DISUSUN OLEH :
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Pembelajaran
Bahasa Mandarin Unsur Tatabahasa dan Kosakata. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
membantu para mahasiswa calon pendidik agar dapat mengetahui berbagai macam metode
pengajaran.
Makalah ini membahas tentang beberapa teori pembelajaran bahasa Mandarin beserta
dengan pengertiannya, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, serta media pembelajaran.
Kami menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat, pemilihan
diksi, maupun dari materi yang disajikan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami menerima
saran dan kritik dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, maupun
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi yang membacanya.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2. 1. Teori Pembelajaran Bahasa Mandarin Unsur Tata Bahasa....................................................2
2.2 Teori Pembelajaran Bahasa Mandarin Unsur Kosakata.........................................................8
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Memahami dan mengetahui pengertian, tujuan, metode, dan teknik pembelajaran tata
bahasa Bahasa Mandarin.
2. Memahami dan mengetahui pengertian, model, dan media pembelajaran kosakata
Bahasa Mandarin.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Metode Induktif
Menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus menuju
kesimpulan yang bersifat umum. Pilihlah sebuah contoh kalimat, lalu dari
metode induktif dihasilkan bentuk arti serta aturan tata bahasa.
Contoh:
我 爱 你。
Saya mencintai kamu.
Subjek + Predikat + Objek.
2. Metode Deduktif
Dimulai dari hal-hal yang bersifat umum menuju kesimpulan yang
bersifat khusus. Sebutkan aturan tata bahasa, lalu jelaskan contohnya.
Contoh:
(Subjek) + 把 +Objek + Predikat + (Pelengkap hasil) + (了)
我 把 衣服 洗 干净 了。
Saya sudah mencuci baju hingga bersih.
3. Metode Situasional
Menggunakan situasi tertentu untuk memudahkan pemelajar
memahami tata bahasa. Metode situasional terbagi atas 3 cara, yaitu:
1) Menggunakan situasi dalam kelas dan situasi aktual yang dilalui
oleh pemelajar dan pembelajar, lalu jelaskan unsur tatabahasa.
2) Pembelajar maupun pemelajar melakukan gerakan yang mengarah
pada unsur tata bahasa untuk membantu pemelajar memahami tata
bahasa dengan lebih mudah.
3) Menggunakan barang-barang yang sering digunakan oleh
pemelajar untuk mengatur situasi, lalu tunjukkan atau jelaskan
unsur tata bahasa.
4. Metode Perbandingan
Dilakukan dengan cara membandingkan. Metode perbandingan terbagi
atas 3 cara, yaitu:
3
1) Perbandingan bahasa Mandarin dengan bahasa ibu pemelajar
dengan memberikan persamaan unsur tata bahasa antar kedua
bahasa.
Contoh: kesamaan “常常” dan “sering”
2) Perbandingan dengan Bahasa Mandarin sendiri:
a. Bandingkan dengan unsur tata bahasa yang paling mendekati,
lalu ungkapkan persamaan tata bahasa.
Contoh: “要是”dan“如果”.
b. Bandingkan dengan unsur tata bahasa yang paling berlawanan.
Contoh: “把”字句 dan “被”字句.
c. Bandingkan pengaruh ada dan tidaknya unsur tata bahasa
tersebut.
Contoh: penggunaan “就” dalam suatu kalimat.
3) Perbandingan antara kalimat yang benar dan kalimat yang
sering salah.
Contoh: Penggunaan “的、得、地”.
Benar Salah
他跑得很快。 他跑步得很快。
她努力地学习。 她学习地努力。
男的的衣服很好看。 男的衣服很好看。
5. Metode Penemuan
Pembelajaran dengan menggunakan cara interogasi, memandu
pemelajar ke arah analisa serta penggolongan untuk menemukan sendiri
bentuk, arti, dan aturan tata bahasa.
4
7. Metode Rumus
Pembelajaran dengan menggunakan rumus untuk membawa unsur
tata bahasa dalam sebuah bentuk daftar secara singkat dan mudah untuk
diingat.
5
Contoh:
8. Metode Terjemahan
Pembelajaran dengan menerjemahkan poin tata bahasa atau kalimat
bahasa Mandarin yang memiliki poin tata bahasa yang sedang dipelajari ke
dalam bahasa ibu, dengan begitu bahasa ibu dapat membantu pemelajar
memahami unsur tata bahasa yang harus dipelajari.
Contoh:
1) 很多人在天安门拍照片,其中一个人是玛丽。
Banyak orang berfoto di Tian An Men, salah satunya adalah Meri.
2) 他早就告诉你了他不是个好人。过了一年果然证明了他真的不
是个好人。
Sejak semula dia sudah memberitahu kamu bahwa orang itu tidak
baik.Setelahberlalusatutahun, benar saja terbukti bahwa dia memang
tidak baik.
3) 本个星期有很多事情要做的。我该走过来走过去。我觉得很累
今天我只好请假不能上课。
Minggu ini ada banyak hal yang harus dilakukan. Saya harus
berjalan kesana kemari. Saya merasa sangat lelah. Hari ini terpaksa ijin
tidak bisa ikut kuliah.
6
9. Metode “Berdasarkan yang Lama Membawa yang Baru”
Menggunakan pola tata bahasa yang sudah pernah dipelajari untuk
mengarahkan kepada pola tata bahasa yang baru. Bersamaan dengan itu, juga
dapat membantu murid memahami struktur, arti, dan pola tata bahasa yang
baru.
Contoh: “把”字句 dan “被“字句。
7
2.2 Teori Pembelajaran Bahasa Mandarin Unsur Kosakata
A. Kosakata
Penguasaan kosakata adalah kebutuhan paling mendasar untuk dapat
membuat kalimat atau ujaran bahasa. Tanpa kosakata tidak akan terjadi
komunikasi verbal dalam suatu bahasa. Kosakata adalah representasi makna
yang ingin diujarkan oleh seseorang penutur bahasa untuk disampaikan
kepada lawan bicaranya. Semakin kaya kosakata seorang penutur bahasa
semakin lancar juga berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Semakin sedikit
kosakata yang dimiliki seorang penutur bahasa, semakin terbatas pula pesan
yang dapat disampaikan kepada lawan bicaranya. (Zaim 2016: 11)
1) Tes Kosakata
Menurut Zaim (2016:12) tes kosakata adalah tes penguasaan
bentuk, makna, dan fungsi kata dalam bahasa yang dipelajari. Tes
kosakata dapat berupa kosakata lepas konteks dan kosakata dalam
konteks tertentu. Tes kosakata biasanya disesuaikan dengan level
penggunaan bahasa pembelajar bahasa.
2) Jenis Tes Kosakata
Zaim (2016: 12) juga menjelaskan bahwa ada dua jenis tes
kosakata, reseptif dan produktif (receptive and productive vocabulary).
Receptive Vocabulary adalah kemampuan memahami makna kosakata
berdasarkan konteks. Productive Vocabulary adalah kemampuan
menggunakan kosakata yang telah dikuasai penuturnya untuk
berkomunikasi dan disusun dalam bentuk ujaran atau kalimat yang
ingin disampaikan sesuai dengan konteks pembicaraan yang dilakukan.
1. Kosakata Reseptif
Kosakata Reseptif adalah penguasaan kosakata yang
digunakan untuk memahami bahasa yang disampaikan oleh
orang lain, baik secara lisan maupun secara tertulis. Ada
beberapa bentuk tes kosakata untuk mengukur keterampilan
kosakata reseptif, yaitu pilihan ganda dan menjodohkan.
a) Tes Pilihan Ganda ( Multiple Choice )
Tentukan arti kata dari akasara han berikut 学生
A. Murid
8
B. Sekolah
C. Dokter
9
Pada jenis tes ini, pembelajar bahasa diminta untuk
mengisi kata yang sesuai pada tempat kata yang
dihilangkan.
10
tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan
giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai
sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan
secara bergiliran/bergantian.
Model pembelajaran talking stick termasuk salah satu model
pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan
tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru
setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD,
SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan
menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.
Pembelajaran dengan strategi talking stick mendorong siswa untuk berani
mengemukakan pendapat. Strategi ini diawali dengan penjelasan guru
mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Kemudian dengan bantuan stick
(tongkat) yang bergulir siswa dituntun untuk merefleksikan atau mengulang
kembali materi yang sudah dipelajari dengan cara menjawab pertanyaan dari
guru. Siapa yang memegang tongkat, dialah yang wajib menjawab pertanyaan
(talking).
11
Model Talking Stick memiliki kelebihan dan manfaat dalam
pelaksanaannya. Diadaptasi dari Shoimin, A. (2014: 199) yaitu:
(1) Menguji kesiapan siswa dalam pembelajaran. Jika siswa sudah
memiliki kesiapan untuk belajar tentunya siswa akan lebih mudah
memahami materi yang akan diberikan.
12
(3) Membuat siswa tegang. Dalam pelaksanaan metode Talking Stick,
menunggu giliran perputaran tongkat dan pertanyaan dari guru adalah
yang menyebabkan siswa merasa tegang.
(4) Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru. Untuk
menghindari kekurangan dalam penerapan model Talking Stick, dapat
diminimalisir dengan cara guru harus memahami karakteristik siswa-
siswa tersebut dengan baik. Guru juga harus mengetahui siswa sudah
terbiasa berbicara dan menyampaikan pendapat di depan umum atau
belum. Jadi, sebelum melaksanakan model Talking Stick guru harus
memastikan kesesuaian model yang akan digunakan dengan situasi dan
kondisi siswa.
Untuk mendukung model pembelajaran Talking Stick, perlu
adanya inovasi media pembelajaran, Salah satu media pembelajaran
yang mendukung adalah media teka-teki silang.
d. Teka-Teki Silang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia teka-teki adalah soal
yang berupa kalimat (cerita, gambar) yang dikemukakan secara samar-
samar, biasanya digunakan untuk permainan atau untuk mengasah
pikiran misalnya yang digantungkan di atas, yang menggantungkan di
bawah, orang menaikkan layanglayang; tebakan; terkaan, sedangkan
teka-teki silang adalah teka-teki gambar (dengan mengisi huruf dan
sebagainya dalam petak-petak gambar dan sebagainya).
Silberman (2016: 256) menyatakan bahwa menyusun tes
peninjauan kembali dalam bentuk teka-teki silang akan mengundang
minat dan –partisipasi siswa. Teka-teki silang bisa diisi secara
perseorangan atau kelompok. Silberman juga menjelaskan prosedur
penggunaan teka-teki silang sebagai media pembelajaran, antara lain:
a) Langkah pertama adalah dengan menjelaskan beberapa
istilah atau namanama penting yang terkait dengan mata
pelajaran yang telah Anda ajarkan.
b) Susunlah sebuah teka-teki silang sederhana, dengan
menyertakan sebanyak mungkin unsur pelajaran. (Catatan: Jika
terlalu sulit untuk membuat teka-teki silang tentang apa yang
13
terkandung dalam pelajaran, serta serta unsur-unsur yang
bersifat menghibur, yang tidak mesti berhubungandengan
pelajaran, sebagi selingan.)
c) Susunlah kata-kata pemandu pengisian teka-teki silang
Anda. Gunakan jenis yang berikut ini: 1) Definisi singkat
(“sebuah tes untuk menentukan reliabilitas”); 2) Sebuah
kategori yang cocok dengan unsurnya (“jenis gas”); 3) Sebuah
contoh (“...undang-undang adalah contohnya”); 4) Lawan kata
(“lawan kata demokrasi”); 5) Bagikan teka-teki itu kepada
siswa, baik secara perseorangan maupun kelompok; 6) tetapkan
batas waktunya. Berikan penghargaan kepada individu atau tim
yang paling banyak memiliki jawaban benar.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mempelajari tata bahasa sangatlah penting dalam penguasaan kemampuan
Bahasa Mandarin. Secara sederhana, tata bahasa dapat didefinisikan sebagai sebuah
aturan yang digunakan untuk membuat kalimat. Tanpa tata bahasa, tak akan muncul
bahasa karena tata bahasa adalah suatu kaidah pembentukan kalimat dengan kata-kata
yang ada. Selain itu, hanya kalimat yang disusun menurut kaidah tata bahasa saja
yang akan memiliki fungsi komunikasi.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pengajaran tata bahasa, yaitu metode induktif, mrtode deduktif, metode situasional,
metode perbandingan, metode penemuan, metode memperlihatkan gambar, metode
rumus, metode terjemahan, dan metode menggunakan yang pernah dipelajari untuk
mempelajari sesuatu yang baru serta metode komprehensif.
Selanjutnya adalah penguasaan kosa kata. Penguasaan kosakata adalah
kebutuhan paling mendasar untuk dapat membuat kalimat atau ujaran bahasa. Tanpa
kosakata tidak akan terjadi komunikasi verbal dalam suatu bahasa. Adapun tes
kosakata yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan penguasaan bentuk, makna,
dan fungsi kata dalam bahasa yang dipelajari.
Penerapan model pembelajaran Talking Stick dapat digunakan sebagai
alternatif metode pembelajaran Bahasa Mandarin. Talking Stick adalah metode yang
digunakan untuk mengajak siswa berbicara dan menyampaikan pendapat. Dengan
penerapan metode ini, diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dan lebih
memahami materi yang sedang dipelajari. Selain itu, metode ini juga mengajarkan
siswa untuk berani berbicara dan menyampaikan apa yang diketahui.
Adapun tujuan penerapan model pembelajaran Talking Stick dengan dibantu
oleh media teka-teki silang adalah agar siswa dapat mencapai penguasaan kosakata
Bahasa Mandarin yang diharapkan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Reigeluth. C.M. 1999. Instructional Design Theories and Models. Volume 11. Lawrence
Erlboum Associated, Publisher, Mahwah. New Jersey.
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
Silberman, M. L. 2016. Active Learning 101Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Madya, Suwarsih. 2013. METODOLOGI PENGAJARAN BAHASA: dari Era Prametode
sampai Era Pascametode. Yogyakarta: UNY Press
Maharani, Adenia Intan. 2019. Efektivitas Model Talking Stick Berbantu Media Teka-Teki
Silang untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata dan Tata Bahasa Mandarin Siswa Kelas
P3 SD Global Inbyra School Tegal. Skripsi. Semarang. Universitas Negeri Semarang.
16