Anda di halaman 1dari 12

1

PERBAIKAN CITRA MEDIS UNTUK MEMBANTU


DIAGNOSIS PADA PENDERITA BATU EMPEDU
BERBASIS GUI MATLAB
Budiani Destyningtias
Jurusan Teknik Elektro, email destyningtias@usm.ac.id

Abstrak
Deteksi Penyakit batu empedu ( koledokolitiasis ) menggunakan sinar x merupakan
upaya memperkenalkan metode deteksi keberadaan batu didalam empedu secara
terkomputerisasi yang lebih baru dibandingkan dengan metode telanjang selama ini.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa analisis citra digital dapat
digunakan untuk menganalisa perbandingan antara noise dengan citra asli ( SNR ) dari
suatu citra medis melalui tahapan-tahapan rekonstruksi citra serta perbandingan
histogramnya.
Kata-kata kunci : koledokolitiasis, SNR, Histrogram.

Abstract
Detection of gall stone disease (koledokolitiasis) using x-ray is an attempt to
introduce the method of detection in the presence of gallstones in a new computer than
with bare during this method.
This study aims to prove that the digital image analysis can be used to analyze the
comparison between the noise with the original images (SNR) of a medical image through
the reconstruction phase image and histogram comparisons.
Key words: koledokolitiasis, SNR, Histogram.

1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi turut mempengaruhi perkembangan dari Medical
Imaging, yang hingga saat ini kian memegang peranan penting pada aplikasi-aplikasi yang
dibuat guna mendukung proses diagnosa, evaluasi obat-obatan, riset medis, pelatihan dan
pengajaran dalam bidang medis.
Deteksi keberadaan batu empedu menggunakan citra USG merupakan upaya
untuk memperkenalkan metode deteksi keberadaan batu dalam empedu secara
terkomputerisasi yang lebih baru dibandingkan dengan metode mata telanjang selama
ini.
Pemeriksaan dengan menggunakan hasil USG

masih dijumpai bayangan batu

sehingga bagi dokter masih dirasakan kesulitan dalam menentukan ukuran batu serta jenis
batu yang dipastikannya. Penggunaan peningkatan kontras dan kecerahan serta pelewat
tapis rendah dapat memperjelas keberadaan batu di dalam empedu.

2. Landasan Teori
2.1. Pengolahan Citra Digital
Pengolahan citra merupakan suatu sistem dimana proses dilakukan dengan masukan
berupa citra dan hasilnya juga berupa citra. Pada awalnya pengolahan citra ini dilakukan
untuk memperbaiki kualitas citra, namun dengan berkembangnya dunia komputasi yang
ditandai dengan meningkatnya kapasitas dan kecepatan proses komputer, serta munculnya
ilmu-ilmu komputasi yang memungkinkan manusia dapat mengambil informasi dari suatu
citra ( Basuki, 2005 ).
Citra digital dapat didefinisikan sebagai fungsi dua variabel, f(x,y), dimana x dan y
adalah koordinat spasial dan nilai f(x,y) adalah intensitas citra pada koordinat tersebut, hal
tersebut diilustrasikan pada gambar 1.

Gambar 1. Citra Digital


Sebuah citra diubah ke bentuk digital agar dapat disimpan dalam memori komputer
atau media lain. Proses mengubah citra ke bentuk digital bisa dilakukan dengan beberapa
perangkat, misalnya scanner, kamera digital, dan handycam. Ketika sebuah citra sudah
diubah ke dalam bentuk digital (selanjutnya disebut citra digital), bermacam-macam proses
pengolahan citra dapat diperlakukan terhadap citra tersebut.

2.2. Noise Pada Citra


Pada saat proses capture (pengambilan gambar), ada beberapa gangguan yang
mungkin terjadi, seperti kamera tidak fokus atau munculnya bintik-bintik yang bisa jadi
disebabkan oleh proses capture yang tidak sempurna. Setiap gangguan pada citra
dinamakan dengan noise. Noise pada citra tidak hanya terjadi karena ketidak-sempurnaan
dalam proses capture, tetapi bisa juga disebabkan oleh kotoran-kotoran yang terjadi pada
citra. Berdasarkan bentuk dan karakteristiknya, noise pada citra dibedakan menjadi
beberapa macam yaitu: Gaussian, Speckle, dan Salt & Pepper.
Macam-macam noise ini dapat dilihat pada gambar3. berikut ini:

Gambar 2. Macam-macam noise (a) gaussian (b) speckle (c) salt & pepper

4
Noise gaussian merupakan model noise yang mengikuti distribusi normal standard
dengan rata-rata nol dan standard deviasi 1. Efek dari gaussian noise ini, pada gambar
muncul titik-titik berwarna yang jumlahnya sama dengan prosentase noise. Noise speckle
merupakan model noise yang memberikan warna hitam pada titik yang terkena noise.
Sedangkan noise salt & pepper seperti halnya taburan garam, akan memberikan warna
putih pada titik yang terkena noise.
2.3. Membangkitkan Noise Uniform
Noise Uniform seperti halnya noise gausssian dapat dibangkitkan dengan cara
membangkitkan bilangan acak [0,1] dengan distribusi uniform. Kemudian untuk titik-titik
yang terkena noise, nilai fungsi citra ditambahkan dengan nilai noise yang ada, atau
dirumuskan dengan:
y( i , j) = x(i,j) + p.a . ( 1 )
dimana:
a

= nilai bilangan acak berdistribusi uniform dari noise

= prosentase noise

y(i,j)

= nilai citra terkena noise.

x(i,j)

= nilai citra sebelum terkena noise.


Noise uniform ini merupakan noise sintesis yang sebenarnya dalam penerapannya

jarang digunakan, tetapi secara pemrograman pembangkitan noise uniform ini merupakan
jenis pembangkitan noise yang paling mudah.

2.4. Membangkitkan Noise Gaussian


Noise gaussian dapat dibangkitkan dengan cara membangkitkan bilangan acak [0,1]
dengan distribusi gaussian. Kemudian untuk titik-titik yang terkena noise, nilai fungsi citra
ditambahkan dengan nilai noise yang ada, atau dirumuskan dengan:
y( i , j) = x(i,j) + p.a . ( 2)
dimana:
a

= nilai bilangan acak berdistribusi gaussian

= prosentase noise

y(i,j)

= nilai citra terkena noise.

5
x(i,j)

= nilai citra sebelum terkena noise.


Untuk membangkitkan bilangan acak berdistribusi gaussian, diperlukan suatu

metode yang digunakan untuk mengubah distribusi bilangan acak ke dalam fungsi f
tertentu. Dalam buku ini digunakan metode rejection untuk memudahkan dalam alur
pembuatan programnya. Metode rejection dikembangkan dengan cara membangkitkan dua
bilangan acak (x,y) dan ditolak bila y > f(x).

2.5.

Membangkitkan Noise Salt & Pepper


Noise salt & pepper dapat dibangkitkan dengan cara membangkitkan bilangan 255

(warna putih) pada titik-titik yang secara probabilitas lebih kecil dari nilai probabilitas
noise, dan dirumuskan dengan:
F(x,y)=255 jika p(x,y) < ProbNoise .. ( 3 )
Dimana:
F(x,y) adalah nilai gray-scale pada titik (x,y)
p(x,y) adalah probabilitas acak

2.6.

Reduksi Noise Menggunakan Filter Rata-Rata


Ada berbagai macam teknik untuk mengurangi (reduksi) noise, salah satunya

menggunakan filter rata-rata. Dalam pengertian noise sebagai suatu nilai yang berbeda
dengan semua tetangganya maka dapat dikatakan noise merupakan nilai-nilai yang berada
pada frekwensi tinggi, untuk mengurangi noise digunakan Low Pass Filter (LPF). Salah
satu dari bentuk LPF adalah filter rata-rata.
Filter rata-rata merupakan filter H dalam bentuk matrik yang berukuran m x n, dan
nilainya adalah sama untuk setiap elemen, dan karena bersifat LPF maka jumlah seluruh
elemen adalah satu ( Basuki, 2005 ).

..........(4)

Filter rata-rata berukuran 3x3 adalah:

..........(5)
Kualitas citra sangat dipengaruhi oleh tingkat keberadaan noise (derau). Citra yang
didapatkan secara optik, elektro optik, atau elektronik sangat dipengaruhi oleh
penginderaan. Hal-hal yang memungkinkan terjadinya penurunan kualitas citra antara lain :
sensor noise, kamera tidak fokus, guncangan. Untuk mengatasi noise, citra yang didapat
biasanya diperhalus dengan tapis citra. Piksel-piksel yang berdekatan dimanipulasi
sedemikian rupa sehingga citra menjadi lebih halus tanpa mengganggu bentuk sudut benda
dalam citra.
Beberapa tapis citra yang digunakan untuk menghilangkan noise antara lain:
-

Tapis Wiener untuk mengatasi derau aditif ( Gaussian )

Tapis Homomorfik untuk mengatasi derau multiplikatif (Speckle)

Tapis Median untuk mengatasi derau salt and pepper

2.7.

Empedu

Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, yang
disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Pada beberapa spesies,
empedu disimpan di kantung empedu dan dilepaskan ke usus dua belas jari untuk
pembantu proses pencernaan. Dimana empedu sendiri menghasilkan zat warna empedu
(bilirubin an biliverdin) dan garam empedu yang berfungsi untuk mengemulsikan atau
memecahkan lemak dan membunuh kuman-kuman dalam saluran pencernaan bagian atas.

7
2.7.1.

Batu Empedu
Kelainan utama yang dapat timbul pada kantung empedu adalah terbentuknya

batu. Batu Empedu merupakan timbunan kristal di dalam kantung empedu atau di dalam
saluran empedu. Batu empedu terbentuk dari endapan kolesterol, pigmen bilirubin dan
garam kalsium yang mengeras, namun kebanyakan batu kantung empedu terbentuk dari
kolesterol. Cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya tetap
berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa
menjadi tidak larut dan membentuk endapan diluar empedu. Sebagian besar batu empedu
terbentuk di dalam kantung empedu dan sebagian besar batu di dalam saluran empedu
berasal dari kantung empedu. Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika
empedu mengalami aliran balik karena adanya penyempitan saluran atau setelah dilakukan
pengangkatan kantung empedu. Batu yang ditemukan di dalam kantung empedu disebut
kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis.

Gambar 3. Batu Empedu dalam kandung / kantung empedu


Timbulnya batu empedu akan menjadi masalah bila masuk ke salah satu saluran
yang menuju ke usus halus. Kadang-kadang batu dapat terbentuk dalam saluran empedu itu
sendiri, misalnya karena bekas jahitan pada suatu operasi. Pada kandung empedu, batu
dapat menyebabkan peradangan yang disebut kolestitis akut, hal ini karena adanya pecahan
batu empedu di dalam saluran empedu yang menimbulkan rasa sakit. Batu-batu yang
melalui kantong empedu dapat menyangkut di dalam hati dan saluran empedu, sehingga
menghentikan aliran dari empedu ke dalam saluran pencernaan. Di samping itu, terdapat
faktor lainnya yang memulai terjadinya proses pembentukan batu empedu. Unsur ini bisa

8
berupa protein yang terdapat pada cairan lendir yang dibentuk kandung empedu dalam
jumlah kecil.
Hal ini memungkinkan kolesterol, bilirubin, dan garam kalsium membentuk
partikel seperti kristal padat. Bentuk dari batu empedu bermacam-macam, yaitu batu yang
terbentuk dari kolesterol berwarna kuning dan mengkilat seperti minyak, batu yang terdiri
dari pigmen bilirubin bisa berwarna hitam tetapi keras atau berwarna coklat tua tetapi
rapuh. Ukurannya juga bermacam-macam dari yang kecil hingga sebesar batu kerikil,
tetapi rata-rata berdiameter 1 - 2 cm.

3. Metodelogi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Pengumpulan data citra penderita batu empedu yang rusak pada hasil pencitraannya
menggunakan USG.
b. Pembuatan aplikasi atau software dengan Matlab 2008b.
c. Dalam program aplikasi dilakukan proses peningkatan citra dengan proses
penghapusan derau sampai dengan diperoleh citra yang siap olah.

Citra medis
batu empedu
dari hasil USG

Perbaikan
Citra

Citra hasil
USG diubah
dalam
bentuk JPEG

Pre image
Processing

SNR

Gambar 4. Blok Diagram Proses di GUI Matlab

9
4. Hasil dan Pembahasan

Sebelum citra didiagnosis , citra yang dihasilkan oleh USG diubah file extensionnya
menjadi JPEG.
Dalam menganalisa citra batu empedu dilakukan dengan menggunakan bantuan Matlab
GUI. Tapis yang diberikan terhadap citra yang terdistorsi menggunakan perbandingan SNR
tapis boost dengan HPF.

Gambar 5. Tampilan menu di GUI Matlab

Berdasarkan percobaan dengan GUI Matlab didapat hasil seperti dalam table 1.
Citra

Gbr.1

High Boost Filter


Gain
Orde
SNR
1
1 Inf
1
1 Inf
2
1
47,1239
2
2
47,0939
3
1
47,0633
3
2
47,0547
3
3
47,0548
4
1
47,0542
4
2
47,0529
4
3
47,054
4
4
47,0546

High Pass Filter


Cutoff
SNR
1
50,5523
2
47,7461
3
47,572
4
47,4841
5
47,439
6
47,388
7
47,3582
8
47,3477
9
47,3078
10
47,2944
15
47,2356

10

Untuk high boost filter apabila nilai gain dan orde semakin tinggi mengakibatkan nilai
SNR mengalami penurunan dan citra yang dihasilkan mempunyai tingkat keabu-abuan
semakin tinggi .
Untuk high pass filter semakin tinggi nilai cut off nya nilai SNR mengalami penurunan dan
menghasilkan intensitas citra yang rendah.

Gbr. 6 Grafik Karakteristik Citra dengan High Pass Filter

Gbr 7. Grafik Karakteristis Citra dengan High Boost Filter

11
5. Kesimpulan.
1. Dengan menggunakan GUI Matlab dapat untuk meningkatkan kualitas suatu
citra medis.
2. Peningkatan penguatan filter boost dan peningkatan orde tapis boost
menyebabkan citra tereduksi mengalami penurunan level dengan nilai 47,05
3. Penurunan nilai cut off pada tapis HPF akan meningkatkan

kualitas citra

dengan nilai SNR 50,5


6. Saran
Penelitian ini dapat diaplikasikan untuk menganalisis ciri atau karakteristik suatu
citra khususnya batu empedu, sehingga bisa lebih dimanfaatkan dalam bidang biomedik
dan biometrik.

7. Daftar Pustaka
[1] Indah Soesanti, Bahan Kuliah Pengolahan Citra , Teknik Elektro Instrumentasi
Medis 2008.
[2] Anil K. Jain, Fundamental of Digital Image Processing, Prentice-Hall International,
1989.
[3] Image Processing Toolbox for Use with MATLAB, Users Guide Version 2, The
Mathwork, 1993.
[4] Robert J.Schalkoff, Digital Image Processing and Computer Vision, John Wiley &
Sons, 1989.
[5] Marvin Ch.Wijaya & Agus Prijono, Pengolahan Citra Digital Menggunakan Matlab,
Penerbit Informatika, 2007.
[6] Http://medicastore.com/penyakit/67/batu-empedu.html, diakses tagl 22 Mei 2011
[7] WWW.Unhas.ac.id/tahir/bahan kuliah/Bio Medical/.../USG.doc diakses tgl 23 Mei
2011
[8] Young, Ian T, Gerbrands, Jan J, Yan Vlient, LucasJ, Fundamental of Image
Processing, http://www.e-dsp.com/free-ebooks diakses 19 November 2006

12

Anda mungkin juga menyukai