Anda di halaman 1dari 41

REFLEKSI KASUS

KONDILOMA AKUMINATA

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik


SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSD dr. Soebandi Jember

Disusun oleh:
Annisa Kinanti Asti
NIM 112011101016

Dokter Pembimbing:
dr. Rosmarini E.S.H., M.Sc.,Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
Bab I. Pendahuluan................................................................................... 1
Bab II. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 2
2.1 Definisi ........................................................................................ 2
2.2 Epidemiologi................................................................................ 2
2.3 Etiologi ........................................................................................ 3
2.4 Patofisiologi ................................................................................. 4
2.5 Gejala Klinis ................................................................................ 5
2.6 Diagnosis Banding ....................................................................... 7
2.7 Diagnosis ..................................................................................... 8
2.8 Penatalaksanaan ........................................................................... 8
2.9 Prognosis ..................................................................................... 10
Bab III. Refleksi Kasus..............................................................................................................
3.1 Identitas Pasien ............................................................................ 11
3.2 Anamnesis.................................................................................... 11
3.3 Pemeriksaan Fisik ........................................................................ 12
3.4 Resume ........................................................................................ 13
3.5 Diagnosis Banding ....................................................................... 13
3.6 Diagnosis Kerja ........................................................................... 14
3.7 Planning ....................................................................................... 14
3.8 Prognosis ..................................................................................... 14
Daftar Pustaka ............................................................................................. 15

ii

BAB I. PENDAHULUAN

Kondiloma akuminata ialah vegetasi oleh human papilloma virus tipe


tertentu, bertangkai, dan permukaannya berjonjot (Handoko, 2009). Ditandai
dengan tumor yang tampak seperti kutil, berwarna seperti daging, dapat memberi
gambaran cauliflower atau buah anggur yang berkelompok, dan terdapat pada
daerah genital.
Kondiloma akuminata merupakan tonjolan-tonjolan yang berbentuk bunga
kol (cauliflower) dengan di tengahnya jaringan ikat dan ditutup terutama di bagian
atas oleh epitel dengan hiperkeratosis. Penyakit ini dijumpai pada usia produktif
terutama pada orang dewasa. Penelitian Rochester didapatkan perbandingan
insiden pada laki-laki dan wanita adalah 1 : 1,4 dengan usia rata-rata pada wanita
adalah 22 tahun, dan 26 tahun pada laki-laki (Murtiastutik, 2008).
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di
daerah genitalia eksterna (Handoko, 2009). Kelainan kulit berupa vegetasi yang
bertangkai dan berwarna kemerahan kalau masih baru, jika telah lama agak
kehitaman. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi
keabu-abuan dan berbau tidak enak. Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun
bila berkumpul sampai berdiameter 10 cm dan bertangkai.
Salah satu cara yang paling praktis untuk menghindari penyakit menular
seksual adalah dengan melakukan hubungan seksual dengan satu orang yang telah
diketahui kesehatannya atau dengan kata lain melakukan hubungan seksual yang
lebih aman. Kondom tidak dapat melindungi dari infeksi HPV karena HPV dapat
ditularkan melalui kontak kulit ke kulit pada area tubuh yang terinfeksi HPV,
seperti kulit genitalia atau anus yang tidak tertutup kondom (Murtiastutik, 2008).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kondiloma akuminata adalah vegetasi oleh Human Papilloma Virus tipe
tertentu, bertangkai dan permukaan berjonjot (Handoko, 2009). Batasan penyakit
kondiloma akuminata adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Virus Papiloma Humanus dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan
mukosa. Sinonim dari penyakit ini adalah penyakit jengger ayam atau genital
warts (Murtiastutik dkk, 2005).

Gambar 1.1 Kondiloma akuminata (Wolff et al, 2010)

2.2 Epidemiologi
Penyakit ini termasuk Penyakit akibat Hubungan Seksual (P.H.S.)
Frekuensinya pada pria dan wanita sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi
melalui kontak kulit langsung (Handoko, 2009).

Di Indonesia, prevalensi kondiloma akuminata di masyarakat berkisar 5 19%.


Peningkatan insidens dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yang mempermudah
transmisi kondiloma akuminatum. Risiko seorang perempuan tertular dari partner
seksualnya adalah sebesar 30% (POGI, 2010).

2.3 Etiologi
Virus penyebabnya adalah Virus Papilloma Humanus (VPH), ialah virus
DNA yang tergolong dalam famili virus Papovaviridae (Murtiastutik dkk, 2005).
Sampai saat ini telah dikenal sekitar 70 tipe VPH, namun tidak seluruhnya dapat
menyebabkan kondiloma akuminatum. Tipe yang pernah ditemui pada kondiloma
akuminatum adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52, 56.
Beberapa tipe VPH tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi,
yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai
pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada
kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan
(Handoko, 2009).

Gambar 1.2 Papilloma Virus (PRN, 2001)

2.4 Patofisiologi
Sel pada lapisan basal epidermis merupakan tempat pertama infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) sehingga setelah inokulasi melalui trauma kecil, virion
HPV akan masuk sampai lapisan sel basal epitel. Agar dapat menimbulkan
infeksi, HPV harus mencapai epitel yang berdeferensiasi sedangkan sel basal
relatif undifferentiated, mereka hanya terstimulasi untuk membelah secara cepat,
sehingga disini hanya terjadi ekpresi gen HPV. Sesuai dengan pembelahan sel
basal, virion HPV akan bergerak ke lapisan epidermis yang lebih atas. Dan hanya
lapisan epidermis diatas lapisan basal yang berdeferensiasi pada tahap lanjut, yang
dapat mendukung replikasi virus. Ekspresi gen virus pada lapisan ini diperlukan
untuk menghasilkan kapsid protein dan kumpulan partikel virus. Sesudah itu
terjadi pelepasan virus bersama dengan sel epitel yang deskuamasi, kemudian
virus baru akan menginfeksi lapisan basal lain. Waktu yang dibutuhkan mulai dari
infeksi HPV sampai pelepasan virus baru adalah 3 minggu (masa inkubasi
kondiloma akuminata 3 minggu sampai 8 bulan).
Pada infeksi virus pertahanan tubuh diperankan oleh T helper dan T
sitotoksik. Antigen yang dipresentasikan sel dendritik, akan dikenali oleh T helper
melalui MHC II dan dikenali oleh T sitotoksik melalui MHC I, kemudian T helper
membantu aktivasi sitotoksik yang akan melisisikan protein virus pada sel
terinfeksi. Pada infeksi HPV, karena virus nonlitik maka antigen akan dilepaskan
dengan lambat dan sel dendritik tidak diaktifkan. Ada yang berpendapat bahwa
kemungkinan respons tidak berperan pada infeksi HPV, tetapi penelitian
menunjukkan lesi yang berhubungan dengan HPV lebih lama, mudah kambuh,
dan lebih lebar pada penderita imunodefisiensi terutama imunitas seluler. Selain
itu pada infeksi HPV yang berperan adalah respon Th1 dengan adanya IL-12,
yang menginduksi IFN membantu aktivitas T sitotoksik dan meningkatkan
aktivitas NK cell sitotidal. Ada penemuan yang tidak diduga, dengan
dihasilkannya IL-12 mungkin memiliki efek antivirus, selain itu didapatkan

infiltrasi limfosit terutama makrofag dan CD4, dengan demikian terdapat aktivitas
sistem imun pada infeksi HPV terutama respon Th1 (Murtiastutik dkk, 2008).
Penularannya melalui kontak seksual, baik genital-genital, genital-oral,
maupun oral-genital. Permukaan mukosa yang lebih tipis lebih susceptible untuk
inokulasi virus daripada kulit berkeratin yang lebih tebal sehingga mikroabrasi
pada permukaan epitel memungkinkan virion dari pasangan seksual yang
terinfeksi masuk ke dalam lapisan sel basal pasangan yang tidak terinfeksi. Selain
itu penularanya dapat melalui transmisi perinatal, dari ibu dengan kondiloma
akuminata ke neonatus sehingga mengakibatkan external genital wart atau
kondiloma akuminata dan papillomatosis laring (Murtiastutik dkk, 2008).

2.5 Gejala Klinis


Masa inkubasi seringkali sukar ditentukan secara tepat dan dapat bervariasi
antara 3 minggu-8 bulan, dengan rata-rata 3 bulan (Murtiastutik dkk, 2005).
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di daerah
genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus,
sulkus koronarius, glasn penis, muara uretra eksterna, korpus, dan pangkal penis.
Pada wanita di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada
porsio uteri. Pada wanita yang banyak mengeluarkan fluor albus atau wanita yang
hamil pertumbuhan penyakit lebih cepat.

Gambar 1.3 Kondiloma akuminata di daerah glans penis dan sulkus koronarium. Tampak
vegetasi yang bertangkai maupun tidak bertangkai (Sumber: Murtiastutik, 2009).

Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan


kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman. Permukaannya berjonjot
(papillomatosa) sehingga pada vegetasi yang besar dapat dilakukan percobaan
sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi
keabu-abuan dan berbau tidak enak (Handoko, 2009). Untuk kepentingan klinis
kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk yaitu:
a. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi
bertangkai dengan permukaan yang berjonjot-jonjot seperti jari. Beberapa
kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak
seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang
mengalami fluor albus, pada wanita hamil, dan pada keadaan imunitas
terganggu.
b. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati pada daerah dengan keratinisasi
sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan

perineum. Kelainannya berupa papul dengan permukaan yang halus dan


licin, multipel dan tersebar secara diskret.
c. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan
sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan
baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan
kolposkopi sangat menolong.

Gambar 1.4 Giant condyloma (Sumber: Murtiastutik, 2009)

Vegetasi yang besar disebut sebagai Giant Condyloma Buschke-Lowenstein


diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa dengan keganasan derajat rendah
dan lebih sering terjadi pada pria. Tampak sebagai kondiloma yang sangat besar
pada daerah anal atau genital (Murtiastutik dkk, 2005).

2.6 Diagnosis Banding


a. Veruka vulgaris: Vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna
abu-abu atau sama dengan warna kulit.
b. Kondiloma latum: Sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosif,
ditemukan banyak Spirochaeta pallidum.
c. Karsinoma sel skuamosa: vegetasi yang seperti kembang kol, mudah
berdarah, dan berbau (Handoko, 2009).

Gambar 1.5 (a) Veruka vulgaris: papul-papul datar, keras, dengan permukaan kasar,
sebagian berkonfluensi (b) Sifilis stadium 2 bentuk kondiloma lata di daerah penis, skrotum,
dan inguinalis (c) Karsinoma sel skuamosa: vegetasi papilomatosa seperti bunga kol

(Handoko, 2009).

2.7 Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan gejala klinis, Untuk lesi yang meragukan dapat
dilakukan pemeriksaan dengan membubuhkan asam asetat 5% pada lesi selama 35 menit. Lesi kondiloma akuminatum akan berubah menjadi putih, Dapat pula
dilakukan pemeriksaan histopatologis (Murtiastutik dkk, 2005).

2.8 Penatalaksanaan
a. Kemoterapi
1) Podofilin
Yang digunakan ialah tingtur podofilin 25%. Kulit disekitarnya
dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 46 jam dicuci, Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3
hari.
Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap
dan bersifat toksik. Gejala toksisitas adalah mual, muntah, nyeri
abdomen, gangguan alat napas, dan keringat yang disertai kulit dingin.
Dapat

pula

terjadi

supresi

sumsum

tulang

yang

disertai

trombositopenia dan leukopenia. Pada wanita hamil sebaiknya jangan


diberikan karena dapat terjadi kematian fetus.
Cara pengobatan dengan pedofilin ini sering dipakai. Hasilnya
baik pada lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang
lama atau yang berbentuk pipih.
2) Asam triklorasetat
Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap
minggu. Pemberiannya harus berhati-hati karena dapat menimbulkan
ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.
3) 5-fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim, dipakai terutama pada
lesi di meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang.
Sebaiknya penderita tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.
b. Tindakan Bedah
1) Bedah listrik (elektrokauterisasi)
2) Bedah beku (N2 , N2O cair)
3) Bedah skalpel
c. Laser karbondioksida
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut,
bila dibandingkan elektrokauterisasi.
d. Interferon
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (i.m. atau intralesi) dan topikal
(krim). Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU. i.m. 3 kali
seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU i..m. selama 6
minggu.
Interferon beta diberikan dengan dosis 2x106 unit i.m. selama 10 hari
berturut-turut.
e. Imunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan
dapat diberikan pengobatan bersama dengan imunostimulator (Handoko,
2009).
9

2.9 Prognosis
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor predisposisi
dicari, misalnya hygine, adanya fluor albus, atau kelembaban pada pria akibat
tidak disirkumsisi (Handoko, 2009).

10

BAB III. REFLEKSI KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama

: Ny. N

Umur

: 23 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga, sales promotion girl 1 tahun yang lalu

Suku

: Jawa

Alamat

: Sukowono, Jember

Tgl Pemeriksaan

: 4 Juni 2015

3.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama
Terdapat benjolan kecil-kecil di daerah kelamin
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada awalnya muncul benjolan kecil di bagian atas bibir
kemaluannya sebutir jarum pentul empat bulan yang lalu. Benjolan tidak gatal dan tidak
nyeri. Ketika diperiksakan ke bidan hanya diberi obat minum saja dan tidak dilihat area
kemaluannya. Sejak satu bulan yang lalu muncul benjolan seperti kutil semakin banyak
dan diperiksakan ke bidan kemudian dirujuk.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengalami keputihan yang berwarna kehijauan sejak satu tahun yang lalu.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Suami pasien pernah mengeluhkan adanya benjolan kecil dan sembuh setelah
diberi salep dari bidan.
e. Riwayat Pengobatan
Obat oral ketokonazole
f. Riwayat Hubungan Seksual

11

Pasien mengaku hanya berhubungan seksual dengan suami pertamanya yang


telah bercerai, dan dengan suami kedua sejak menikah 3 bulan yang lalu. Saat
berhubungan seksual terasa nyeri karena benjolan di kemaluannya.

3.3 Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis
-

Kesadaran Umum: Cukup

Kesadaran

Tanda Vital

: Compos Mentis

Tekanan Darah : 110/70 mmHg


Frekuensi Nadi : 90 x/menit
Frekuensi Nafas : 22 x/menit
Suhu axilla

: 36,10C

Kepala/Leher

: Anemis/Icterus/Cyanosis/Dyspneu : -/-/-/-

Thorax

: Cor/Pulmo : S1S2 tunggal, Ves +/+ Rh -/- Wh -/-

Abdomen

: Flat, timpani, bising usus normal, soepel

Ektrimitas

: Atas : Akral Hangat +/+, Oedema Ektrimitas -/Bawah : Akral Hangat +/+, Oedema Ektrimitas -/-

b. Status Dermatologis
Terdapat beberapa tumor bertangkai di labia minora 0,5- 1 cm, berwarna abu-abu, tidak
mudah berdarah, tidak gatal dan tidak nyeri.

12

Gambar 3.1 Daerah genital pasien setelah diberi larutan TCA; kondiloma tampak
berwarna putih

3.4 Resume
Pasien Perempuan, 23 tahun datang dengan keluhan benjolan kecil-kecil di daerah
kelamin. Benjolan awalnya muncul sebesar jarum pentul sejak empat bulan yang lalu dan
semakin banyak sejak satu bulan yang lalu. Benjolan tidak gatal, dan nyeri hanya saat
berhubungan seksual. Suami pasien, yaitu suami kedua yang menikah sejak 3 bulan yang lalu,
pernah mengeluhkan adanya benjolan kecil dan sembuh setelah diberi salep. Pasien pernah
mengkonsumsi obat ketokonazole oral. Sejak satu tahun yang lalu pasien mengalami keputihan
berwarna kehijauan. Pasien pernah bekerja sebagai sales promotion girl 1 tahun yang lalu,
Status generalis pasien dalam batas normal, sedangkan pada status dermatologis
didapatkan beberapa tumor bertangkai di labia minora 0,5- 1 cm, berwarna abu-abu, tidak
mudah berdarah, tidak gatal dan tdak nyeri.

3.5 Diagnosis Banding


Veruka Vulgaris
Kondiloma Lata
Karsinoma Sel Skuamosa
13

3.6 Diagnosis Kerja


Kondiloma akuminata

3.7 Planning
a. Diagnostik
Digunakan pembubuhan asam asetat 5% dengan cotton bud pada lesi yang
dicurigai. Dalam 1-5 menit lesi akan berubah warna menjadi putih
(acetowhite).
b. Terapi
-

Asam trichloroacetat 50% dioleskan setiap minggu sekali

Bedah elektrokauterisasi

c. Edukasi
-

Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada pasien mulai dari
penyebab, perjalanan penyakit, pengobatan, dan prognosisnya

Menyarankan pasien untuk datang kontrol seminggu sekali

Menjaga kontak seksual dengan suaminya maupun dengan orang lain

Menjaga kebersihan badan dan rutin olahraga serta istirahat yang cukup.

3.8 Prognosis
Ad bonam

14

DAFTAR PUSTAKA
Handoko R. Penyakit virus. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2009.h.112-4.
http://www.edutenagakesehatan.org/edunakes/images/pdf/Obsgin_4_Juni_2014/B
lok%2010/Kondiloma%20akuminatum%20ppt.pdf (Diakses tanggal 9 Juni 2015
pukul 14.14)
http://www.prn.org/index.php/provider_resources/prn_art/human_papillomavirus
_virus_hpv_3_d_model (Diakses tanggal 9 Juni 2015 pukul 10.14)
http://mizzouderm.com/virus.html (Diakses tanggal 9 Juni 2015 pukul 12.10)
Murtiastutik,D., Barakbah,J., Lumintang H., Martodihardjo, S. 2008. mBuku Ajar
Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press; h.165-79.
Murtiastutik, D., Lumintang, H., Barakbah,J. 2005. Pedoman Diagnosis Dan
Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya: RSUD Dr Soetomo
Sinal SH, Woods CR. Human papillomavirus infections of the genital and
respiratory tracts in young children. Semin Pediatr Infect Dis. Oct
2005;16(4):306-16.

15

REFLEKSI KASUS
KONDILOMA AKUMINATA
Oleh :
Annisa Kinanti Asti
112011101016

Pembimbing:
dr. Rosmarini E.S.H., M.Sc.,Sp.KK

SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSD dr. Soebandi Jember
Fakultas Kedokteran Universitas Jember
2015

Definisi
Kondiloma akuminata adalah vegetasi oleh Human Papilloma
Virus tipe tertentu, bertangkai dan permukaan berjonjot.

Epidemiologi
Termasuk Penyakit akibat Hubungan Seksual (PHS)
Pria = wanita
Terdapat pada semua ras
Di Indonesia, prevalensi berkisar 5 19%.

Etiologi
Human
Papilloma
Virus (HPV)

Terdapat 70
tipe HPV

Tipe 16 & 18
(kanker
servik)

Tipe 6 & 11
(kondiloma
akuminata)

Patofisiologi
Virion HPV

Terjadi ekspresi gen virus


untuk hasilkan kapsid
protein dan kumpulan
partikel virus

Pelepasan virus
bersama dengan sel
epitel deskuamasi

Masuk melalui trauma


kecil

Replikasi virus pada


lapisan epidermis diatas
lapisan basal yang
berdeferensiasi

Virus baru menginfeksi


lapisan basal lain

Sampai lapisan sel basal


epitel

Virion HPV akan bergerak


ke lapisan epidermis yang
lebih atas sesuai
pembelahan sel basal

Proses berjalan dalam


waktu 3 minggu,
Inkubasi 3 minggu-8
bulan

Menstimulasi sel basal


membelah lebih cepat

Terjadi ekspresi gen HPV

Permukaan mukosa yang lebih tipis lebih susceptible untuk


inokulasi virus daripada kulit berkeratin yang lebih tebal
mikroabrasi pada permukaan epitel memungkinkan virion dari
pasangan seksual yang terinfeksi masuk ke dalam lapisan sel
basal pasangan yang tidak terinfeksi.
Penularan melalui kontak seksual: genital-genital, genital-oral,
oral-genital.
Transmisi perinatal, dari ibu ke neonatus: papillomatosis laring

Gejala klinik
1.

Bentuk akuminata
Predileksi: Terutama pada lipatan dan lembab.
Terdapat vegetasi bertangkai dengan permukaan yang berjonjot-jonjot
seperti jari.
Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar
tampak seperti kembang kol (Sering dijumpai pada wanita yang
mengalami fluor albus, pada wanita hamil, dan pada keadaan imunitas
terganggu).

2.

Bentuk papul
Predileksi: Daerah keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva
bagian lateral, daerah perianal dan perineum.
Terdapat papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan
tersebar secara diskret.

3.

Bentuk datar
Terdapat makula atau tidak tampak (infeksi subklinis), dan baru terlihat
setelah dilakukan tes asam asetat.

Diagnosis banding
(a) Veruka vulgaris: Vegetasi yang tidak
bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau
sama dengan warna kulit.
(b) Kondiloma latum: Sifilis stadium II, klinis
berupa plakat yang erosif, ditemukan banyak
Spirochaeta pallidum.
(c) Karsinoma sel skuamosa: vegetasi yang
seperti kembang kol, mudah berdarah, dan
berbau.

Diagnosis
Gejala klinis
Untuk lesi yang meragukan dapat dilakukan pemeriksaan
dengan asam asetat 5% pada lesi selama 3-5 menit. Lesi
kondiloma akuminata akan berubah menjadi putih
(asetowhitening)
Pemeriksaan histopatologi

Penatalaksanaan
Kemoterapi
Podofilin tingtur podofilin 25%
Asam triklorasetat 50%
5-fluorourasil 1-5% dlm krim

Tindakan Bedah

Bedah listrik (elektrokauterisasi)


Bedah beku (N2, N2O cair)
Bedah skalpel

Laser Karbondioksida
Interferon
Imunoterapi

Prognosis
Ad Bonam
Sering mengalami residif

REFLEKSI KASUS

Identitas pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status
Pekerjaan
Suku
Alamat
Tgl Pemeriksaan

: Ny. N
: 23 tahun
: Perempuan
: Menikah
: Ibu rumah tangga
riwayat sales promotion girl 1 tahun yg lalu
: Jawa
: Sukowono, Jember
: 4 Juni 2015

Anamnesis
Keluhan Utama
Terdapat benjolan kecil-kecil di daerah kelamin
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada awalnya muncul benjolan kecil di
bagian atas bibir kemaluannya sebutir jarum pentul empat
bulan yang lalu. Benjolan tidak gatal dan tidak nyeri. Ketika
diperiksakan ke bidan hanya diberi obat minum saja dan tidak
dilihat area kemaluannya. Sejak satu bulan yang lalu muncul
benjolan seperti kutil semakin banyak dan diperiksakan ke bidan
kemudian dirujuk.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengalami keputihan yang berwarna kehijauan sejak satu
tahun yang lalu.

Anamnesis (2)
Riwayat Penyakit Keluarga
Suami pasien pernah mengeluhkan adanya benjolan kecil
dan sembuh setelah diberi salep dari bidan.
Riwayat Pengobatan
Obat oral ketokonazole
Riwayat Hubungan Seksual
Pasien mengaku hanya berhubungan seksual dengan
suami
pertamanya yang telah bercerai, dan dengan suami kedua sejak
menikah 3 bulan yang lalu. Saat berhubungan seksual terasa
nyeri karena benjolan di kemaluannya.

Pemeriksaan
Status Generalis
Dalam batas normal
Status Dermatologis
Terdapat beberapa tumor bertangkai di labia minora
0,5- 1 cm, berwarna abu-abu, tidak mudah berdarah,
tidak gatal dan tidak nyeri.

Daerah genital pasien setelah diberi larutan TCA;


kondiloma tampak berwarna putih

Resume
Perempuan, 23 tahun, riwayat sales promotion girl 1 tahun yg lalu
RPS: Keluhan benjolan kecil-kecil di daerah kelamin. Muncul empat
bulan yang lalu, semakin banyak satu bulan yang lalu. Gatal(-),
Nyeri(+) saat berhubungan seksual.
RPK: Suami (suami kedua; menikah sejak 3 bulan) pernah
mengeluhkan benjolan kecil, sembuh setelah diberi salep.
RPO: Obat ketokonazole oral
RPD: Sejak satu tahun yang lalu keputihan berwarna kehijauan.
Klinis:

Status generalis: dbn


Status dermatologis: terdapat beberapa tumor bertangkai di labia
minora 0,5- 1 cm, berwarna abu-abu, tidak mudah berdarah, tidak
gatal dan tdak nyeri.

Diagnosis banding
Kondiloma Akuminata
Karsinoma sel skuamosa
Kondiloma lata

Diagnosis
Kondiloma akuminata

Planning
Diagnostik
Digunakan pembubuhan asam asetat 5% dengan cotton bud
pada lesi yang dicurigai. Dalam 1-5 menit lesi akan berubah
warna menjadi putih (acetowhite).
Terapi
Asam trichloroacetat 50% dioleskan setiap minggu sekali
Bedah elektrokauterisasi

Planning (2)
Edukasi
Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada
pasien mulai dari penyebab, perjalanan penyakit, pengobatan,
dan prognosisnya
Menyarankan pasien untuk datang kontrol seminggu sekali
Menjaga kontak seksual dengan suaminya maupun dengan
orang lain
Menjaga kebersihan badan dan rutin olahraga serta istirahat
yang cukup.

Prognosis
Ad bonam

Thank you.

Anda mungkin juga menyukai