Anda di halaman 1dari 13

PERDARAHAN ANTEPARTUM

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Konsepsi merupakan suatu proses bertemunya ovum dengan sperma sehingga terrjadilah
suatu proses kehamilan, persalinan dan nifas. Suatu proses antepartum, intrapartum maupun
postpartum tidak selamanya berjalan secara normal. Kadangkala hal ini merupakan jembatan
kematian bagi para ibu di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang terkadang tidak
disadari oleh para ibu hamil maupun tenaga kesehatan. Ketidaksigapan tenaga kesehatan di
indonesia inilah yang mengakibatkan angka kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi.
Penyebab kematian ibu paling banyak disebabkan oleh perdarahan obstetris diantaranya solusio
plasenta 19%, laserasi/ruptur uteri 16%, atonia uteri 15%, koagulopati 14%, plasenta previa 7%,
plasenta akreta/inkreta/perkreta 6%, perdarahan uteri 6%, retensio plasenta 4% (Chicakli, 1999).
Perdarahan obsteri yang tidak dengan cepat ditangani dengan transfusi darah atau cairan infus
dan fasilitas penanggulangan lainnya (misalnya upaya pencegahan dan/atau mengatasi syok,
seksio sesaria, atau histerektomi dan terapi antibiotika yang sesuai), prognosisnya akan fatal bagi
penderita.
Perdarahan disini dapat bersifat antepartum atau selama kehamilan seperti pada plasenta
previa dan solusio plasenta atau yang lebih sering lagi terjadi yaitu perdarahan postpartum akibat
dari atonia uteri atau laserasi jalan lahir.. Tampak nyata bahwa perdarahan serius dapat terjadi
kapan saja selama kehamilan dan masa nifas. Waktu terjadinya perdarahan pada kehamilan
digunakan untuk mengklasifikasikan secara luas perdarahan obstetris. Sebagian besar kematian
akibat perdarahan disebabkan oleh beberapa kondisi ibu yang dapat memperparah perdarahan
obstetris, selain itu faktor yang terpenting penyebab perdarahan obstetris yaitu kurang
memadainya fasilitas kesehatan maupun pelayanan kesehatan yan tidak sesuai dengan standar
prosedur.

Secara khusus perdarahan antepartum merupakan suatu perdarahan uterus dari tempat
diatas serviks sebelum melahirkan merupakan suatu hal yang sangat mengkhawatirkan.
Perdarahan dapat disebabkan oleh robeknya sebagian plasenta yang melekat di dekat kanalis
servikalis yang disebut plasenta previa. Perdarahan juga dapat berasal dari robeknya plasenta
dari t6empat implantasi sebelum waktunya yang disebut solusio plasenta. Meskipun sangat
jarang perdarahan juga dapat terjadi akibat insersi velamentosa tali pusat disertai ruptur dan
perdarahan dari pembuluh darah janinpada saaat pecahnya selaput ketuban yang disebut vasa
previa.
Sumber perdarahan uterus yang berasal dari daerah di atas serviks tidak selalu dapat
teridentifikasi sejak dini. Pada keadaan ini perdarahan biasanya dimulai dengan sedikit atau

tanpa gejala kemudian berhenti. Perdarahan tersebut selalu disebabkan oleh robekan marginal
plasenta yangsedikit dan tidak meluas. Kehamilan dengan perdarahan seperti ini tetap beresiko
walaupun perdarahan segera berhenti dan kemungkinan plasenta previa tampaknya telah dapat
disingkirkan dengan USG. Perdarahan dengan plasenta previa biasanya terjadi pada kehamilan
trimester ketiga, stelah bayi lahir maupun setelah plasenta lahir. Oleh sebab itu, hal ini perlu
diantisipasi lebih awal sebelum perdarahan menuju ke tahap yang membahayakan ibu dan
janinnya. Antisipasi dalam perawatan antenatal sangat memungkinkan karena umumnya keadaan
dengan plasenta previa munculnya perlahan diawali gejala dini berupa perdarahan berulang yang
mulanya tidak banyak tanta disertai dengan rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tentu
tanpa trauma. Perempuan hamil yang diidentifikasi mengalami plasenta previa harus segera
dirujuk ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan periksa dalam karena tindakan tersebut dapat
menyebebkan perdarahan semakin banyak.
B.
1.
2.
3.
4.

C.
1.
2.
3.
4.
5.

Tujuan
Mengetahui definisi dari plasenta previa.
Mengetahui pengklasifikasian plasenta plasenta
Mengetahui faktor penyebab plasenta previa
Mengetahui penatalaksanaan plasenta previa

Manfaat
Sebagai seorang bidan diharapkan mampu :
mendeteksi secara dini kejadian plasenta previa yang terjadi pada ibu hamil agar tidak
berelanjut ke hal yang lebih fatal.
memberikan konseling pada ibu hamil dengan kejadian plasenta previa secara tepat dan benar.
melakukan antisipasi tindakan segera pada penanganan dini plasenta previa.
melakukan asuhan kebidanan pathologis pada ibu hamil dengan kejadian plasenta previa.
melakukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap dengan pelayanan yang
sesuai standar.

BAB II
PEMBAHASAN
A.
1.

a.
1)
2)
3)
4)
b.
1)
2)
3)
4)

B.
1.
a.

Tinjauan Teori
Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu atau
lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur kehamilan di atas 28 minggu maka
sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga. Perdarahan antepartum
dikelompokkan sebagai berikut :
Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan :
Plasenta previa
Solutio plasenta
Pecahnya sinus marginalis
Pecahnya vasa previa
Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan :
Pecahnya varises vagina
Perdarahan polipus servikalis
Perdarahan perlukaan serviks
Perdarahan karena keganasan serviks.
Frekuensi perdarahan antepartum sekitar 3% sampai 4% dari semua persalinan. Sedangkan
kejadian perdarahan antepartum di rumah sakit lebih tinggi karena menerima rujukan.
Penangan perdarahan antepartum memerlukan perhatian karena dapat saling mempengaruhi
dan merugikan janin dan ibunya. Setiap perdarahan antepartum yang dijumpai oleh bidan,
sebaiknya dirujuk ke rumah sakit atau ke tempat dengan fasilitas yang memadai karena
memerlukan tatalaksana khusus.

Pembahasan
Plasenta Previa
Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan suatu bentuk kelainan letak pada plasenta, dimana plasenta
berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan, dinding belakang
rahim, atu di daerah fundus uteri.
Secara teoritis plasenta previa dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :
1)
Plasenta previa totalis yaitu plasenta menutupi seluruh osteum uteri internum.

2)
3)

Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
4)
Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga
tepi bawahnya barada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih
dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
Derajat plasenta previa sebagian besar akan bergantung pada pembukaan serviks saat
diperiksa. Sebagai contoh, plasenta letak rendah pada pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta
parsialis pada pembukaan 8 cm karena servik yang berdilatasi mengakibatkan seolah-olah
plasenta juga ikut berpindah atau bergeser. Sebaliknya plasenta previa yang tampak total sebelum
ada pembukaan akan menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 4 cm karena serviks
berdilatasi di luar tepi plasenta. Palpasi dengan jari untuk memastikan hubungan perubahan
antara tepi plasenta dan os interna sewaktu serviks membuka dapat memicu terjadinya
perdarahan hebat.
b.

1)
2)
3)
4)
5)

c.

Etiologi Plasenta Previa


Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya
kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada:
Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek sehingga endometrium bellum
sempat tumbuh.
Mioma uteri yang mengakibatkan perubahan endometrium
Kuretase yang berulang
Usia lanjut hal ini disebabkan oleh tumbuh endometrium yang kurang subur.
Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain.
Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta.
Hal ini terjadi terutama pada perokok berat.
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas
untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup
ostium uteri internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi
yang lebih baik yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum.
Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan luas, seperti pada
eritroblastosis, diabetes melitus, atau kehamilan multipel.
Gambaran Klinis Plasenta Previa
Hal yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan yang tidak nyeri. Darah
yang keluar berwarna merah segar . perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua
ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyakdan berhenti sendiri. Perdarahan kembali

terjadi tanpa suatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Perdarahan pada plasenta
previa bersifat berulang-ulang karena setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding
rahim. Oleh karena itu regangan dinding rahim dan tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan
majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru. Pada setiap
pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta letak
rendah plasenta baru terjadi pada waktu mulai persalinan. Perdarahan bisa sedikit sampai banyak
mirip pada solusio plasenta. Perdarahan diperhebat berhubung segmen bawah rahim tidak
mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian perdarahan bisa berlangsung
sampai pasca persalinan.servik dan segemen bawah rahim pada plasenta previa menjadi rapuh
sehingga memperbanyak terjadinya perdarahan.
Bagian terendah janin sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim
sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul. Terdapat kelainan lletak
pada janin dimana letak janin tidak dalam letak memanjang. Pada palpasi abdomen tidak
membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang.
d.

e.

Diagnosis Plasenta Previa


Anamnesis perdarahan tanpa keluhan, perdarahan berulang, warna darah merah segar.
Klinis kelainan letak dari perabaan fornises teraba bantalan lunak pada presentasi kepala.
Pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan billa dilakukan di kamar
operasi yang telah siap untuk melaukan opersai segera dan donor darah. Secara double setup ini hanya dilakukan apabila akan dilakukan terapi aktif yaitu apabila kehamilan akan
diterminasi.
Diagnosis plasenta previa dengan perdarahan sedikit diterapi dengan cara ekspektatif
ditegakkan dengan pemeriksaan USG. Dengan bantuan USG diagnosis plasenta previa/letak
rendah seringkali sudah dapat ditegakkan sejak dini sebelum kehamilan trimester ketiga. Namun,
dalam perkembangannya dapat terjadi migrasi plasenta. Sebenarnya buka plasenta yang
berpindah tetapi dengan semakin berkembangnya segmen bawah rahim, plasenta yang
berimplantasi pada tempat tersebut akan ikut naik menjauhi ostium uteri internum.

Komplikasi
Ibu hamil yang mengalami pllasenta previa dapat mengalami beberapa komplikasi, ada
yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal yang disebabkan oleh :
1)
Pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik maka pelepasan plasenta dari tempat
melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak serta perdarahan yang terjadi tidak
dapat dicegah sehingga penderita mengalami anemia bahkan syok.
2)
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang tipis
mengakibatkan jaringan trofoblast dengan mudah menginvasi menerobos ke dalam miometrium
bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi penyebab terjadinya plasenta inkreta atau bahkan
perkreta.

3)

Serviks dan segemen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial
untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak.
4)
Kelainan letak janin lebih sering terjadi.
5)
Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada
kehamilan kurang dari 37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kematangan
paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin untuk
antisipasi.
f.

1)

2)

a)
b)

3)

a)
b)
c)
d)

Penatalaksanaan Plasenta Previa


Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang
memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah :
Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak atau untuk
mengurangi kesakitan dan kematian. Dengan seksio sesarea juga dimaksudkan untuk
mengosongkan rahim hingga dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan, selain itu juga
dapat mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering terjadi pada persalinan pervaginam.
Seksio sesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan
hebat.
Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan
pertolongan lebih lanjut. Hal ini dapat dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta previa
marginalis, dan plasenta previa lateralis yang menutupi sebagian dari ostium internum. Pada
plasenta previa lateralis yang plasentanya terletak di belakang lebih baik dilakukan seksio
sesarea, karena pada pemecahan ketuban kepala kurang menekan pada plasenta. Hal ini
disebabkan kepala tertahan di promontorium yang dilapisi oleh jaringan plasenta. Pemecahan
ketuban dapat menghentikan perdarahan karena :
Setelah pemecahan ketuban, uterus mengadakan retraksi hingga kepala anak menekan pada
plasenta.
Plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding rahim hingga
tidak terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim.
Jika his tidak ada atau kurang kuat setelah pemecahan ketuban dapat diberikan infus pitosin.
Jika perdarahan tetap ada dilakukan seksio sesarea.
Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan rujukan
ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai. Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa
sebaiknya dilengkapi dengan :
Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan
Sedapat mungkin diantar oleh petugas
Dilengkapi keterangan secukupnya
Dipersiapkan donor darah untuk transfusi darah.
Beberapa bentuk pertolongan lainnya pada plasenta previa, antara lain :

1)

Versi Braxton Hicks


Tujuan dari braxton hicks ialah untuk mengadakan tamponade plasenta dengan bokong
dan untuk menghentikan perdarahan dalam rangka menyelamatkan ibu.
Versi braxton hicks biasanya dilakukan pada anak yang sudah mati ataupun masih hidup.
Mengingat bahayanya yaitu robekan pada serviks dan pada segmen bawah rahim, perasat ini
tidak pernah dilakukan lagi pada rumah sakit yang besar. Akan tetapi, jika pasien berdarah
banyak, anak sudah meninggal dan kita mendapat kesulitan dalam memperoleh darah atau kamar
operasi maka cara braxton hicks dapat dipertimbangkan.
2)
Cunam Willet Gauss
Tujuannya adalah untuk mengadakan tamponade plasenta dengan kepala. Dimana kulit
kepala janin dijepit dengan cunam willet gauss dan diberati dengan timbangan 500 gram. Perasat
ini sekarang tidak pernah dilakukan.

2.
a.

Solusio Plasenta
Definisi Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal
pada kehamilan trimester ketiga. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan
timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit
terhadap ibu maupun janin.
Solusio plasenta lebih berbahaya daripada plasenta previa bagi ibu hamil dan janinnya. Pada
perdarahan tersembunyi yang luas dimana perdarahan retroplasenta yang banyak dapat
mengurangi sirkulasi utero-plasenta dan menyebabkan hipoksia pada janin. Selain itu,
pembentukan hematoma retroplasenta yang luas bisa menyebabkan koagulopati konsumsi yang
fatal bagi ibu.

b.

Klasifikasi Solusio Plasenta


Solusio plasenta ada bermacam, diantaranya plasenta dapat terlepas pada pinggirnya saja
(ruptura sinus marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa
juga seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang
terjadi dalam banyak kejadian akan merembes antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya
mengalir di bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan
keluar melalui vagina. Namun dalam solusio plasenta ada kalanya darah tidak keluar melalui
vagina, jika :
Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah karenanya.
Bagian terbawah janin umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah rahim.

1)
2)
3)
4)

1)
a)
b)
c)
d)
2)
a)
b)

c)
d)
3)
a)
b)
c)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
c.

Secara klinis solusio plasenta dibagi berdasarkan berat ringannya gambaran klinis dengan
luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio plasenta ringan, solusio plasenta sedang,
dan solusio plasenta berat. Solusio plasenta ringan biasanya baru diketahui setelah plasenta lahir
dengan adanya hematoma yang tidak luas pada permukaan maternal atau ada ruptur sinus
marginalis. Pembagian secara klinik ini baru definitif bila ditinjau retrospektif karena solusio
plasenta sifatnya berlangsung progresif yang berarti solusio plasenta yang ringan bisa
berkembang menjadi lebih berat dari waktu ke waktu. Keadaaan umum penderita bisa menjadi
buruk apabila perdarahannya cukup banyak pada kategori concealed hemorrhage.
Solusio plasenta ringan
Terlepasnya plasenta kurang dari luasnya
Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
Keadaan umum ibu dan janinnya tidak mengalami gangguan
Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam.
Solusio plasenta sedang
Terlepasnya plasenta lebih dari bagian tetapi belum mencapai 2/3 bagian.
Dapat menimbulkan gejala klinik seperti : perdarahan dengan rasa sakit, perut tersa tegang,
gerak janin berkurang, palpasi bagian janin sulit teraba, auskultasi jantung janin dapat terjadi
asfiksia ringan dan sedang.
Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol
Dapat terjadi ganguan pembekuan darah.
Solusio plasenta berat
Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian.
Terjadi perdarahan disertai nyeri.
Penyulit bagi ibu sperti :
Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat.
Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak sesuai dengan
perdarahan dan penderita tampak anemis.
Pemeriksaan abdomen tegang, bagian jani sulit diraba, dinding perut terasa sakit, dan janin telah
meninggal dalam rahim.
Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol
Solusio plasenta berat dengan couvelaire uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri.

Penyebab solusio Plasenta


Solusio plasenta merupakan keadaan gawat kebidanan yang memerlukan perhatian karena
penyulit yang ditimbulkan terhadap ibu maupun janin.
Penyebab solusio plasenta antara lain :
1)
Trauma langsung terhadap uterus hamil :
a)
Terjatuh terutam tertelungkup

b)
c)
2)
a)
b)
c)
3)
a)
b)
c)
d)
e)

d.

Tendangan anak yang sedang digendong


Atau trauma langsung lainnya
Trauma kebidanan artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan kebidanan yang dilakukan :
Setelah versi luar
Setelah memecahkan ketuban
Persalinan anak kedua hamil kembar
Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek
Faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta adalah:
Hamil pada usia tua
Mempunyai tekanan darah tinggi
Bersamaan dengan preeklamsia dan eklamsia
Tekanan vena cava inferior yang tinggi
Kekurangan asam folat

Gambaran Klinis Solusio Plasenta


Gambaran klinik penderita solusio plasenta bervariasi sesuai dengan berat ringannya atau luas
permukaan maternal plasenta yang terlepas. Gejala dan tanda klinis yang klasiok dari solusio
plasenta adalah terjadinya perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina, rasa nyeri perut
dan uterus tegang terus-menerus mirip his partus prematurus.
1)
Solusio Plasenta Ringan
Pada solusio plasenta ringan tidak ada gejala kecuali hematoma yang berukuran beberapa
sentimeter terdapat pada permukaan maternal plasenta. Rasa nyeri pada perut masih ringan dan
darah yang keluar masih sedikit, sehingga belum keluar melalui vagina. Tanda-tanda vital dan
keadaan umum ibu ataupun janin masih baik. Pada inspeksi dan auskultasi tidak dijumpai
kelainan kecuali pada palpasi sedikit terasa nyeri lokal pada tempat terbentuk hematom dan perut
sedikit tegang tapi bagian-bagian janin masih bisa teraba.
2)
Solusio Plasenta Sedang
Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus
menerus, denyut jantung janin biasanya telah menunjukkan gawat janin, perdarahan tampak
keluar lebih banyak, taki9kardia, hipotensi, kulit dingi dan keringatan, oliguria mulai ada , kadar
fibrinogen berkurang antara 150 sampai 250 mg/100 ml dan mungkin kelainan pembekuan darah
dan gangguan fungsi ginjal sudah mulai ada.
Rasa nyeri dan tegang perut jelas sehingga bagian-bagia janin sulit teraba. Rasa nyeri akut,
perdarahan pervaginam berwana kehitaman, penderita pucat karena mulai syok sehingga
keringat dingin.keadaan janin biasanya sudah gawat.
3)
Solusio Plasenta Berat

e.
1)
a)
b)
c)
d)
2)
a)
(1)
(2)
(3)
b)
(1)
(a)
(b)
(c)
(2)
(a)
(3)
(a)
(b)
c)

f.
1)

Perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan disertai perdarahan yang berwarna
hitam. Sehingga palpasi bagian-bagian janin tidak mungkin lagi dilakukan. Fundus uteri lebih
tinggi daripada seharusnya hal ini terjadi karena penumpukan darah di dalam rahim. Jika dalam
masa observasi tinggi fundus betrtambah lagi berarti perdarahan baru masih berlangsung. Pada
inspeksi rahim kelihatan membulat dan kulit diatasnya kencang dan berkilat. Pada auskultasi DJJ
tidak terdengar lagi akibat gangguan anatomik dan fungsi plasenta. Keadaan umum menjadi
buruk disertai syok. Hipofibrinogemia atau rendahnya kadar fibrinogen di dalam darah dan
oliguria telah terjadi sebagai akibat komplikasi pembekuan darah intravaskular yang luas dan
gangguan fungsi ginjal. Kadar fibrinigen darah rendah yaitu kurang kurang dari 150 mg% dan
teoah ada trombositopenia.
Diagnosis Solusio Plasenta
Diagnosis solusio plasenta dapat ditegalkkan dengan melakukan :
Anamnesa
Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri
Terjadi spontan atau karena trauma
Perut terasa nyeri
Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum penderita tidak sesuai dengan jumlah perdarahan
Tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat
Penderita tampak anemis
Pemeriksaan khusus
Palpasi abdomen
Perut tegang terus menerus
Terasa nyeri saat palpasi
Bagian janin sukar ditentukan
Auskultasi
Denyut jantung janin bervariasi dari asfiksia ringan sampai berat.
Pemeriksaan dalam
Terdapatnya pembukaan
Ketuban tegang dan menonjol
Pemeriksaan penunjang denga USG, dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding
abdomen.
Komplikasi Solusio Plasenta
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada solusio plasenta, sebagai berikut :
Penyulit komplikasi ibu

a)

b)

c)
d)

2)

g.

3.

Perdarahan yang dapat menimbulkan variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok,
perdarahan yang terjadi tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai syok, dan
kesadaran penderita dari baik sampai koma.
Gannguan pembekuan darah disebabkan karena masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi
darah menyebabkan pembekuan darah intravaskular dan disertai hemolisis. Selain itu juga terjadi
penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah.
Oligouria, hal ini terjadi karena terdapatnya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat
menimbulkan produksi urin makin berkurang.
Perdarahan postpartum. Pada solusio plasenta se3dang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke
otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri,
dan kegagalan pembekuan darah dapat menambah beratnya perdarahan.
Penyulit pada janin
Perdarahan yang tertimbun dibelakan plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke arah janin
sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian di dalam rahim.
Kematian janin tergantung dari seberapa bagian plasenta telah lepas dari implantasinya di fundus
uteri.
Penatalaksanaan Solusio Plasenta
Penanganan solusio plasenta harus dilakukan rawat inap di rumah sakit yang memadai.ketika
masuk segera dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk kadar Hb dan golongan darah serta
gambaran pembekuan darah. Jika diagnosis belum jelas dan janin masih hidup tanpa tanda-tanda
gawat janin observasi ketat dengan kesiagaan dan fasilitas yang bisa segera diaktifkan untuk
intervensi jika sewaktu-waktu muncul kegawatan.
Persalinan mungkin pervaginam atau juga mungkin perabdominal tergantung pada banyaknya
perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan spontan atau belum, dan tanda-tanda gawat janin.
Penanganan terhadap solusio plasenta bisa bervariasi sesuai berat ringannya penyakit, usia ibu,
serta keadaan ibu dan janinnya. Jika janin masih hidup dan cukup bulan serta belum ada tandatanda persalinan pervaginam maka dilakukan bedah caesar. Pada perdarahan yang cukup banyak
segera lakukan resusitasi dengan pemberian transfusi darah dan kristaloid yang cukup diikuti
persalinan yang cepat untuk mengendalikan perdarahan dan menyelamatkan ibu dan janin.
Bedah caesar dilakukan pada kasus yang berat atau telah terjadi gawat janin.
Jika janin telah mati dalam rahim maka lebih sering dipilih persalinan pervaginam kecuali
jika ada perdarahan berat yang tidak teratasi dengan transfusi darah atau ada indikasi obstetrik
untuk melakukan persalinan perabdominal. Pada persalinan pervaginam diperlukan upaya
stimulasi miometrium secara farmakologikatau masase agar kontraksi miometrium baik. Hal ini
untuk mencegah terjadinya perdarahan sekalipun masih terjadi gangguan pembekuan darah.
Pecahnya Sinus Marginalis
Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang baru diketahui setelah persalinan.
Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa rasa sakit dan menjelang pembukaan lengkap

perlu dipikirkan adanya perdarahan karena sinus marginalis yang pecah. Bahya dari pecahnya
sinus marginalis tidak terlalu membahayakan janin dan ibu.
4.

Perdarahan Karena Pecahnya Vasa Previa


Vasa previa adalah keadaan dimana pembuluh darah janin berada di dalam selaput
ketuban dan melewati ostium uteri internum kemudian sampai ke dalam insersinya pada tali
pusat. Perdarahan terjadi bila selaput ketuban yang melewati pembukaan serviks robek atau
pecah dan vaskular janin pun ikut terputus.
Faktor resiko antara lain pada plasenta bilobata, plasenta suksenturiata, plasenta letak
rendah, kehamilan pada vertilisasi in vitro, dan kemailan ganda terutama triplet. Secara teknis
keadaan ini dimungkinkan pada dua situasi yaitu pada insersio velamentosa, dan plasenta
suksenturiata. Pemeriksaan terbaik adalah dengan elektroforesis. Bila diagnosis dapat ditegakkan
sebelum persalinan maka tindakan terpilih untuk menyelamatkan janin adalah dengan seksio
sesarea.

5.

Perdarahan yang Tidak Ada Hubungannya Dengan Kehamilan.


Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan tidak akan membahyakan
janin dalam rahim. Tetapi lebih memberatkan ibu. Perdarahan yang terjadi dapat terjadi sebelum
hamil trimester ketiga.
Keadaan umum penderita dan janin dalam rahim tidak terpengaruh banyak karena sifat
perdarahan sedikit, spotting atau internitten.
Untuk dapat menegakkan asal perdarahan dapat ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam dan melakukan pemeriksaan inspekulo.
Adapun perdarahan tersebut antara lain disebabkan oleh :
Varises yang pecah
Polipus serviks atau endometrium
Perlukaan serviks
Keganasan pada serviks
Penangan lebih lanjut bidan bisa melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.

a.
b.
c.
d.
e.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Perdarahan antepartum merupakan suatu kejadian pathologis berupa perdarahan yang
terjadi pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih. Perdarahan yang terjadi dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan (plasenta previa, solusio
plasenta, pecahnya sinus marginalis, dan perdarahan vasa previa) dan perdarahan yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan (pecahnya varises, perlukaan serviks, keganasan serviks, dll).
Perdarahan antepartum yang berhubungan dengan kehamilan harus segera dilakukan tindakan
agar tidak berakibat fatal bagi ibu dan janinnya. Sedangkan perdarahan antepartum yang tidak
berhubungan dengan kehamilan tidak membahayakan janin tapi hanya memberatkan ibu.
B.

Saran
Sebagai seorang calon bidan kita harus mampu mendiagnosis dini kelainan atau
keabnormalan yang terjadi pada ibu masa antepartum, intrapartum maupun postpartum. Oleh
sebab itu kita harus memahami setiap gejala-gejala yang ditimbulkan dari keabnormalan yang
terjadi agar mampu mengambil keputusan secara cepat, tepat, dan efisien.
Secara khusus, seperti pembahasan dalam maklah ini yaitu tentang perdarahan
antepartum. Sebagai seorang bidan harus memahami apa saja perdarahan antepartum yang bisa
terjadi, gejal yang ditimbulkan, dan mampu memberikan asuhan yang tepat serta mampu
melakukan rujukan secara cepat apabila terjadi suatu kegawatan obstetris.

Anda mungkin juga menyukai