Anda di halaman 1dari 6

Review Artikel

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTROL GLICEMIC RENDAH


PADA PASIEN DENGAN DIABETES TIPE 2

Oleh :
dr. I Ketut Adi Suryana, S.Ked
(NIM : 1414048205)
Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam

Pembimbing :
dr. I Ketut Tangking Widarsa, MPH

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS -1


FK UNUD / RSUP SANGLAH DENPASAR
2015

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTROL GLICEMIC RENDAH


PADA PASIEN DENGAN DIABETES TIPE 2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabete Mellitus (DM) adalah penyebab dominan adanya morbiditas dan
mortalitas. Pada penelitian terbaru di Jordan, prevalensi DM dan gangguan gula darah
puasa adalah 17,1% dan 7,8%. Di wilayah Arab, prevalensi DM adalah 23,7% dengan
kisaran umur 30-70 tahun. Prevalensi DM di UEA, Bahrain dan Kuwait adalah
20,1%, 14,9% dan 12,8%.
Beberapa penelitian trial menunjukkan pengontrolan gula darah yang ketat
memiliki korelasi terhadap penurunan komplikasi DM mikrovaskular. ADA (The
American Diabetes Association) mendesain HbA1c <7% sebagai angka optimal
kontrol glicemic, sedangkan American Association of Clinical Endocrinologist
merekomendasikan HbA1c <6,5%. Walaupun banyak penelitian menjelaskan manfaat
managemen DM intensif dalam menurunkan komplikasi mikrovaskular dan
makrovaskular, namun masih tinggi proporsi pasien yang kontrol gula darahnya
rendah. Rendahnya kontrol glicemic pada pasien DM tipe 2 merupakan masalah
kesehatan masyarakat dan faktor resiko utama terjadinya komplikasi pada DM.
Kontrol glicemic bertujuan untuk mencegah perburukan organ dan komplikasi lainnya
yang berasal dari diabetes.
Pada praktik klinisnya, kontrol glicemic yang optimal sangat sulit didapatkan
pada jangka waktu yang lama karena kompleksitas beberapa alasan rendahnya kontrol
glicemic di masyarakat. Baik pasien dan penyedia layanan kesehatan berkontribusi
terhadap rendahnya kontrol glicemic.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk menentukan faktor yang berhubungan dengan
rendahnya kontrol glicemic pada pasien DM tipe 2 yang datang ke National Center
for Diabetes, Endocrinology and Genetic di Jordan.
2. METODE
Dilakukan sampling random sistematik sejumlah 917 pasien yang didapatkan dari
seluruh pasien DM tipe 2 selama 6 bulan pada tahun 2008. Dilakukan pemberian
kuisioner informasi tentang sosialdemografis, karakteristik klinis, perilaku managemen
1

perawatan sendiri, kepatuhan berobat, kesulitan untuk patuh, dan gaya hidup diabetes.
Berat badan, tinggi badan dan lingkar pinggang diukur. Semua catatan terakhir HbA1c,
gula darah puasa dan lemak didapatkan dari rekam medis pasien. Kontrol glicemic rendah
didefinisikan jika HbA1c 7%.
Dalam analisis statistik Chi-square untuk menilai signifikan perbedaan persentase
kontrol glicemic rendah berdasarkan beberapa variabel kategori independen. Regresi
logistik binary dilakukan untuk menentukan faktor yang berhubungan dengan rendahnya
kontrol glicemic, jika nilai P < 0,05 menunjukkan significant secara statistik.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian terdiri dari 917 pasien (155 pria dan 462 wanita) dengan DM tipe 2
dengan umur 24 sampai 84 tahun dengan rata-rata SD 57,4 (9,6) tahun. Hanya 11%
pasien buta huruf, lebih dari setengah pasien (68,5%) tidak bekerja, dan 19,7% adalah
perokok. Dari data menunjukkan 62,3% menggunakan obat antidiabetes oral, 32% pasien

menggunakan kombinasi antidiabetes oral dan insulin, dan hanya 5,7% pasien yang hanya
menggunakan insulin saja.

Dari total 917 pasien, 65,1% memiliki HbA1c 7%. Pada Tabel 2 menunjukkan
proporsi pasien dengan kontrol glicemic rendah berdasarkan demografis, anthropometri,
dan karakteristik klinis. Diabetes terlihat sangat rendah kontrolnya dilihat dari
peningkatan

lamanya

DM,

rendahnya

tingkat

pendidikan,

tingginya

BMI,

hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, dan peningkatan LDL. Proporsi paling tinggi


3

untuk kontrol glicemic yang rendah terjadi pada pasien dengan kombinasi obat
antidiabetes oral dan insulin (92,5%). Tabel 3 menunjukkan proporsi pasien dengan
kontrol glicemic rendah berdasarkan perilaku management perawatan sendiri. Kontrol
glicemic rendah sering terjadi pada pasien yang tidak mengikuti diet DM, tidak
berolahraga, tidak patuh berobat dan tidak teratur monitor gula darah.

Pada analisis multivariate, peningkatan durasi DM (>7 vs 7 tahun) (OR 1,99 P


0,005), tidak diikuti dengan diet DM yang direkomendasikan oleh ahli gizi (OR=2,98,
P0,005). Perilaku negatif diabetes berhubungan dengan kontrol glicemic yang rendah.
Dibandingkan dengan pasien yang hanya mendapat obat antidiabetes oral, pasien dengan
tambahan modalitas yang lain lebih rendah kontrol glicemic. Kombinasi insulin dengan
obat antidiabetes oral berkorelasi dengan peningkatan rendahnya kontrol glicemic pada
pasien DM (OR=7,50, P0,005).

4. SIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan proporsi pasien dengan DM tipe 2 yang tidak
mencapai target HbA1c dalam NCDEG. Proporsi pasien dengan kontrol glicemic rendah
adalah tinggi, yang mana dapat dibandingkan dengan laporan dari negara lain. Durasi DM
yang lama dan tidak patuhnya pasien terhadap perilaku dalam penanganan DM memiliki
hubungan terhadap kontrol glicemic yang rendah. Program edukasi untuk meningkatkan
modifikasi gaya hidup dengan tujuan mengutamakan kepatuhan dalam pengobatan akan
berdampak baik pada pasien DM tipe 2 yang memiliki kontrol glicemic rendah.

Anda mungkin juga menyukai