Anda di halaman 1dari 5

Analisis Penyebab Terjadinya Kabut Asap dan Kebakaran Hutan di Riau Serta

Dampaknya bagi Masyarakat


Dwi Ariani
21100115130036
dwiariyani97@gmail.com
1

Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

ABSTRAK
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia meningkat selama sepuluh tahun terakhir ini, sebagian besar
disebabkan oleh ulah manusia (yang disengaja atau karena lalai) juga karena kondisi yang sangat kering sebagai
pengaruh terjadinya perubahan iklim global/makro yang melanda wilayah Indonesia. Yang sedang hangat
diperbincangkan saat ini adalah kebakaran hutan di Riau,yang belum juga padam, dan menjadi masalah nasional
bahkan menjadi pusat perhatian dunia. Kabut asap ini tak hanya mencemari udara Riau, namun juga mencemari
udara sebagian wilayah Malaysia dan Singapura. Dalam berbagai kasus kebakaran terjadi karenau
ulah manusia.Dalam banyak kasus, terutama kebakaran hutan di Riau juga berawal dari kesengajaan manusia
melakukan pembakaran hutan dan lahan yang akan dipergunakan untuk hutan tanaman industri (HTI),
perkebunan, Kebakaran biasanya dilakukan pada musim kemarau dan kurang diawasi sehingga api mudah
merambat kekawasan hutan dan lahan sekitar yang menyebabkan kerugian baik ekologis maupun ekonomis.
Tujuan dibuatnya peper ini adalah untuk membahas mengenai penyebab dari kabut asap yang terjadi di provinsi
riau, sektor atau lembaga yang menyebabkan kabut asap tersebut, peran serta pemerintah dalam mengatasi hal ini , dan
upaya yang dapat ditempuh untuk memberantas kasus ini. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
metode kajian pustaka, yaitu metode pengambilan data dari berbagai sumber mengenai asap yang terjadi di Riau.
Kata Kunci : Asap, Kebakaran, Riau, Pencemaran Udara
Pendahuluan
Kebakaran hutan Riau ternyata telah terjadi
cukup lama dan selalu terulang. Terdapat dua
kabupaten yang telah terbakar habis, yaitu Bengkalis
dan Meranti. sebagian besar disebabkan oleh ulah
manusia (yang disengaja atau karena lalai) juga
karena kondisi yang sangat kering sebagai pengaruh
terjadinya perubahan iklim global/makro yang
melanda wilayah Indonesia. Kabut asap ini tak hanya
mencemari udara Riau, namun juga mencemari udara
sebagian wilayah Malaysia dan Singapura.Tujuan
dibuatnya peper
ini adalah untuk membahas
mengenai penyebab dari kabut asap yang terjadi di
provinsi riau, sektor atau lembaga yang menyebabkan
kabut asap tersebut, peran serta pemerintah dalam
mengatasi hal ini, dan upaya yang dapat ditempuh
untuk memberantas kasus ini
Tinjauan Pustaka
Kebakaran
pembakaran yang

Hutan
adalah
peristiwa
penjalarannya bebas serta

mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan. Bahan


bakar yang berada di dalam hutan itu sendiri sangat
beragam dan tersebar dari lantai hutan hingga pucuk
pohon dan lapisan tajuk hutan, yang kesemuanya
merupakan bagian dari biomassa hutan. Bahan bakar
yang berada di dalam hutan dapat berupa serasah,
rumput, ranting/cabang, pohon mati yang tetap
berdiri, batang pohon (logs), tunggak pohon, gulma,
semak belukar, dedaunan dan pohon-pohon
(Suratmo et al, 2003). Secara garis besar kebakaran
hutan ada 2 macam, yaitu :
a. Kebakaran Liar (Wildfire)
Setiap kebakaran yang terjadi di lahan yang
tidak direncanakan/ dikendalikan. Dalam hal ini
api merupakan musuh yang harus dilawan, karena
merusak dan sangat merugikan serta relatif sulit
untuk dikendalikan.
b. Pembakaran Terkendali (Controlled Burning)
Pembakaran yang dikendalikan di bawah
kondisi cuaca tertentu, yang membuat api dapat

diarahkan pada keadaan tertentu dan pada saat


yang sama menghasilkan intensitas panas dan laju
penjalaran yang sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Dalam hal ini api merupakan alat
yang dapat digunakan untuk tujuan-tujuan positif
dan tidak merugikan.
Salah satu hal yang paling penting dalam kegiatan
pemadaman kebakaran hutan adalah dengan
mengenal/mengetahui secara pasti tipe kebakaran
hutan yang terjadi, sebab tanpa mengetahuinya secara
pasti, teknik dan metode pemadaman yang diterapkan
akan fatal. Kegiatan pemadaman pada kebakaran
hutan di bawah permukaan (gambut) akan tidak sama
dengan pemadaman kebakaran di padang alang-alang
atau pada kebakaran tajuk. Karena hal ini berdampak
pada tingkat kerugian yang akan diderita (dalam hal
ini luasan areal yang terbakar bisa makin luas) dan
juga dampak negatif terhadap pemadaman itu sendiri.
Dengan diketahuinya secara pasti tipe kebakaran yang
terjadi, maka lebih banyak areal yang bisa
diselamatkan dan dampak negatif terhadap
lingkungan bisa dikurangi, sehingga kebakaran hutan
yang terjadi tidak berlarut-larut.
Menurut Brown dan Davis (1973) diacu dalam
Suratmo et al. (2003), kebakaran hutan dapat
digolongkan ke dalam tiga tipe, yaitu :
a. Kebakaran Bawah (Ground Fire)
Tipe kebakaran bawah ini biasanya
mengkonsumsi bahan bakar bawah berupa
material organik yang terdapat di bawah
permukaan tanah/ lantai hutan (Ground fuels).
Yang paling klasik adalah kebakaran di hutan
gambut. Kebakaran bawah ini sangat sukar
dideteksi dan berjalan lambat sekali karena tidak
dipengaruhi oleh kecepatan angin. Tanda bahwa
areal tersebut terbakar adalah adanya asap putih
yang keluar dari bawah permukaan tanah.
Kebakaran dengan tipe ini pada kebakaran tahun
1997/1998 yang lalu terjadi di lahan gambut yang
terdapat di Provinsi Jambi, Sumatera Selatan,
Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan,
Kalimantan Barat dan beberapa daerah lainnya.
Karena berada dibawah permukaan tanah, maka
banyak pohon mati karena akarnya hangus
terbakar. Kebakaran ini biasanya berkombinasi
dengan kebakaran permukaan.

b. Kebakaran Permukaan (Surface Fire)


Kebakaran permukaan ini mengkonsumsi
bahan bakar yang terdapat di lantai atau
permukaan hutan baik berupa serasah, jatuhan
ranting, batang pohon yang bergelimpangan di
lantai hutan, tumbuhan bawah, dan sebagainya
yang berada di bawah tajuk pohon dan di atas
permukaan tanah (Surface fuels). Kebakaran tipe
ini adalah yang paling sering terjadi di dalam
tegakan, hutan sekunder dan hutan alam,
terkecuali di daerah rawa gambut dimana yang
dominan adalah kebakaran bawah. Kebakaran
permukaan ini biasanya merupakan langkah awal
menuju kebakaran tajuk, dengan cara terbakarnya
tanaman pemanjat yang menghubungkan sampai
ke tajuk pohon atau akibat api loncat yang
mencapai tajuk pohon.
c. Kebakaran Tajuk (Crown Fire)
Kebakaran tajuk biasanya bergerak dari satu
tajuk pohon ke tajuk pohon lainnya dengan cara
mengkonsumsi bahan bakar yang terdapat di tajuk
pohon tersebut baik berupa daun, cangkang biji,
ranting bagian atas pohon, tajuk pohon (Aerial
fuels). Seperti diuraikan diatas, kebakaran tajuk
ini biasanya bermula dari adanya api lompat yang
berasal dari tajuk tumbuhan bawah/ semak yang
terbakar atau karena adanya tumbuhan epifit/liana
sepanjang batang pohon yang terbakar, kulit
pohon yang berminyak atau karena pemanasan
dari permukaan. Kebakaran ini banyak meminta
korban para pemadam kebakaran karena tertimpa
oleh ranting-ranting besar yang hangus terbakar di
makan api ketika melakukan pemadaman, selain
itu banyak juga yang terjebak karena terkepung
api.
Geologi Regional
Riau

terletak

di

bagian

tengah

pulau Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah


pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang
pesisir Selat Melaka. Luas wilayah provinsi Riau
adalah

87.023,66 km,

yang

membentang

dari

lereng Bukit Barisan hingga Selat Malaka. Riau


memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata curah

hujan berkisar antara 2000-3000 milimeter per tahun,


serta rata-rata hujan per tahun sekitar 160 hari.
Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi
Kepulauan Riau, sekelompok besar pulau-pulau kecil
(pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam
dan Pulau Bintan) yang terletak di sebelah timur
Sumatera dan sebelah selatan Singapura. Kepulauan
ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli
2004.

Ibu

kota

adalah Pekanbaru.

dan
Kota

kota
besar

terbesar
lainnya

Riau
antara

lain Dumai, Selat Panjang, Bagansiapiapi, Bengkalis,


Bangkinang dan Rengat.
Riau saat ini merupakan salah satu provinsi
terkaya di Indonesia, dan sumber dayanya didominasi
oleh sumber alam, terutama minyak bumi, gas
alam, karet, kelapa

sawit dan

perkebunan

serat.

Tetapi, penebangan hutan yang merajalela telah


mengurangi luas hutan secara signifikan, dari 78%
pada 1982 menjadi hanya 33% pada 2005.[4] Rata-rata
160,000 hektare hutan habis ditebang setiap tahun,
meninggalkan 22%, atau 2,45 juta hektare pada tahun
2009.[5] Deforestasi dengan tujuan pembukaan kebunkebun kelapa sawit dan produksi kertas telah
menyebabkan kabut asap yang sangat mengganggu di
provinsi ini selama bertahun-tahun, dan menjalar ke
negara-negara

tetangga

seperti Malaysia

dan Singapura. Tanah riau merupakan tanah gambut,


sehingga mendukung terjadinya kebakaran hutan.
Metodologi
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah metode kajian pustaka, yaitu metode
pengambilan data dari berbagai sumber mengenai
asap yang terjadi di Riau, baik melalui jurnal atau
berita yang telah beredar.
Deskripsi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi
Riau menyatakan luas kebakaran lahan dan hutan di
daerah tersebut mencapai sekitar 1.957 hektare yang
terjadi selama periode Januari hingga akhir Agustus

2015. Hal ini dinyatakan bahwa luas areal kebakaran


mengalami penurunan drastis apabila dibandingkan
dengan tahun 2014 saat kebakaran membuat daerah
ini dalam status darurat. Selain itu, jumlah titik panas
(hotspot) berdasarkan data satelit NOAA 18 juga
mengalami penurunan signifikan. Jumlah "hotspot"
pada 2014 di Riau mencapai 3.951 titik, sedangkan
hingga Januari-Agustus 2015 mencapai 1.288 titik.
Sekitar setengah dari peringatan titik api di Sumatera
terletak di lahan yang dikelola oleh konsesi kelapa
sawit, HTI, serta HPH, menurut data dari Kementrian
Kehutanan Republik Indonesia. Selain itu, beberapa
dari area kebakaran yang paling besar tampak terjadi
di konsesi yang dimiliki perusahaan-perusahaan besar.
Pembahasan
Penyebab kebakaran dan kabut asap di Riau
adalah adanya suatu perusahaan yang berencana ingin
membuat lahan perkebunan sawit, lalu mereka
membakar hutan. Karena hembusan angin, akhirnya
api tersebut semakin meluas sehingga menghasilkan
kabut asap yang pekat dan bisa menyebabkan
penyakit dan kecelakaan lalu lintas karena jarak
pandang yang tidak sempurna. Selain itu juga
disebabkan oleh suhu di lingkungan Riau yang terlalu
panas.
Pihak
yang
menyebabkan
terjadinya
kebakaran hutan ini adalah, pertama adalah pihak
perusahaan yang ingin mendirikan perusahaan dengan
cara pembukaan lahan yang salah, kedua adalah
pemerintah yang kurang tegas menegakkan keadilan
untuk perizinan perusahaan.Kepolisian Daerah
Provinsi Riau sebagai Satuan Tugas (Satgas)
Penindakan Kabut Asap telah menetapkan 66 orang
sebagai tersangka pembakar lahan dari 44 perkara
yang tengah ditangani. Satu tersangka di antaranya
adalah pihak korporasi.
Kabut asap yang menyerang Riau dan
Sumatera Barat telah menyebabkan hampir 50.000
warga di dua provinsi itu menderita sakit.Sebanyak
49.591 jiwa menderita penyakit akibat asap seperti
ISPA, pneumonia, asma, iritasi mata, dan kulit. Asap
yang begitu tebal berasal dari tindakan pembakaran
lahan dan hutan di Riau yang semakin meluas.
Hampir keseluruhan wilayah di Riau dan Sumatera
Barat tertutup kabut asap.Asap kebakaran lahan dan
hutan di Malaysia juga menyebar ke arah Selat

Malaka dan wilayah Riau. Bahkan asap yang berasal


dari riau sudah menyebar ke Singapura dan Malaysia.
Hal ini menjadi sorotan Internasional. Tampaknya
pemerintah Indonesia tidakbisa mengatasi hal ini,
sampai-sampai Singapura menawarkan diri untuk
membantu memadamkan asap. Selain itu, Kebakaran
hutan dan lahan berdampak luas terhadap kerusakan
plasma nutfah, bio-fisik, lingkungan dan dampak
sosial ekonomi.Kerusakan plasma nutfah, yaitu
hancurnya pepohonan, tanaman, vegetasi lain dan
satwa liar yang ada sebagai akibat kebakaran yang
dapat menyebabkan hilangnya plasma nutfah (sumber
daya genetik pembawa sifat keturunan) dari
pepohonan, tanaman, vegetasi dan satwa liar tersebut.
Bio-fisik, adalah rusaknya sifat fisik tanah akibat
hilangnya humus dan bahan-bahan organik tanah yang
menyebabkan tanah menjadi terbuka terhadap panas
matahari dan aliran air permukaan. Kebakaran yang
terjadi secara berulang dikawasan yang sama dapat
menghabiskan lapisan organik dan serasah serta
mematikan mikroorganisme/ jasad renik yang sangat
berguna bagi kesuburan tanah. Dampak lain dari
kebakaran adalah rusaknya lingkungan, yaitu
menyebabkan adanya gangguan cuaca sebagai akibat
asap kebakaran yang mengganggu lapisan atmosfir di
wilayah Indonesia dan negara tetangga yang
menyebabkan penurunan daya tembus pandang
(visibilitas) sehingga mengganggu kelancaran
transportasi baik darat, laut maupun udara. Kebakaran
hutan dan lahan juga berdampak pada masalah sosial
ekonomi masyarakat, yaitu dengan adanya perubahan
bio-fisik terhadap sumberdaya alam dan lingkungan
yang disebabkan peristiwa kebakaran berakibat pada
penurunan daya dukung dan produktivitas hutan dan
lahan sehingga menurunkan pendapatan masyarakat
dan negara dari sektor kehutanan, pertanian,
perindustrian, perdagangan, pariwisata dan lainnya
yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam
dan lingkungannya. Pencemaran udara yang
disebabkan asap kebakaran mengakibatkan penyakit
saluran pernapasan (ISPA).
Melihat dampak yang semakin parah,
berbagai jajaran pemerintahan telah melakukan
bermacam upaya untuk menghilangkan titik-titik
masif kebakaran hutan yang sebabkan bencana kabut
asap. Pesawat sudah dikerahkan untuk melakukan
pemboman air, ratusan Brimob sudah diturunkan

untuk memburu pelaku pembakar hutan, dan TNI


kerahkan 1.059 prajurit untuk memadamkan
kebakaran hutan di Riau dan sekitarnyaa. Namun
kebakaran hutan ini tak kunjung usai, karena baik di
Kalimantan maupun Sumatera, titik api berada pada
kedalaman tiga sampai lima meter di bawah tanah.
Inilah karakteristik tanah gambut, jika sudah terbakar.
Jika api dipadamkan, pada tanah bagian atas sudah
mati, namun tenyata di bawah terdapat rongga yang
berisi bara api. Kondisi tersebut yang menyebabkan
kepulan asap masih saja terjadi padahal kobaran api
sudah mereda.
Kesimpulan
Masalah yang terjadi di Riau tentang kabut
asap disebabkan oleh kebakaran. Kebakaran ini
dilakukan para oknum yang berusaha mendirikan PT
di Riau. Kebakaran ini tak kunjung berhenti karena
tanah nya marupakan tanah gambut. Kebakaran hutan
yang semakin meluas tersebut menimbulkan banyak
sekali dampak yang berimbas kepada masyarakat luas
seperti munculnya kabut asap yang semankin pekat
hingga oksigen hanya tersisa 5%. Kabut asap tersebut
menyelimuti riau bahkan meluas ke negara tetangga
seperti malaysia dan singapura. Kasus-kasus ini telah
ditangani pemerintah namun belum mendapatkan
hasil yang maksimal. Pemerintah harus mengusut
tuntas perizinan perusahaan dan menangkap oknumoknum yang terlibat didalamnya.
Referensi
MUSTIKA SARAINI. 2014. Pertanggungjawaban
Indonesia Terkait Protes Malaysia dan
Singapura Akibat Kabut Asap di Riau.
Semarang: Universitas Diponegoro
https://pfidya.wordpress.com/2015/10/24/contoh
paper-pancasila-kabut-asap-vspembangunan
berkelanjutan-dalam-prespektif-pancasila
sebagai-sistem-etika/
https://www.academia.edu/17271327/BENCANA_
RIAU (diakses pada hari Minggu, tanggal 29 Mei
2016, pukul 23.45)

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai