TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mobil
Kendaraan merupakan sarana transportasi yang sangat penting
penggunaannya pada saat ini. Perkembangan kendaraan saat ini begitu pesat
dengan digunakannya beberapa alternatif energi untuk menghasilkan daya pada
kendaraan tersebut. Kendaraaan dengan menggunakan energi listrik mengalami
perkembangan yang cukup besar di mana semakin beralihnya kendaraaan dengan
sumber energi yang menggunakan Ignition Combustion Engine Vehicle (ICEVs)
menjadi kendaraan dengan menggunakan energi listrik atau electric vehicle (EVs),
dapat dilihat pada Gambar 2.1 .
Gambar 2.1 Penjualan dan pangsa pasar mobil listrik global, 2013-2018
(Victor T.P.S. 2020)
Mobil diperlukan rancang bangun beberapa komponen pada kendaraan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Rangka
2. Suspensi
3. Drive train
4. Sistem kontrol, dan sebagainya.
Salah satu komponen yang sangat penting adalah sistem kontrol (sistem
kemudi dan sistem pengereman) yang dibutuhkan untuk mengatur arah kendaraan
dengan cara membelokkan roda depan dan mengatur kecepatan pada kendaraan.
(Keith, 2009).
Menurut (Randa, H., & Syaidina, A., K, 2020) ada beberapa macam
roda kemudi ditinjau dari konstruksinya yaitu:
a) Steering wheel besar
Bentuk ini mempunyai keuntungan yaitu mendapatkan moment
yang besar sehingga pada waktu membelokan kendaraan akan terasa
ringan dan lebih stabil.
b) Steering wheel kecil
Mempunyai keuntungan tidak memakan tempat dan peka terhadap
setiap yang diberikan pada saat jalan lurus akan tetapi dibutuhkan
tenaga besar untuk membelokan kendaraan karena mempunyai
momen kecil.
c) Steering wheel elips
Model ini dapat mengatasi kedua-duanya karena merupakan
gabungan roda kemudi besar dan kecil.
B. Steering column
Steering column merupakan bagian dari sistem kemudi yang berfungsi
untuk menghubungkan dan menyalurkan torsi putaran dari roda kemudi
ke mekanisme kemudi. steering column secara umum terdiri dari steering
shaft dan housing. Steering shaft dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
main shaft dan intermediate shaft. Main shaft merupakan steering shaft
bagian atas yang tersambung dengan roda kemudi pada bagian atas dan
dengan universal joint pada bagian bawah untuk menyambungkan
dengan intermediate shaft. Intermediate shaft merupakan steering shaft
bagian bawah yang menyambungkan main shaft dengan steering gear.
Beberapa konstruksi steering column dapat dilihat pada gambar 2.10.
Gambar 2.12 Komponen Steering Linkage. Ball Joint, Steering Arm, Tie Rod,
Universal Joint, Dan Knuckle
(Daris, I.F., 2015)
Berikut ini penjelasan singkat cara kerja sistem kemudi rack and
pinion:
Pada waktu roda kemudi diputar, pinion pun ikut berputar. Gerakan ini
akan menggerakkan rack dari samping ke samping dan dilanjutkan
melalui tie rod ke lengan nakel pada roda-roda depan sehingga satu roda
depan didorong, sedangkan satu roda tertarik, hal ini menyebabkan roda-
roda berputar pada arah yang sama.
2. Kelebihan dan kekurangan sistem rack and pinion
Adapun keuntungan dan kekurangan pada sistem rack and pinion adalah
sebagai berikut :
A. Kelebihan :
a) Konstruksi ringan dan sederhana.
b) Persinggungan antara gigi pinion dan rack secara langsung
c) Pemindahan momen relatif lebih baik, sehingga lebih ringan.
B. Kekurangan :
a) Bentuk roda gigi kecil, hanya cocok digunakan pada mobil
penumpang ukuran kecil atau sedang.
b) Lebih cepat aus.
c) Bentuk gigi rack lurus, dapat menyebabkan cepatnya keausan.
2.5 Rem
Rem merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah kendaraan
yang berfungsi untuk memperlambat atau menghentikan gerakan roda. Karena
gerak roda menjadi lambat, secara otomatis gerak kendaraan menjadi berhenti.
Energi kinetik yang hilang dari benda yang bergerak ini biasanya diubah menjadi
panas karena gesekan.
Kendaraan tidak dapat berhenti dengan segera apabila mesin dibebaskan
(tidak dihubungkan) dengan pemindahan daya. Kendaraan cenderung tetap
bergerak kelemahan ini harus dikurangi dengan maksud untuk menurunkan
kecepatan gerak hingga berhenti. Mesin merubah energi panas menjadi energi
kinetik (energi gerak) untuk menggerakkan kendaraan. Sebaliknya rem merubah
energi kinetik kembali menjadi energi panas untuk menghentikan kendaraan.
Umumnya rem bekerja disebabkan oleh adanya sistem gabungan penekanan
melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (breaking effect) diperoleh dari
adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua obyek.
Dengan diketahuinya prinsip kerja dari rem diatas dapat diketahui bahwa
fungsi rem adalah untuk memperlambat dan menghentikan laju kendaraan dan
menjaga kendaraan agar tetap diam pada saat kendaraan tidak melaju.
Jenis rem yang digunakan pada mobil tipe formula merupakan rem cakram
dengan mekanisme hidrolik karena lebih responsif dan lebih kuat untuk
menghentikan laju kendaraan (Randa, H., & Syaidina, A., K., 2020).
1. Jenis rem cakram
Sementara pada sistem rem cakram bekerja menggunakan prinsip
menjepit. Dalam hal ini, piringan rem sebagai media yang digesek akan
dijepit oleh kampas rem yang tertaut dengan knucle.
Hal itu menyebabkan piringan berhenti berputar ketika kampas menjepit
permukaan piringan. Dari luas gesekan, memang tipe rem cakram lebih
kecil tapi karena arah tekanannya berlawanan/menjepit maka daya rem yang
sedikit sudah bisa menghentikan laju kendaraan.
Oleh karena itu rem cakram dikenal sebagai rem yang responsif dan lebih
kuat untuk menghentikan laju kendaraan. Tapi rem ini memiliki kelemahan
ketika menghentikan laju kendaraan yang memiliki momentum besar karena
daya gesekan yang sempit tidak mampu melawan energi putar roda, pada
Gambar 2.13 menunjukkan rem cakram.
Cutting Speeds
Material
mpm (meter/menit) fpm (feet/menit)
Stell, stainless, free machining 9,15-24,4 30-80
Stell, stainless, hard 4,57-15,25 15-50
Stell, manganese 3,66-4,57 12-15
Stone (carbide drills) 7,63-9,15 25-30
Wood 91,5-122,2 300-400
Keterangan : lelektroda =
Jumlah elektroda
Lpengelasan = Panjang pengelasan
Aelektroda = Luas permukaan elektroda (¼ . π . De2)
lp = Lebar
pengelasan
tp = Tinggi pengelasan
ip = Panjang elektroda
De = Diameter elektroda
2.10 Assembly
Assembly merupakan proses di bagian akhir di mana terjadi perakitan benda
kerja dari komponen-komponen yang masih terpisah tiap partnya (barang
setengah jadi) menjadi barang jadi, pada Gambar 2.38 menunjukkan contoh
assembly.
Assembly dilakukan setelah benda kerja melalui proses kerja turning, kerja
milling, dan kerja bangku. Proses assembly terdiri dari 2 proses, yaitu:
1. Proses Penyambungan Untuk meyambung komponen-komponen benda
kerja dengan las.
2. Proses Pemasangan Proses pemasangan komponen benda kerja dengan
menggunakan baut, mur, dan lain-lain.