Anda di halaman 1dari 8

Secara singkat, faktor resiko jatuh pada lansia itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.


a) Faktor Instinsik, misalnya:

Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darah

Gangguan sistem susunan saraf

Gangguan sistem anggota gerak

Gangguan penglihatan dan pendengaran

Gangguan psikologis

Gangguan gaya berjalan

b) Faktor Ekstrinsik, misalnya:

Cahaya ruangan yang kurang terang

Lingkungan yang asing bagi lanjut usia

Lantai yang licin

Obat-obatan yang diminum (diuretik, antidepresan, sedatif, anti-psikotik, alkohol, dan obat
hipoglikemi)
Penyebab Jatuh pada Lansia
Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor, antara lain:

a.

Kecelakaan (merupakan penyebab utama)

Murni kecelakaan, misalnya terpleset, tersandung.


Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses menua, misalnya
karena mata kurang jelas, benda-benda yang ada di rumah tertabrak, lalau jatuh.
b. Nyeri kepala dan/atau vertigo
c.

Hipotensi orthostatic:

Hipovolemia / curah jantung rendah


Disfungsi otonom terlalu lama berbaring
Pengaruh obat-obat hipotensi
d. Obat-obatan
Diuretik / antihipertensi
Antidepresan trisiklik

Sedativa
Antipsikotik
Obat-obat hipoglikemik
alkohol
e.

Proses penyakit yang spesifik, misalnya:

Aritmia
Stenosis
Stroke
Parkinson
Spondilosis
Serangan kejang
f.

Idiopatik (tidak jelas sebabnya)

g. Sinkope (kehilangan kesadaran secara tiba-tiba):


Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba
Terbakar matahari

2.3. Komplikasi
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti berikut ini:
a.

Perlukaan (Injury)

b. Perawatan Rumah Sakit


c.

Disablitas

d. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan


e.

Mati
Pencegahan
Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi
jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan. Usaha pencegahan ini
anatara lain:

a.

Identifikasi faktor resiko


Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor instrinsik
resiko jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus

dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak
licin, bersih dari benda-benda kecil yang sulit djilihat.
b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan
Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan
garakan pindah tempat , pindah posisi. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan
cermat, apakah lansia menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita
mengangkat kaki denganbenar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah lansia
cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya harus dikoreksi bila terdapat kelainan /
penurunan.
c.

Mengatur / mengatasi situasional.


Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan
lingkungan, seperti pada bagian sebelumnya. Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat
dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lansia.

1. FAKTORFAKTOR LINGKUNGAN YANG SERING DIHUBUNGKAN DENGAN


RESIKO JATUH PADA LANSIA
1. Alat alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di bawah
2. tempat tidur atau WC yang rendah / jongkok
3. tempat berpegangan yang tidak kuat / tidak mudah dipegang
4. Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun
5. Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal / menekuk pinggirnya, dan benda-benda
alas lantai yang licin atau mudah tergeser
6. Lantai yang licin atau basah
7. Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan)
8. Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.
B. PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti
faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang
dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor
lingkungan.dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua :

1. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan
tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya
lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang
dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya
adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)
2. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:
1. Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
2. Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan
3. Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan
tranquilisers
4. Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas indikasi klinis
kuat
5. Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
3. Modifikasi lingkungan
Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing akibat suhu
di antara:
1. Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan
tanpa harus berjalan dulu
2. Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
3. Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
4. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
5. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah
tangga.
6. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk
melintas.
7. Gunakan lantai yang tidak licin.

8. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung.
9. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar mandi.
4. memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :
1. Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
2. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
3. Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
4. Hindari olahraga berlebihan.
5. 5. Alas kaki
Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
1. Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
2. Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga keseimbangan
3. Pakai sepatu yang antislip
6. Alat bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi
atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya.
1. Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meingkatkan keseimbangan, namun
di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk
membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan
alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual.
2. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obatobatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu
jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas
atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa yang
digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu
menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat
badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang
berat badan.
7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.

8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.


9. Memelihara kekuatan tulang
1. Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang
dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua
2. Berhenti merokok
3. Hindari konsumsi alkohol
4. Latihan fisik
5. Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen
6. Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.
7. MANIFESTASI KLINIS
8. Tanda dan Gejala dari Penyakit Demensia antara lain :
9. 1. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif.
10. 2. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
11. 3. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings).
12. 4. Defisit neurologi dan fokal.
13. 5. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.
14. 6. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid.
15. 7. Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living)
16. 8. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan.
17. 9. Tidak bisa pulang kerumah bila bepergian.
18. 10. Lupa meletakkan barang penting.
19. 11. Sulit mandi, makan, berpakaian dan toileting.
20. 12. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk.
21. 13. Tidak dapat makan dan menelan.
22. 14. Inkontinensia urine
23. 15. Dapat berjalan jauh dari rumah dan tidak bisa pulang.
24. 16. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi
bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
25. 17. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada
26. 18. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali
27. 19. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan

gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaanperasaan tersebut muncul.
28. 20. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

29.
Dukungan atau Peran Keluarga
a.

Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki

orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang
besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.
b.

Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu

mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan.


c.

Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa

memberikan rasa keteraturan kepada penderita.


d. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan memperburuk
keadaan.
e.

Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan, akan

sangat membantu.
PENCEGAHAN DAN PERAWATAN DEMENSIA
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah
menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang
2.
3.
a.
b.

berlebihan.
Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif :
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat
atau hobi

4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari
dapat membuat otak kita tetap sehat.
Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Nugroho, Wahjudi.1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai