PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Negara maju hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama.
Di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan
oleh para tenaga kesehatan yang bekerja di pelayanan kesehatan primer karena
angka pravelensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di timbulkannya.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi di bagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi
primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Secara epidemologis 30% penduduk di dunia peka terhadap keracunan
garam dapur yang dapat menyebabkan hipertensi. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi prevensi hipertensi seperti ras, umur, obesitas, asupan garam yang
berlebih, dan adanya riwayat hipertensi pada keluarganya. Untuk gejala dari
hipertensi itu sendiri biasanya pasien mengeluhkan nyeri kepala, mata berkunangkunang, mual, Hipertensi memang bukan penyakit pembunuh sejati, tetapi ia
digolongkan sebagai The Sillent Killer ( pembunuh diam diam ). Penyakit ini
gejalanya tidak nyata dan harus diwaspadai serta perlu diobati sedini mungkin
karena hipertensi yang kronis jika diabaikan, secara tiba tiba akan membawa
malapetaka, seperti serangan jantung dan stroke. ( Aziza, Lucky, 2007)
Berbagai faktor dari gaya hidup berpengaruh terhadap hipertensi. Menurut
Lovastatin (2005) ternyata gaya hidup yang memperhatikan tekanan darah adalah
mengurangi berat badan, mengurangi alkohol, olahraga teratur, berhenti merokok
dan mengurangi konsumsi garam. Jumlah garam yang berlebih dalam aliran darah
menyebabkan tubuh menarik lebih banyak air dalam darah. Hal ini yang
menyebabkan tekanan pada dinding pembuluh darah jadi naik. Akibatnya jantung
bekerja lebih keras.
Hipertensi merupakan
salah
satu
penyakit
yang
banyak
diderita
Pada wanita, angka prevalensi mencapai 16% (1988), 17% (1993), dan 12,2%
(2000). Secara umum, prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun berkisar
antara 15%-20% (Boedi, 2009).
Dari 33 propinsi di Indonesia terdapat 8 propinsi yang kasus penderita
hipertensi melebihi rata rata nasional yaitu : Sulawesi Selatan (27%), Sumatera
Barat (27%), Jawa Barat (26%), Jawa Timur (25%), Sumatera Utara (24%),
Sumatera Selatan (24%), Riau (23%), dan Kalimantan Timur (22%). Sedangkan
perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi cenderung tinggi pada daerah urban
seperti : Jobodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar yang mencapai
30-34%.
Berdasarkan data yang terdapat di Rumah Sakit Rajawali khususnya di
Ruangan Rafei tercatat angka insiden penderita Hipertensi yang di rawat dari bulan
Januari 2015 - bulan April 2015 adalah sebanyak 23 kasus.
Berdasarkan fenomena-fenomena diatas yang didukung dengan data-data
tentang hipertensi tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas gangguan sistem
kardiovaskuler akibat hipertensi dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. A
Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akibat Hipertensi Di Rungan Rafei Rumah
Sakit Rajawali Bandung.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah memberikan pengalaman
yang nyata kepada penulis dalam pemberian asuhan keperawatan pada Tn.A
dengan masalah sistem kardiovaskuler akibat Hipertensi.
2. Adapun tujuan khusus adalah :
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. A dengan hipertensi
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan
hipertensi
c. Mampu membuat rencana keperawatan pada Tn. A dengan hipertensi
d. Mampu membuat implementasi keperawatan pada Tn. A dengan hipertensi
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada Tn. A dengan hipertensi
C. Manfaat Penulisan
a. Teoritis
Sebagai bahan bacaan dan sumbangan informasi bagi penulis yang ingin
membuat karya tulis yang terkait dengan masalah ini.
b. Praktis
Diharapkan dapat menambah pengetahui mengenai bagaimana cara melakukan
pengkajian, cara menentukan diagnosa keperawatan, cara memuat perencanaan
keperawatan, cara membuat implementasi keperawatan dan bagaimana
mengevaluasi asuhan keperawatn pada klien dengan hipertensi.
D. Sistematika Penulisan
Laporan kasus ini disusun secara sistematika menjadi lima bab sebagaiberikut:
BAB I
: Pendahuluan
yang terdiri dari empat sub yang meliputi latar belakang, tujuan
BAB II
BAB III
fokus intervensi.
: Resume Keperawatan
Meliputi identitas pasien, riwayat keperawatan, analisa data, (daftar
masalah), rencana tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan
Bab IV
BAB V
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. Pengertian
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri persisten. Hipertensi
adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan saitolik
140 mmHg dan atau tekanan diastoliknya > 90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan
sistolik 90 dan atau tekanan diastoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun).
(Taufan Nugroho, 2011).
Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis
(yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah
arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa
penyebabnya,
mengikuti
suau
pola
yang
khas.
(Wolff.2006:62).
Hipertensi
didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi
ringan dan sedang gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada
penyakit kardiovaskular. (Anderson, 2006:582).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Brunner dan Suddarth,
2002:896).
peningkatan
tekanan
intravaskuler,
luka
bakar
dan
stress.
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
1.
Optimal
<120
<80
2.
Normal
120-129
80-84
3.
High Normal
130-139
85-89
4.
Hipertensi
Grade 1 (ringan)
140-159
90-99
Grade 2 (sedang)
160-179
100-109
Grade 3 (berat)
180-209
100-119
>220
>120
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat pasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jarak saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis
yang
dapat
mempekuat
respon
vasokonsriktor
pembiluh
darah.
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin
(2009), antara lain :
a.
Stroke
b.
Infark miokard
c.
Gagal ginjal
d.
Ensefalopati (kerusakan otak)
e.
Kejang
Sedangkan menurut Sjaifoellah (2002) komplikasi pada hipertensi adalah
angina pectoris, infark miokard, hipertropi ventrikel kiri menyebabkan kegagalan
jantung kongestif dan kerusakan ginjal permanen menyebabkan kegagalan ginjal.
F. Pemeriksaan Penunjang
Jenis pemeriksaan diagnostik pada penyakit hipertensi menurut Elizabeth J.
Corwin (2009 ; 487), antara lain :
a. Pengukuran diagnostik pada tekanan darah menggunakan sfigmomanometer
akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik jauh sebelum
b.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
a.
Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b.
Aktivitas
diuretic,
golongan
betabloker,
golongan
antagonis
Istirahat
Olahraga
lelah,
tekanan
darah
diperlukan
untuk
menegakan
c. Pernafasan
Penurunan pengeluaran urin, warna urin pekat, reduksi urin +/atau riwayat DM.
5) Sistem Neurosensori
Sakit kepala berdenyut, kelemahan pada satu sisi tubuh,
gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur), status
mental; orientasi, pola atau isi bicara, afek proses pikir atau
memori, respon motorik menurun, kekuatan genggaman tangan,
reflek tendon menurun.
2. Analisa Data
Setelah data dikumpulkan, data yang menyimpang dari keadaan normal
dikelompokkan dan dicari penyebab, dampak dan kemungkinannya kelainan
terjadi sehingga dapat diangkat sebagai suatu masalah.
3. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi pada arah jantung berhubungan dengan :
- Beban akhir jantung (peningkatan afterload)
- Vasokontriksi
- Iskemia miokardium
- Hipertrofi (kekakuan/rigiditas) ventrikel
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan :
- Kelemahan tubuh
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3) Nyeri: kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :
- Masukan yang kurang
- Mual muntah
5) Koping individual inefektif berhubungan dengan :
- Tidak adekuatnya support system
- Relaksasi tidak adekuat
- Perubahan cara hidup
- Persepsi tidak realistik
6) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, rencana pengobatan
berhubungan dengan ;
- Misinterpretasi informasi
- Keterbatasan kognitif
- Menyangkal diagnosa
4. Rencana Asuhan Keperawatan
Dx
Kep
Dx I
Intervensi
Observasi
Rasional
1.
Perbandingan dari
dapat dipertahankan
tekanan darah
tekanan memberikan
de-ngan kriteria:
di awal
pemeriksaan
vasikuler
- TD dalam rentang
individu yang dapat
diterima 90/60-
2.
Monitor dan
catat frekuensi
10
2.
Dx
Kep
Intervensi
Rasional
dan perfer
tungkai kemungkinan
dengan frekuensi
60-80 x/menit
- Klien dapat
berpartisipasi
vena
3.
Auskultasi dan
3.
serta paru
berhubungan dengan
adanya peningkatan
volume/tekanan pada
atrium, adanya
krekles/ronchi, mengi
dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder
terhadap gagal jantung
4.
kronik
Observasi warna
kulit, kelembaban, 4.
pengisian kembali
kapiler (CRT)
5.
Observasi
adanya edema dan 5.
catat keadaannya
6.
atau vaskuler
Ciptakan
lingkungan yang
6.
Membantu untuk
tenang, nayamn
menurunkan rangsang
dan kurangi
simpatis, mening-katkan
aktivitas, batasi
realaksasi serta
jumlah pengunjung
menurunkan
stres/ketegangan yang
mempengaruhi tekanan
7.
darah
Pantau respon
klien terhadap
11
7.
Dx
Kep
Intervensi
Rasional
pemberian obat
antihipertensi
mengobservasi keadaan
klien : berkeringat,
8.
berdebar-debar, gatal-gatal
dan sebagainya
8.
24 jam
9.
hipervolemi.
Berikan
pembatasan cairan 9.
Pembatasan dapat
sesuai dengan
kebutuhan
b.
cairan
Dapat menurunkan
Diuretik
Beta blocker
ACE inhibitor
Alfa
tahanan perifer,
Adregenic
menurunkan curah
jantung, menghambat
Blocking
Agent
c.
pelepasan renin
Penggunaan inhibitor
simpatis untuk
mengontrol tekanan
darah apabila
tindakan lain kurang
d.
berhasil
Bekerja pada
pembuluh darah untuk
mempertahankan agar
Dx II
1.
Kaji respon
12
1.
Dx
Intervensi
Kep
Rasional
berpartisipasi dalam
terhadap aktivitas
aktivitas yang
dan observasi
diinginkan dapat
perubahan de-nyut
ditoleransi dengan
peningkatan tekanan
kriteria :
respirasi
Tidak ada
kelemahan,
kelebihan
-
Merasa nyaman
2.
Ajarkan dan
2.
Teknik menghemat
anjurkan klien
energi mengurangi
Dapat memenuhi
tentang teknik
penghambatan
membantu mengatur
BAK secara
energi, misalnya
keseimbangan antara
mandiri
meng-gunakan
Berikan bantuan
sesuai kebutuhan
dalam melalukan
Dx III
1.
diri secara
mendorong kemandirian
bertahap
Anjurkan dan
perta-hankan tirah
baring
Nyeri berdenyut
ber-kurang/hilang
Dapat
menggerakkan
kepala
Ekspresi wajah
rilek dengan tidak
Memberikan bantuan
aktivitas perawatan
ber-kurang sampai
3.
2.
Berikan posisi,
1.
2.
Dapat menurunkan
tek-nik relaksasi
rangsang simpatis
nyaman :
meninggikan
tenang
kepala dengan
tidur
13
Dx
Intervensi
Kep
mengrutkan
-
3.
Rasional
3.
kening
ambulasi sesuai
Kekauan leher,
kebutuhan
dengan tekananvaskuler
pusing dan
serebral
penglihatan kabur 4.
tidak dirasakan
-
Berikan diit
4.
lemak
Mepermudah proses
pencernaan sehinga
mengurangi rangsang
tidak dikeluhkan
simpatis yang
menimbulkan rasa mual
dan muntah
5. Yaitu untuk:
5. Berikan obat
a.
sesuai indikasi
dan kolaborasikan
e.
f.
b.
tentang
Analgesik
Antiansietas
diperberat oleh
stress
larazepam)
Kaji pemahaman 1.
Tujuan : Meningkatkan 1.
syaraf simpatis
Dapat mengurangi
tegangan dan yang
(diazepam,
Dx IV
Menurunkan
perubahan cara
klien tentang
pemeli-haraan hidup
hubungan
langsung antara
hipertensi dan
berkaitan dengan
obesitas
Pilihan makanan
2.
dan kuantitas
teratur (ren-dah
lemak, tinggi kalium, rendah
Bicarakan
2.
Kesalahan dalam
pentingnya
kebiasaan makan
menurunkan
menunjang terjadinya
masukan kalori,
aterosklerosis dan
kegemukan merupakan
predisposisi untuk
natrium)
hipertensi
3.
Anjurkan untuk
14
3.
Dx
Kep
Intervensi
Rasional
menurunkan berat
kalori/hari dapat
badan
menurunkan BB 0,5
kg/minggu
4.
Anjurkan
4.
Pemberian diuretik
makanan yang
mengandung tinggi
kalium
5.
Kolaborasi
5.
Membrikan konseling
mengenai pemilihan
tentang menu
makanan
15
Dx
Dx V
Intervensi
Kep
Tujuan : Perilaku
1.
Rasional
Kaji keefektifan 1.
strategi koping
kriteria :
dengan
seseorang mengatasi
mengobservasi
hipertensi dan
perilaku
Observasi dan
mengintegrasikan terapi
Kemampuan
menyata-kan
2.
catat gangguan-
hatian
-
gangguan yang
Berpartisipasi
terjadi :
dalam rencana
insomnia, tidak
pengobatan
bisa
konsentrasi,
Tidak adanya
Manifestasi mekanisme
koping maladaptif
merupakan indikator marah
yang ditekan dan menjadi
pencetus peningkatan
tekanan darah
mampuan
menyelesaikan
leher
Klien tampak
2.
ketidak
keluhan insomnia,
yang direncanakan
masalah
3.
Libatkan klien
rileks, tidak
dalam
gelisah atau
perencanaan
tegangan emosi
perawatan dan
perubahan pola
hidup
3. Keterlibatan klien
mengungkapkan
perasaan yang terkontrol
dan dihargai,
memperbaiki
keterampilan,
meningkatkan kerjasama
dan untuk menghindari
rasa tidak menentu dan
tidak berdaya
Dx VI
Tujuan : Klien
1.
Kaji kesiapan
memahami dan
dan hambatan
menyangkal diagnosa
mengetahui tentang
dalam
karena perasaan
sejahtera mempenga-
proses pengobatan
dengan kriteria :
untuk mempelajari
16
Dx
Intervensi
Kep
-
Mempertahankan
tekanan darah
dalam keadaan
pengobatan
2. Keluarga/orang terdekat
normal
-
Mengetahui efek
2.
Libatkan
samping obat
keluarga/ orang
Dapat
terdekat
tekanan darah
serta komplikasi
yang mungkin
darah
3. Pemahaman bahwa
mengidentifikasi
Rasional
Tetapkan dan
terjadi
nyatakan batas
meyakinkan klien
Klien mengetahui
tekanan darah
melanjutkan pengobatan
tindakan dan
aktivitas yang
dapat membantu
menurunkan
tekanan darah
Jelaskan tentang
pe-nyebab tanda
terjadinya kompliaksi,
seder-hana yang
dapat di-mengerti
dan dipaha-mi oleh
klien dan keluarga
Jelaskan obat
dan efek
dengan berjalannya
sampingnya
waktu (perubahan
5.
Anjurkan klien
untuk
menghilangkan
17
menyebabkan
vasodilatasi pembuluh
darah sehingga
penurunan volume darah
Dx
Kep
Intervensi
kebiasaan
mengkonsumsi
kafein (kopi, teh,
cola).
Rasional
akan menimbulkan
hipertensi
7. Nikotin dapat
mengurangi elastisitas
pembuluh darah
8. Dengan membuat jadwal
7.
Anjurkan klien
berhenti merokok
pengobatan sehingga
sesuai dengan
kebiasaan/kebutuhan
8.
9.
Dorong klien
untuk membuat
program olahraga
sendiri (berjalan,
senam, bere-nang)
sesuai kemampuan dan kondisi
secara baik dan
teratur
10. Tekankan
penting-nya
istirahat yang
18
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan wujud dari rencana tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan dan dilakukan bersama-sama dengan klien atau keluarga dalam memenuhi
kebutuhan hidup dasar klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran tingkat keberhasilan suatu keperawatan
yang diberikan kepada klien atau keluarga dengan membandingkan hasil pengukuran
tujuan dan kriteria dalam rencana asuhan keperawatan. Hal ini untuk mengetahui
terpenuhinya kebutuhan hidup dasar klien dimulai dari diberikannya asuhan
keperawatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOFASKULER AKIBAT HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT
RAJAWALI BANDUNG TAHUN 2015
A. PENGKAJIAN
19
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
1) Identitas klien
Nama
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Suku / bangsa
Golongan darah
Tanggal masuk rumh sakit
Tanggal pengkajian
No. Medrek
Ruangan
Diagnose medis
Alamat
: Tn. A
: 61 Tahun
: Laki-Laki
: SMP
: Wiraswasta
: Islam
:Sunda / Indonesia
:: 19 April 2015
: 21 April 2015
: 2827
: Rafei
: Hipertensi
: Gg. Erma !! Halten Utara Rt.
05/ Rw. 01 Bandung
: Ny. Y
: 57 Tahun
: Perempuan
: SD
: Ibu Rumah Tangga
: Istri Klien
: Gg. Erma !! Halten Utara Rt.
05/ Rw. 01 Bandung
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri kepala
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan sakit kepala
baik saat berdiri maupun duduk, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk,
nyeri dirasakan dibagian kepala menjalar kebagian kepala belakang,
leher sampai ke bahu. Skala nyeri yaitu 6 (sedang) dari skala 1-10. Nyeri
dirasakan secara terus menerus dan diperberat ketika melakukan
aktifitas dan berkurang pada saat istirahat.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan punya riwayat hipertensi sudah lama, dan sudah
7 kali masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama, klien tidak
mempunyai riwayat penyait Gagal Ginjal Akut dan Gagal Ginjal Kronis.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
keturunan yaitu ayah, anak dan anggota keluarga yang lainnya seperti
Hipertensi, asma, DM, dan TB paru.
c. Pemeriksaan Fisik
1) System Pernafasan
Bentuk dan letak hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada
perdarahan pada hidung, tidak terdapat pernapasan cuping hidung,
batuk dengan pembentukan sputum. bentuk dan letak dada simetris kiri
20
dan kanan, warna kulit kekuningan, tidak ada pembengkakan pada dada,
tidak menggunakan otot bantu pernafasan, Respirasi Rate 24 /menit.
Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung, pengembangan dada simetris
kiri dan kanan, saat dilakukan vocal premitus terdapat getaran seperti
ada sekret. Suara Sonor / Resonan pada seluruh lapang paru. Suara
nafas vesikuler terdengar disemua lapang paru (inspirasi lebih panjang
dari pada ekspirasi), bronco vasikuler terdengar dipercabangan bronkus
(inspirasi sama dengan ekspirasi), brokhial terdengar ditrakhea (inspirasi
lebih pendek dari ekspirasi), terdapat suara nafas tambahan seperti
ronchi.
2) Sistem Kardiovaskuler
Konjungtifa anemis, Tachicardi, cyanotic negative pada akral dan
bibir klien, tidak terdapat peningkatan vena jugularis, tidak pembesaran
pada jantung, ictus kordis pada ICS 5 mid klavikula kiri tidak terlihat.
Ictus kordis teraba dalam pada ruang interkosta kiri v agak kemedial (2
cm) dari linea midklavikularis kiri, tidak ada getaran / trill, nadi teraba
jelas dengan frekuensi 80/menit, tekanan darah 110/80 mmhg. CRT
kurang dari 3 detik. Batas kiri atas jantung ICS II kiri linea parasternalis
kiri (pinggang jantung), batas kiri bawah ICS V kiri agak kemedial
midklavikularis kiri (tempat iktus), batas kanan bawah ruang interkosta
III-IV kanan dilinea parastenalis kanan, batas kanan atas ruang
interkosta II kanan di linea parasternalis kanan. Irama jantung regular, S1
dan S2 tunggal dimana buni jantung I (S1) Luph penutupan katub mitral
dan trikuspidalis, bunyi jantung II (S2) duph penutupan katub aorta dan
pulmonal, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, klien mengatakan
tidakan ada jantung berdebar dengan cepat.
3) System Pencernaan
bentuk dan letak abdomen datar tidak ada jaringan perut tidak
terlihat bayangan vena (spider nevi), tidak ada bekas operasi, makan
dihabiskan 5 sendok makan dari 1 porsi karena adanya rasa mual,
mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran hati dan limfe. peristaltic
usus 6/menit. Tidak terdapat nyeri tekan pada seluruh daerah abdomen,
4 kuadran abdomen timpani.
4) System Persyarafan
a) Nervus I (olfaktorius)
Klien mampu membedakan bau minyak kayu putih dan kopi
b) Nervus II (optikus)
Klien tidak mampu membaca dengan jelas, dengan jarak baca yang
ditentukan meter.
c) Nervus III,IV,IV (olvaktorius, troklearis, abdusen)
21
pahit.
g) Nervus VIII (vesikulokoklearis)
Klien mampu mendengar ketika diajak berbicara.
h) Nervus XI (acesorius)
Klien dapat mengangkat bahu kiri dan kanan, klien dapat
mengangkat tangan kanan dan kirinya, kaki kanan dan kirinya.
5) System Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak pembesaran tonsil,
tidak ada nyeri tekan pada leher, vena jugularis teraba
6) System perkemihan
Klien tidak terpasang kateter, tidak ada pembesaran pada ginjal.
Klien BAK dengan menggunakan urinal Volume yang keluar 200 cc
berwarna pekat. Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah kandung kemih,
tidak ada nyeri ketuk ginjal.
7) System Muskuloskeletal
Jari-jari tangan dan kaki utuh, tidak terdapat edema, tidak ada
fraktur, kekuatan otot
22
terlalu tau banyak tentang penyakitnya. Klien dan keluarga klien banyak
bertanya mengenai penyakitnya.
h. Data penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Tanggal
Sabtu, 19
april 2015
Jam
09.00
Jenis
Pemeriksaan
Hematologi :
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Urine :
PH
BJ
Protein
Sedimen :
Leukosit
Erytrosit
Hasil
15,1
10.000
116.000
46
5,0
1.015
+
0-2
>100
23
Nilai Rujukkan
L : 13-17 P : 12-15
4.000-10.000
150.000-450.000
L : 40-49 P : 37-46
Satuan
Gr %
/mm
/mm
%
Senin, 20
Epitel
Hematologi :
Hematokrit
Trombosit
2-4
46
94.000
L : 40-49 P : 37-46
150.000-450.000
%
/mm
april 2015
2) Observasi Keperawatan tanggal 21 april 2015
a) Diet : BB
b) Therapy
Obat Oral :
Jenis terapi
Amlodipin
Analsik
Rute
Oral
Oral
OBH Combi
Oral
Dosis
10 mg
Indikasi
Digunakan untuk
Kontra indikasi
Tidak boleh diberikan
1x1 Tab
pengobatan hipertensi,
hipersensitif terhadap
angina vasospatik
amlodhipine dengan
lainnya.
Gangguan
jiwa
terdensi
perdarahan,
diakibatkanpsikis murni,
hipersnsitif
neuralgi
derifat pirasolon.
3x1 Tab
15
ml
(nyeri
pada
3x1 C
Tidak
boleh
Oral
1x1 Tab
e
Antasid
Oral
15
terhadap
diberikan
lanzoprazol
berat,
ml
4x1 C
obat
simpantomimetik
Pasien
terhadap
benign
hipersensitifitas
ulkus
gaster,
refluks esofagitis.
Untuk
meredakan
lansoprazole
Gagal
maag,
ginjal,ketidakseimbangan
gejala
utama
penyakit
elektrolit/ion
adanya
gejala
tubuh,
radang
Oral
3x1 Tab
Membantu
daya
tahan
menjaga
tubuh,
suplemen vitamin B
c) Infuse :
Ringer Laktat 500cc 20 tts/menit
B. Analisa data
24
operasi.
Skelosis
multiple,
No
.
1.
Data fokus
Etiologi
Ds :
-
kepala
Klien mengatakan sakit
kepala yang dirasakan
seperti ditusuk tusuk,
sakit yang sirasakan
dibagian kepala menjalar
kebagian kepala
belakang, leher sampai
Masalah
Nyeri
Vasokontriksi
ke bahu.
Gangguan sirkulasi
Do :
-
Tanda-Tanda Vital
TD :150/100 mmHg
N :88x/menit
S :36o
RR:24x/menit
Klien tampak meringis
Klien tampak memegangi
kepalanya
Skala nyeri 6 (sedang)
Ds :
-
kepala
Klien mengatakan belum
bisa terlalu banyak
bergerak
Klien mengatakan sakit
kepala dirasakan secara
terus menerus dan
Vasokontriksi
diperberat ketika
Gangguan sirkulasi
Pembuluh darah
istirahat.
Sistemik
Do:
-
Vasokontriksi
Afteroad
25
Intoleransi
Aktivitas
terhambat
Intoleransi aktivitas
3.
DS:
-
TD : 160/110 mmHg
Umur klien : 61 th.
CRT < 3 detik
Resiko tinggi
terhadap
penurunan
jantung
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Pembuluh darah
Sistemik
Vasokontriksi
Afteroad
6.
Ds :
-
Klien mengatakan
mengetahui tentang
Perubahan situasi
tentang penyakitnya.
Do:
-
Kurang pengetahuan
banyak bertanya
mengenai penyakitnya.
26
Kurangnya
pengetahuan
No
Tujuan
Intervensi
Rasional
al/wak
tu.
21
NOC:
NIC:
April
Setelah dilakukan
1. Mempertahankan tirah
1. Meminimalkan stimulasi/
2015
tindakan
meningkatkan relaksasi.
2. Tindakan yang
keperawatan 1 x
24 jam diharapkan
Rasa nyeri berkurang sampai
hilang dengan
kriteria :
- Nyeri berdenyut
berkurang/hilang
- Dapat
menggerakkan
kepala
- Ekspresi wajah
rilek dengan
tidak
mengrutkan
kening
- Kekauan leher,
nonfarmakologik untuk
menurunkan tekanan
menghilangkan sakit
memblok respons
menghilangkan sakit
kepala dan
(panduan imajinasi
komplikasinya.
pusing tidak
21
dirasakan
NOC:
3. Aktivitas yang
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan sakit
kepala karena adanya
peningkatan tekanan
vascular serebral.
4. Menurunkan nyeri dan
menurunkan rangsang
system saraf simpatis.
NIC:
April
Setelah dilakukan
2015
tindakan
terhadap aktivitas,
membantu dalam
keperawatan
mengkaji respons
27
1. Menyebutkan parameter
diharapkan klien
dapat
berpartisipasi
dalam aktivitas
fisik yang
dibutuhkan
2. Instruksikan pasien
dengan kriteria
tentang teknik
hasil:
penghematan energy,
tidak ada
misalnya menggunakan
kelemahan yang
berlebihan,
merasa nyaman
peningkatan
normal denyut
jantung,
frekuensi
pernapasan,
dan tekanan
darah serta
kebutuhan .
memantau pola
aktivitas.
2. Teknik menghemat
energy mengurangi
penggunaan energy,juga
membantu
keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen.
3. Kemajuaan aktivitas
bertahap mencegah
peningkatan kerja
jantung tiba tiba.
Memberikan bantuan
hanya sebatas
kebutuhan akan
mendorong kemandirian
dalam batas
-
dalam melakukan
normal.
Dapat
beraktivitas.
memenuhi ADL
mandi, BAB,
BAK secara
21
3.
mandiri
NOC:
NIC:
April
Setelah dilakukan
2015
tindakan
tekanan memberikan
keperawatan 1 x
24 jam diharapkan
lengkap tentang
pasien dapat
keterlibatan/bidang
menunjukkan
curah jantung
1. Perbandingan dari
masalah vascular
2.
Catat keberadaan,
2. .Denyutan
yang memuaskan,
karotis,jugularis,radialis
dengan kriteria
dan perifer.
hasil:
teramati/terpalpasi.
28
- efektifitas pompa
jantung,status
sirkulasi,perfusi
jaringan (organ
atrium (peningkatan
abdomen,
volume/tekanan atrium)
jantung,serebral,
perkembangan S3
perifer,dan
menunjukkan hipertrofi
pulmonal), dan
perfusi jaringan
fungsi.
(perifer);
- TD dalam rentang
kelembapan,suhu, dan
individu yang
dapat diterima
lambat mungkin
90/60-140/90
berkaitan dengan
mmHg
vasokintriksi atau
- Irama jantung
dekompensasi tau
reguler dengan
frekuensi 60-80
x/menit
5. Dapat Mengidentifikasi
5. Catat edema
umum/tertentu.
6. Kolaborasi obat-obatan
darah pasien.
sesuai indikasi.
21
april
2015
Dx
4
NOC:
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 1x24
jam klien
NIC:
1. Kaji kesiapan dan
hambatan dalam
me-nyangkal diagnosa
memperoleh
karena perasaan
pengetahuan
memahami dan
untuk mempelajari
mengetahui
tentang proses
penyakit dan
proses
pengobatan
dengan kriteria
pengobatan
2. Keluarga/orang terdekat
perlu mengetahui dan
membantu klien dalam
hasil :
mengontrol tekanan
29
- Mempertahankan
darah
3. Pemahaman bahwa
tekanan darah
dalam keadaan
normal
meyakinkan klien
samping obat
melanjutkan pengobatan
- Dapat
mengidentifikasi
serta komplikasi
yang mungkin
terjadi
- Klien mengetahui
tin-dakan dan
aktivitas yang
dapat
- Mengetahui efek
tekanan darah
4. Jelaskan tentang
penyebab tanda dan
gejala secara sederhana
yang dapat di-mengerti
dan dipahami oleh klien
dan keluarga
5. Jelaskan obat yang bisa
diminum dan efek
sampingnya
membantu
menurunkan
waktu (perubahan
tekanan darah
menghilangkan kebi-
menyebabkan
asaan mengkonsumsi
vasodilatasi pembuluh
darah sehingga
penurunan volume darah
akan menimbulkan
hipertensi
7. Selain menurunkan
berenang) sesuai
kemampuan dan kondisi
secara baik dan teratur
8. Tekankan pentingnya
30
8. Dengan menyelingi
istirahat dan aktivitas
akan meningkatkan
toleransi terhadap
dan cukup
aktivitas
9. Memberikan motivasi
bah-wa segala sesuatu
E. Implementasi Keperawatan
Tanggal/waktu
No
Intervensi
Respon Klien
.
Selasa
21 April 2015
Selasa, 21
April 2015
lemah.
31
TTD
Selasa, 21
April 2015
keluarga.
1. Tekanan darah klien
140/100 mmHg
2. Nadi 72 x/mnt
denyutan sentral dan perifer.
3. Mengauskultasi tonus jantung dan 3. Tidak ada bunyi jantung
bunyi napas.
Selasa, 21
april 2015
sesuai indikasi.
Amlodiphine
OBH Combi
Lansoprazole
Antasid
Idesar Plus
1. Mengkaji kesiapan dan
hambatan dalam memperoleh
pengetahuan.
2. melibatkan keluarga/ orang
terdekat
3. Menetapkan dan nyatakan batas
tekanan darah
4. Menjelaskan tentang penyebab
tanda dan gejala secara
sederhana yang dapat
dimengerti dan dipahami oleh
klien dan keluarga
5. Menjelaskan obat yang bisa
diminum dan efek sampingnya
6. Menganjurkan klien untuk
menghilangkan kebiasaan
mengkonsumsi kafein (kopi, teh,
cola).
7. Mendorong klien untuk membuat
32
ronkhi.
4. Warna kulit bersih, tidak ada
sianosis dan lesi.
5. Tidak ada edama
umum/tertentu pada
ekstremitas abdomen.
6. Klien minum obat yang
sudah dianjurkan.
mengkonsumsi kafein.
7. Klien mengatakan akan
melakukan kegiatan itu
keyakinannya.
F. Evaluasi
No.
Hari/tgl/ja
Dx
1.
m
Rabu, 22
Catatan perkembangan
S : - Klien mengatakan sakit kepalanya mulai
April - 2015
berkurang
10.30 WIB
33
Paraf
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah
pasien Tn.A
penulis
melakukan
asuhan
keperawatan
teoritis
dengan
hari
pada
selama
kasus
kesenjangan
35
Vasokontriksi
Iskemia miokardium
2)
Kelemahan tubuh
3)
4)
Mual muntah
5)
6)
Kurangnya
pengetahuan
tentang
kondisi,
rencana
pengobatan
berhubungan dengan ;
-
Misinterpretasi informasi
Keterbatasan kognitif
Menyangkal diagnosa
Sementara diagnosa keperawatan yang di dapat dalam kasus Hipertensi
36
pada
Tn.A sehingga perlu penanganan lebih lanjut untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Setelah diagnosa keperawatan maka langkah selanjutnya membuat rencana
asuhan keperawatan berdasarkan prioritas masalah. Diagnosa yang muncul pada
kasus ini tidak semuanya sama dengan diagnosa pada teori.
Pada tahap perencanaan keperawatan terdapat perbedaan antar teori dan
kasus, dimana pada teori tidak dicantumkan waktu karena tidak dapat diidentifikasi,
sedangkan pada kasus waktu dibutuhkan untuk program tercapainya tujuan
keperawatan.
Sementara kelemahan dari tindakan tidak ada karena keluarga bersedia
untuk mengikuti instruksi dari dokter dan perawat serta mau berperan dalam
memberikan perawatan pada pasien Hipertensi.
3. Implementasi
Pada tahap ini penulis melakukan tindakan sesuai dengan keadaan klien
dan rencana keperawatan yang telah di susun, semua rencana di laksanakan dan
didokumentasikan agar penatalaksanaan tindakan tercatat dengan baik.
4. Evaluasi
Evaluasi yang didapatkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
sudah di laksanakan pada tanggal 12 April 2014 dari masalah diagnosa utama
adalah Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral
37
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah yang menetap dengan hasil
tekanan darah sistol > 140 mmHg dan distole > 90 mmHg yang biasanya
ditemukan pada orang dewasa atau lanjut usia.
2. Diagnosa keperawatan secara teori ada 6 diagnosa keperawatan sementara dalam
pengkajian dalam kasus ini ada 3 diagnosa keperawatan yang di temukan.
3. Intervensi yang telah di rencannakan sudah sesuai dengan prioritas masalah
keperawatan yang telah di tegakkan sehingga tujuan dapat di capai dengan baik
4. Implementasi di laksanakan berdasarkan intervensi yang telah di rencana.
5. Dari diagnosa keperawatan yang di dapat pada kasus ini sudah dapat di
realisasikan sehingga masalah keperawatan pada klien dapat teratasi dengan baik
B. SARAN
Pada laporan kasus asuhan keperawatan pada Tn.A dengan gangguan
sistem Kardiovaskuler akibat Hipertensi di Ruang Rafei RS Rajawali tahun 2014.
Penulis memberikan saran sebagai bahan pertimbangan dan peningkatan kualitas
asuhan keperawatan.
1. Kepada keluarga Tn. A serta keluarga agar tetap kooperatif dan dapat berperan
serta dalam tindakan mandiri dalam pemulihan kesehatan.
2. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan
agar
tetap
38