Anda di halaman 1dari 8

Gaya Bersepeda yang Paling Efisien Bersepeda merupakan metode paling efisien dalam penggunaan kalori.

Dan akan lebih efisien lagi jika menggunakan berbagai konsep fisika. Belanda yang tanahnya datar, sepeda merupakan transportasi yang baik dan menyehatkan. Di Cina yang penduduknya lebih dari 1 miliar orang, sepeda merupakan alat transportasi yang dapat menghemat penggunaan bahan bakar. Bayangkan, apa yang terjadi dengan persediaan bahan bakar kita kalau setengah penduduk Cina menggunakan mobil? Di banyak tempat, sepeda memang bukan transportasi utama, tetapi kendaraan yang dibuat pertama kali oleh Krikpatrick Macmillan tahun 1839 ini, sering digunakan untuk berolahraga. Efisiensinya membakar kalori memang paling efisien, termasuk jika dibandingkan dengan berjalan kaki (gambar 1). Olahraga bersepeda dapat dilakukan secara lebih efisien dengan menggunakan berbagai konsep fisika. Dalam olahraga bersepeda, kita akan mengalami empat gaya utama: gaya angin, gaya hambat udara, gaya gesekan, dan gaya gravitasi. Fred Rompelberg dari Belanda berhasil mengefisienkan usaha dari gaya-gaya ini sehingga ia berhasil memecahkan rekor dunia untuk kecepatan tertinggi dengan 268,83 km/jam pada tanggal 3 Oktober 1995. Gaya angin Dalam bersepeda, angin yang berembus berlawanan arah dengan arah gerak si pengendara sepeda merupakan penghambat yang sangat menjengkelkan. Energi si pengendara akan terkuras banyak untuk melawan hambatan angin ini. Bayangkan, untuk mempertahankan kecepatan 15 km/jam di tengah angin yang bertiup dengan kecepatan 10 km/jam saja kita akan kehilangan sekitar 800 kalori setiap menitnya. Tetapi angin juga bisa menjadi faktor yang mempercepat gerakan sepeda jika arah tiupan angin searah dengan arah maju sepeda. Gaya hambat udara (drag force) Di samping angin yang bertiup kencang, udara sendiri dapat menjadi penghambat bagi si pengendara sepeda. Tubuh manusia yang duduk tegak di atas sepeda merupakan bentuk yang sangat tidak aerodinamik karena mengacaukan aliran udara sehingga memaksakan terbentuknya dua daerah dengan tekanan yang berbeda. Daerah di belakang tubuh pengendara sepeda bertekanan rendah, sementara daerah di depan tubuh bertekanan tinggi. Perbedaan tekanan ini mengakibatkan tubuh pengendara terdorong ke arah belakang. Semakin cepat sepeda bergerak, semakin besar gaya dorong ini. Ini mencegah si pengendara untuk mengayuh sepeda secepat-cepatnya. Besarnya drag force ini sebenarnya dapat diminimalisasi dengan mengaplikasikan bentuk yang paling aerodinamik, yaitu bentuk yang streamline (ramping) yang dapat menembus udara dengan lebih mulus. Ini dilakukan dengan membungkukkan badan. Dalam suatu lomba bersepeda, para atlet bukan saja beradu kekuatan untuk menjadi yang tercepat, tetapi justru beradu teknik untuk memaksimalkan efisiensi aerodinamik yang dapat dicapai (gambar 2).

Selain penempatan posisi tubuh yang baik, desain roda dan kerangka sepeda yang tepat juga dapat mengurangi tahanan udara. Kerangka sepeda yang berbentuk bulat digantikan oleh rancangan bentuk yang oval, sementara bentuk roda yang bergerigi digantikan oleh bentuk cakram (disc) yang dapat memperkecil turbulensi (gejolak udara) dan drag force saat berputar (gambar 3). Cara lain untuk memperkecil drag force adalah dengan melakukan teknik drafting, yaitu bersepeda beriringan sambil memanfaatkan pusaran-pusaran udara (arus eddy) yang tercipta tepat di belakang pengendara terdepan untuk menarik pengendara berikutnya sehingga energi yang dibutuhkan menjadi lebih kecil (mirip dengan gerakan migrasi angsa yang membentuk huruf V). Semakin kecil jarak antara pengendara terdepan dengan pengendara berikutnya, semakin efisien penggunaan energi oleh kedua pengendara. Pengendara terdepan dibantu oleh penggunaan arus eddy oleh pengendara berikutnya walaupun total energi yang dikeluarkan tetap lebih besar dari energi yang dikeluarkan pengendara yang berada tepat di belakangnya. Formasi bersepeda yang membentuk grup semacam ini dikenal sebagai formasi peloton dan echelon (formasi menyamping ke kiri maupun kanan). Para pengendara yang membentuk formasi semacam ini dapat menghemat energi sampai 40 persen. Pengendara sepeda profesional bahkan melakukan drafting pada jarak beberapa cm saja untuk menghemat energi (gambar 4). Gaya gesekan Dalam bersepeda, kita akan mengalami beberapa macam gaya gesekan: gaya gesekan antara permukaan kulit dengan udara, gaya gesekan kelahar sepeda, dan gaya gesekan antara roda dengan jalan. Gaya gesekan antara permukaan kulit dengan udara walaupun tidak sebesar drag force kadang sangat menjengkelkan pula. Ini dapat menjadi factor penting dalam menentukan kemenangan seorang atlet balap sepeda. Gesekan ini dapat dikurangi dengan menggunakan pakaian bersepeda yang tepat (skinsuit). Bayangkan, seorang yang duduk tegak dengan pakaian biasa dapat menaikkan kecepatannya dari 10 km/jam menjadi 20 km/jam dengan menggunakan pakaian yang tepat dan posisi yang aerodinamik. Gaya gesekan kelahar sepeda dapat dikurangi dengan menggunakan oli. Sedangkan gaya gesekan antara roda dengan jalan (rolling resistance) dapat dikurangi dengan memompa ban cukup keras. Ban yang kempes akan sangat menguras energi kita. Gaya gravitasi Gaya gravitasi memegang peranan penting saat pengendara sepeda melewati bukit. Gaya ini menarik kita ke bawah. Kita harus memberikan ekstra energi untuk melawan gravitasi ini ketika kita hendak menanjak bukit. Semakin tajam tanjakan bukit, semakin besar energi yang dibutuhkan untuk menaiki tanjakan ini. Namun, ketika kita menuruni bukit, gravitasi menjadi faktor yang berguna. Gravitasi mendorong sepeda turun lebih cepat (gambar 5). Gaya gravitasi juga dapat membuat sepeda tidak seimbang. Cobalah duduk di atas sepeda yang diam, apa yang kita alami? Kita akan merasa tidak stabil

dan hendak jatuh, bukan? Mengapa? Gravitasilah penyebabnya. Tetapi mengapa sepeda yang bergerak tidak jatuh? Misalkan sepeda sedang bergerak lurus dan agak miring ke kanan. Gravitasi akan membuat sepeda jatuh ke sebelah kanan. Agar sepeda tidak jatuh, kita harus belokan sepeda ke kanan sedikit. Usaha ini menghasilkan gaya sentrifugal yang akan mendorong sepeda ke kiri. Gaya sentrifugal inilah yang mengompensasi gaya gravitasi sehingga kita tidak jadi jatuh ke kanan. Sebaliknya jika kita hendak jatuh ke kiri, kita harus belokkan sepeda ke kiri agar gaya sentrifugalnya ke kanan. Itu sebabnya kalau diamati, lintasan sepeda berkelok-kelok. Gaya sentrifugal ini besarnya tergantung pada kecepatan sepeda. Semakin cepat sepeda, semakin besar gaya sentrifugalnya. Sehingga pada waktu sepeda bergerak cepat, kita tidak perlu membelokkan sepeda terlalu tajam. Itu sebabnya lintasan sepeda yang bergerak cepat terlihat agak lurus (tidak terlalu berkelok-kelok). Nah, itulah gaya-gaya utama yang bekerja pada saat kita bersepeda. Walaupun gaya- gaya ini mempunyai pengaruh yang besar, namun seorang pengendara sepeda harus juga memperhatikan kondisi tubuhnya. Tubuh manusia merupakan mesin penggerak dalam proses bersepeda sehingga bahan bakar utama untuk olahraga ini adalah makanan. Faktor genetik dan kadar latihan juga menentukan kinerja maksimal yang dapat dicapai oleh seorang pengendara sepeda. Makanan (sayuran dan buah-buahan) yang mengandung banyak karbohidrat sangat direkomendasikan untuk para atlet sebelum memulai pertandingan. Konsumsi cairan yang cukup juga merupakan hal yang harus diperhatikan selama bersepeda karena kondisi tubuh yang sudah kehilangan 2 persen saja cairan tubuh dapat memberikan pengaruh yang besar. Kondisi dehidrasi yang parah dapat menyebabkan kelelahan, stroke, bahkan kematian. Atlet-atlet bersepeda sangat dianjurkan untuk terus menggantikan cairan tubuh yang hilang lewat keringat melalui minuman. Dengan demikian, konsep-konsep fisika telah sangat membantu para pengendara sepeda untuk melakukan aktivitas bersepeda secara lebih efisien dan aman. YOHANES SURYA PHD Presiden Olimpiade Fisika Asia dan staf pengajar Universitas Pelita Harapan --- End of Forwarded Message --Sumber : http://www.mail-archive.com/bumi-serpong@yahoogroups.com/msg00383.html
Bersepeda di Yogya; Masih Nyamankah? 04/01/2006 16:55 Julukan sebagai kota sepeda pernah disandang Jogja. Dulu, setiap pagi dan sore hari, seringkali ditemui gerembolan pemakai sepeda menelusuri jalan. Budaya bersepeda memang sempat lekat di masyarakat Jogja. Sampai perubahan datang. Moda transportasi tanpa mesin itu terdesak oleh perubahan teknologi yang memberikan alternatif kendaraan bermotor yang cepat. Orang Jogja pun banyak yang beralih menggunakan sepeda motor. Kota Jogja lambat

laun bukan lagi merupakan kota sepeda. Predikat itu semakin memudar, dan bahkan barangkali kota Jogja mendapat predikat baru; kota sepeda motor. Hal itu mungkin saja benar mengingat data terakhir menunjukkan bahwa sekitar 80% moda transportasi yang ada di Jogja adalah sepeda motor (sumber: Kota Yogyakarta dalam Angka 2003). Tingginya pertumbuhan angka sepeda motor juga disumbang oleh tingginya angka pendatang, yang kebanyakan adalah mahasiswa luar daerah yang belajar di Jogja. Ada sebuah ungkapan yang diasosiasikan kepada orang Jawa pada umumnya serta orang Jogja pada khususnya yaitu 'alon-alon waton kelakon'. Ungkapan itu bisa diartikan kurang lebih sama dengan peribahasa 'Biar Lambat Asal Selamat'. Nilai filosofis ungkapan itu tercermin pada pemilihan sepeda sebagai alat kendara. Dulu para pengguna sepeda, sampai saat ini pun masih, menggunakan jalan dengan tertib dan tidak grusa-grusu (terburu-buru) seperti saat ini. Saat ini pengguna jalan di Jogja menjadi lebih tidak sabar sehingga cenderung menjadi tidak tertib dan melanggar peraturan. Mereka juga semakin terdesak suara klakson yang dibunyikan oleh pengguna motor atau mobil. Pengguna sepeda tak jarang dianggap memperlambat laju kendaraan mereka. Jika peka dengan masalah ini, kita pasti tahu ada perubahan nilai yang terjadi. Budaya kerja masa kini yang menuntut kecepatan tercermin dengan jelas dari perilaku pengguna jalan. Nilai-nilai yang terkandung dalam alon-alon waton kelakon atau ojo grusagrusu perlahan mulai tergantikan dengan semboyan seperti think fast, move fast. Oleh karena itu, tentu saja sepeda motor merupakan pilihan yang paling rasional karena bisa lebih cepat mengantarkan penggunanya ke tempat tujuan. Namun bukan berarti pemilihan sepeda sebagai alat transportasi merupakan gambaran kurang cekatan atau trengginasnya para pengguna sepeda karena seperti yang disebut oleh Mohamad Fahmi, seorang peminat masalah budaya, dalam tulisannya di sebuah koran nasional, nilai-nilai yang terkandung dalam gremat-gremet waton selamat atau ojo grusagrusu merupakan bukti bahwa orang Jawa lebih mementingkan keselarasan akal budi atau harmonisasi. Jika sepeda merupakan alat transportasi yang banyak digunakan oleh penduduk di negara maju, yang jelas kita tahu mereka dikenal disiplin dan tidak klemar-klemer, lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita berani kembali bersepeda tanpa takut dibayangi anggapananggapan kuno, lambat, dan lain sebagainya?

Sumber : http://trulyjogja.com/index.php? action=news.detail&cat_id=7&news_id=313&PHPSESSID=3d955503f3aeb1a7b21e9ca558a9c4e9

Bersepeda adalah sebuah kegiatan rekreasi atau olahraga, serta semacam transportasi darat yang menggunakan sepeda. Banyak penggemar bersepeda yang melakukan kegiatan tersebut di berbagai macam medan, misalnya bukit-bukit, medan yang terjal maupun hanya sekedar berlomba kecepatan saja.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bersepeda

"Cyclorrutas", Kemanjaan Bersepeda


BOGOTA memang tidak memiliki pantai, tetapi dia memiliki jalur sepeda". Ungkapan itu lazim dikemukakan oleh warga Bogota untuk membanggakan jalur sepeda atau apa yang mereka sebut cyclorrutas. Di kota yang dalam rencana perkotaannya akan dikembangkan sebagai kota yang humanis (ciudad humana) itu, para pengguna sepeda maupun pejalan kaki sangatlah dimanjakan. Lajur pedestrian dan sepeda menjadi bagian penting dari akses lalu lintas, yang sepertinya malah lebih penting dengan jalan raya. Bahkan, jalur-jalur pedestrian dan sepeda itu menembus berbagai kawasan, permukiman Bogota. Bukan saja jalur-jalur sepeda yang kompak, terintegrasi dengan akses sangat luas yang ada, Pemerintah Kota Bogota pun memanjakan para pejalan kaki dan pengguna sepeda dengan berbagai regulasi. Setiap hari Minggu misalnya, sepanjang 153 kilometer (km) jalan raya dijadikan jalur khusus sepeda atau yang oleh warga setempat dikenal sebagai Ciclovias. Jalanan sepanjang itu tertutup untuk angkutan bermotor dan hanya diperbolehkan untuk pedestrian, pesepeda atau peseluncur (skater) dengan sepatu roda atau skateboard. Itu belum termasuk jalur khusus sepeda yang telah terbangun sepanjang 270 km (dari 374 km yang direncanakan). Jalur sepeda sepanjang itu diklaim sebagai jalur khusus sepeda terpanjang di dunia. Bandingkan dengan jalur sepeda di Paris sepanjang 195 km atau di Lima (Peru) yang hanya 43 km. Makanya, ketika peserta seminar internasional Human Mobility diajak serta untuk ikut dalam acara bersepeda ria pada Minggu (9/2) pagi, banyak peserta tidak melewatkannya. Apalagi panitia menyiapkan sepeda dan semua perlengkapannya, termasuk helm. "Jangan ke luar dari rombongan. Kita akan bergabung dengan dua juta pesepeda lainnya dari seluruh Bogota," kata seorang aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) Ciudad Humana Fundation (Yayasan Kota Humanis) yang memandu kami. Mereka menyilakan kami memilih jalur 12,5 km atau 24 km yang akan menelusuri berbagai kawasan Bogota. Kebiasaan bersepeda pada hari Minggu, yang diikuti sekitar 2 juta orang warga kota itu, juga diklaim sebagai yang terbesar dalam gerakan bebas berkendaraan bermotor di dunia. Begitulah kenyamanan tinggal di sebuah kota yang ramah, langsung menyergap ketika belum separuh jalan ditempuh dengan sepeda yang ringan terkayuh. Di jalur sepeda selebar 3 meteran maupun di jalan raya, termasuk jalan bebas hambatan, yang Minggu itu dikhususkan untuk sepeda, dipenuhi oleh keluarga, tua dan muda, warga Bogota yang bersepeda. Sejumlah lainnya mengasuh anak balitanya yang menggunakan sepatu roda atau sepeda mini. Keceriaan rekreasi mereka seperti tidak menunjukkan bahwa dua hari sebelumnya terjadi peledakan bom di kelab mewah El Nogal, yang menewaskan 32 orang dan mencederai 160-an orang lainnya. "Kondisi normal yang kami perlihatkan ini menjadikan tindakan-tindakan teroris

dan kriminal menjadi tidak efektif," kata seorang warga saat ditanya kok sepertinya ledakan bom tidak mempengaruhi mereka. Maka dua juta warga Bogota yang diperkirakan bersepeda setiap akhir pekan itu juga menjadi warna lain kota dingin dengan suhu 6-20 derajat Celcius di ketinggian 2.640 meter di atas permukaan laut yang dilingkungi pegunungan itu. Berbeda dengan gaya bersepeda keseharian seperti yang biasa terlihat di Beijing, bahkan Yogyakarta maupun Kudus, Jawa Tengah, para pesepeda di Bogota pada hari minggu menikmati betul sebagai bagian dari rekreasi keluarga. Warung-warung minum atau makanan ringan, bengkel sepeda sementara sepanjang jalan sepeda, yang hanya buka saat Ciclovias (hari bersepeda) berlangsung, siap menerima para pengayuh sepeda yang ingin melepas lelah. Begitu juga bengkel sepeda dadakan siap menerima reparasi ringan sepeda warga. Sepintas tenda-tenda itu mengingatkan kepada apa yang kita lihat di kawasan Parkir Timur Senayan, namun lebih tertata dan apik. Para sukarelawan Ciclovias pun selalu sedia membantu, mengarahkan jalan serta menyetop kendaraan bermotor yang akan melintas untuk mengutamakan para pejalan kaki atau pesepeda. Para sukarelawan tersebut sebagai tim pendukung utama bagi pelaksanaan program bersepeda di hari Minggu itu. Kemanjaan para pengguna sepeda terasa benar di Bogota. Selain jalanan yang kompak, rimbun dan menyenangkan jalur sepeda juga menembus berbagai pelosok permukiman. Sejenak terpikir proyek perbaikan kampung Mohammad Husni Thamrin (MHT) di Jakarta mengapa tidak dirancang seperti di Bogota sini? Pemerintah kota dengan udara sejuk itu benar-benar mempersiapkan infrastruktur yang sangat dibutuhkan warganya. PEMERINTAH Kota Bogota berniat keras mengurangi polusi kotanya dan meningkatkan pengguna kendaraan non-bermotor di kotanya. Upaya ke arah itu dilakukan secara terencana dengan berbagai langkah yang jelas dan sistematis. Kampanye bahwa sepeda itu modis dan enggak ketinggalan zaman misalnya, dilakukan dengan peragaan para aktor atau aktris idola yang dalam penampilannya menggunakan atau membawa sepeda. "Kami harus meyakinkan warga kami bahwa sepeda itu juga modis," kata Ricardo Montezuma, dari Human Ciudad Fundation. Langkah memanjakan pejalan kaki dan pesepeda itu, bukan saja dicerminkan dengan pembangunan jalan yang nyaman, yang disesuaikan dengan kondisi wilayah, namun juga berbagai fasilitas pendukungnya mulai dari toilet, bangku tempat mengaso hingga ke tempat parkir sepeda yang dibangun kompak dengan arsitektur kotanya. Bahkan, jembatan penyeberangan pun yang dibuat meliuk-liuk berseni menghias kota, walaupun panjang namun tidak melelahkan untuk dijalani atau ditempuh dengan sepeda. Arsitek dan perencana kota rupanya sudah menghitung benar apa yang dibutuhkan warganya. Berjalan kaki, bersepeda adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dinikmati. Konon, ketika buruknya pedestrian dan tidak adanya jalur bersepeda dipertanyakan mengapa tidak terjadi di Jakarta, seorang pejabat Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI dengan enteng menjawab, "Saya tidak melihat bersepeda sebagai kebiasaan warga Jakarta. Mengapa harus repot-repot menyediakan rute sepeda".

Tidak heran, kejadian sebaliknya terjadi di Jakarta, mereka yang memiliki kendaraan pribadilah yang dimanjakan di Jakarta. Jalan tol dibangun di mana-mana dan siap dipadati kendaraan pribadi. Pedestrian atau jalan tol pun sudah lama dirampas para pengendara motor, bahkan bengkel atau bangunan salah fungsi lainnya. Dan, ketika warga dengan sendirinya menggunakan protokol Jalan Sudirman-Jalan MH Thamrin untuk berolaraga. Apa yang dilakukan pejabat Pemprov DKI? Mereka berencana menutupnya. Sebuah ironi.(ush) Sumber : http://www.kompas.com/kompas-cetak/0302/24/sorotan/141950.htm

Bersepeda
Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

"Setelah kami mencoba untuk bersepeda, rupanya banyak hal juga manfaat yang didapat, disamping kesehatan tentunya. " Alhamdulillah, saya punya beberapa sahabat baru. Dari pertemuan dengan beberapa sahabat baru itu, muncul banyak gagasan baru, salah satunya adalah bersepeda. Setelah kami mencoba untuk bersepeda, rupanya banyak hal juga manfaat yang didapat, disamping kesehatan tentunya. Ketika kami bersepeda pada hari Minggu, dan bergabung dengan beberapa komunitas group bersepeda, maka saya dapatkan karakter orang-orang yang bersepeda pada hari Minggu. Mereka dikelompokkan 75 persen adalah karyawan pada level supervisor dan karyawan biasa dan sisanya adalah penganggur. Ketika kami bersepeda pada hari Sabtu, dan berusaha untuk bergabung dengan beberapa komunitas group bersepeda, maka saya dapatkan karakter orang-orang yang bersepeda pada hari Sabtu. Mereka dikelompokkan 75 persen adalah manajer dan direktur dan sisanya supervisor, karyawan dan penganggur. Namun kalau saya bersepeda pada hari Selasa, Rabu atau Kamis dengan beberapa gelintir orang yang kami temui dijalan atau ketika sama-sama istirahat, diluar dugaan 80 persen adalah investor, 10 persen pe-bisnis dan sisanya adalah penganggur. Pada hari-hari itu, tidak kami jumpai seorang karyawan, supervisor dan juga manajer.

Setelah saya renungkan, rupanya bersepeda hari Minggu kebanyakan karyawan sebab di Indonesia masih sedikit yang saya jumpai hari Sabtu libur. Sehingga bagi karyawan yang ingin menjaga kesehatannya, salah satunya memanfaatkan bersepeda di hari Minggu. Kalau mereka memaksakan bersepeda pada hari kerja, kecuali yang kerjanya shif, maka beresiko akan diberhentikan oleh perusahaan.

Begitu juga yang bersepeda hari Sabtu, rata-rata adalah level manajer atau direktur, hal ini mereka lakukan karena pada hari Minggu banyak digunakan untuk aneka undangan dan aktivitas bertemu dengan keluarga yang selama satu Minggu, jarang bertemu karena banyak tugas-tugas yang harus segera diselesaikan. Sedangkan mereka yang bersepeda pada hari Selasa, Rabu atau Kamis, rata-rata adalah investor, sebagian manager dan supervisor dan sedikit sekali yang karyawan, kecuali yang kerjanya adalah shif. Sahabat CyberMQ, Informasi ini, bukan bermaksud untuk menentukan mana yang paling bagus atau yang tidak bagus. Namun sebagai inspirasi kita bersama, bahwa kita mau memposisi kan jaringan pada sektor mana. Semuanya bisa dijadikan peluang bisnis dan jalin silaturahmi. Bagi sahabat yang karyawan, sekali-kali mengambil cuti, khusus untuk bersepeda antara hari Selasa, Rabu, Kamis, semoga nanti akan berjumpa pada orang-orang investor dan sahabat bisa belajar darinya atau pemberi info tempat-tempat investasi. Bagaimana Pendapat Anda? Masrukhul Amri : Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets Unlocking Potential Power, TIM Daarut Tauhiid Bandung, sampai sekarang mengasuh acara MQ Enlightenment di 102.7 MQ FM. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional, MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. e-mail : amri@mq.co.id Sumber : http://www.cybermq.com/cybermq/detail_kolom.php?id=157&noid=1

Anda mungkin juga menyukai