Anda di halaman 1dari 4

SINOPSIS BUKU FIKSI

Disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia


kelas XII semester I

Disusun oleh:
Nama

: Dwi Ariani

Nomor

: 12

Kelas

: XII IPA 5

SMA NEGERI 1 PEKALONGAN


TAHUN AJARAN 2014/2015
Jl. R.A. Kartini No 39 Telp. (0285) 421190
Pekalongan

A. Identitas buku
Judul
: Obama dari Asisi
Pengarang
: Damien Dematra
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit
: 2010
Jumlah halaman
: 232 halaman
Kategori buku : Fiksi
B. Sinopsis
Barry Soetoro terlahir dari seorang ayah berdarah Afrika dan
seorang ibu berdarah Amerika, Stanley Ann Dunham Soetoro. Saat usia
Barry menginjak 7 tahun, ia pindah dari Hawaii ke Indonesia. Ia tinggal
bersama

bersama Ann dan ayah tirinya yang berdarah Jawa, Lolo

Soetoro.
Barry sekolah di Sekolah Asisi, daerah Menteng Dalam. Ia tidak
menguasai bahasa Indonesia dengan baik, sehingga ia mengalami
kesulitan

dalam

memahami

pelajaran.

Ann

membantu

Barry

memahami pelajaran dengan cara memberinya tambahan pelajaran


setiap pukul 4 pagi. Kebiasaan tersebut membuat Barry terbiasa
disiplin waktu.
Barry sering mendapat nilai buruk di awal kelas 1, namun ia tidak
patah semangat. Ia selalu berlatih kosakata bahasa Indonesia dengan
ayahnya, Lolo. Ia juga mendapat tambahan pelajaran setiap pulang
sekolah dari gurunya, Ibu Israella.
Seiring berjalannya waktu, kemampuan Bahasa Indonesia Barry
mulai membaik. Prestasinya semakin meningkat. Saat pengumuman
hasil ulangan akhir semester pertama, Barry mendapat rangking 10.
Ini merupakan hal yang sangat baik bagi anak yang selama setengah
tahun masih mencoba mempelajari bahasa Indonesia. Lolo, Ann, dan
Ibu Israella bangga terhadap kemajuan Barry.
Barry mulai mempunyai teman baik, yaitu Yunaldi, Dodot, Ika, Ikes,
dan Anteng. Setiap hari Barry menyempatkan diri bermain dengan
mereka, seperti main pletokan, gundu, petak umpet, dan bermain di
empang. Namun ada beberapa anak yang tidak suka dengan Barry,
yaitu Toni, Edi, Heri, dan Sorong. Mereka adalah senior Barry di sekolah
yang duduk di kelas 5. Mereka suka memanggil Barry dengan sebutan
bule hitam atau anak negro. Mereka berfikir bahwa Barry adalah anak
pungut, karena kulit Barry hitam, tidak seperti ayah tiri dan ibunya
yang

berkulit

coklat

dan

putih.

Namun

Barry

tidak

pernah

memperdulikan hal tersebut dan tidak ingin membahasnya dengan


kedua orang tuanya.
Sekarang Barry duduk di kelas 2. Barry semakin pintar, rajin, dan
aktif. Ia selalu mengatur barisan sebelum masuk ke kelas, membantu

gurunya, Ibu Fermina, menghapus papan tulis, dan sering menjawab


pertanyaan yang diberikan oleh Ibu Fermina.
Barry sangat mudah beradaptasi. Ia selalu mengikuti permainan
yang dimainkan teman-temannya. Saat Barry dan teman-temannya
bermain layang-layang, tiba-tiba Sorong melemparkan bola kearah
Barry, sehingga kepala Barry memar. Tak lupa Sorong memanggil Barry
dengan sebutan anak pungut. Barry merasa kesal, namun ia tidak
ingin memperkeruh suasana. Ia juga tidak mengadu kepada orang
tuanya. Barry adalah anak yang kuat dan berani mengatasi setiap
masalahnya sendiri.
Saat libur sekolah, Barry, Yunaldi, dan beberapa anak kelas 5
bermain tokadal. Barry sangat hebat dalam permainan ini. Heri merasa
tersaingi oleh Barry. Ia merasa bahwa Barry telah merebut posisi Heri
sebagai pemain terhebat dalam permainan tokadal. Karena tidak
terima dengan hal tersebut, Heri menantang Barry untuk bermain
kasti. Dengan cepat Barry menerima tantangan Heri, karena kasti
adalah permainan yang sangat ingin Barry mainkan. Heri tahu bahwa
anak kelas 2 seperti Barry belum bisa bermain kasti, sehingga ia
optimis akan mengalahkan Barry dalam pertandingan ini.
Setahun telah berlalu. Prestasi Barry semakin meningkat. Ia
mendapat rangking 5 pada ulangan akhir semester kedua. Sekarang ia
duduk di kelas 3. Anak kelas 3 mulai mendapat tugas membuat
karangan tentang cita- cita mereka. Barry mengatakan bahwa ia ingin
menjadi presiden.
Selain itu, mereka mulai mendapat pelajaran kasti. Permainan kasti
hampir mirip dengan permainan softball. Barry

pernah bermain

softball saat di Hawaii, sehingga ia tidak kesulitan bermain kasti.


Setiap sore Barry berlatih kasti dengan Yunaldi. Mengetahui hal
tersebut, Heri, Toni, dan Sorong menagih janji Barry untuk bertanding
kasti dengan mereka.
Beberapa hari kemudian Barry, Yunaldi, Heri dan anak-anak
Menteng Dalam bertanding kasti. Barry memenangkan pertandingan
itu.

Teman-teman Barry, termasuk Heri, mengakui kehebatan Barry.

Sejak saat itu Heri dan teman-temannya mulai menyukai Barry.


Merekapun menjadi teman yang akrab.
Awal masuk catur wulan ke-3 Ibu Fermina mengabsen kelasnya.
Barry tidak berangkat pada hari itu dan tak seorangpun tahu kenapa ia
tidak berangkat. Selama satu minggu tidak ada kabar darinya.
Kemudian Yunaldi datang ke rumah Barry, namun rumah itu kosong.
Ternyata Barry telah pindah rumah, namun ia tidak mengucapkan
salam perpisahan kepada teman-teman dan gurunya. Tak seorangpun
tahu kemana Barry pindah.

Tiga puluh empat tahun kemudian ada berita bahwa seorang


senator

dari

Illinois,

Amerika

Serikat,

Barack

Obama,

pernah

bersekolah di Sekolah Asisi. Para guru mencoba mengingat-ingat nama


itu, tapi mereka tidak ingat kalau pernah mempunyai murid bernama
Barack Obama. Ibu Fermina hanya ingat ada seorang anak yang hebat
34 tahun lalu, namanya adalah Barry. Setelah melihat foto Barack
Obama, mereka yakin bahwa Barack Obama adalah Barry Soetoro.
Barry telah belajar di Columbia University dan Harvard Law School. Ia
pernah menjabat menjadi direktur sebuah lembaga di Chicago, dosen
di Universitas Chicago, anggota Partai Demokrat dari negara bagian
Illinois, dan akan dilantik menjadi Presiden Amerika SeriKat yang ke-44.
Dua puluh Januari 2009 adalah hari dilantiknya Barack Obama
sebagai Presiden Amerika Serikat. Malam itu, aula Sekolah Asisi
dipenuhi murid-murid, undangan, wartawan, dan keluarga Barry yang
tinggal di Indonesia untuk menyaksikan dan mendoakan pelantikan
Barack Obama sebagai Presiden Amerika ke-44.

Anda mungkin juga menyukai