Anda di halaman 1dari 3

Makanan Cepat Saji dan Penurunan Fungsi Otak

Pendahuluan
Seiring dengan bertambahnya umur dunia, hal yang berada di dalamnya juga
ikut

berubah.

Mode

pakaian,

kendaraan,

makan berkembang secara terus menerus dan tanpa

gaya

hidup,

batas. Semakin

dan

pola

berjalannya

waktu kesibukan manusia pun semakin bertambah. Sejak abad ke-19, saat
dimulainya babak baru indusri AS, masyarakat tradisional memasuki dunia kerja
industri dengan kebiasaan baru. Mereka harus bekerja 8 -10 jam sehari, sehingga
mereka harus memanfaatkan waktu secara efisien. Waktu untuk beristirahat dan
makan pun harus diatur secara tepat. Tak hanya para pekerja, para pelajar zaman
sekarang pun lebih sedikit mempunyai waktu untuk bersantai. Mereka cenderung
sibuk untuk mengerjakan tugas, kegiatan di dalam sekolah ataupun kesibukan
diluar sekolah.
Kesibukan masyarakat seringkali membuat mereka lupa atau tidak sempat
menyediakan makanan yang sehat untuk dikonsumsi. Namun semua itu bukan
menjadi hal yang sulit lagi, mengingat banyaknya makanan cepat saji yang beredar
di mayarakat. Mayoritas masyarakat menetapkan pilihan pada produk-produk instan
ini karena praktis dan enak, sehingga masalah waktu makan pun dapat teratasi.
Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Hardinsyah MS.,
pengertian makanan cepat saji adalah makanan yang dapat disiapkan dan
dilayankan dengan cepat. Biasanya istilah ini merujuk kepada makanan yang dijual
di sebuah restoran atau toko dengan persiapan yang berkualitas rendah dan
dilayankan kepada pelanggan dalam sebuah bentuk paket untuk dibawa pergi,
seperti hamburger, kentang goreng dari McDonalds, KFC dan Pizza Hut.
Pengaruh makanan cepat saji terhadap penurunan kecerdasan otak
Makanan cepat saji adalah makanan yang tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan manusia. Banyak keuntungan yang ditawarkan yaitu harga yang
terjangkau, mudah didapatkan, dan Jenis dari makanan cepat saji sangat bervariasi
sehingga para konsumen tidak bosan mengonsumsi makanan tersebut. Selain itu,
rasanya yang enak dan gurih dapat memanjakan lidah dan menyebabkan
ketagihan.
Namun, banyak masyarakat tidak mengetahui bahwa dibalik keuntungan
makanan cepat saji terdapat banyak kerugian, terutama bagi kesehatan. Makanan
ini sering disebut-sebut makanan yang tidak sehat bagi tubuh. Hal ini dikarenakan,
kandungan nutrisinya sangat rendah atau kalori terlalu tinggi. Makanan cepat saji
hanya mengandalkan rasanya yang enak. Umumnya yang termasuk dalam
golongan makanan cepat saji adalah makanan berkadar garam (sodium) tinggi,

bergula tinggi, berlemak jenuh,dan kolesterol tinggi, namun kandungan nutrisi


seperti protein, vitamin, dan mineral sangat sedikit.
Makanan cepat saji dapat mempengaruhi fungsi kerja organ tubuh manusia,
salah satu contohnya yaitu dapat mempengaruhi fungsi kerja otak. Makanan cepat
saji dapat mengubah cara kerja dopamin pada otak manusia. Dopamin yang
terganggu akan menyebabkan manusia cepat mengalami kegemukan. Dopamin
juga

mempengaruhi

kebahagiaan

dan

depresi,

perubahan

mood,

Sulit

berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran, dan insomnia atau sulit tidur.


Makanan cepat saji juga dapat menyebabkan peningkatan jumlah protein
uncoupling 3 di sel-sel otak, sehingga sel-sel otak kurang efisien dalam
menggunakan oksigen untuk membuat energi yang diperlukan dalam berpikir. Hal
ini dapat menyebabkan seseorang berpikir lambat dan

dalam jangka waktu

panjang dapat menurunkan kecerdasan otak.


Kebanyakan anak- anak dan remaja lebih suka mengonsumsi makanan cepat
saji rasa manis seperti minuman bersoda, donat, permen, dan kue. Makanan
tersebut mengandung gula tinggi yang dapat menyebabkan terganggunya
penyerapan protein dan nutrisi. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan gizi
yang akan mengganggu perkembangan otak.
Sebuah penelitian juga
mengungkapkan bahwa anak yang mengonsumsi makanan cepat saji yang kaya
lemak dan gula memiliki tingkat IQ yang lebih rendah dibandingkan anak yang
mengonsumsi makanan buatan rumah yang bernutrisi.
Kalori berlebih dapat memicu respon adiktif di otak. Sifat adiktif makanan
cepat saji seperti narkoba, yaitu memberi efek fly, tenang, dan nyaman. Kadar
lemak dalam makanan ini juga dapat membuat konsumen lepas kendali, salah satu
ciri adiksi. Sebuah studi oleh Paul Johnson dan Paul Kenny di The Scripps Research
Institute pada tahun 2008 menduga bahwa konsumsi junk food mengubah aktifitas
otak dengan cara yang mirip dengan obat adiktif seperti kokain atau heroin. Mereka
menyatakan bahwa orang yang sering mengonsumsi makanan cepat saji akan sulit
untuk berhenti mengonsumsinya.
Penutup
Di satu sisi makanan cepat saji ternyata menimbulkan kerugian bagi otak.
Semakin banyak makanan cepat saji yang dikonsumsi, maka semakin cepat fungsi
otak akan rusak. Fungsi otak dapat diperbaiki apabila apabila didukung oleh
makanan dan minuman yang sehat. Makanan dan minuan yang sehat dapat
diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti memilih whole grain atau sumber
serat dan karbohidrat yang masih murni dibanding yang sudah diproses, makan
ikan dan sumber protein rendah lemak, memasukkan buah dan sayur pada pola
makan harian, dan mengurangi kadar gula, lemak dan makanan olahan.
Selalu membawa bekal kemanapun kita pergi adalah salah satu solusi
menghindari konsumsi makanan cepat saji. Cara ini dapat mencegah kita untuk
mengonsumsi makanan secara sembarangan.

Anda mungkin juga menyukai