Anda di halaman 1dari 32

BLOK MEDIKOLEGAL

MATA DIOBATI MENJADI BUTA

KELOMPOK A-10
ADLINA PUTRIANTI ( 1102011010 )
ARISYA HANIFAH N. ( 1102011045 )
ADHITYA PRATAMA ( 1102011005 )
ADITYA RACHMAT F. ( 1102011007 )
ADLAN HENDARJI R. ( 1102011009 )
ARIB FARRAS W ( 1102011043 )
ARIEF RAHMAN ( 1102011044 )
ARNI SASKYA W ( 1102011046 )
DEBBY ASTASYA A. (1102011071)

Mata Diobati Menjadi Buta


Tidak terima matanya menjadi hbuta, Haslinda bersama tim kuasa hukum dari Lembaga
Bantuan Hukum Kesehatan mendatangi ke Polda Metro Jaya untuk melaporkan dugaan
malpraktek dokter, Waldensius Girsang di Rumah Sakit Jakarta Eyes Center.
Haslinda menuturkan, pada 6 Maret lalu, Kemerahan pada mata, kabur penglihatan,
kepekaan terhadap cahaya (ketakutan dipotret), gelap, mata sakit sudah disampaikan ke
dokter Fikri Umar Purba yang kemudian didiagnosis sebagai penyakit uveitis tuberkulosa.
Namun beberapa hari kemudian setelah ditangani oleh dokter Purba, mata Haslinda
tidak kembali berfungsi normal atau menjadi buta.
Sementara itu, Dokter Purba yang ditemui di Rumah Sakit Jakarta Eyes Center
membantah telah melakukan malpraktek terhadap Haslinda.
Dalam pengaduannya ke ruang pengaduan Polda Metro Jaya, Haslinda dan warga Kayu
Mas, Pulogadung, Jakarta Timur ini tidak menyebutkan tuntutan materil dan inmateril
kepada dokter Purba dan Rumah Sakit Jakarta Eyes Center sebagai pihak yang diduga
melakukan malpraktek.
Pengacara pasien juga menuliskan dasar gugatannyaberdasarkan:
Pasal 27 (1) UUD 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kesehatan
UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Kode Etik Kedokteran
UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

MALPRAKTIK

DEFINISI
Kegagalan dokter untuk memenuhi standar
pengobatan dan perawatan terhadap pasien atau
adanya kekurangan keterampilan atau kelalaian
dalam pengobatan dan perawatan yang
menimbulkan cedera pasien. Namun,tidak semua
kegagalan medis disebabkan oleh malpraktek
kedokteran. Contohnya adalah perjalanan
penyakir seorang pasien yang semakin berat,
reaksi tubuh yang tidak dapat diramalkan,
komplikasi penyakit yang terjadi secara
bersamaan. (World Medical Association, 1992)

BATASAN-BATASAN MALPRAKTIK
Salah mendiagnosa dan/atau terlambat
mendiagnosa
Pemeriksaan yang dilakukan kurang lengkap
Pemberian terapi yang ketinggalan zaman
Kesalahan teknis ketika pembedahan
Salah meberikan dosis obat
Salah memberikan metode tes
Tidak melakukan perawatan dengan tepat
Kelalaian dalam pemantauan
Gagal dalam komunikasi
Gagal peralatan

JENIS MALPRAKTIK

ALUR PENGADUAN
MALPRAKTIK

DASAR HUKUM MALPRAKTIK


Peraturan Non Hukum
Diatur oleh Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI). KODEKI semula merupakan
peraturan non hukum karena peraturan ini
telah menjadi petunjuk perilaku atau etika
seorang dokter dalam menjalankan
profesinya. Dalam KODEKI diatur tentang
kewajiban dokter terhadap pasien yang
dicantumkan di dalam Pasal 10 sampai
dengan Pasal 14.

Peraturan Hukum
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Pasal 263 dan 267 KUHP (Membuat Surat Keterangan
Palsu)
Pasal 290 KUHP (Melakukan Pelanggaran Kesopanan)
Pasal 299 KUHP (Mengobati seorang wanita dengan
memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa
kandungannya dapat digugurkan)
Pasal 322 KUHP (Membuka Rahasia)
Pasal 304 KUHP (Pembiaran / Penelantaran)
Pasal 306 KUHP (Apabila tindakan penelantaran tersebut
mengakibatkan kematian)
Pasal 322 KUHP (Membocorkan rahasia profesi)
Pasal 333 KUHP (Dengan sengaja dan tanpa hak telah
merampas kemerdekaan seseorang)

Pasal 344 KUHP (Euthanasia)


Pasal 347 KUHP (Sengaja melakukan abortus tanpa
persetujuan wanita yang bersangkutan)
Pasal 348 KUHP (Sengaja melakukan abortus dengan
persetujuan)
Pasal 349 KUHP (Membantu atau melakukan tindakan
abortus provocatus criminalis)
Pasal 359 KUHP (Kelalaian yang menyebabkan kematian)
Pasal 360 KUHP (Kelalaian yang menyebabkan luka / cacat)
Pasal 386 KUHP (Memberi atau menjual obat palsu)
Pasal 531 KUHP (Tidak memberi pertolongan pada orang
yang berada dalam keadaan bahaya.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


Pasal-pasal didalam KUHPerdata yang terkait dengan malpraktek
medik, yaitu:
Pasal 1239 KUH Perdata (Melakukan wanprestasi atau cidera
janji)
Pasal 1365 KUH Perdata(Melakukan perbuatan melawan hukum)
Pasal 1366 KUH Perdata (Melakukan kelalaian sehingga
menimbulkan kerugian)
Pasal 1367 KUH Perdata (Bertanggung jawab atas kelalaian yang
dilakukan oleh bawahannya.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan


Pasal 54 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
(Kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan)
Pasal 80 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 (Sengaja
melakukan tindakan medis tidak sesuai dengan Standart
Operational Procedure pada ibu hamil)

Pasal 81 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 (Sengaja


melakukan transplantasi organ tubuh untuk tujuan komersil)
Pasal 81 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 (Tanpa keahlian
sengaja melakukan transplantasi, implan alat kesehatan, bedah plastik)
Pasal 81 ayat 2a Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 (Sengaja
mengambil organ tanpa memperhatikan kesehatan dan persetujuan
pendonor / ahli waris)
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 (Pengaturan praktek
kedokteran bertujuan untuk, Pertama memberikan perlindungan kepada
pasien, Kedua mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi, dan Ketiga
memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter
gigi)
Pasal 44 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 (Mensyaratkan kepada
setiap dokter dan dokter gigi dalam memberikan pelayanan haruslah
mempunyai standar pelayanan. Standar pelayanan disini adalah
pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi dalam
menyelenggarakan praktek kedokteran)
Pasal 75 dan 76 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 (Mensyaratkan
setiap dokter harus mempunyai surat registrasi yang ditandatangani
oleh konsil kedokteran.

Sedangkan surat izin praktek kedokteran ditandatangani oleh pejabat


kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat praktek kedokteran
atau dokter gigi dilaksanakan. Kedua persyaratan tersebut menjadi suatu
hal yang mutlak dimiliki oleh seorang dokter. Apabila dokter tidak
mempunyai surat registrasi dan surat izin praktek, maka selain dokter
tersebut tidak sah, masyarakat juga tidak berani di diagnosa oleh dokter
tersebut karena takut terjadi malpraktek)

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan


Pasal 32 (Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 mengakibatkan terganggunya kesehatan, cacat atau
kematian yang terjadi karena kesehatan atau kelalaian
Dalam perikatan sebagaimana diatur di dalam KUHPerdata dikenal
adanya dua macam perjanjian, yaitu:
Inspanningverbintenis: perjanjian upaya, artinya kedua belah pihak yang
berjanji berdaya upaya secara maksimal untuk mewujudkan apa yang
diperjanjikan
Resultaatbintennis: perjanjian bahwa pihak yang berjanji akan
memberikan result, yaitu sesuatu hasil yang nyata sesuai dengan apa
yang diperjanjikan.

PENCEGAHAN MALPRAKTIK
Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan
keberhasilan upayanya, karena perjanjian berbentuk
daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian
akan berhasil (resultaat verbintenis).
Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan
informed consent.
Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam
medis.
Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada
senior atau dokter.
Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan
memperhatikan segala kebutuhannya.
Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga
dan masyarakat sekitarnya.

INFORMED CONSENT

DEFINISI INFORMED CONSENT


Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran yang dilakukan
terhadap pasien tersebut.

BENTUK INFORMED CONSENT


Implied Constructive Consent
(Keadaan Biasa)
Implied Emergency Consent (Keadaan
Gawat Darurat)
Expressed Consent (Bisa
Lisan/Tertulis Bersifat Khusus)

MANFAAT INFORMED CONSENT


Melindungi pasien terhadap segala tindakan
medik yang dilakukan tanpa sepengetahuan
pasien. Misalnya tindakan medik yang tidak
perlu atau tanpa indikasi, penggunaan alat
canggih dengan biaya tinggi dsbnya.
Memberikan perlindungan hukum bagi dokter
terhadap akibat yang tidak terduga dan
bersifat negatif. Misalnya terhadap resiko
pengobatan yang tidak dapat dihindari
walaupun dokter telah bertindak seteliti
mungkin.

INFORMASI YANG HARUS


DIBERIKAN DOKTER KEPADA
PASIEN
Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteranTujuan
tindakan kedokteran yang dilakukan
Alternatif tindakan lain dan risikonya
Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
Perkiraan pembiayaan

TATA CARA INFORMED CONSENT


Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien
harus mendapat persetujuan secara tertulis atau lisan dan diberikan
setelah pasien mendapat penjelasan yang diperlukan tentang
perlunya tindakan kedokteran yang dilakukan
Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus
memperoleh persetujuan tertulis yang tertuang dalam formulir
khusus yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan
Dalam keadaan gawat darurat untuk menyelamatkan jiwa pasien
dan / atau mencegah kecacatan tidak diperlukan tindakan keokteran
Tindakan penghentian / penundaan bantuan hidup pada seorang
pasien harus mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien setelah
mendapat penjelasan dari tim dokter yang bersangkutan
Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik
kembali oleh yang memberi persetujuan secara tertulis sebelum
dimulainya tindakan

KETENTUAN & DASAR HUKUM


INFORMED CONSENT
Ketentuan persetujuan tidakan medik
berdasarkan SK Dirjen Pelayanan Medik
No.HR.00.06.3.5.1866 Tanggal 21 April 1999
DASAR HUKUM
Pasal 1320 KUHPerdata
KUHPidana pasal 351
UU No. 23/1992 tentang kesehatan pasal 53
UU No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran
pasal 45 ayat (1), (2), (3), (4), (5,) (6).
Permenkes No. 585/1989 tentang persetujuan
tindakan medis.

REKAM MEDIK

DEFINISI REKAM MEDIK


Rekam Medis adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien
(Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008)

ISI REKAM MEDIK

Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan sekurangkurangnya memuat:


Identitas pasien
Tanggal dan waktu
Hasil anamnesis mencakup sekurang-kurangnya
keluhan dan riwayat penyakit
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
Rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan / atau tindakan
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan
odontogram klinik, dan
Persetujuan tindakan bila diperlukan

Isi rekam medis untuk pasien rawat inap sekurangkurangnya memuat:


Identitas pasien
Tanggal dan waktu
Hasil anamnesis mencakup sekurang-kurangnya keluhan
dan riwayat penyakit
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan / atau tindakan
Persetujuan tindakan bila diperlukan
Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
Ringkasan pulang
Nama dan tandatangan dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan
kesehatan
Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
tertentu
Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram
klinik

Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat sekurangkurangnya memuat:


Identitas pasien
Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
Identitas pengantar pasien
Tanggal dan waktu
Hasil anamnesis mencakup sekurang-kurangnya keluhan
dan riwayat penyakit
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
Diagnosis
Pengobatan dan / atau tindakan
Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan
pelayanan unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut
Nama dan tandatangan dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan
kesehatan
Sarana transportasi yang digunakan pasien yang akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

MALPRAKTIK DALAM
PANDANGAN ISLAM

BENTUK-BENTUK MALPRAKTIK
Tidak punya keahlian (jahil).
Menyalahi prinsip-prinsip ilmiah
(mukhalafatul ushul al-'ilmiyyah).
Ketidaksengajaan (khatha').
Sengaja menimbulkan bahaya (I'tida').

BENTUK TANGGUNG JAWAB


MALPRAKTEK
Qishash.
Dhaman(tanggung jawab materiil berupa
ganti rugi ataudiyat).
Ta'zirberupa hukuman penjara, cambuk,
atau yang lain.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai