Anda di halaman 1dari 16

BRIAN MARCHSAL

DAFTAR ISI
1

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Perumusan Masalah


1.3 Tujuan

2
3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lingkungan Hidup


2.2 Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
2.3 Penyebab Terjadinya Pencemaran di Kali Surabaya
2.4 Kasus Pencemaran Limbah Tahu di Kali Surabaya
2.5 Pengaruh Terhadap Makhluk Hidup dan Lingkungan Sekitar
2.6 Penyelesaian Kasus Kali Surabaya
2.7 Tindakan Pencegahan dan Penaggulangan

4
4
6
7
9
11
11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

14
14
15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan pembangunan yang makin meningkat mengandung resiko. Makin
meningkatnya resiko makin meningkat pencemaran dan perusakan lingkungan, termasuk oleh
limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3), sehingga struktur dan fungsi ekosistem yang menjadi
penunjang kehidupan dapat rusak. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup akan menjadi
beban sosial, yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah harus menanggung biaya
pemulihannya.
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/ kegiatan. Limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak
memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia
organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh
limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Menyadari hal di atas, bahan berbahaya dan beracun beserta limbahnya harus dikelola
dengan baik. Makin meningkatnya kegiatan pembangunan, dalam hal ini pabrik-pabrik atau
indutri-industri menyebabkan meningkatnya dampak kegiatan tersebut terhadap lingkungan
hidup, keadaan ini makin mendorong diperlukannya upaya pengendalian dampaknya,
sehingga resiko terhadap lingkungan dapat ditekan sekecil mungkin.
Upaya pengendalian dampak terhadap lingkungan sangat ditentukan oleh pengawasan
terhadap ditaatinya ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur segi-segi
lingkungan hidup, sebagai perangkat hukum yang bersifat preventif melalui proses perizinan
untuk melakukan usaha dan atau kegiatan. Oleh karena itu dalam setiap izin yang diterbitkan,
harus dicantumkan secara tegas syarat dan kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan
oleh penanggung jawab usaha atau kegiatan tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas permasalahan :
1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan hidup?
2. Apa saja penegakan hukum lingkungan hidup?
3. Penyebab terjadinya pencemaran air
3

4. Pengaruh pencemaran air terhadap makhluk hidup


5. Tindakan pencegahan dan penanggulangan limbah
1.3 Tujuan
Tujuan dari di susunnya makalah ini dengan judul Pencemaran Air Kali Surabaya oleh
Limbah (PT Sidomakmur dan PT Sidomulyo) adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah
Ekologi Lingkungan

BAB II
PEMBAHASAN
4

2.1 Pengertian Lingkungan Hidup


Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Selanjutnya kita akan membahas definsi dari pencemaran. Menurut Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pencemaran
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang telah ditetapkan.
Makna dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis
dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
2.2 Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
Penegakan hukum mempunyai makna, bagaimana hukum itu harus dilaksanakan,
sehingga dalam penegakan hukum tersebut harus diperhatikan unsur-unsur kepastian hukum.
Kepastian hukum menghendaki bagaimana hukum dilaksanakan, tanpa perduli bagaimana
pahitnya (fiat jutitia et pereat mundus; meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan).
Hal ini dimaksudkan agar tercipta ketertiban dalam masyrakat.sebaliknya masyarakat
menghendaki adannya manfaat dalam pelaksanaan peraturan atau penegakan hukum
lingkungan tersebut. Hukum lingkungan dibuat dengan tujuan untuk melindungi lingkungan
dan memberi manfaat kepada masyarakat. Artinya peraturan tersebut dibuat adalah untuk
kepentingan masyarakat, sehingga jangan sampai terjadi bahwa, karena dilaksanakannya
peraturan tersebut, masyarakat justru menjadi resah. Unsur ketiga adalah keadilan.
Dalam penegakan hukum lingkungan harus diperhatikan, namun demikian hukum tidak
identik dengan keadilan, karena hukum itu sifatnya umum, mengikat semua orang, dan
menyamaratakan. Dalam penataan dan penegakan hukum lingkungan, unsur kepastian, unsur
kemanfaatan, dan unsur keadilan harus dikompromikan, ketiganya harus mendapat perhatian
secara proporsional. Sehingga lingkungan yang tercemar dapat dipulihkan kembali.
Penegakan hukum lingkungan berkaitan erat dengan kemampuan aparatur dan
kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi tiga bidang
hukum, yaitu administratif, pidana, dan perdata. Berikut adalah sarana penegakan hukum:
1. Administratif
5

Sarana administrasi dapat bersifat preventif dan bertujuan menegakkan peraturan


perundang-undangan lingkungan. Penegakan hukum dapat diterapkan terhadap kegiatan yang
menyangkut persyaratan perizinan, baku mutu lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan
(RKL), dan sebagainya. Disamping pembinaan berupa petunjuk dan panduan serta
pengawasan administratif, kepada pengusaha di bidang industri, hendaknya juga ditanamkan
manfaat konsep Pollution Prevention Pays dalam proses produksinya.
Penindakan represif oleh penguasa terhadap pelanggaran peraturan perundangundangan lingkungan administratif pada dasarnya bertujuan untuk mengakhiri secara
langsung pelanggaran-pelanggaran tersebut.
Sanksi administratif terutama mempunyai fungsi instrumental, yaitu pengendalian
perbuatan terlarang. Disamping itu, sanksi administratif terutama ditujukan kepada
perlindungan kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang dilanggar tersebut. Beberapa jenis
sarana penegakkan hukum administrasi adalah :
a.
b.
c.
d.
e.

Paksaan pemerintah atau tindakan paksa;


Uang paksa;
Penutupan tempat usaha;
Penghentian kegiatan mesin perusahaan;
Pencabutan izin melalui proses teguran, paksaan pemerintah, penutupan, dan uang paksa.

2. Kepidanaan
Tata cara penindakannya tunduk pada undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana. Peranan Penyidik sangat penting, karena berfungsi mengumpulkan
bahan/alat bukti yang seringkali bersifat ilmiah. Dalam kasus perusakan dan/atau pencemaran
lingkungan terdapat kesulitan bagi aparat penyidik untuk menyediakan alat bukti yang sah
sesuai ketentuan Pasal 183 dan Pasal 184 KUHAP. Selain itu, pembuktian unsur hubungan
kausal merupakan kendala tersendiri mengingat terjadinya pencemaran seringkali secara
kumulatif, sehingga untuk membuktikan sumber pencemaran yang bersifat kimiawi sangat
sulit. Penindakan atau pengenaan sanksi pidana adalah merupakan upaya terakhir setelah
sanksi administratif dan perdata diterapkan.
3. Keperdataan
Mengenai hal ini perlu dibedakan antara penerapan hukum perdata oleh instansi
yang berwenang melaksanakan kebijaksaan lingkungan dan penerapan hukum perdata untuk
memaksakan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan. Misalnya,
penguasa dapat menetapkan persyaratan perlindungan lingkungan terhadap penjualan atau
6

pemberian hak membuka tanah atas sebidang tanah. Selain itu, terdapat kemungkinan
beracara singkat bagi pihak ketiga yang berkepetingan untuk menggugat kepatuhan
terhadap undang-undang dan permohonan agar terhadap larangan atau keharusan dikaitkan
dengan uang paksa. Penegakan hukum perdata ini dapat berupa gugatan ganti kerugian dan
biaya pemulihan lingkungan.
2.3 Penyebab Terjadinya Pencemaran Kali Surabaya
Kali Surabaya sepanjang +50 km merupakan cabang dari Kali Brantas yang airnya
digunakan untuk berbagaimaca keperluan termasuk :
1.

Air baku instalasi pengolahan air bersih di Ngagel yang digunakan untuk kepentingan

penduduk kota Surabaya,


2. Irigasi untuk sebagian daerah sistem delta Brantas,
3. Industri-industri yang berada di Surabya dan sepanjang Kali Surabaya yang berada di
wilayah Kabupaten Gresik,
4. Perikanan tambak yang penyaluran airnya melalui kanal-kanal irigasi,
5. Penggolontoran dan pengeceran ir buangan yang berada dalam saluran-saluran drainase
Kota Surabaya,
6. Pembawa buangan-buangan industri dan rumah tangga menuju ke Laut.
Keanekaragaman kegunaan air Kali Surabaya yang satu sama lain bertolak belakang
sangat jelas terlihat disatu pihak air digunakan untuk kelangsungan hidup manusia, di lain
pihak air pada saat yang sama sebagai saluran tempat membuang air kotor dari industri dan
rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan penduduk kota Surabaya dan instalasi pengolahan
air bersihnya dalam keadaan terancam oleh buruknya kualitas air Kali Surabaya dan cabangcabangnya akibat pencemaran limbah.
Dengan

bertambah

kuatnya

tekanan

untuk

mengembangkan

industri

serta

bertambahnya penduduk disepanjang Kali Surabaya maka perlu tindakan yang cepat dan
tepat untuk mengendalikan kualitas air Kali Surabaya.
Disekitaran Kali Surabaya juga terdapat banyak sekali pabrik-pabrik. Melihat jumlah
pabrik yang di sepanjang Kali Surabaya (lebih kurang sekitar 200 buah) tentu saja limbah
yang dihasilkannya juga besar. Limbah ini dapat berupa bahan organik dan bahan anorganik.
Pabrik yang dapat mengeluarkan limbah organik adalah pabrik bumbu masak (Mi-won,
Ajinomoto), pabrik minyak makan (Princolin, Bawang Berlian, dan lain-lain), pabrik
detergent (joyoboyo, dan lain-lain), yang juga menghasilkan limbah fosfat dan sulfat, pabrik
kertas (Surya Kertas, Mekabox, dan Supamra), pabrik kulit (PT HAKKA), pabrik teh, pabrik
makanan ternak, pabrik tahu, dan lain-lain.
7

Pabrik yang dapat menegeluarkan limbah anorganik adalah pabrik pipa besi, pabrik
kawat besi, pabrik paku dan sekrup, pabrik-pabrik ini menghasilkan endapan Fe(OH)2 dan
Fe(OH)3 serta Zn(OH)2 dan juga Fe(Cl)3 dan Cl ion.
Pabrik sepeda dan onderdil-onderdilnya dapat mengeluarkan limbah cair yang
mengandung Cr ion, Cd ion, Cu ion, Ni ion, Zn ion, yang amat sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia, karena ion-ion logam tersebut sangat bersifat racun pada konsentrasi
tertentu.
Selain limbah pabrik, ada juga limbah dari kegiatan pertanian yang mencemari Kali
Surabaya. Limbah tersebut berupa pupuk kandang, pupuk urea, pupuk tri super phosphat,
pupuk ZA, serta insektisida. Pupuk dan insektisida ini dapat dibawa air irigasi dan masuk
kembali kesungai. Pupuk-pupuk tersebut akan memacu pertumbuhan mikroba, algae,
plankton, enceng gondok, kangkung, dan tumbuh-tumbuhan air lainnya di Kali Surabaya.
2.4 Kasus Pencemaran Limbah Tahu di Kali Surabaya
Ada bebarapa banyak penyebab tercemarnya Kali Surabaya, namun pada makalah ini
akan dibahas mengenai limbah tahu yang menjadi penyebab tercemarnya Kali Surabaya.
Rusaknya lingkungan hidup atau tercemarnya yang dilakukan PT Sidomakmur yang
memproduksi tahu, membuang air limbahnya ke Kali Surabaya yang mengandung BOD
3095,4 mg/l dan mengandung COD 12293 mg/l dan PT Sidomulyo yang berupa perternakan
babi membuang limbah kotoran babi ke Kali Surabaya yang mengandung BOD 426,3 mg/l
dan COD 1802,9 mg/l sebagaimana hasil pemeriksaan air limbah yang dilakukan oleh Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan tanggal 20 Juli 1988 No.261/Pem/BTKL.Pa/VII/1988.
Kandungan limbah tersebut melebihi ambang batas yang ditetapkan SK Gubernur Jawa
Timur No. 43 Tahun 1978, yaitu maksimum BOD 30 mg/l dan COD 80 mg/l.
Perusahaan PT Sidomakmur dan PT Sidomulyo telah membuat instalasi (septitank)
yang tidak memenuhi daya tampung limbah kedua perusahaan tersebut, sehngga air
limbah/kotoran melebur keluar dan mengalir ke Kali Surabaya. Pembuangan air limbah
tersebut, menyebabkan menurunnya kualitas air Kali Surabaya dan menyebabkan air
kekurangan oksigen yang berakibat matinya kehidupan dalam air serta sangat sukar untuk
diolah menjadi air bersih untuk bahan baku PDAM.
Dalam pemeriksaan terhadap yang dilakukan Dinas Perikanan Kabupaten Sidoarjo,
diperoleh keterangan bahwa ditemukan adanya sejumlah ikan yang mengambang di
permukaan air Kali Surabaya, tetapi tidak dapat dipastikan apakah ikan yang mengembang di
permukaan air Kali Surabaya itu sebagai akibat dari tercemarnya Kali Surabaya yang
8

disebabkan oleh limbah tahu industri yang dibuang terdakwa ke kali tersebut. Selain bnayak
faktor yang menyebabkan ikan bisa mati lemas, juga mengingat banyaknya perusahaan lain
yang membuang limbahnya ke Kali Surabaya.
Selain itu juga ditemukan fakta yang menyatakan bahwa pernah kadar kimia air Kali
Surabaya yang diolah menjadi air minum sangat tinggi, sehingga PDAM harus mengeluarkan
biaya tinggi untuk menormalkan kembali kadar air tersebut, namun tidak dapat dipastikan
kalau kejadian itu disebabkan oleh limbah tahu yang dibuang ke Kali Surabaya, yang pasti,
kejadian itu akibat dari tercemarnya Kali Surabaya, yang pasti kejadian itu akibat dari
tercemarnya Kali Surabaya, tetapi siapa sesungguhnya yang mencemarkan, tidak ada saksi
yang dapat dapat menentukan, karena pada kenyataannya banyak perusahaan yang
membuang air limbah pabriknya ke Kali Surabaya.
Pada saat dilakukan pemeriksaan di lokasi perusahaan dengan konfirmasi keterangan
dari warga sekitar didapat hasil sebagai berikut :
1. Di lokasi, yang dibuang itu adalah bekas air rendaman kedelai bercampur kulit kedelai
2.

yang mengalir melalui saluran-saluran kecil di dalam pabrik menuju septitank.


Tidak ada air yang dibuang setelah kedelai dimasak, karena yang tinggal hanya air
kedelai diendapkan menjadi tahu. Ampasnya ditampung pada tempat penampungan

untuk dikonsumsi oleh ternak.


3. Air cucian / rendaman diendapkan di beberapa septitank dialirkan keselokan menuju
danau kecil di lokasi perusahaan.
4. Dalam proses pembuatan tahu tidak menggunakan cuka.
5. Di sekitar pekarangan pabrik ada beberapa kelompok septitank yang masing-masing
berukuran panjang 4m, lebar 3m, dalam 3m, yang dahulu digunakan sebagai bak
penampungan/pengendapan, penyaringan dan pembuangan air ke kali. Sekarang tidak di
gunakan lagi, karena limbah setelah diendapkan pada kelompok bak penampungan
pertama langsung dialirkan ke danau-danau kecil pada lahan di lokasi perusahaan.
6. Pada kandang babi terdapat 10 kandang.
7. Limbah air cucian ternak dan kotoran babi dari dalam kandang mengalir ke kiri kanan
melalui parit-parit bersemen keselokan besar lebar 2m, dalam 1m, panjang 500m.
8. Terdapat septitank limbah termasuk ternak babi yang tidak terpakai lagi dan ditutup atas
perintah pemerintah daerah setempat
9. Sekarang tidak ada lagi pembungan limbah dalam keadaan bagaimana pun ke Kali
Surabaya karena semua saluran pembuangan ditutup dengan beton semen.
10. Kedua perusahaan tersebut mempunyai izin dan memenuhi syarat serta ditinjau Sekwilda
Kabupaten Sidoarjo.

11. Air limbah telah dibuatkan bak pengendapan dan tidak benar sampai melebur ke Kali
Surabaya, terkecuali jika turun hujan lebat, mau tidak mau terjadi perembesanperembesan dan masuk ke Kali Surabaya.
12. Air yang dipergunakan memproses tahu di ambil dari Kali Surabaya berdasarkan surat
izin dari Gubernur Jawa Timur yang sudah ada dan telah dimiliki oleh terdakwa.
2.5 Pengaruh Terhadap Makhluk Hidup di Lingkungan Sekitar
Air dari Kali Surabaya digunakan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan warga yang
tinggal di bantaran Kali Surabaya. Sesuai dengan kegunaanya, air dari Kali Surabaya dipakai
sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk sanitasi dan untuk transportasi..
Pembuangan air limbah secara langsung ke Kali Surabaya inilah yang menjadi penyebab
utama terjadinya pencemaran air. Limbah (baik berupa padatan maupun cairan) yang masuk
ke air menyebabkan terjadinya penyimpangan dari keadaan normal air dan ini berarti suatu
pencemaran. Selain itu dengan tercemarnya air dari Kali Surabaya tidak hanya
membahayakan warga yang tinggal disekitar bantaran Kali, namun berefek kepada warga
yang jauh dari bantaran Kali. Pasalnya air PDAM di ambil dari Kali Surabaya yang telah
tercemar. Hal ini juga mengurangin efisiensi kerja PDAM yang membutuhkan biaya yang
besar untuk mengolah air yang tercemar. Air yang telah tercemar, baik oleh senyawa organik
maupun senyawa anorganik akan mudah sekali menjadi media berkembangnya berbagai
macam penyakit. Penyakit menular akibat pencemaran air dapat terjadi karena berbagai
macam sebab, antara lain seperti:
1.

Cholera (kolera)

2. Typhus Abdominalis
3.

Dysenteri Amoeba

4. Ascariasis (cacingan)
5. Trachoma (penyakit mata)
6.

Scabies (kudis)

Selain itu air yang tercemar juga menyebabkan penyakit tidak menular, namun
penyakit ini merupakan bahaya besar karena dapat mengakibatkan kematian. Penyakit tidak
10

menular dapat muncul terutama karena air lingkungan telah tercemar oleh senyawa anorganik
maupun organik. Air lingkungan yang telah tercemar dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit tidak menular. Zat anorganik dan organik yang mencemari lingkungan dapat
menimbulkan penyakit, mulai dari keracunan yang ringan sampai keracunan berat yang
berakhir kematian. Adapun penyakit tidak menular atau keracunan tersebut adalah :
1. Keracunan Kadmium
2. Keracunan Kobalt
3. Keracunan Air Raksa
4. Keracunan Bahan Insektisida
Kali surabaya juga telah tercemar dengan logam logam berat yang juga sangat
membahayakan. Selain itu, dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke
lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai
dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika
lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.
Pencemaran air yang menyebabkan kerugian langsung tersebut diatas sangat mudah terjadi
apabila tidak ada pengawasan yang ketat terhadap pengelolaan dan pengolahan limbah, baik
limbah industri maupun limbah rumah tangga.

2.6 Penyelesaian pada Kasus Kali Surabaya


Dengan demikian, perbuatan terdakwa merupakan pelanggaran Hukum Lingkungan
Administratif, yang sanksinya diatur dalam Pasal 8 Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Jawa
Timur Nomor 414 tentang Penggolongan dan Baku Mutu Air Limbah di Jatim.
Dari rumusan pasal 8 di atas, dijelaskan bahwa sanksi perbuatan melanggar Baku Mutu
Air Limbah tidak diatur sewaktu terjadinya kasus limbah tahu Sidoarjo baik sanksi
administrasi maupun sanksi pidana. Semua peraturan hukum yang dimaksud dalam pasal 8
tersebut tidak mengatur tentang perbuatan Melanggar Baku Mutu Air Limbah. Hal
ini terbukti dalam hal dari perbedaan pengaturan sanksi yang kemudian diberlakukan

11

terhadap perlanggaran sejenis, yaitu pasal 33 PP No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air
Perbuatan Melanggar Baku Mutu Air Limbah penyelesaiannya bukan melalui jalur
pengadilan tetapi merupakan pelanggaran hukum lingkungan administratif dengan
konsekuensi sanksi administrasi. Setelah keputusan PN memutuskan bahwa terdakwa terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan karena kelalaiannya melakukan
perbuatan yang menyebabkan tercemarnya lingkungan hidup. Kendatipun demikian,
terdakwa hanya dihukum kurungan 3 (tiga) bulan dengan waktu percobaan 6 (enam) bulan,
di samping itu terdakwa juga dihukum dengan pidana denda dengan Rp 1.000.000, 00 (satu
juta rupiah).
2.7 Tindakan Pencegahan & Penanggulangan
Menurut penulis, tindakan pencegahan dan penanggulangan perlu dilakukan agar kasus ini
tidak berlarut berlarut. Saat ini efek limbah masih belum terlihat secara signifikan, namun
apabila dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, maka akan menyebabkan kerusakan
performance ekosistem lingkungan dan yang pasti berimbas kepada kesehatan makhluk hidup
sekitar Kali Surabaya.
Pada dasarnya ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam rangka pencegahan pencemaran
lingkungan, yaitu:
1. Secara Administratif
Upaya pencegahan pencemaran lingkungan secara administratif adalah pencegahan
pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara mengeluarkan
kebijakan atau peraturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Contohnya adalah
dengan keluarnya undang-undang tentang pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup yang
dikeluarkan oleh presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Maret 1982. Dengan adanya
AMDAL dan RKL/RPL sebelum adanya proyek pembangunan pabrik dan proyek yang
lainnya. Dengan peraturan yang ketat, maka para pengusaha akan berpikir berulang kali
untuk membuang limbah cairnya begitu saja. Namun, peraturan yang ketat tersebut
seharusnya diikuti supervisi serta hukuman yang ketat juga. Pengolahan limbah yang mahal
sudah menjadi risiko pengusaha. Maka jika akan mendirikan sebuah industri, buatlah industri
yang ramah lingkungan. Selain lebih murah, tidak akan dibenci oleh masyarakat dan
lembaga-lembaga pencinta lingkungan.
2. Secara Teknologis
12

Cara ini ditempuh dengan mewajibkan pabrik untuk memiliki unit pengolahan limbah sendiri.
Sebelum limbah pabrik dibuang ke lingkungan, pabrik wajib mengolah limbah tersebut
terlebih dahulu sehingga menjadi zat yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Untuk limbah
industri dapat dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam beberapa kolam
kemudian dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan), kimiawi (diberi zat kimia tertentu)
maupun biologis (diberi bakteri, ganggang atau tumbuhan air lainnya). Pada kolam terakhir
dipelihara ikan untuk menguji kebersihan air dari polutan yang berbahaya. Reaksi ikan
terhadap kemungkinan pengaruh polutan diteliti. Dengan demikian air yang boleh dialirkan
keluar (selokan, sungai dll.) masih dalam ambang batas yang tidak membahayakan
lingkungan dan makhluk hidup.
Salah satu contoh tahap-tahap proses pengolahan air buangan adalah sebagai berikut :
a) Proses penanganan primer, yaitu memisahkan air buangan dari bahan-bahan padatan yang
mengendap atau mengapung.
b) Proses penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan padatan secara
biologis
c) Proses pengendapan tersier, yaitu menghilangkan komponen-komponen fosfor dan
padatan tersuspensi,terlarut atau berwarna dan bau. Untuk itu bisa menggunakan
beberapa metode bergantung pada komponen yang ingin dihilangkan.

Pengendapan, yaitu cara kimia penambahan kapur atau metal hidroksida untuk
mengendapkan fosfor.

Adsorbsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut, berwarna atau bau.

Elektrodialisis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut dengan


menggunakan tenaga listrik

Osmosis, yaitu mengurangi kandungan garam-garam organik maupun mineral dari air

Klorinasi, yaitu menghilangkan organisme penyebab penyakit


Tahapan proses pengolahan air buangan tidak selalu dilakukan seperti di atas, tetapi

bergantung pada jenis limbah yang dihasilkan. Hasil akhir berupa air tak tercemar yang siap
dialirkan ke badan air dan lumpur yang siap dikelola lebih lanjut. Berdasarkan penelitian,
tanaman air seperti enceng gondok dapat dimanfaatkan untuk menyerap bahan pencemar di
dalam air.
3. Secara Edukatif

13

Mengatasi pencemaran air pada industri juga harus dilakukan dengan kontinyu.
Industri-industri yang mengeluarkan limbah cair hendaknya diberi penyuluhan agar mereka
melakukan pengolahan limbah sebelum dibuang ke sungai. Selain penyuluhan, seharusnya
pemerintah dengan kerjasama dari berbagai pihak melakukan supervisi ketat. Meski
demikian, pemerintah jika tak dibantu oleh masyarakat dalam melakukan supervisi terhadap
pelaku industri, maka yang terjadi ialah semakin bertambahnya masalah pencemaran air ini.
Alasannya yaitu sebab sampai saat ini, masih banyak industri-industri baik besar atau kecil
membuang limbah cairnya begitu saja ke sungai. Mereka tak menghiraukan akibat yang akan
timbul pada lingkungan dan masyarakat di area tersebut.
Beberapa cara mengatasi pencemaran air nan efektif tersebut seharusnya dilakukan
dengan konsisten dan berkelanjutan. Alasannya yaitu sekarang ini pencematan air terjadi di
negeri tercinta ini. Namun demikian, tak ada kata terlambat buat memperbaiki langkah
mengatasi pencemaran air tersebut. Semoga tulisan mengenai cara mengatasi pencemaran air
tersebut memberikan kegunaan dan pencerahan pada manusia buat menjaga kebersihan agar
terhindar dan mengurangi pencemaran lingkungan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penataan hukum lingkungan di Indonesia khususnya dalam hal penegakannya masih
belum efektif terbukti dengan adanya pembuangan limbah industri yang dilakukan oleh
industri di bantaran Kali Surabaya yang mengakibatkan tercemarnya air yang berada di
lingkungan sekitar pabrik

yang menimbulkan keresahan warga sekitar. Padahal air

merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kehidupan manusia. Padahal ada
banyak sekali langkah penegakan hukum yang dapat dilakukan mulai dari saksi
administrative, sanksi keperdataan dan sanski kepidanaan. Sebab dalam menerapkan saksi
14

hukum sebaiknya dijatuhkan sanksi yang tepat serta dapat mencakup komposisi dari fungsi
hukum itu sendiri seperti kepastian, kemafaatan, dan keadilan serta tidak menimbulkan
kerasahan pada masyarakat.
3.2 Saran
Pelajaran yang bisa diambiPemerintah seharusnya lebih menaruh perhatian lagi dalam
upaya pengelolaan maupun pelestarian lingkungan hidup. Tidak hanya sekedar dalam
pembuatan regulasi atau peraturan perundang-undangan saja tetapi juga pada pengawasan
penegakannya, terutama pada proses penegakan di dalam pengadilan. Jangan sampai terjadi
majelis hakim di suatu peradilan dapat lalai dalam memutus suatu perkara karena perbedaan
penafsiran hukum atau peraturan perundang-undangan. Mungkin perlu ditunjuk majelis
hakim yang tidak hanya berkompeten di bidang hukum tetapi juga memiliki kepedulian
terhadap lingkungan yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Muhamad, Erwin. 2011. Hukum Lingkungan : Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup. Bandung: PT Refika Aditama
Rangkuti, Siti Sundari. 1986. Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan dalam
Proses Pembangunan Nasional,(Disertasi). Surabaya: Fakultas Pascasarjana Universitas
Airlangga.
Salim, Emil. 1985. Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. Jakarta: PT Mutiara Offset
Sastrawijawa, A. Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Sudikno, Mertokusumo. 1988. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty.
15

Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta :
PT Grasindo
Supriadi. 2006. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta : PT Grafika Offset
Wijoyo, Suparto. 1999. Penyelesaian Sengketa Lingkungan (Setelement of Environmental
Dispute). Surabaya: Airlangga University Press.

16

Anda mungkin juga menyukai