Cruz-Pamplona, Marta, dkk. Dental Considerations in patients with heart disease. J Clin Expt
Dent.2011;3(2):e97-105
Cotti,Elisabetta, Cristina,dkk. Can a chronic dental infection be considered a cause of cardiovascular
disease? A review of the literature. International Journal of Cardiologi . 2010.12803.no1-7
Standart Kompetensi Dokter Gigi. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006

Anda mungkin juga menyukai