DAFTAR ISI
1
Halaman
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
10
13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan
sumber daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang
sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di
dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan
permukaan tanah muda kembali yang kaya akan unsur hara.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah
Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan
dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut. Salah satu
diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di Tanah Air tidak bisa disangkal lagi
telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat luas, seperti
pertambangan yang telah menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk di
sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti oleh dampak negatif yang
merugikan masyarakat dan lingkungan.
Dari kegiatan pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan
sedimentasi, serta kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah
berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi (landscape), serta terjadinya
pencemaran yang dapat terjadi misalnya dari limbah yang dihasilkan dari aktifitas
pertambangan.
Di Indonesia, sarana dan fasilitas atau lembaga yang berperan dalam
pendistribusian bahan bakar minyak diesel umumnya melakukan kegiatan
penerimaan, penimbunan, dan penyaluran bahan bakar. Jenis bahan bakar minyal
diesel ini banyak digunakan pada sektor transportasi untuk jenis angkutan kendaraan
air khususnya kapal laut, dan juga pada sektor industri. Titik penyerahan atau
penyaluran bahan bakar ini ke konsumen adalah di depot atau instalasi bahan bakar
atau di bunker Pertamina. Pada sistem distribusi ini, bahan bakar minyak diesel
disalurkan ke konsumen dari instalasi atau depot dengan menggunakan sarana
transportasi berupa: tongkang, oil barge lighter, truk tangki, rail tank wagon, maupun
jaringan pipa
Berbagai kasus pencemaran limbah berbahaya dan beracun (B3) dari kegiatan
penambangan minyak bumi yang terjadi di Indonesia memerlukan perhatian yang
3
lebih serius. Kasus pencemaran seperti yang terjadi di Tarakan (Kalimantan Timur),
Riau, Sorong (Papua), Indramayu serta terakhir kasus pencemaran di Bojonegoro
(Jawa Timur) seharusnya menjadi catatan penting bagi para pengelola penambangan
minyak akan pentingnya pengelolaan pencemaran minyak di Indonesia.Eksplorasi dan
eksploitasi produksi minyak bumi melibatkan juga aspek kegiatan yang beresiko
menumpahkan minyak antara lain : distribusi/pengangkutan minyak bumi dengan
menggunakan moda transportasi air, transportasi darat, marine terminal/pelabuhan
khusus minyak bumi, perpipaan dan eksplorasi dan eksploitasi migas lepas pantai.
Dewasa ini, banyak terjadi pencemaran minyak di tanah. Salah satunya adalah
minyak solar, yang mencemari tanah akibat dari kegiatan pertambangan. Solar adalah
salah satu produk hasil penyulingan atau pengolahan minyak bumi di pertambangan.
Solar sering tumpah ketika dipindahkan melalui saluran pipa, truk, dan kapal. Solar
juga bisa bocor dari tangki-tangki penyimpan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan yang hendak diambil dari pembuatan makalah ini adalah agar kita
dapat mengetahui bagaimana mekanisme dari pencemaran solar di tanah serta dampak
dan pemulihan lahan tercemar oleh solar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan Mengenai Bahan Bakar Diesel dan Solar
Pada proses penyulingan minyak mentah, terdapat 5 fraksi produk yang
dihasilkan, yaitu: refinery gas (banyak mengandung metana, etana, dan hidrogen),
light distillates (LPG, gasoline, naptha), middle distillates (kerosene, diesel oil),
heavy distillates (fuel oil), dan residuum (lubricating oils, wax, tar). Tiap kategori dari
4
bahan bakar ini memiliki boiling point pada kisaran temperatur yang berbeda-beda,
seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Tabel 2. Spesifikasi minyak solar sesuai Surat Keputusan Dirjen Migas 3675
K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006.
2.2 Pencemaran Tanah Akibat Solar
Minyak solar adalah bahan bakar jenis distilat berwarna kuning kecoklatan
yang jernih. Penggunaan minyak solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada
6
semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1.000 RPM), yang juga dapat
dipergunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur
kecil, yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa
disebut juga Gas Oil, Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel. Pencemaran tanah
adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan
tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau
bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air
permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan
pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan
sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi
syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka
ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang
masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat
beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika
bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. Salah satu
penyebab utama dari pencemaran tanah adalah aktivitas penambangan. Salah satu
jenis penambangan yang paling banyak menyebabkan pencemaran bagi tanah adalah
penambangan minyak. Pencemaran ini terjadi tidak hanya terbatas pada saat kegiatan
penambangannya saja, tapi juga pada saat pengolahan dan pendistribusian hasil
tambang tersebut.
Solar adalah salah satu produk hasil penyulingan atau pengolahan minyak
bumi di pertambangan. Solar merupakan senyawa hidro-karbon dengan jumlah atom
C berkisar antara 12 sampai dengan 20. Dengan banyaknya jumlah rantai hidrokarbon
menyebabkan tingginya tingkat titik didih solar yang mencapai 270 oC. Solar sangat
bermanfaat dalam menunjang aktivitas manusia, salah satunya adalah dapat
digunakan sebagai bahan bakar pendamping pada kendaraan bermotor. Selain itu,
dewasa ini solar makin banyak digunakan sebagai bahan bakar pada diesel. Diesel
tersebut digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik pengganti.
Yang jadi permasalahan adalah setiap tahun kebutuhan akan hasil penyulingan
minyak salah satunya solar kian mengalami peningkatan seiring dengan tingginya
kebutuhan energi sebagai akibat kemajuan teknologi dan kebutuhan hidup manusia,
sehingga potensi pencemaran oleh solar juga meningkat.
7
Solar yang tidak berada pada tempatnya dapat dikategorikan sebagai limbah
B3 dan tentu saja ini tidak dapat dipungkiri bahwa solar menjadi salah satu polutan
berbahaya dalam pencemaran tanah. Eksplorasi dan eksploitasi produksi solar
melibatkan aspek kegiatan yang beresiko menumpahkan solar tersebut antara lain :
distribusi/pengangkutan solar dengan menggunakan transportasi darat dan melalui
perpipaan serta kilang-kilang penyulingan minyak yang menghasilkan minyak solar
tersebut.
Mekanisme bagaimana terjadinya pencemaran dimulai pada saat terjadinya
tumpahan minyak solar dan kebocoran pipa dalam jumlah tertentu dengan luas dan
kondisi tertentu, apabila tidak dikendalikan atau ditanggulangi dengan cepat dan tepat
dapat mengakibatkan terjadinya suatu malapetaka pencemaran lingkungan oleh
minyak solar yaitu kualitas lingkungan tersebut turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan
menjadi
kurang
atau
tidak
dapat
berfungsi
sesuai
dengan
peruntukannya.
2.3 Mekanisme Terjadinya Pencemaran Tanah Oleh Solar
Secara umum dapat dijelaskan bagaimana mekanisme terjadinya pencemaran
tanah oleh solar sebagai berikut :
a. Transportasi dan penyimpanan
Solar sering tumpah ketika dipindahkan melalui saluran pipa, truk, dan kapal. Solar
juga bisa bocor dari tangki-tangki penyimpan. Tumpahannya bisa menyebabkan
kerusakan yang akan bertahan lama pada lapisan tanah, air tanah, hewan, dan
manusia Perusahaan-perusahaan penghasil solar seharusnya mengeluarkan
peringatan bagi komunitas ketika terjadi tumpahan, segera menanggulangi
tumpahan dan membersihkannya. AMDAL untuk operasi-operasi minyak harus
menyertakan rencana-rencana pembangunan saluran pipa dan penggunaannya
Selain itu perlu diadakannya penggalangan dukungan di tingkat regional dengan
mengorganisasi komunitas yang tinggal disepanjang saluran pipa untuk menentang
praktek-praktek perusahaan solar yang tidak aman.
b. Kilang minyak solar
Kilang adalah fasilitas di mana minyak diproses menjadi produk-produk seperti
bensin, minyak solar, minyak pemanas, aspal, oli, dan plastic. Kilang-kilang
mengeluarkan limbah beracun ke dalam air, lapisan tanah, dan udara. Polusi dari
8
2. sakit kepala halusinasi, eforia (perasaan gembira yang mendadak), rasa capek,
gangguan bicara, kerusakan otak, koma
3.
infeksi telinga
9. serangan jantung
10. problem pencernaan, muntah, dan kanker lambung
11. kerusakan hati, ginjal dan tulang
12. problem menstruasi, keguguran,
13. meninggal dalam kandungan, dan cacat lahir
14. kulit gatal-gatal, jamur dan kanker kulit
Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan
kematian apa pun jenis polutannya tak terkecuali minyak solar.
b. Dampak pada Ekosistem
Pencemaran tanah oleh solar juga dapat memberikan dampak terhadap
ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan
kimia beracun/berbahaya pada solar bahkan pada dosis yang rendah sekalipun.
Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme
endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan
dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat
memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai
10
makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah
tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing
yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni
piramida atas.
Tumpahan minyak solar membawa pengaruh buruk pada tanah berkenaan
dengan kemampuan tanah untuk menyediakan air bagi pertanaman. Rembesan
solar dapat menutupi sebagian pori tanah sehingga mengurangi efektivitas
pelepasan karbon dalam tanah. Karbon dari yang dihasilkan dari kegiatan mikriba
akan tersimpan dan tidak dapat dikeluarkan, tentu saja ini akan sangat
mempengaruhi keadaan tanah dan tingkat kesuburannya.
Tanah yang terkontaminasi minyak solar tersebut dapat merusak lingkungan
serta menurunkan estetika. Lebih dari itu tanah yang terkontaminasi limbah minyak
solar dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sesuai dengan
Kep. MenLH 128 Tahun 2003. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan dan
pengolahan terhadap tanah yang terkontaminasi minyak. Hal ini dilakukan untuk
mencegah penyebaran dan penyerapan minyak solar kedalam tanah.
2.5 Penanganan dan Pemulihan Tanah yang Tercemar Solar
Upaya pertama yang dapat dilakukan ketika solar tumpah atau bocor dari
tangki penyimpan harus segera disingkirkan dan diserap Setelah diserap, minyak solar
dan semua material yang dipakai untuk menyerapnya harus disingkirkan dan dibuang
dengan aman, misalnya, ke dalam sumur yang dindingnya diperkuat dengan beton,
sehingga minyak tersebut tidak akan mencemari air tanah. Beberapa contoh material
yang menyerap solar adalah :
a. Jerami
b. Serbuk gergaji
c. Tongkol jagung
d. Bulu
e. Tanah liat
f. Wol
g. Pasir.
Pemulihan lahan tercemar oleh minyak solar dapat dilakukan secara biologi
dengan
menggunakan
kapasitas
kemampuan
mikroorganisme.
Fungsi
dari
mikroorganisme ini dapat mendegradasi struktur hidrokarbon yang ada dalam tanah
11
12
Proses ini meliputi pengambilan cuplikan tanah dan air selama proses
bioremediasi. Cuplikan kemudian dibawa ke laboratorium independent untuk
dianalisa konsentrasi TPH dan TCLP.
f. Revegetasi
Yaitu pemerataan, penutupan kembali drainase dan perapihan lahan sehingga lahan
kembali seperti semula.
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi:
a. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan
nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dll.
b. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme
yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus
c. Penerapan immobilized enzymes
d. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah
pencemar.
Jenis-jenis bioremediasi bermacam-macam yaitu biostimulasi, bioaugmentasi,
dan bioremediasi intrinsik. Berdasarkan tiga jenis bioremediasi tersebut, bioremediasi
terhadap pencemaran tanah oleh minyak solar sebagai poutannya dikategorikan ke
dalam jenis bioremediasi bioaugmentasi. Bioaugmentasi merupakan cara bioremediasi
dimana mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu
ditambahkan ke dalam tanah yang tercemar. Cara ini yang paling sering digunakan
dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat.
Seluruh prosedur kerja serta pelaksanaan Bioremediasi mengacu pada
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 128 Tahun 2003 tentang Tata cara dan
Persyaratan teknik Pengelolaan Limbah Minyak dan Tanah Terkontaminasi oleh
Minyak Bumi secara biologis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
15