Oleh :
Danae Krsitina Natasia, S.Ked
NIM: FAA 110 038
Pembimbing :
dr. Sutopo, Sp. RM
dr. Tagor Sibarani
BAB I
PENDAHULUAN
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di
negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga
diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia.
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena
infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan
sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina
propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi.
Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik.1,2
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi
dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi
serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif,
efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara
umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika
terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi
serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika
yang spesifik dan antiparasit3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 PRIMARY SURVEY
An. M, Laki-laki
Vital Sign :
Nadi
Suhu
: 36,80C
Pernapasan
: 24x/menit, abdomino-torakal
Airway
Breathing
Circulation
Disability
Evaluasi masalah : kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign yaitu
pasien datang dengan keluhan lemas. Pasien diberi label Kuning.
Tatalaksana awal : tata laksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di ruangan nonbedah.
2.1 IDENTITAS
Identitas penderita
Nama
: An. M
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Usia
: 4 tahun
Alamat
BB
: 12,5 kg
2.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada hari Sabtu, 27 Juni 2015.
1. Keluhan utama: BAB Cair
2. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang diantar orang tua dengan keluhan BAB
cair lebih dari 10 kali. 8 Jam SMRS pasien BAB cair lebih dari 10 kali, menurut orang tua,
BAB berwarna kekuningan, masih berampas, tidak bercampur lendir dan darah, tidak
berbau seperti cucian beras, awalnya BAB jika ditakar sekitar 1 gelas kecil, namun
semakin lama berkurang, awalnya berampas, namun 2 kali BAB terakhir berupa cairan
kuning dengan sedikit ampas. Sebelumnya pasien juga sempat muntah sebanyak 2 kali di
rumha, muntah berupa makanan tidak bercampur lendir dan darah. Sejak 1 Jam SMRS
pasien tampak lemas dan tidak mau makan, menurut ayah pasien, pasien terkadang minta
untuk minum dan mengeluh haus. Riwayat demam disangkal, riwayat kejadian serupa
yang dialami keluarga di rumah disangkal.
3. Riwayat penyakit dahulu: Pasien riwayat pengobatan TB Paru 1 tahun yang lalu,
mendapat pengobatan selama 1 tahun, dinyatakan sembuh oleh dokter rumah sakit.
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1.
2.
3.
Keadaan umum
: TSS, gelisah
Kesadaran
: E4V5M6
Tanda-tanda vital
Nadi
Suhu
: 36,80C
Pernapasan
: 24x/menit, abdomino-torakal
Kepala/Leher
4.
Toraks
a. Paru
b. Jantung
5. Abdomen
6. Ekstremitas
79 mg/dL
HB
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
11,5 g/dL
33,5%
373.000/uL
7.850/uL
V. DIAGNOSA
a. Diagnosa Banding
b. Diagnosa klinis
Feses Lengkap
VII. PENATALAKSANAAN
-
Pasang IV Line
Inf. RL loading dose 250 cc, dilanjutkan 25 tpm selama 4 jam, evaluasi tanda-tanda
dehidrasi
Selanjutnya Inf. KAEN 3B 10 tpm
Inj. Cefotaxim 3 x 400 mg (IV) ST
Inj. Ondansetron 3 x 1,5 mg (IV)
Po.
o Zink sirup 1 x 20 mg (malam)
o Oralit ad libitum
o Parasetamol sirup 3 x 1 Cth (jika demam)
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: sanam
Quo ad functionam
: sanam
Quo ad sanationam
: sanam
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign yaitu pasien datang
dengan keluhan lemas. Pasien diberi label Kuning. Tata laksana awal pada pasien ini adalah
ditempatkan di ruangan
Gejala &
Tanda
Tanpa
Dehidrasi
Keadaan
Mata
Umum
Baik, Sadar
Normal
Mulut/
Lidah
Basah
Estimasi
Rasa Haus
Kulit
BB %
def.
cairan
Minum Normal,
Tidak Haus
Turgor baik
<5
50 %
Dehidrasi
Sedang
Dehidrasi
Berat
Gelisah Rewel
Cekung
Letargik,
Sangat
Kesadaran
cekung dan
Menurun
kering
Kering
Tampak
Turgor
Kehausan
lambat
Sangat
kering
minum
5 10
50100
%
Turgor
sangat
>10
>100 %
lambat
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif
diare akut. Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian
oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena
sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat
minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2
jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan
sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.6
Pada pasien ini diberikan loading cairan sebanyak 250 cc dengan larutan RL,
diharapkan dengan pemeberian cairan awal keadaan dehidrasi dapat ditangani. Obat anti diare
hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki kehilangan air
dan elektrolit serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Antibiotik yang tidak
diserap usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan sulfonamid dapat
memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi. Sebagian besar kasus diare tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self
limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera
shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus).8-9
Tatalaksana lain yang tidak kalah penitng adalah dengan memperbaiki pola diet anak,
saat ini anak diberikan makanan lunak, dan tidak mengandung banyak lemak, anak juga harus
diberikan makanan dengan gizi yang seimbang sehingga dapat mengejar kehilangan nutrisi
akibat diare yang dialami.
BAB IV
KESIMPULAN
Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign yaitu pasien datang
dengan keluhan lemas. Pasien diberi label Kuning. Tata laksana awal pada pasien ini adalah
ditempatkan di ruangan
DAFTAR PUSTAKA
1
Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat dalam
1034-36
Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa
dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 : Salemba Medika hal
73-103
Barnes GL,Uren E, stevens KB dan Bishop RS Etiologi of acute Gastroenteritis in
Hospitalized Children in Melbourne, Australia,from April 1980 to March 1993
7
8