A. Anatomi
Panjang ureter orang dewasa biasanya 25 sampai 30 cm. Ureter terbagi atas
dua segmen, yaitu ureter pars abdominal dari pelvis renalis sampai pembuluh
darah iliaka dan ureter pars pelvis dari pembuluh darah iliaka sampai ke vesika
urinaria. Untuk kepentingan radiologis, ureter terbagi atas tiga bagian yaitu, ureter
bagian atas (dari pelvis renalis ketepi atas sacrum), tengah (dari tepi atas sampai
tepi bawah sacrum), dan bawah (dari tepi bawah sacrum sampai vesica urinaria).
Terdapat tiga daerah yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada tempat
lain, sehingga batu atau benda-benda lain yang berasal dari ginjal seringkali
tersangkut, antara lain:1
Pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelviureter junction
Tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis
Pada saat ureter masuk ke vesica urinaria (ureterovesico junction)
Secara garis besar, vaskularisasi ureter dibagi menjadi 2 bagian, yaitu ureter
bagian proksimal dan distal. Ureter bagian proksimal akan mendapat vaskularisasi
dari cabang-cabang aorta abdominalis, arteri renalis, arteri gonadalis, dan arteri
iliaka komunis. Sedangkan ureter bagian distal akan mendapat vaskularisasi dari
cabang-cabang arteri iliaka komunis, arteri iliaka interna, dan arteri vesikalis
superior.2
Sistem vaskularisasi ureter bersifat segmental dan berasal dari pembuluh
arteri ginjal, gonad, dan buli-buli dengan hubungan kolateral kaya sehinnga
umumnya perdarahan tidak terancam pada tindak bedah ureter. Persyarafan ureter
bersifat otonom.3
36
36
vesica urinaria lalu keluar melalui uretra atau tetap tinggal di vesika urinaria yang
lama kelamaan akan bertambah besar.5
Gambar 2. Ureterolithiasis6
C. Epidemiologi
Di Amerika Serikat prevalensi dari nefrolithiasis rata-rata 12% pada pria dan
7% pada wanita. Memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit ini
sebelumnya, maka akan menambah resiko dua kali lipat. Rata-rata 30 juta orang
di Amerika Serikat beresiko untuk menderita penyakit ini.7
Batu pada saluran kemih bagian atas lebih sering di Amerika Serikat
dibandingkan negara lainnya. Tingkat kekambuhan setelah serangan atau episode
pertama adalah 14%, 35%, dan 52%, masing-masing untuk usia 1, 5, dan 10
tahun.7
Peningkatan insidensi penyakit ini sepertinya berhubungan dengan status
sosioekonomi dari pasien. Semakin rendah status sosioekonomi seseorang, maka
semakin rendah pula kemungkinan untuk menderita penyakit ini. Orang berkulit
hitam memiliki insidensi yang rendah dibandingkan orang berkulit putih.7
D. Etiologi
Etiologi pembentukan batu meliputi idiopatik, gangguan aliran kemih,
gangguan metabolisme, infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya
36
yang
berada
dalam
larutan
yang
terlalu
jenuh
36
36
atau
keduanya
(normal
>2,5mmol/l).
Gangguan
oksalat.
Tingginya
ekskresi
oksalat
berhubungan
dengan
36
36
saluran kemih. Kalsium dalam air kemih >2,5 mmol/liter dan pH air kemih
>6,8).6
4. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Disebabkan karena infeksi saluran kemih oleh bakteri yang memproduksi
urease (proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas). Frekuensi 4-6%,
batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi
saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air
kemih >7. Pada kondisi tersebut kelarutan fosfat menurun yang berakibat
terjadinya batu struvit dan kristalisasi karbon apatite, sehingga batu struvit
sering terjadi bersamaan dengan batu karbonat apatite. Pada batu struvit
volume air kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan
menurunkan supersaturasi dari fosfat. Di samping pengobatan terhadap
infeksinya, membuat suasana air kemih menjadi asam dengan methionine
sangat penting untuk mencegah kekambuhan. Analisis darah dan air kemih
didapatkan pH air kemih >7, juga didapatkan infeksi pada saluran kemih
dan kadar ammonium dan fosfat air kemih yang meningkat.6
5. Batu Cystine
Batu Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan
ginjal. Frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, cystine, arginin,
lysin dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi,
walaupun manifestasi paling banyak terjadi pada dekade dua. Disebabkan
faktor keturunan dengan kromosom autosomal resesif, terjadi gangguan
transport amino cystine, lysin, arginin dan ornithine. Memerlukan
pengobatan seumur hidup. Diet mungkin menyebabkan pembentukan batu,
pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein hewani yang tinggi
36
menaikkan ekskresi cystine dalam air kemih. Penting apabila produksi air
kemih melebihi 3 liter/hari. Alkalinisasi air kemih dengan meningkatkan
pH 7,5-8 akan sangat bermanfaat untuk menurunkan ekskresi cystine
dengan tiopron dan asam askorbat.6
G. Patofisiologi
Komposisi BSK yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat,
oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan
batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik;
di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan vitamin D. Batu
fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa
hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik
yang disebabkan bakteria yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali
karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis
urika. Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah.9
Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas.
Faktor predisposisi berupa stasis, infeksi, dan benda asing. Infeksi, stasis, dan
litiasis merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran
setan atau sirkulus visiosus. Jaringan abnormal atau mati seperti pada nekrosis
papila di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus dan inti batu. Demikian
pula telor Schisotoma kadang berupa nidus batu.9
Batu idiopatik disebabkan oleh pengaruh berbagai faktor, seperti batu urat
pada anak di negara yang sedang berkembang. Faktor yang memegang peranan
kausal adalah dehidrasi dan gastroenteritis. Faktor ini menyebabkan oliguria
dengan urin yang mengandung kadar asam tinggi urin dan ikatan kimia lain.
Faktor lain ialah imobilisasi lama pada penderita cedera dengan fraktur multipel
36
36
36
Tanda dan gejala penyakit BSK ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Walaupun demikian, penyakit ini mempunyai tanda umum, yaitu
hematuria, baik nyata maupun mikroskopis. Selain itu, bila disertai infeksi saluran
kemih, dapat juga ditemukan kelainan endapan urin, bahkan mungkin demam atau
tanda sistemik lain.9
Anatomi ureter mempunyai beberapa tempat penyempitan seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, yang mana dapat memungkinkan batu ureter terhenti.
Karena peristaltis, akan terjadi gejala kolik, yakni nyeri yang hilang timbul
disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas. Selama
batu tertahan di tempat yang menyumbat, selama itu kolik akan berulang-ulang
sampai batu bergeser dan memberi kesempatan pada air kemih untuk lewat.9
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian
keluar bersama kemih. Batu ureter mungkin juga bisa sampai ke kandung kemih
dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga
bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik
dengan hidroureter yang mungkin asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria
yang didahului oleh serangan kolik. Bila keadaan obstruksi terus berlangsung,
lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat berupa hidonefrosis dengan atau tanpa
pielonefritis sehingga menimbulkan gambaran infeksi umum.9
Gejala dan tanda-tanda dari pasien dengan batu pada ureter, antara lain:11
Gejala:
Rasa sakit yang mendadak disebabkan oleh batu yang lewat, rasa sakit
berupa pegal di Costovertebral Angel atau CVA (distensi parenkim dan
kapsul ginjal) atau kolik (hiperkristaltik otot polos), kolik ini menjalar ke
36
perut bagian bawah sesuai dengan lokasi batu dalam ureter, pada pria rasa
sakit sampai ke testis (batu ureter proksimal), pada wanita rasa sakit terasa
sampai ke vulva dan pada pria rasa sakit terasa pada skrotum (batu ureter
distal).
Gejala traktus digestifus seperti pada batu ginjal.
Bila batu sudah menetap di ureter hanya ditemukan rasa pegal pada sudut
CVA karena bendungan.
Tanda-tanda:
Pada saat akut penderita tampak gelisah, kulit basah dan dingin, kadangkadang terdapat tanda-tanda syok ringan.
Nyeri tekan dan nyeri ketok pada sudut CVA, spasme otot-otot abdomen,
testis hipersensitif (batu ureter proksimal), skrotum hipersensitif (batu
ureter distal).
Pada batu ureter yang sudah lama menetap hanya ditemukan nyeri tekan
dan nyeri ketok pada sudut CVA atau tidak ditemukan kelainan sama
sekali.
I.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, perlu anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
36
36
atau semi radioopak yang tidak dapat diamati pada foto polos abdomen.
Sebelum dilaksanakan prosedur ini, pasien akan diminta untuk
mengosongkan kandung kemihnya terlebih dahulu. Setelah itu, akan
disuntikkan kontras (iodine) ke dalam vena pada fossa antecubital.
Selanjutnya, akan diambil serangkaian gambar X-ray pada waktu yang
berbeda untuk melihat bagaimana keadaan traktus urinarius dari pasien.
36
untuk memastikan letak kateter. Setelah itu, injeksi media kontras 3-5 cc
melalui kateter menuju renal pelvis pada ginjal yang diperiksa dan
selanjutnya difoto.
36
cukup sebagai dasar untuk melakukan tidakan bedah pada ginjal yang
sakit.
J.
Tatalaksana
Penatalaksanaan BSK harus tuntas, sehingga bukan hanya mengeluarkan batu
saja, tetapi harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu atau paling
sedikit disertai dengan terapi pencegahan. Hal ini karena batu sendiri hanya
merupakan gejala penyakit batu, sehingga pengeluaran batu dengan cara apapun
bukanlah merupakan terapi yang sempurna. Selanjutnya perlu juga diketahui
bahwa pengeluaran batu baru diperlukan bila batu menyebabklan gangguan pada
saluran air kemih. Bila batu ternyata tidak memberi gangguan fungsi ginjal, maka
batu tersebut tidak perlu diangkat apalagi misalnya pada batu ureter diharapkan
batu dapat keluar sendiri.9
Penanganannya dapat berupa terapi medik dan simptomatik atau dengan
bahan pelarut. Dapat pula dengan pembedahan atau dengan tindak bedah yang
kurang invasif, misalnya nefrostomi perkutan, atau tanpa pembedahan sama sekali
antara lain secara gelombang kejut.9
Terapi medis dan simptomatik
Terapi medik BSK berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu.
Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri khususnya kolik yang terjadi
menghilang dengan pemberian simpatolitik. Selain itu terutama untuk batu ureter
yang dapat diharapkan keluar dengan sendirinya, dapat diberikan minum
berlebihan disertai diuretikum. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak
diharapkan dapat mendorong dan mengeluarkan batu. Batu ureter ini adalah batu
yang tidak mengganggu saluran kemih, termasuk ginjal dan ukurannya kurang
dari setengah sentimeter.9
36
36
Tingkat kesuksesan tindakan ESWL untuk batu dengan ukuran kurang dari 20
mm adalah 80-90%. Batu yang terletak di lower calyx dan ureter memiliki tingkat
fragmentasi 60-70%. Akan tetapi, tingkat kesuksesan juga ditentukan oleh
komposisi batu dan pelaksanaan ESWL.17 Kontraindikasi pelaksanaan ESWL
terbagi 2, yaitu kontraindikasi absolut dan kontraindikasi relatif.16
36
36
36
Pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk
mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter.
Tidak jarang pasien menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal
karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya
sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat BSK yang menimbulkan
obstruksi dan infeksi yang menahun.3
Ureterolitotomi dilakukan dengan menggunakan sayatan di kulit. Letak irisan
sangat bergantung letak batu. Untuk batu di ureter atas, irisan berada di pinggang
berbentuk garis lurus yang oblik. Untuk batu di ureter bawah maka irisan di perut
bawah garis lurus yang sejajar tubuh. Panjang irisan sangat bergantung gemuk
tidaknya pasien. Semakin gemuk maka irisan makin panjang. Semakin kecil batu
irisan juga makin panjang.3
Teknik operasi ini saat ini mulai ditinggalkan. Hal ini dikarenakan irisan yang
panjang akan mengakibatkan nyeri dan secara kosmetik tidak bagus. Tetapi teknik
operasi ini masih digunakan untuk batu yang besar (lebih dari 1 cm), terdapat
kelainan ureter yang perlu dikoreksi dan batu ureter dengan ureter yang melebar
di atasnya.3
36
36
36
oral, suplemen kalium sitrat dan konsumsi cairan yang ditambah dapat
membantu terapi.17
Pasien dengan hipositraturia diberikan kalium sitrat untuk meningkatkan pH
intraselular dan produksi sitrat. Selain kalium sitrat, konsumsi jus lemon setiap
hari yang dilarutkan dalam 2 liter air akan meningkatkan kadar sitrat dalam
urin.17
2. Batu asam urat
Untuk pasien dengan batu asam urat, penatalaksanaan harus dilakukan adalah
penatalaksanaan
konservatif
dibantu
dengan
pemberian
obat-obatan.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Townsend CM. Sabiston Textbook of Surgery. 18th edition. USA: Saunders;
2007.
2. Snell R. Clinical Anatomy by Regions. 8th edition. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins; 2003.
3. Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Cetakan I. Jakarta: CV. Infomedika;
2002.
4. Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi SOBOTTA. Edisi 21. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2000.
5. Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Balai penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta; 2005.
6. Anonymous. What Is Urolithiasis and What Causes It. 2014 [cited on
2015 January 17]. Available from:
URL:
http://www.healthtap.com/topics/what-is-urolithiasis-and-whatcauses-it/
7. Wolf JS. Nephrolithiasis. [Online]. 2014 April 28 [cited on 2015 January
17]. Available from:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/43707096-overview
8. Lina N. Faktor-faktor Resiko Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Lakilaki. [Online]. 2008 February [cited on 2015 January 22]. Available from:
URL: http://eprints.undip.ac.id/18458/1/Nur_Lina.pdf
9. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.
10. Slibernagl S, Lang F. Color Atlas of Pathophysiology. New York: Thieme;
2000.
36
36