Anda di halaman 1dari 19

METODOLOGI PENGAJARAN

TEORI PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN UNSUR TATA BAHASA DAN


KOSAKATA

DISUSUN OLEH :

CINDY KARTIKA (1213617026)

PRAYOGA MAHAPUTRA WARDI (2925162371)

RADITHA RIZKY DAMAYANTI (1213618020)

SYECHAN RAHMAN MUHAERANSYAH (1213617028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Pembelajaran
Bahasa Mandarin Unsur Tatabahasa dan Kosakata. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
membantu para mahasiswa calon pendidik agar dapat mengetahui berbagai macam metode
pengajaran.

Makalah ini membahas tentang beberapa teori pembelajaran bahasa Mandarin beserta
dengan pengertiannya, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, serta media pembelajaran.

Kami menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat, pemilihan
diksi, maupun dari materi yang disajikan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami menerima
saran dan kritik dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, maupun
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi yang membacanya.

Jakarta, 17 Maret 2020

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2. 1. Teori Pembelajaran Bahasa Mandarin Unsur Tata Bahasa....................................................2
2.2 Teori Pembelajaran Bahasa Mandarin Unsur Kosakata.........................................................8
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori pembelajaran adalah teori yang menawarkan panduan ekplisit bagaimana
membantu orang belajar dan berkembang lebih baik. Jenis belajar dan pengembangan
mencakup aspek kognitif, emosional, sosial, fisikal, dan spiritual (Reigeluhth, 1999).
Seorang guru harus memahami teori pembelajaran bahasa Mandarin, contohnya
dalam teori pembelajaran bahasa Mandarin, guru harus memahami teori pembelajaran bahasa
Mandarin unsur tata bahasa, dan memahami teori pembelajaran Bahasa Mandarin unsur
kosakata. Beberapa metode tersebut memiliki karakteristik serta kekurangan dan
kelebihannya masing-masing yang perlu lebih dalam lagi dipahami.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Teori Pembelajaran Bahasa Mandarin Unsur Tata Bahasa?
2. Apa itu Teori Pembelajaran Bahasa Mandarin Unsur Kosakata?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, makalah ini bertujuan untuk :

1. Memahami dan mengetahui pengertian, tujuan, metode, dan teknik pembelajaran tata
bahasa Bahasa Mandarin.
2. Memahami dan mengetahui pengertian, model, dan media pembelajaran kosakata
Bahasa Mandarin.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. Teori Pembelajaran Bahasa Mandarin Unsur Tata Bahasa


A. Pengertian
Bahasa Mandarin adalah salah satu pelajaran yang diberikan kepada
siswa dalam pendidikan jenjang dasar sampai dengan jenjang menengah atas.
Secara umum, kompetensi lulusan yang ingin dicapai dalam pembelajaran
bahasa Mandarin adalah siswa di setiap tingkatan mampu berbahasa Mandarin
dengan struktur dan lafal yang tepat. Salah satu cara agar dapat melafalkan
bahasa Mandarin dengan baik dan benar adalah dengan mempelajari tata
bahasa.
Menurut Suwarsih (2013), tata bahasa adalah kaidah atau aturan-aturan
penyusun kata, gabungan kata, dan kalimat. Tata bahasa Mandarin terdiri dari
Morfem, Kata, dan Kalimat. Beberapa ciri khas bahasa Mandarin diantaranya
adalah tidak banyak terdapat perubahan bentuk, kata bantu bilangan yang
banyak, tidak ada perubahan bentuk waktu dan sangat bergantung pada urutan
kata dan penggunaan partikel.
Secara sederhana, tata bahasa dapat didefinisikan sebagai sebuah
aturan yang digunakan untuk membuat kalimat. Tata bahasa adalah aturan
pembentukan atau penyusunan, aturan perubahan, dan jumlah keseluruhan dari
semua aturan dalam membentuk kalimat yang baik. Walaupun tata bahasa
tidak dapat dilihat atau tidak berwujud, namun tata bahasa benar-benar ada
dan tinggal di tengah unsur bahasa. (百度百科投诉中心网,2010)

B. Tujuan Pembelajaran Tata Bahasa


1. Tata bahasa adalah suatu kaidah pembentukan kalimat dengan kata-kata
yang ada. Tanpa tata bahasa, juga tak akan muncul bahasa.
2. Hanya kalimat yang disusun menurut kaidah tata bahasa saja yang akan
memiliki fungsi komunikasi.

C. Metode Pembelajaran Tata Bahasa

2
1. Metode Induktif
Menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus menuju
kesimpulan yang bersifat umum. Pilihlah sebuah contoh kalimat, lalu dari
metode induktif dihasilkan bentuk arti serta aturan tata bahasa.
Contoh:
我 爱 你。
Saya mencintai kamu.
Subjek + Predikat + Objek.
2. Metode Deduktif
Dimulai dari hal-hal yang bersifat umum menuju kesimpulan yang
bersifat khusus. Sebutkan aturan tata bahasa, lalu jelaskan contohnya.
Contoh:
(Subjek) + 把 +Objek + Predikat + (Pelengkap hasil) + (了)
我 把 衣服 洗 干净 了。
Saya sudah mencuci baju hingga bersih.

3. Metode Situasional
Menggunakan situasi tertentu untuk memudahkan pemelajar
memahami tata bahasa. Metode situasional terbagi atas 3 cara, yaitu:
1) Menggunakan situasi dalam kelas dan situasi aktual yang dilalui
oleh pemelajar dan pembelajar, lalu jelaskan unsur tatabahasa.
2) Pembelajar maupun pemelajar melakukan gerakan yang mengarah
pada unsur tata bahasa untuk membantu pemelajar memahami tata
bahasa dengan lebih mudah.
3) Menggunakan barang-barang yang sering digunakan oleh
pemelajar untuk mengatur situasi, lalu tunjukkan atau jelaskan
unsur tata bahasa.

4. Metode Perbandingan
Dilakukan dengan cara membandingkan. Metode perbandingan terbagi
atas 3 cara, yaitu:

3
1) Perbandingan bahasa Mandarin dengan bahasa ibu pemelajar
dengan memberikan persamaan unsur tata bahasa antar kedua
bahasa.
Contoh: kesamaan “常常” dan “sering”
2) Perbandingan dengan Bahasa Mandarin sendiri:
a. Bandingkan dengan unsur tata bahasa yang paling mendekati,
lalu ungkapkan persamaan tata bahasa.
Contoh: “要是”dan“如果”.
b. Bandingkan dengan unsur tata bahasa yang paling berlawanan.
Contoh: “把”字句 dan “被”字句.
c. Bandingkan pengaruh ada dan tidaknya unsur tata bahasa
tersebut.
Contoh: penggunaan “就” dalam suatu kalimat.
3) Perbandingan antara kalimat yang benar dan kalimat yang
sering salah.
Contoh: Penggunaan “的、得、地”.
Benar Salah
他跑得很快。 他跑步得很快。
她努力地学习。 她学习地努力。
男的的衣服很好看。 男的衣服很好看。

5. Metode Penemuan
Pembelajaran dengan menggunakan cara interogasi, memandu
pemelajar ke arah analisa serta penggolongan untuk menemukan sendiri
bentuk, arti, dan aturan tata bahasa.

6. Metode Memperlihatkan Gambar


Pembelajaran dengan menggunakan media gambar dalam bentuk
yang sederhana untuk menunjukkan semacam ringkasan aturan dan arti
tata bahasa.
Contoh :

4
7. Metode Rumus
Pembelajaran dengan menggunakan rumus untuk membawa unsur
tata bahasa dalam sebuah bentuk daftar secara singkat dan mudah untuk
diingat.

5
Contoh:

8. Metode Terjemahan
Pembelajaran dengan menerjemahkan poin tata bahasa atau kalimat
bahasa Mandarin yang memiliki poin tata bahasa yang sedang dipelajari ke
dalam bahasa ibu, dengan begitu bahasa ibu dapat membantu pemelajar
memahami unsur tata bahasa yang harus dipelajari.
Contoh:
1) 很多人在天安门拍照片,其中一个人是玛丽。
Banyak orang berfoto di Tian An Men, salah satunya adalah Meri.
2) 他早就告诉你了他不是个好人。过了一年果然证明了他真的不
是个好人。
Sejak semula dia sudah memberitahu kamu bahwa orang itu tidak
baik.Setelahberlalusatutahun, benar saja terbukti bahwa dia memang
tidak baik.
3) 本个星期有很多事情要做的。我该走过来走过去。我觉得很累
今天我只好请假不能上课。
Minggu ini ada banyak hal yang harus dilakukan. Saya harus
berjalan kesana kemari. Saya merasa sangat lelah. Hari ini terpaksa ijin
tidak bisa ikut kuliah.

6
9. Metode “Berdasarkan yang Lama Membawa yang Baru”
Menggunakan pola tata bahasa yang sudah pernah dipelajari untuk
mengarahkan kepada pola tata bahasa yang baru. Bersamaan dengan itu, juga
dapat membantu murid memahami struktur, arti, dan pola tata bahasa yang
baru.
Contoh: “把”字句 dan “被“字句。

10. Metode Komprehensif


Pembelajaran beberapa unsur tata bahasa dalam menunjukkan,
menjelaskan, atau melatih metode yang aspek penggunaannya tidak sama
dengan yang lain. Dengan demikian, membantu pemelajar lebih memahami
unsur tata bahasa yang harus dipahami secara tepat dan lengkap.

D. Teknik Pembelajaran Tata Bahasa


1. Pameran Unsur Tata Bahasa
Menunjukkan unsur tata bahasa dengan menggunakan pendekatan untuk
memperkenalkan apa yang ingin diajarkan kepada pemelajar.
a. Mengombinasikan dialog ke dalam situasi yang nyata.
b. Menggunakan gambar atau alat peraga.
c. Mendemonstrasikan dengan gerakan dan sikap.
2. Penjelasan Unsur Tata Bahasa
Menjelaskan isi dan menguraikan unsur tata bahasa:
a. Membuat rumusan.
b. Menggunakan gambar dan alat peraga lain.
c. Memanfaatkan dan menciptakan situasi.
d. Membandingkan dengan bahasa Mandarin sendiri.
3. Latihan Unsur Tata Bahasa
Latihan merupakan bagian penting dalam pembelajaran tata bahasa. Dalam
implementasi pembelajaran, latihan tata bahasa tidak dapat diabaikan,
a. Mekanisme latihan.
b. Latihan yang memiliki makna.
c. Latihan berkomunikasi.
d. Merangkum unsur tata bahasa.

7
2.2 Teori Pembelajaran Bahasa Mandarin Unsur Kosakata
A. Kosakata
Penguasaan kosakata adalah kebutuhan paling mendasar untuk dapat
membuat kalimat atau ujaran bahasa. Tanpa kosakata tidak akan terjadi
komunikasi verbal dalam suatu bahasa. Kosakata adalah representasi makna
yang ingin diujarkan oleh seseorang penutur bahasa untuk disampaikan
kepada lawan bicaranya. Semakin kaya kosakata seorang penutur bahasa
semakin lancar juga berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Semakin sedikit
kosakata yang dimiliki seorang penutur bahasa, semakin terbatas pula pesan
yang dapat disampaikan kepada lawan bicaranya. (Zaim 2016: 11)
1) Tes Kosakata
Menurut Zaim (2016:12) tes kosakata adalah tes penguasaan
bentuk, makna, dan fungsi kata dalam bahasa yang dipelajari. Tes
kosakata dapat berupa kosakata lepas konteks dan kosakata dalam
konteks tertentu. Tes kosakata biasanya disesuaikan dengan level
penggunaan bahasa pembelajar bahasa.
2) Jenis Tes Kosakata
Zaim (2016: 12) juga menjelaskan bahwa ada dua jenis tes
kosakata, reseptif dan produktif (receptive and productive vocabulary).
Receptive Vocabulary adalah kemampuan memahami makna kosakata
berdasarkan konteks. Productive Vocabulary adalah kemampuan
menggunakan kosakata yang telah dikuasai penuturnya untuk
berkomunikasi dan disusun dalam bentuk ujaran atau kalimat yang
ingin disampaikan sesuai dengan konteks pembicaraan yang dilakukan.
1. Kosakata Reseptif
Kosakata Reseptif adalah penguasaan kosakata yang
digunakan untuk memahami bahasa yang disampaikan oleh
orang lain, baik secara lisan maupun secara tertulis. Ada
beberapa bentuk tes kosakata untuk mengukur keterampilan
kosakata reseptif, yaitu pilihan ganda dan menjodohkan.
a) Tes Pilihan Ganda ( Multiple Choice )
Tentukan arti kata dari akasara han berikut 学生
A. Murid

8
B. Sekolah
C. Dokter

Pada contoh tersebut kita harus memahami makna dari


suatu aksara yang telah tersedia.
b) Tes Penjodohan (Matching)
妈妈去书店 一本书。
A. 去
明天下午他们要 动物园。
B.做
每天早上他在操场 运动。
C. 买
Dari kedua contoh di atas menunjukkan bahwa
pembelajaran bahasa yaitu mencoba untuk memahami makna
dari kata yang tersedia dan memahami kata sesuai dengan
konteks yang tersedia.
2. Kosakata Produktif
Kosakata Produktif adalah kosakata yang
mengharuskan penutur atau penulis menyampaikan pilihan
kosakatanya sendiri sesuai dengan pesan yang ingin
disampaikan kepada lawan bicara atau pesan yang ingin
dituliskannya untuk disampaikan kepada orang lain.
Sama halnya dengan kosakata reseptif, kosakata
produktif juga memiliki beberapa bentuk tes. Ada dua bentuk
tes, yaitu mengisi kata yang rumpang dan mengisi teks
rumpang.
a) Mengisi kata rumpang
Pada jenis tes ini, pembelajar bahasa mandarin
diminta untuk melengkapi kalimat yang mengandung kata
rumpang dengan kata yang sesuai.
b) Mengisi teks rumpang

9
Pada jenis tes ini, pembelajar bahasa diminta untuk
mengisi kata yang sesuai pada tempat kata yang
dihilangkan.

B. Model dan Media Pembelajaran


Pada proses pembelajaran, keberhasilan siswa dapat dilihat dari
penguasaan kosakata yang dimiliki. Penguasaan kosakata adalah kebutuhan
paling mendasar untuk membuat kalimat atau ujaran bahasa ( Zaim, 2016: 11).
Semakin banyak kosakata yang dikuasai, maka semakin banya juga
penguasaan bahasa Mandarin penutur tersebut. Penguasaan kosakata
merupakan tujuan mendasar dari pembelajaran bahasa Mandarin. Oleh karena
itu, diperlukan langkah-langkah yang sistematis untuk mencapai tujuan.
Penguasaan Kosakata bahasa Mandarin akan kurang maksimal apabila
siswa hanya menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Guru juga perlu
menggunakan model dan media pembelajaran yang menarik agar siswa dapat
lebih menyerap materi dengan menjawab pertanyaan dari guru melalui tes
yang kreatif dan inovatif. Pembelajaran bahasa Mandarin yang efektif perlu
dukungan semua komponen seperti penggunaan model pembelajaran yang
dapat mendukung model pembelajaran yang digunakan.
Penerapan model Talking Stick dapat digunakan sebagai alternatif
metode pembelajaran bahasa Mandarin. (Maharani, 2019 : 5)
1) Model Talking Stick
Menurut Suprijono (2010) dalam Shoimin, A. (2014: 197-198)
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang
berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan
antarsuku). Talking Stick telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-
suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat
berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang
mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan
membahas masalah, ia harus memegang tongkat.Tongkat akan pindah ke
orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini
tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang

10
tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan
giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai
sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan
secara bergiliran/bergantian.
Model pembelajaran talking stick termasuk salah satu model
pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan
tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru
setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD,
SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan
menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.
Pembelajaran dengan strategi talking stick mendorong siswa untuk berani
mengemukakan pendapat. Strategi ini diawali dengan penjelasan guru
mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Kemudian dengan bantuan stick
(tongkat) yang bergulir siswa dituntun untuk merefleksikan atau mengulang
kembali materi yang sudah dipelajari dengan cara menjawab pertanyaan dari
guru. Siapa yang memegang tongkat, dialah yang wajib menjawab pertanyaan
(talking).

a. Langkah-Langkah Model Talking Stick


Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran Talking
Stick yang diadaptasi dari Shoimin, A. (2014: 199) adalah sebagai
berikut: 1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen;
2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok; 3)
Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga
kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari
kelompok lain; 4) Masing-masing kelompok membahas materi yang
sudah ada secara kooperatif berisi penemuan; 5) Setelah selesai
diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan
kelompok; 6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi
kesimpulan; 7) Evaluasi; 8) Penutup.

b. Kelebihan Model Talking Stick

11
Model Talking Stick memiliki kelebihan dan manfaat dalam
pelaksanaannya. Diadaptasi dari Shoimin, A. (2014: 199) yaitu:
(1) Menguji kesiapan siswa dalam pembelajaran. Jika siswa sudah
memiliki kesiapan untuk belajar tentunya siswa akan lebih mudah
memahami materi yang akan diberikan.

(2) Melatih siswa memahami materi dengan cepat. Dalam pelaksanaan


pembelajaran dengan menggunakan model Talking Stick, siswa
diberikan waktu terlebih dahulu untuk memahami materi sendiri
dengan waktu yang relatif singkat. Setelah waktu yang diberikan
selesai, guru akan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa
mengenai materi yang mereka pelajari tadi dan tidak diperbolehkan
membuka buku pelajaran.
(3) Memacu agar siswa lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum
pelajaran dimulai).
(4) Siswa berani mengemukakan pendapat. Dalam pelaksanaan model
Talking Stick, guru melatih siswa melalui perputaran tongkat, tongkat
berhenti berputar sesuai kemauan guru dan siswa yang mendapat
tongkat harus mengemukakan jawabannya dan menjawab pertanyaan
guru.

c. Kelemahan Model Talking Stick


Model Talking Stick selain memiliki kelebihan, tentu juga
memiliki kekurangan dalam pelaksanaannya. Diadaptasi dari Shoimin,
A. (2014: 199) yaitu:
(1) Membuat siswa senam jantung. Jika siswa tidak memahami materi
yang diberikan guru, ketika giliran tongkat berhenti padanya, siswa
tersebut akan merasa ketakutan karena tidak dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru.
(2) Siswa yang tidak siap tidak bisa menjawab. Selain kurangnya
pemahaman pada materi, penyebab siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan dari guru adalah karena siswa tersebut secara emosional
belum terlatih untuk berbicara di hadapan guru.

12
(3) Membuat siswa tegang. Dalam pelaksanaan metode Talking Stick,
menunggu giliran perputaran tongkat dan pertanyaan dari guru adalah
yang menyebabkan siswa merasa tegang.
(4) Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru. Untuk
menghindari kekurangan dalam penerapan model Talking Stick, dapat
diminimalisir dengan cara guru harus memahami karakteristik siswa-
siswa tersebut dengan baik. Guru juga harus mengetahui siswa sudah
terbiasa berbicara dan menyampaikan pendapat di depan umum atau
belum. Jadi, sebelum melaksanakan model Talking Stick guru harus
memastikan kesesuaian model yang akan digunakan dengan situasi dan
kondisi siswa.
Untuk mendukung model pembelajaran Talking Stick, perlu
adanya inovasi media pembelajaran, Salah satu media pembelajaran
yang mendukung adalah media teka-teki silang.

d. Teka-Teki Silang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia teka-teki adalah soal
yang berupa kalimat (cerita, gambar) yang dikemukakan secara samar-
samar, biasanya digunakan untuk permainan atau untuk mengasah
pikiran misalnya yang digantungkan di atas, yang menggantungkan di
bawah, orang menaikkan layanglayang; tebakan; terkaan, sedangkan
teka-teki silang adalah teka-teki gambar (dengan mengisi huruf dan
sebagainya dalam petak-petak gambar dan sebagainya).
Silberman (2016: 256) menyatakan bahwa menyusun tes
peninjauan kembali dalam bentuk teka-teki silang akan mengundang
minat dan –partisipasi siswa. Teka-teki silang bisa diisi secara
perseorangan atau kelompok. Silberman juga menjelaskan prosedur
penggunaan teka-teki silang sebagai media pembelajaran, antara lain:
a) Langkah pertama adalah dengan menjelaskan beberapa
istilah atau namanama penting yang terkait dengan mata
pelajaran yang telah Anda ajarkan.
b) Susunlah sebuah teka-teki silang sederhana, dengan
menyertakan sebanyak mungkin unsur pelajaran. (Catatan: Jika
terlalu sulit untuk membuat teka-teki silang tentang apa yang

13
terkandung dalam pelajaran, serta serta unsur-unsur yang
bersifat menghibur, yang tidak mesti berhubungandengan
pelajaran, sebagi selingan.)
c) Susunlah kata-kata pemandu pengisian teka-teki silang
Anda. Gunakan jenis yang berikut ini: 1) Definisi singkat
(“sebuah tes untuk menentukan reliabilitas”); 2) Sebuah
kategori yang cocok dengan unsurnya (“jenis gas”); 3) Sebuah
contoh (“...undang-undang adalah contohnya”); 4) Lawan kata
(“lawan kata demokrasi”); 5) Bagikan teka-teki itu kepada
siswa, baik secara perseorangan maupun kelompok; 6) tetapkan
batas waktunya. Berikan penghargaan kepada individu atau tim
yang paling banyak memiliki jawaban benar.

Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Silberman (2016: 256)


bahwa menyusun tes peninjauan kembali dalam bentuk teka-teki silang akan
mengundang minat dan partisipasi siswa. Media pembelajaran ini sejalan
daengan tujuan diterapkannya model pembelajaran Talking Stick yakni
meningkatkan minat dan motivasi siswa agar berperan aktif dalam
pembelajaran untuk lebih memahami materi yang diajarkan. Seorang peneliti
beranggapan bahwa model pembelajaran Talking Stick berbantu media teka-
teki silang efektif untuk diterapkan agar siswa dapat mencapai penguasaan
kosakata bahasa Mandarin yang diharapkan.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mempelajari tata bahasa sangatlah penting dalam penguasaan kemampuan
Bahasa Mandarin. Secara sederhana, tata bahasa dapat didefinisikan sebagai sebuah
aturan yang digunakan untuk membuat kalimat. Tanpa tata bahasa, tak akan muncul
bahasa karena tata bahasa adalah suatu kaidah pembentukan kalimat dengan kata-kata
yang ada. Selain itu, hanya kalimat yang disusun menurut kaidah tata bahasa saja
yang akan memiliki fungsi komunikasi.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pengajaran tata bahasa, yaitu metode induktif, mrtode deduktif, metode situasional,
metode perbandingan, metode penemuan, metode memperlihatkan gambar, metode
rumus, metode terjemahan, dan metode menggunakan yang pernah dipelajari untuk
mempelajari sesuatu yang baru serta metode komprehensif.
Selanjutnya adalah penguasaan kosa kata. Penguasaan kosakata adalah
kebutuhan paling mendasar untuk dapat membuat kalimat atau ujaran bahasa. Tanpa
kosakata tidak akan terjadi komunikasi verbal dalam suatu bahasa. Adapun tes
kosakata yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan penguasaan bentuk, makna,
dan fungsi kata dalam bahasa yang dipelajari.
Penerapan model pembelajaran Talking Stick dapat digunakan sebagai
alternatif metode pembelajaran Bahasa Mandarin. Talking Stick adalah metode yang
digunakan untuk mengajak siswa berbicara dan menyampaikan pendapat. Dengan
penerapan metode ini, diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dan lebih
memahami materi yang sedang dipelajari. Selain itu, metode ini juga mengajarkan
siswa untuk berani berbicara dan menyampaikan apa yang diketahui.
Adapun tujuan penerapan model pembelajaran Talking Stick dengan dibantu
oleh media teka-teki silang adalah agar siswa dapat mencapai penguasaan kosakata
Bahasa Mandarin yang diharapkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Reigeluth. C.M. 1999. Instructional Design Theories and Models. Volume 11. Lawrence
Erlboum Associated, Publisher, Mahwah. New Jersey.
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
Silberman, M. L. 2016. Active Learning 101Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Madya, Suwarsih. 2013. METODOLOGI PENGAJARAN BAHASA: dari Era Prametode
sampai Era Pascametode. Yogyakarta: UNY Press

Zaim, M. 2016. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Inggris. Yogyakarta: Kencan.


白荃等。2006。汉语可以这样教。北京:商务印书馆。
周小兵,李海鸥。2004。对外语教学入门。广州:中山大学出版社。
杨寄洲,邱军,朱庆明。2006。汉语教程,第二册上。北京:北京语言大学出版社。

Maharani, Adenia Intan. 2019. Efektivitas Model Talking Stick Berbantu Media Teka-Teki
Silang untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata dan Tata Bahasa Mandarin Siswa Kelas
P3 SD Global Inbyra School Tegal. Skripsi. Semarang. Universitas Negeri Semarang.

16

Anda mungkin juga menyukai