Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I.

PENDAHULUAN

BAB II. SOx DAN PERMASALAHAN

2.1. Definisi SO2

2.2. Sumber dan pola Paparan

2.3. Dampak Pencemaran oleh Belerang Oksida (SOx)

BAB III PENGENDALIAN PENCEMARAN SOx


3.1 Pengendalian Pencemaran SOx
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1

7
7
15

Kesimpulan

15

DAFTAR PUSTAKA

16

BAB I
1

PENDAHULUAN

Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan kehidupan. Namun pada era
modern ini, sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, serta
berkembangnya transportasi, maka, kualitas udara pun mengalami perubahan yang disebabkan
oleh terjadinya pencemaran udara, atau, sebagai berubahnya salah satu komposisi udara dari
keadaan yang normal; yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel
kecil/aerosol) ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama,
sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tanaman (BPLH DKI Jakarta,
2013). Polusi yang diakibatkan dari kegiatan industri memberikan kontribusi gas berbahaya
seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), hidrokarbon (HC), karbon monoksida
(CO) dan debu. Polusi tidak hanya mengancam kelestarian lingkungan hidup, namun juga
memberikan dampak buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia. Di Indonesia
permasalahan limbah selalu menjadi masalah yang sangat serius. Semakin berkembangnya
perindustrian di Indonesia, sudah selayaknya pemilihan serta penggunaan teknologi yang tepat
dalam mengatasi masalah limbah segera diterapkan. Senyawa-senyawa tersebut merupakan
penyebab utama terjadinya hujan asam, efek rumah kaca dan menjadi salah satu penyebab
menurunnya kualitas lingkungan. Salah satu senyawa produk hasil pembakaran bahan bakar fosil
yang berbahaya adalah SOx (Sulfir Oksida). Senyawa sulfur di atmosfer terdiri dari H 2S,
merkaptan, SO2, SO3, H2SO4 , garam-garam sulfit, garam-garam sulfat, dan aerosol sulfur
organik. Dari cemaran tersebut yang paling penting adalah SO2 yang memberikan sumbangan
50% dari emisi total. Cemaran garam sulfat dan sulfit dalam bentuk aerosol yang berasal dari
percikan air laut memberikan sumbangan 15% dari emisi total. Untuk menanggulangi bahaya
penurunan kualitas lingkungan akibat pembakaran hidrokarbon, pengendalian gas-gas polutan
harus dilakukan.

BAB II
SOx DAN PERMASALAHANNYA
2

2.1 Definisi SO2


Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO 2 dan gas SO3 yang
keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan
gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada diudara untuk
membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan)
benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) dan proses
kimiawi lainnya. SOx mempunyai ciri bau yang tajam, bersifat korosif (penyebab karat), beracun
karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. Sox menimbulkan
gangguan sitem pernafasan, jika kadar 400-500 ppm akan sangat berbahaya, 8-12 ppm
menimbulkan iritasi mata, 3-5 ppm menimbulkan bau. Konsentrasi gas SO 2 diudara akan mulai
terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya) manakala kensentrasinya berkisar antara 0,3 1
ppm. Jadi dalam hal ini yang dominan adalah gas SO 2. Namun demikian gas tersebut akan
bertemu dengan oksigen yang ada diudara dan kemudian membentuk gas SO3 melalui reaksi
berikut

:
2SO2 +

O2 (udara)

2SO3

Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar pada beberapa kegiatan industri seperti yang terjadi di
negara Eropa Barat dan Amerika, menyebabkan kadar gas SOx diudara meningkat. Reaksi antara
gas SOx dengan uap air yang terdapat di udara akan membentuk asam sulfat maupun asam sulfit.
Apabila asam sulfat dan asam sulfit turun ke bumi bersama-sama dengan jatuhnya hujan,
terjadilah apa yang dikenal denagn Acid Rain atau hujan asam . Hujan asam sangat merugikan
karena dapat merusak tanaman maupun kesuburan tanah. Pada beberapa negara industri, hujan
asam sudah banyak menjadi persoalan yang sangat serius karena sifatnya yang merusak.
Hutan yang gundul akibat jatuhnya hujan asam akan mengakibatkan lingkungan semakin parah.
Pencemaran SOx diudara terutama berasal dari pemakaian baru bara yang digunakan pada
kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral
besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfida lainnya seperti PbS, HgS,
ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan
SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan
sulfida logam diubah menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus menghilangkan belerang

dari kandungan logam karena belerang merupakan pengotor logam. Pada suhu tinggi sulfida
logam mudah dioksida menjadi oksida logam melalui reaksi berikut :
2ZnS +

3O2

2ZnO +

2SO2

2PbS +

3O2

2PbO +

2SO2

Selain tergantung dari pemecahan batu bara yang dipakai sebagai bahan bakar, penyebaran gas
SOx, ke lingkungan juga tergnatung drai keadaan meteorologi dan geografi setempat.
Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan SOx menjadi asam sulfat maupun
asam sulfit yang akan berkumpul bersama awan yang akhirnya akan jatuh sebagai hujan asam.
Hujan asam inilah yang menyebabkan kerusakan hutan di Eropa (terutama di Jerman) karena
banyak industri peleburan besi dan baja yang melibatkan pemakaian batu bara maupun minyak
bumi di negeri itu.
2.2 Sumber dan pola Paparan
Meskipun sumber alami (gunung berapi atau panas bumi) mungkin hadir pada beberapa tempat,
sumber antropogenik, pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur, mendominasi
daerah perkotaan. Ini termasuk :

Sumber pokok (pembangkit tenaga listrik, pabrik pembakaran, pertambangan dan


pengolahan logam)

Sumber daerah (pemanasan domestik dan distrik)

Sumber bergerak (mesin diesel)

Pola paparan dan durasi sering menunjukkan perbedaan daerah dan musim yang signifikan,
bergantung pada sumber dominan dan distribusi ruang, cuaca dan pola penyebaran. Pada
konsentrasi tinggi, dimana berlangsung untuk beberapa hari selama musim dingin, bulan musim
dingin yang stabil ketika penyebaran terbatas, masih terjadi pada banyak bagian dunia dimana
batu bara digunakan untuk tempat pemanasan. Sumber daerah biasanya mendominasi pada
beberapa peristiwa, hasil pada pola homogen konsentrasi dan paparan/pembukaan.
Sebaliknya, jarak peristiwa waktu-singkat dari menit ke jam mungkin terjadi sebagai hasil
pengasapan, penyebaran atau arah angin dari sumber utama. Hasil pola paparan bervariasi secara
substantial, tergantung pada ketinggian emisi, dan kondisi cuaca. Variabel sementara dari
konsentrasi ambient juga sering tinggi pada keadaan tertentu, khususnya untuk sumber lokal.
2.3 Dampak Pencemaran oleh Belerang Oksida (SOx)
4

Sebagian besar pencemaran udara oleh gas belerang oksida (SOx) berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil, terutama batu bara. Adanya uap air dalam udara akan mengakibatkan
terjadinya reaksi pembentukan asam sulfat maupun asam sulfit. Reaksinya adalah sebagai berikut
SO2

H2O

H2SO3

SO3

H2O

H2SO4

Apabila asam sulfat maupun asam sulfit tersebut ikut berkondensasi di udara dan kemudian jatuh
bersama-sama air hujan sehingga pencemaran berupa hujan asam tidak dapat dihindari lagi.
Hujan asam ini dapat merusak tanaman, terkecuali tanaman hutan. Kerusakan hutan ini akan
mengakibatkan terjadinya pengikisan lapisan tanah yang subur. Walaupun konsentrasi gas SOx
yang terdispersi ke lingkungan itu berkadar rendah, namun bila waktu kontak terhadap tanaman
cukup lama maka kerusakan tanaman dapat saja terjadi. Konsentrasi sekitar 0,5 ppm sudah dapat
merusakan tanaman, terlebih lagi bila konsentrasi SOx di Udara lingkungan dapat dilihat dari
timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Kalau waktu paparan lama, maka daun itu akan
gugur. Hal ini akan mengakibatkan produktivitas tanaman menurun. Udara yang telah tercemar
SOx menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada sistem pernapasaannya. Hal ini
karena gas SOx yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung,
tenggorokan dan saluran napas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx tersebut
menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena. Lapisan SO2 dan bahaya bagi kesehatan
SO2 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesehatan yang akut dan kronis. dalam bentuk
gas, SO2 dapat mengiritasi sistem pernapasan; pada paparan yang tinggi (waktu singkat)
mempengaruhi fungsi paru-paru. SO2 merupakan produk sampingan H 2SO4 yang mempengaruhi
sistem pernapasan. Senyawanya, terdiri dari garam ammonium polinuklir atau organosulfat,
mempengaruhi kerja alveoli dan sebagai bahan kimia yang larut, mereka melewati membran
selaput

lendir

pada

sistem

pernapasan

pada

makhluk

hidup.

Aerosol partikulat dibentuk oleh gas ke pembentukan partikel ditemukan bergabung denganp
engaruh kesehatan yang banyak.Secara global, senyawa-senyawa belerang dalam jumlah cukup
besar masuk ke atmosfer melalui aktivitas manusia sekitar 100 juta metric ton belerang setiap
tahunnya, terutama sebagai SO2 dari pembakaran batu bara dan gas buangan pembakaran bensin.
Jumlah yang cukup besar dari senyawa belerang juga dihasilkan oleh kegiatan gunung berapi
dalam bentuk H2S, proses perombakan bahan organik, dan reduksi sulfat secara biologis. Jumlah
5

yang dihasilkan oleh proses biologis ini dapat mencapai lebih 1 juta metric ton H2S per tahun.
Sebagian dari H2S yang mencapai atmosfer secara cepat diubah menjadi SO2 melaui reaksi :
H2S

3/2O2

SO2

H2O

reaksi bermula dari pelepasan ion hidrogen oleh radikal hidroksil


H2S

HO

HS-

H2O

yang kemudian dilanjutkan dengan reaksi berikut ini menghasilkan SO2


HS-

O2

HO-

SO

SO

O2

SO2

Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi dapat
membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara tulang-tulang daun rusak.
Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan tanaman iniakan diperparah
dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan berubah menjadi asam sulfat. Oleh
karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan
rusak oleh aerosol asam sulfat. Kerusakan juga dialami oleh bangunan yang bahan-bahannya
seperti batu kapur, batu pualam, dolomit akan dirusak oleh SO2 dari udara. Efek dari kerusakan
ini akan tampak pada penampilannya, integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut.

BAB III
PENGENDALIAN PENCEMARAN SOx
6

2.1 Pengendalian Pencemaran SOx


Ada beberapa teknologi pengendalian pencemaran khususnya untuk Sox. Disini akan dipaparkan
beberapa teknologi pengendalian SOx yaitu :
1. Penanggulangan dengan Alat ECO-SO2
ECO ( Electric Catalyc Oxidation ) SO2 ialah sejenis alat kontrol polusi udara yg
diproduksi oleh Powerspan Corporation ( www.powerspan.com ) untuk mengurangi
polusi udara akibat beroperasinya PLTU yg berbahan bakar batubara ( coal ), khususnya
pd buangan sulphur ( SO2 ). ECO-SO2 dikatakan mampu menurunkan kadar polusi udara
dari masing-masing polutan sebagai berikut :

SO2 ( sulphur ) yg dapat mengakibatkan hujan asam, sampai 99%

Nox ( nitrogen ) sampai 90%

Hg ( air raksa ) yg mengakibatkan sesak napas / asma, antara 80 s/d 90%

Partikel lain yg mengotori air serta ikan & tanah, sampai 90%

Gambar 1. Alat ECO-SO2 Flow Proses


ECO SO2 dipasang dalam instalasi PLTU setelah ESP ( electronic procipitator ) & sebelum
buangan dialirkan melalui cerobong asap.

Di dalam aplikasinya, penghilangan nitrogen oksida (NOx) tidak diperlukan, teknologi ini
dipasang tanpa komponen kontrol NOx. ECO-SO 2 absorber menghasilkan pengurangan yang
besar terhadap emisi sulfur dioksida (SO2), merkuri teroksidasi, dan partikulat. Proses ini juga
menghasilkan pupuk amonium sulfat sebagai produk samping yang dapat dijual

Gas buang dari boiler batu bara melewati sebuah electrostatic precipitator (ESP) atau kain
filter untuk menghilangkan sebagian besar partikulat.

Pada bagian bawah, nozel semprot mendistribusikan tetesan amonium sulfat (AS) cair
kedalam gas buang. Air menguap dari larutan AS, menjenuhkan dan mendinginkan gas
buang

Pompa recycle mensirkulasi AS cair ke header semprot, dengan aliran ke sistem


pengolahan co-produk.

Pada bagian atas scrubbing sistem, sulfur dioksida (SO 2) diserap ke dalam larutan
ammonia. Packing bertujuan untuk memperluas bidang

Setelah keluar dari bagian atas scrubbing sistem, gas buang memasuki electrostatic
precipitator basah (ESP). Aerosol, racun udara, dan partikulat halus ditangkap di sini dan
dikembalikan ke bagian bawah scrubbing sistem.

Menangkap gas buang, khususnya SO2, merkuri teroksidasi, dan partikel, dikeluarkan
melalui wet stack.

SO2 yang terserap adalah dalam bentuk SO3, sulfit. Udara diinjeksikan untuk
mengoksidasi sulfit menjadi sulfat, serupa dengan sistem oksidasi batu kapur secara
paksa.

Aliran amonium sulfat cair (AS), berisi garam AS terlarut, merkuri teroksidasi, dan
material partikulat, dikirim ke sistem filtrasi untuk menyaring abu, logam terlarut, dan
menangkap merkuri.

Produk samping AS yang telah bersih, bebas abu dan merkuri, bisa dijual dalam bentuk
cair atau dikirim ke crystallizer untuk menghasilkan kristal sesuai ukuran yang
dibutuhkan untuk dijual ke pasar pupuk.

Penambahan air secara berkala digunakan untuk membilas dinding ESP dan mengisi air
yang hilang akibat penguapan.

Amonia reagen ditambahkan untuk menjaga kondisi kimia proses sehingga dapat
menghasilkan tingkat penyerapan SO2 yang tinggi.
8

2. Pengendalian Emisi Gas Buang Boiler Batubara Dengan Sistem Absorbsi


Studi penyerapan gas emisi (SO2, NO2, CO, dan CO2) dari boiler batubara dengan
NaOH limbah penyerap industri tekstil telah dilakukan. Gas asam dinetralkan dan
partikulat terperangkap oleh Larutan NaOH. Gas yang terserap oleh NaOH menunjukkan
peningkatan pada laju alir absorben yang semakin besar. Penyerapan CO2 terhadap
NaOH sangat besar. Ini ditunjukkan dari CO2 yang sangat reaktif mengikat dan bereaksi
dengan NaOH. Penyerapan pada parameter NO2, CO, dan SO2 juga meningkat tetapi
cenderung kecil. Absorbsi gas yang terserap sangat tergantung pada suhu. Semakin tinggi
suhu yang keluar dari boiler, semakin besar gas yang terserap. Bahan absorben NaOH
dengan konsentrasi yang besar juga menambah tinggi gas yang terserap. Peningkatan laju
alir NaOH meningkatkan harga koefisien transfer massa gas cair (KGa), karena
peningkatan laju alir NaOH akan menyebabkan kontak permukaan antara fase gas dan
fase cair akan semakin baik. Larutan NaOH yang sudah banyak mengikat dan bereaksi
dengan gas emisi akan segera digantikan dengan larutan penyerap yang baru. Hal ini akan
menyebabkan jumlah gas emisi yang ditransfer dari fase gas ke fase cair per satuan waktu
akan semakin banyak pula.
3. Proses pembersihan gas buang SO2 dan NOx menggunakan teknik iradiasi berkas
elektron EBFGT (Electron Beam Flue Gas Treatment)

Gambar 2. Skema proses berkas elektron untuk pengolahan gas buang


Teknologi iradiasi berkas elektron untuk pengolahan gas buang SO 2 dan NOx pada
umumnya terdiri dari lima komponen utama, yaitu unit pendinginan gas buang (spray
cooler), unit penyimpan dan injeksi amoniak, sistem iradiasi (bejana proses dan mesin
9

berkas elektron), unit pengumpul dan penyimpan produk samping, serta sistem
instrumentasi dan kendali. Sebelum memasuki instalasi pengolahan, gas buang yang
dihasilkan oleh ketel-uap (boilers) dilewatkan pada unit ESP (electrostatic precipitators)
untuk menghilangkan kandungan abu-layang. Selanjutnya gas buang dimasukkan ke unit
spray cooler, dimana akan terjadi proses evaporasi air pendingin. Sebagai akibat proses
ini, suhu gas buang menjadi lebih rendah hingga 65 80 oC dan kelembabannya naik
hingga 10 14% vol. Dalam teknik iradiasi berkas elektron untuk pengolahan gas buang,
amoniak adalah reagen proses utama yang dapat disimpan dalam bentuk amoniak cair.
Amoniak tersebut diinjeksikan ke dalam sistem dengan dua teknik

Amoniak diubah dalam bentuk gas setelah evaporasi, kemudian diinjeksikan ke


dalam bejana proses

Amoniak dalam bentuk cair disemprotkan secara langsung ke dalam unit spray
cooler menggunakan sistem nozzles yang terpisah.

Bergantung pada kondisi proses, konsumsi atau keperluan amoniak dalam bentuk cair
dapat mencapai 150 600 kg/jam. Setelah injeksi amoniak, gas buang dialirkan ke dalam
bejana proses dan dalam bejana ini terjadi proses iradiasi dan reaksi utama. Energi
elektron mengakibatkan reaksi secara berturutan dan menghasilkan efek oksidasi pada
SO2 dan NOx , dan mengakibatkan terbentuknya aerosol ammonium sulfat dan
ammonium nitrat. Produk-samping aerosol tersebut dikumpulkan dengan menggunakan
unit ESP (electrostatic precipitator), dan setelah proses granulasi (pembentukan butiran)
dan disimpan, selanjutnya dikirim ke pabrik pupuk NPK. Produk samping tersebut
terutama terdiri dari ammonium sulfat dan ammonium nitrat. Selain itu juga terdapat
ammonium khlorida dan tak murnian lainnya seperti ammonium fluorida dan bagian yang
tak larut lainnya (sisa abu-layang). Kandungan tak murnian atau pengotor tersebut sangat
rendah sehingga produk samping mempunyai kualitas yang sangat baik untuk pembuatan
pupuk yang bermanfaat dalam bidang pertanian.

4. Pengendalian Pencemaran SO2 Dan NO2 Dengan Teknologi Non Thermal Plasma

10

Gambar 3. Prototype Teknologi Non Thermal Plasma


Teknologi masih dalam tahapan prototype dan akan di aplikasikan dalam skala industri.
Teknologi baru akan di rancang dan diuji coba yaitu teknologi plasma. Di harapkan dari
prototype ini yaitu dapat mereduksi gas SO2 dan NO2 khususnya yang keluar dari
cerobong industri. Teknologi plasma non-termik didasari atas sifat plasma non-termik,
yakni mudahnya plasma jenis tersebut menghasilkan senyawa-senyawa radikal bebas
(free radical). Plasma adalah zat keempat di samping zat klasik: padat, cair, dan gas.
Plasma ini sangat mudah dibuat, caranya dengan pemanfaatan tegangan listrik. Udara
sebagai isolator yang mana adalah materi yang tidak bisa menghantarkan listrik. Namun,
apabila pada dua electrode tadi diberikan tegangan listrik yang cukup tinggi (10 kV<),
sifat konduktor akan muncul pada udara tersebut, yang bersamaan dengan itu pula arus
listrik mulai mengalir (electrical discharge). Mengalirnya arus listrik menunjukkan akan
adanya ionisasi yang mengakibatkan terbentuknya ion serta elektron pada udara di antara
dua elektrode tadi. Semakin besar tegangan listrik yang diberikan pada elektrode,
semakin banyak jumlah ion dan elektron yang terbentuk. Aksi-reaksi yang terjadi antara
ion dan elektron dalam jumlah banyak ini menimbulkan kondisi udara di antara dua
electrode ini netral, inilah plasma. Singkat kata plasma adalah kumpulan dari electron
bebas, ion dan atom bebas. Gas buang keluaran dari output boiler dianalisis dengan gas
analyzer untuk mengetahui konsentrasi SO2 dan NO2 sebelum direaksikan dengan
reactor plasma. Gas buang dialirkan ke dalam reaktor melalui input reaktor. Kemudian
dikontakkan di dalam reaktor yang berisi plasma yang akan dibangkitkan pada bagian
tube dan nozzle. Tube dan nozzle ini terletak pada channels. Ketika terjadi kontak antara
11

gas buang dengan plasma maka akan terbentuk radikal gas yang berbeda dengan awal gas
buang masuk reaktor plasma.
5. Flue Gas Desulphurization
Ada dua tipe Flue Gas Desulphurization yang umum digunakan pada berbagai jenis
boiler, yaitu tipe basah (Wet Flue Gas Desulphurization) dan tipe kering (Dry Flue Gas
Desulphurization). Untuk yang tipe basah, FGD menggunakan bahan baku air laut
sebagai media penyerap emisi sulfur. Flue gas yang keluar dari boiler, dialirkan ke
sistem Flue Gas Desulphurisation (FGD) dan disemprot dengan menggunakan air laut
sehingga terjadi reaksi kimia berikut:
SO2 + H2O H+ + HSO3Proses selanjutnya adalah proses oksidasi. Dengan menggunakan oksidation air blower,
udara dari atmosfer dimasukkan ke dalam tangki larutan campuran antara air laut dengan
hasil dari reaksi kimia sebelumnya. Pada fase ini terjadi reaksi kimia berikut:
HSO3- + O2 HSO4Dan pada akhir proses, terjadi reaksi kimia secara alami di naturalisation basin, yaitu:
HSO4- + HCO3- SO42+ + H2O + CO2
Dan seperti yang Anda lihat hasil reaksi kimia di atas merupakan zat-zat yang menjadi
penyusun alami air laut. Dan menurut hasil penelitian, penambahan zat-zat tersebut ke
dalam air laut masih tidak berpengaruh terhadap keseimbangan air laut.

12

Gambar 4. Flue Gas Desulphurization Tipe Basah

Gambar 5. Flue Gas Desulphurization Tipe Kering


Pada Flue Gas Desulphurization tipe kering, udara flue gas dimasukkan ke dalam sistem
dan disemprot dengan zat kimia absorber sulfur. Zat kimia absorber yang digunakan
bukan air laut, melainkan bahan-bahan kimia seperti CaCO 3 (limestone) dengan reaksi
kimia absorbsi berikut:
CaCO3 (solid) + SO2 (gas) CaSO3 (solid) + CO2 (gas)
Selain menggunakan CaCO3 juga dapat digunakan Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 (magnesium
hidroksida). Materi absorbsi tersebut dikabutkan oleh sebuah bagian bernama ratary
atomizer sehingga didapatkan ukuran partikel yang cukup kecil untuk mengoptimalkan
proses penyerapan SO2.
6. Seawater Exhaust Gas Scrubber
Prinsip utama sistem ini adalah mendinginkan gas buang sampai pada titik embun dari
gas buang tersebut dan mengakibatkan terjadinya kondensasi pada SOx. Saat terjadinya
pendinginan akibat kontak gas buang dengan air laut, dimana air laut adalah asam natural
dengan pH 8.1, terjadi kombinasi kerja yaitu netralisasi dan pengenceran gas buang.
Sistem ini awalnya banyak digunakan sebagai sistem untuk de-sulphurisasi dalam
13

industri, namun saat ini banyak digunakan untuk aplikasi penurunan SOx di kapal. Dalam
suatu kasus, emisi SOx menurun dari 497 ppm menjadi 48 ppm dengan pH water
scrubber menurun dari 8.01 menjadi 2.95, dari sifat basa menjadi sifat asam.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Polusi yang diakibatkan dari kegiatan industri memberikan kontribusi gas berbahaya
seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), hidrokarbon (HC), karbon
monoksida (CO) dan debu. Polusi tidak hanya mengancam kelestarian lingkungan hidup,
namun juga memberikan dampak buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia.

Semakin berkembangnya perindustrian di Indonesia, sudah selayaknya pemilihan serta


penggunaan teknologi yang tepat dalam mengatasi masalah limbah segera diterapkan

Salah satu senyawa produk hasil pembakaran bahan bakar fosil yang berbahaya adalah
SOx (Sulfir Oksida). Senyawa sulfur di atmosfer terdiri dari H2S, merkaptan, SO2, SO3,
14

H2SO4 , garam-garam sulfit, garam-garam sulfat, dan aerosol sulfur organik. Dari
cemaran tersebut yang paling penting adalah SO2 yang memberikan sumbangan 50%
dari emisi total

Beberapa

teknologi baru yang mulai diterapkan dalam skala industri adalah proses

pembersihan gas buang SOx adalah


1. Alat ECO-SO2
2. Pengendalian Emisi Gas Buang Boiler Batubara Dengan Sistem Absorbsi
3. Proses pembersihan gas buang SO2 dan NOx menggunakan teknik iradiasi berkas
elektron EBFGT (Electron Beam Flue Gas Treatment)
4. Pengendalian Pencemaran SO2 Dan NO2 Dengan Teknologi Non Thermal Plasma
5. Flue Gas Desulphurization
6. Seawater Exhaust Gas Scrubber

DAFTAR PUSTAKA
Anonim., SO2 NAAQS Designations Source-Oriented Monitoring Technical Assistance
Document, U.S. EPA, December 2013
Djyanti, S., Pengendalian Emisi Gas Buang Boiler Batubara Dengan Sistem Absorbsi, Jurnal
Ilmu Lingkungan, Departemen Perindustrian, Semarang, Vol.9, No. 1, April 2012
Djyanti, S., Perancangan Prototype Alat Pengendalian Pencemaran SO2 dan NO2 Dengan
Teknologi Non Thermal Plasma, Jurnal Riset dan Teknologi Pencegahan Pencemaran
Industri,Balai Besar Teknologi Pencemaran Industri, Semarang, Vol.2, No.2, Desember 2012
Ismiyati, dkk., Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, Jurnal
Manajemen Transportasi & Logistik, Vol. 01 No. 03, November 2014

15

Mayasari,F., Analisis Perhitungan Eksternalitas Pada PLTU Muara Karang Dengan Penggunaan
Flue Gas Desulphurization,Jurnal Ristek,UNHAS, Makassar, Vol.2, No.1, Juni 2013
Sudjatmoko., Kajian Reduksi SO2 dan NOx Dalam Gas Buang Hasil Pembangkit Listrik
Batubara Menggunakan Radiasi Berkas Elektron, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah
Teknologi Akselerator dan Aplikasinya, PTAPB-BATAN, Yogyakarta, Vol.8, Nopember 2012.
Zakaria, N., Analisis Pencemaran Udara (SO2), Keluhan Iritasi Tenggorokan dan Keluhan

Kesehatan Iritasi Mata Pada Pedagang Makanan di Sekitar Terminal Joyoboyo Surabaya, The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Departemen Kesehatan Lingkungan,
UNAIR, Vol. 2, No. 1 Jan-Jun 2013: 7581

16

Anda mungkin juga menyukai