tuntutan pengguna, yaitu akses informasi secara lebih luas, cepat dan
tepat.
Perpustakaan saat ini dituntut mampu berubah mengikuti perubahan
sosial pemakainya. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) telah banyak
mengubah karakter sosial pemakainya. Perubahan dalam kebutuhan
informasi, berinteraksi dengan orang lain, berkompetisi, dan lain-lain.
Pada akhirnya semua itu berujung pada tuntutan pemakai agar
perpustakaan tidak hanya sekedar tempat mencari buku atau membaca
majalah, tetapi menjadi semacam one-stop station bagi mereka, yaitu
suatu lingkungan dimana pemakai bisa (1) berinteraksi dengan orang lain,
(2) mencari informasi yang dibutuhkan, (3) berbagi pengetahuan, dan (4)
merasa termotivasi untuk melakukan inovasi dan kreatifitas.
Beragam permasalahan yang muncul saat ini pun telah ditanggapi
dengan serius oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Perpustakaan yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal
Kebudayaan ini mempunyai misi berupa pengembangan layanan nasional
informasi berbasis pustaka melalui pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi sehingga mampu mencapai visi Perpustakaan Nasional yaitu
terdepan dalam informasi pustaka, menuju Indonesia gemar membaca.
Perkembangan dari penerapan teknologi informasi dan komunikasi telah
diterapkan dalam bentuk sistem informasi manajemen (SIM) perpustakaan
dan perpustakaan digital (digital library) (Hendro, 2010). Sistem informasi
manajemen (SIM) perpustakaan merupakan pengintegrasian antara
bidang pekerjaan aministrasi, pengadaan, inventarisasi, katalogisasi,
pengolahan, sirkulasi, statistik, pengelolaan anggota perpustakaan, dan
lain-lain. Sistem ini sering dikenal juga dengan sebutan sistem otomasi
perpustakaan. Dengan penerapan SIM ini secara langsung merubah
paradigma layanan perpustakaan. Layanan perpustakaan yang dulunya
off-line berubah menjadi on-line. Dengan ini, perpustakaan harus mampu
merancang layanan perpustakaan yang memungkinkan akses terhadap
sumber-sumber informasi.
Hal ini mengisyaratkan bahwa pemanfaatan perpustakaan tidak lagi
bergantung pada visitasi pemakai perpustakaan atau bertumpu pada
kunjungan secara fisik semata, tetapi pemanfaatannya dapat dilakukan
setiap saat dan dari berbagai tempat di manapun pengguna berada. Oleh
karena itu, layanan yang diterapkan saat ini selalu berorientasi pada
masyarakat, sebagai pengguna informasi. Kepuasan pengguna
merupakan petunjuk utama bagi pelaksana pengorganisasian informasi.
Selain menerapkan konsep perpustakaan berbasis teknologi,
Perpustakaan Nasional harus tangap terhadap pemanasan global saat ini.
Hal ini menuntut inovasi-inovasi dari pengelola perpustakaan untuk
menciptakan perpustakaan yang ramah lingkungan.
Konsep Perpustakaan Ramah Lingkungan
Keadaan pemanasan global membawa dampak negatif terhadap
lingkungan, salah satunya lingkungan perpustakaan dan sekitarnya. Untuk
(Green Library
Facilities)
Fasilitas merupakan kebutuhan penting dalam suatu perpustakaan.
Bahkan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menuntut
pengelola perpustakaan menambah perangkat sarana serta prasarananya
di perpustakaan. Hal ini akan membangun citra perpustakaan yang positif,
keberadaan perpustakaan akan membawa dan mengembangkan citra
institusinya, baik di dalam maupun di luar lembaga induknya. Dalam
mengembangkan citra, perpustakaan berusaha meningkatkan layanannya
yang sesuai dengan sistem manajemen mutu (Quality Management
System). Adapun strategi yang dapat ditawarkan untuk mengembangkan
citra Perpustakaan Nasional di seluruh Indonesia saat ini melalui
pembangunan citra perpustakaan (building image) berbasis pada
teknologi dan ramah lingkungan.
Untuk mewujudkan sebuah perpustakaan ramah lingkungan,
bangunan serta fasilitas perpustakaan harus memperhatikan enam hal-hal
pokok yang diadopsi dari sistem LEED (Leadership of Energy and
Environmental Design) di Amerika Serikat (U.S. Green, 2008). Enam area
mayor tersebut adalah (1) lokasi dan perencanaan; (2) efisiensi
penggunaan air; (3) penggunaan energi dan penciptaan atmosfer; (4)
penggunaan material dan sumber daya; (5) kualitas lingkungan dalam
ruangan (indoor); serta (6) desain dan inovasi perpustakaan.
sensor deteksi maka area tersebut akan bersinar jika terdapat manusia
yang melewatinya. Hal ini sangat membantu mengurangi penggunaan
energi listrik pada pagi dan siang hari.
Manfaat penting lainnya dari konsep perpustakaan ramah
lingkungan ini adalah efisensi energi yang didapat dari pengurangan
konsumsi energi akibat penggunaan pendingin ruangan (air
conditioner) ataupun pemanas ruangan. Seperti halnya, penggunaan
sinar matahari sebagai penerangan perpustakaan, kesejukan ataupun
kehangatan juga bisa didapatkan dari dinding dan atap perpustakaan
yang berbahan ramah lingkungan.
Services)
Berbagai macam masalah timbul dari pelayanan perpustakaan saat
ini. Analisis akar masalah ini meliputi internal dan eksternal. Secara
internal, lebih ke arah perpustakaan itu sendiri. Sebagian besar
perpustakaan hanya berisi tumpukan buku-buku tua, lusuh dan berdebu.
Belum lagi dengan sistem pelayanan perpustakaan yang dianggap kurang
cepat dan kurang kooperatif. Hal ini membuat masyarakat menjadi malas
berkunjung ke perpustakaan. Faktor eksternal, lebih ke arah
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Hal ini
ditandai dengan perubahan perilaku dalam pencarian informasi. Jika dulu
orang yang memerlukan informasi harus berkutat di perpustakaan mencari
buku, jurnal dan koran. Namun sekarang terjadi transformasi yang sangat
signifikan, yaitu dengan adanya internet.
Faktor tersebut harus disadari oleh pustakawan. Pustakawan dituntut
untuk dapat menciptakan sistem perpustakaan yang memudahkan
10
Pemutaran Film
11
12
untuk
meningkatkan
kenyamanan
dan
kepuasan
pengguna.
Pembangunan perpustakaan berbasis teknologi dan ramah lingkungan ini
mencakup tiga hal pokok yaitu pembangunan fasilitas yang ramah
lingkungan (green library facilities), penyediaan pelayanan yang ramah
lingkungan (green library services) , dan kegiatan oleh pustakawan yang
mendukung penyelamatan lingkungan (environmentally supportive).
Ketiga hal ini menggabungkan komponen teknologi dan komponen ramah
lingkungan untuk mewujudkan perpustakaan nasional ideal.
Daftar Rujukan
1. Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
13