Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

Juli 2015

ULKUS KORNEA SENTRAL

OLEH :
YULIA OVINA
G1A213040

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR


SMF/BAGIAN MATA RSUD RADEN MATTAHER/ FKIK UNJA
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul Ulkus Kornea Sentral dengan hipopion. Penulisan laporan ini dalam
rangka memenuhi salah satu syarat dalam menjalani kepanitraan klinik senior di
bagian mata di RSUD Raden Mattaher Jambi. Saya mengucapkan terima kasih
kepada dr. Kuswaya,Sp.M yang telah membantu dan membimbing dalam
penyelesaian laporan kasus ini.
Sepenuhnya saya menyadari laporan kasus ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang

bersifat

membangun

sangat

diharapkan

untuk

memperbaiki

dan

menyempurnakan laporan kasus ini.


Terlepas dari segala kekurangan yang ada, semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Jambi, July 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi

...................................................................................

................................................................................................

ii

......................................................................................

.................................................................................

Laporan Kasus
Tinjauan Pustaka

2.1 Anatomi dan fisiologi kornea....................................................................... 6


2.2 Defenisi ulkus kornea..................................................................................

10

2.3 Etiologi ulkus kornea..................................................................................

11

2.4 Klasifikasi .................................................................................................

14

2.5ulkus kornea sentral dan perifer.................................................................

15

2.6 Patofisiologi.............................................................................................

23

2.7 Manifestasi Klinis....................................................................................

24

2.8 Diagnosis ................................................................................................

25

2.9 Penatalaksanan.........................................................................................

27

2.10 komplikasi ulkus kornea........................................................................

31

2.11Prognosis................................................................................................

31

Kesimpulan...................................................................................................

33

Daftar pustaka

BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS

29 Juni 2015
Nama : Tn.Suhaimi
Umur : 49 tahun
Alamat : Jambi
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : wiraswasta
Status : Menikah

ANAMNESA (Autoanamnesa)
Keluhan Utama :

Mata sebelah kiri terasa kabur 5 hari


yang lalu

Anamnesa Khusus

Pada

tanggal

29

Juni

2015

pasien

dikonsultasikan karena mata sebelah kiri


terasa kabur, pasien mengaku sejak 2
minggu

yang lalu mata sebelah kirinya

pernah masuk serbuk sampah sawit, karena


nyeri dan kemerahan maka pasien berobat .
5 Hari yang lalu SMRS os mengaku jika
pada mata sebelah kirinya pernah timbul
bintik putih dan mengeluarkan cairan lalu
pandangan pasien pun mulai perlahan
kabur, sebelumnya pasien sering terpapar
debu dan sering menggosok matanya
Riwayat Penyakit Yang Lalu :

dengan tangan.
Tidak ada

Anamnesa Keluarga :

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami


keluhan yang sama

Riwayat Gizi :

Baik

Keadaan Sosial Ekonomi :

Pasien menggunakan BPJS

Penyakit Sistemik :

I.

Pemeriksaan Visus dan


Refraksi
OD

OS

Visus :

Visus :

6/6

1/300
II.

Muscle Balance

Pergerakan Bola Mata

Baik

Baik

III.

Pemeriksaan Eksternal

Palpebra

Superior

: Hiperemis (-), edema (-)

Hiperemis (-), edema (-)


Palpebra
Inferior
: Hiperemis (-), edema (-)

Hiperemis (-), edema (-)


Cilia : Trikiasis (-)

Ap. Lacrimalis : Sumbatan Sumbatan (-)

Trikiasis (-)

(-)

Conj. Tars Sup : papil (-), Papil (-), folikel (-)

folikel (-)
Conj. Tars Inf : papil (-), Papil (-), folikel (-)

folikel (-)
Conj. Bulbi : injeksi siliar Injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+)

(-), injeksi konjungtiva (-)


Kornea : Jernih

Keruh, terdapat infitrat berbentuk tidak


teratur berwarna putih keabu-abuan di

Coa : sedang

daerah sentral
Hipopion

Pupil : bulat

Sulit dinilai

Diameter : 3 mm

Sulit dinilai

Refleks cahaya

Sulit dinilai

(+)
Iris : Kripta iris jelas, Sulit dinilai

warna coklat
Lensa : jernih

IV.

Sulit dinilai

Pemeriksaan Slit : tidak dilakukan


Lamp

dan

Biomicroscopy
Pemeriksaan Umum

V.
-

Berat badan :

50 Kg

Tekanan darah

120/80 mmHg

Nadi

76x/menit

Suhu

Afebris

Pernapasan

20x/menit

VI.
VII.

Diagnosa
Anjuran pemeriksaan

Ulkus kornea sentral dengan hipopion


Tes sensibilitas kornea
Tes Fluoresin
Tes fistel

VIII.

Pengobatan

RL

10

Antibiotik

Ciprofloxaxicine 2x 500 mg

Gentamicin

Cindo fenicol

Analgetik
ketorolac

Anti jamur
Intraconazole 2x 100 mg

IX.

Prognosa

Anti viral
Dubia ad Bonam

BAB II
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh
adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas
jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma.Ulkus kornea adalah

11

suatu kondisi yang berpotensi menyebabkan kebutaan yang membutuhkan


penatalaksanaan secara langsung.4
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2011 menyebutkan saat ini
terdapat 285 juta orang menderita gangguan penglihatan, 39 juta
diantaranya mengalami kebutaan. Sembilan puluh persen penderitanya
berada di negara berkembang. Ekstrapolasi perkiraan India lanjut ke seluruh
Afrika dan Asia, jumlah ulkus kornea yang terjadi setiap tahunnya di negara
berkembang dengan cepat mendekati 1,5-2 juta, dan jumlah sebenarnya
mungkin lebih besar.4,5
Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan
cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa
descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang
sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab
kebutaan nomor lima di Indonesia.

Kekeruhan kornea ini terutama

disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus


dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan
mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang
luas yang akhirnya mengarah pada kebutaan fungsional. Kebanyakan
gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis
penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.5

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Kornea

12

Kornea

Gambar 2.1
Gambar kornea dan bagian-bagian di sekitar kornea
a. Anatomi dan Fisiologi Kornea
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan
kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus,
lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skleraris. Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,52 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di
tepi, dan diameternya sekitar 12,5 mm.Dari anterior ke posterior, kornea
mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang
bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma,
membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea
disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan
refraksi sebesar + 43 dioptri.1

13

Gambar 2.2 Anatomi Kornea


Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam:
1. Lapisan epitel
-

Tebalnya 40 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang


saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
polygonal didepannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan
barrier.

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya.


Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

14

2. Membran Bowman
-

Lapisan Bowman adalah lapisan yang terkuat dan terbentuk dari lapisan
fibril kolagen yang tersusun secara random.

Ketebalan lapisan ini sekitar 8-14 mikro meter. Bila terjadi luka yang
mengenai bagian ini maka akan digantikan dengan jaringan parut karena
tidak memiliki daya regenerasi.

3. Jaringan Stroma
-

Terdiri atas lamela yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai
15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma. Jenis kolagen yang dibentuk adalah tipe I, III dan
VI.

Transparansi kornea juga ditentukan dengan menjaga kandungan air di


stroma sebesar 78%.

4. Membran Descement
-

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma


kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai


tebal 40 m.

15

5. Endotel
-

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40


m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan
zonula okluden.

Sel endotel mempunyai fungsi transport aktif air dan ion yang
menyebabkan stroma menjadi relatif dehidrasi sehingga terus menjaga
kejernihan kornea.

Gambar 2.3 Potongan Melintang Kornea


Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin

ditemukan

16

diantaranya. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi


dalam waktu 3 bulan.1
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour
aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar
dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,
avaskularitasnya dan deturgensinya.1,2
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya
yang uniform, avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi
relative jaringan kornea dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel
dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel
dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih
berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema
kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya
menyebabkan edema lokal stroma kornea sesaat yang akan menghilang bila selsel epitel itu telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea akan
mengkibatkan film air mata akan menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan
langsung adalah faktor-faktor yang yang menarik air dari stroma kornea
superfisialis untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.1,2
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut lemak
dapat melalui epitel utuh, dan substansi larut air dapat melalui stroma yang utuh.
Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut lemak dan larut air
sekaligus.1
2.2. Definisi Ulkus Kornea
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif
disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang
dapat terjadi dari epitel sampai stroma.1,2
Ulkus kornea adalah suatu kondisi yang berpotensi menyebabkan
kebutaan yang membutuhkan penatalaksanaan secara langsung.3

17

2.3. Etiologi Ulkus Kornea1,2,3,4


a.

Infeksi

Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies


Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus
berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret
yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan
infeksi P aeruginosa.

Infeksi Jamur : disebabkan

oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,

Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.

Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang
bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada
bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus
lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).

Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air
yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi
kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada
pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam
buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai
lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.

b. Noninfeksi

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.


Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik,
organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka

18

akan

terjadi

pengendapan

protein

permukaan

sehingga

bila

konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya


kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Trauma kimia asam adalah
trauma pada kornea dan konjungtiva yang disebabkan karena adanya
kontak dengan bahan kimia asam yang dapat menyebabkan kerusakan
permukaan epitel bola mata, kornea dan segmen anterior yang cukup
parah serta kerusakan visus permanen baik unilateral maupun bilateral.
Sebagian besar bahan asam hanya akan mengadakan penetrasi terbatas
pada permukaan mata, namun bila penetrasi lebih dalam dapat
membahayakan visus. Asam sulfat merupakan penyebab paling sering
dari seluruh trauma kimia asam. Asam bereaksi dengan air mata yang
melapisi kornea dan mengakibatkan temperatur meningkat (panas) dan
terbakarnya epitel kornea. Semua asam cenderung untuk mengkoagulasi
dan mengendapkan protein. Sel-sel terkoagulasi pada permukaan
berfungsi sebagai penghalang relatif pada penetrasi asam yang lebih
parah. Protein jaringan juga memiliki efek buffer pada asam, yang
berkontribusi pada sifat terlokalisir luka bakar asam.1,2
Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang
mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi
penghancuran kolagen kornea. Trauma basa biasanya lebih berat
daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu
hidrofilik dan lipolifik dimana dapat mengijinkan mereka secara cepat
untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan
sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi
protein permukaan, dimana merupakan suatu sawar perlindungan agar
asam tidak penetrasi lebih dalam. Bahan ammonium hidroksida dan
akustik soda dapat menyebabkan kerusakan yang berat karena mereka
dapat penetrasi secara cepat, dan dilaporkan bahwa bahan akustik soda
dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik.
Kornea, pada organ ini dapat terjadi edema kornea karena adanya

19

kerusakan dari epitel, glikosaminoglikan, keratosit, dan endotel, sehingga


aquos humor dari bilik mata anterior dapat masuk kedalam kornea. Selain
itu karena adanya iskemia limbus suplai nutrisi berkurang sehingga
menyebabkan tidak terjadinya reepitelisai kornea dan pada akhirnya
dapat timbul sikatrik pada kornea. 3,4
Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang
akan merusak epitel kornea.
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca
yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan
defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan
permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya
bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul
ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan
flurosein.
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan
vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan
ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
Obat-obatan
Obat-obatan

yang

menurunkan

mekanisme

imun,

misalnya;

kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan


imunosupresif.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
Pajanan (exposure)
Dapat timbul pada situasi apapun dengan kornea yang tidak cukup
dibasahi dan dilindung oleh palpebra.

20

Neurotropik
Ulkus yang terjadi akibat gangguan saraf ke V atau ganglion Gaseri. Pada
keadaan ini kornea atau mata menjadi anestetik dan reflek mengedip
hilang. Benda asing pada kornea bertahan tanpa memberikan keluhan
selain daripada itu kuman dapat berkembang biak tanpa ditahan daya
tahan tubuh. Terjadi pengelupasan epitel dan stroma kornea sehingga
menjadi ulkus kornea.
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

SLE
SLE adalah gangguan autoimun multisistem dengan komplikasi okular di
segmen anterior dan posterior, termasuk keratitis sicca, episkleritis, ulkus
kornea, uveitis, dan vasculitis retina.

Rheumathoid arthritis
RA adalah gangguan vaskulitis sistemik yang paling sering melibatkan
permukaan okular. Pasien dengan RA berat sering hadir dengan ulserasi
progresif indolen dari kornea perifer atau pericentral dengan peradangan
minimal yang pada akhirnya dapat mengakibatkan perforasi kornea.

2.4. Klasifikasi Ulkus Kornea1,2,3,4


Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2.

Ulkus kornea perifer


a.

Ulkus marginal

b.

Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

c.

Ulkus cincin (ring ulcer)

21

2.4.1. Ulkus Kornea Sentral


a. Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus Streptokokus :
Ulkus kornea sentral yang disebabkan Streptococcus Beta-Hemolyticus
tidak memiliki ciri khas.Stroma kornea di sekitarnya sering menunjukkan infiltrat
dan sembab , dan biasanya terdapat hipopion berukuran sedang.Kerokan
menampakkan kokus gram-positif dalam bentuk rantai.Ulkus bewarna kuning
keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat
menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang
dihasilkan oleh streptokok pneumonia.1,2
Ulkus Stafilokokus :
Banyak di antaranya pada kornea yang telah biasa terkena kortikosteroid
topikal.Ulkusnya sering indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit infiltrat
pada kornea sekitar.Ulkus ini sering superficial , dan dasar ulkus teraba pada saat
dilakukan kerokan.Kerokan mengandung kokus gram positif satu-satu ,
berpasangan atau dalam bentuk rantai. Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna
putik kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai
edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.1

22

Gambar 2.4 Ulkus Kornea Bakterialis


Ulkus Pseudomonas :
Ulkus kornea pseudomonas berawal sebagai infiltrat kelabu atau kuning di
tempat epitel kornea yang retak.Nyeri yang sangat biasanya menyertainya.Lesi ini
cenderung cepat menyebar ke segala arah karena pengaruh enzim proteolitik yang
dihasilkan organism ini.Meskipun pada awalnya superficial , ulkus ini dapat
mengenai seluruh kornea.Umumnya terdapat hipopion besar yang cenderung
membesar dengan berkembangnya ulkus.Infiltrat dan eksudat mungkin berwarna
hijau kebiruan.Ini akibat pigmen yang dihasilkan organism dan patognomonik
untuk infeksi P aeruginosa.Dapat terjadi pada abrasi kornea minor atau
penggunaan lensa kontak lunak terutama yang dipakai agak lama.Kerokan dari
ulkus mengandung batang gram negative halus panjang yang sering tidak banyak.

Gambar 2.5 Ulkus Kornea Pseudomonas


Ulkus Pneumokokus :
S pneumonia merupakan penyebab ulkus kornea bakteri di banyak bagian
dunia.Ulkus ini sering terdapat pada pasien dengan sumbatan duktus
nasolakrimalis.Biasanya muncul 24-48 jam setelah inokulasi pada kornea yang
lecet.Infeksi ini secara khas menimbulkan sebuah ulkus berbatas tegas warna
kelabu yang cenderung menyebar secara tak teratur dari tempat infeksi ke sentral
kornea.Batas yang maju menampakkan ulserasi aktif dan infiltrasi sementara batas
yang ditinggalkan mulai sembuh.( Efek merambat ini menimbulkan istilah ulkus

23

serpiginosa akut).Lapis superficial kornea adalah yang pertama terlibat ,


kemudian

parenkim

bagian

dalam.Kornea

sekitar

ulkus

biasanya

ada

hipopion.Kerokan dari tepian depan ulkus kornea pneumokokus mengandung


diplokokus berbentuk lancet gram positif.Dakriosistitis yang timbul bersamaan
harus diobati pula.1

Gambar 2.6 Ulkus Kornea Bakterialis dengan hipopion


b..

Ulkus Kornea Fungi


Ulkus fungi itu indolen , dengan infiltrate kelabu , sering dengan hipopion ,

peradangan nyata pada bola mata , ulserasi superficial , dan lesi-lesi satelit
umumnya infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi ).Lesi
utama dan lesi satelit merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur di
bawah lesi kornea utama , disertai reaksi kamera anterior yang hebat dan abses
kornea.Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organism oportunis seperti Candida ,
Aspergillus , dan lain-lain.Kerokan dari ulkus kornea fungi kecuali yang
disebabkan Candida mengandung unsure-unsur hypha.Kerokan dari ulkus
Candida umumnya mengandung pseudohyphae atau bentuk ragi yang
menampakkan kuncup-kuncup khas.1

24

Gambar 2.7 Ulkus Kornea Fungi


c. Ulkus Kornea Virus
Ulkus Kornea Herpes Zoster :
Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini
timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan
vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat
terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit
yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes
zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi
tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai
dengan infeksi sekunder.1
Ulkus Kornea Herpes simplex :
Ada dua bentuk yaitu primer dan rekurens.Perjalanan klinik dapat
berlangsung lama karena stroma kornea kurang vaskuler , sehingga
menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi.Infeksi okuler
HSV pada hospes imunokompeten biasanya sembuh sendiri namun pada
hospes yang secara imunologik tidak kompeten , termasuk pasien yang
diobati dengan kortikosteroid topikal , perjalanan penyakitnya mungkin
menahun dan dapat merusak.Penyakit stroma dan endotel tadinya diduga
hanyalah respons imunologik terhadap partikel virus atau perubahan seluler
akibat virus namun sekarang bukti menunjukkan infeksi virus aktif dapat
timbul di dalam stroma dan juga sel-sel endotel , selain di jaringan lain dalam

25

segmen anterior seperti iris dan endotel trabekel.Kortikosteroid topikal dapat


mengendalikan respons peradangan yang merusak namun memberi peluang
terjadinya replikasi virus.Jadi setiap kali menggunakan kortikosteroid
topikal , harus ditambahkan obat anti-viral.Kebanyakan infeksi HSV pada
kornea disebabkan HSV tipe 1 ( penyebab herpes labialis ) namun beberapa
kasus pada bayi dan dewasa dilaporkan disebabkan HSV tipe 2 ( penyebab
herpes genitalis ).Lesi kornea kedua jenis ini tidak dapat dibedakan.1
Ulkus dendritik terjadi pada epitel kornea memiliki percabangan linear
khas dengan tepian kabur , memiliki bulbus-bulbus terminalis pada
ujungnya.Pemulasan

floresein

memudahkan

melihat

dendrit.Ulserasi

geografik sebentuk penyakit menahun yang lesi dendritiknya berbentuk lebih


lebar.Tepian ulkus tidak kabur.Sensasi kornea menurun.1

Gambar 2.8 Ulkus Kornea Dendritik

Gambar 2.9 Ulkus Kornea Herpetik


d.Ulkus Kornea Acanthamoeba

26

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat di dalam air


tercemar yang mengandung bakteri.Komplikasi pada pengguna lensa kontak lunak
khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri.Infeksi ini juga pada yang
terpapar pada air yang tercemar. Gejala awal adalah rasa sakit yang tidak
sebanding dengan temuan kilniknya yaitu kemerahan dan fotofobia.Tanda klinik
khas

adalah

ulkus

kornea

indolen

cincin

stroma

dan

infiltrate

perineural.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kerokan dan biakan.Biopsi


kornea mungkin diperlukan.Sediaan histopatologik menampakkan adanya kista
atau trofozoit.1,2

Gambar 2.10 Ulkus Kornea Acanthamoeba

2.5.2. Ulkus Kornea Perifer


a.

Ulkus Marginal
Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit.Ulkus

ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun khususnya


blefarokonjungtivitis stafilokok.Namun ulkus ini bukan proses infeksi dan
kerokan tidak mengandung bakteri penyebab.Ulkus timbul akibat sensitisasi
terhadap produk bakteri di mana antibody dari pembuluh limbus bereaksi dengan
antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea.Infiltrat mulai berupa infiltrat
linear atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening dan hanya pada
akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi.Proses ini sembuh sendiri

27

umumnya setelah 7 sampai 10 hari namun yang menyertai blefarokonjungtivitis


stafilokok umumnya kambuh.1,2

Gambar 2.11 Ulkus Marginal


b. Ulkus Mooren
Penyebab ulkus Mooren belum diketahui namun diduga autoimun.Paling
sering terdapat pada usia tua namun tidak berhubungan dengan penyakit sistemik
yang sering diderita orang tua.Ulkus ini tidak responsive terhadap antibiotic atau
kortikosteroid.1,2

28

C
Gambar 2.12 Mooren's Ulcer (A : Gambaran awal ulkus Mooren, B :
Gambaran lanjut Ulkus Mooren, C: Ulkus Mooren dengan penyebaran lesi
ke tengah)

c.

Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus
yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal
atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak
kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Perjalanan
penyakitnya menahun.1,3

29

Gambar 2.13 Ulcer Ring


2.6.

Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui
cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih,
sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah.
Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.
Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu
pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil
apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat
terutama bila letaknya di daerah pupil.1,3
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan
tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak
vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang
terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru
kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus
dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi
dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN),
yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak
berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak
licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada
kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan
fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra

30

(terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh.


Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan
fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada
pembuluh iris.1,3
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan
parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif.
Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus
yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah
infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran
Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang
akan menyebabkan terjadinya sikatrik.1,3
.7.

Manifestasi Klinis9
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
2.7.1. Gejala Subjektif
a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
b. Sekret mukopurulen
c. Merasa ada benda asing di mata
d. Pandangan kabur
e. Mata berair
f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
g. Silau
h. Nyeri
i. Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus
terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan
lapisan epitel kornea.

31

2.7.2. Gejala Objektif


a. Injeksi siliar
b. Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
c. Hipopion
2.8. Diagnosis Ulkus Kornea1,2,3,4
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan
laboratorium.3,4
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat
diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat
penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus
herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat
pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan
predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes
simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti
diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.3,4
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya
injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea.
Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. 3,4
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
a. Ketajaman penglihatan
b. Tes refraksi
c. Pemeriksaan slit-lamp
d. Keratometri (pengukuran kornea)
e. Respon reflek pupil
f. Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

32

g. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau
KOH)
h. Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula
kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan
pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi
jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya
dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.

Gambar 2.15 Pewarnaan gram ulkus kornea fungi

Gambar 2.16 Pewarnaan gram ulkus kornea herpes simpleks

Gambar 2.17 Pewarnaan gram ulkus kornea herpes zoster

33

Gambar 2.18 A. Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri , B : Pewarnaan


gram ulkus kornea akantamoeba

2.9. Penatalaksanaan Ulkus Kornea1,2,3,4


Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.
Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes
mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan
mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila
mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak
terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.1,2
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
-

Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya

Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin


dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih

b.

Berikan analgetik jika nyeri

Penatalaksanaan medis
1.Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan.
Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.

34

Konjungtivitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung,
telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :

Sulfas atropine sebagai salep atau larutan,


Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
-

Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.


Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya
akomodasi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan
lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga
sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah
pembentukan sinekia posterior yang baru

Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain,
atau tetrakain tetapi jangan sering-sering.

Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang
berspektrum luas diberikan sebagai salep, tetes atau injeksi
subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan
salep mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat
menimbulkan erosi kornea kembali.

Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya
preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang
dihadapi bisa dibagi :

35

1.

Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya


: topikal amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml,
Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole

2.

Jamur berfilamen : topikal amphotericin B,


thiomerosal, Natamicin, Imidazol

3.

Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol

4.

Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan


sulfa, berbagai jenis antibiotik.

Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid
lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum luas
untuk infeksi sekunder analgetik bila terdapat indikasi.

Perban tidak seharusnya dilakukan pada

lesi infeksi supuratif karena dapat

menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik
terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan
pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :
1. Kauterisasi
a. Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni
trikloralasetat
b. Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau
termophore.

Dengan

instrumen

ini

dengan

ujung

alatnya

yang

mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna


keputih-putihan.
2. Pengerokan epitel yang sakit
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak
menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama
dengan yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka

36

cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan


konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan
tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat
penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan
kembali.3,4
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan
sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan
melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan
terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan :
-

Iridektomi dari iris yang prolaps

Iris reposisi

Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva

Beri sulfas atropin, antibiotik dan balut yang kuat


Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita

obati seperti ulkus biasa tetapi prolaps irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya
sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.

Gambar 2.19 Ulkus kornea perforasi (jaringan iris keluar dan menonjol,
infiltrat pada kornea ditepi perforasi)
3.

Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas
tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu
penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam
penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

37

a. Kemunduran visus yang cukup mengganggu aktivitas penderita


b. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
c. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Gambar 2.20 Keratoplasti


2.10. Komplikasi Ulkus Kornea5,11
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
a. Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
b. Kornea

perforasi

dapat

berlanjut

menjadi

endoftalmitis

dan

panopthalmitis
c. Prolaps iris
d. Sikatrik kornea
e. Katarak
f.Glaukoma sekunder
2.11. Prognosis Ulkus Kornea3,4
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan
ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan
waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular.
Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan
serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan

38

obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada
penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.3,4
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan
dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan
dua metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis
sel dan pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial
yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi
pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas
dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik. 3,4

PEMBAHASAN
Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan, pasien mengalami ulkus kornea.
Dari pemeriksaan eksternal di kornea didapatkan infiltrat berbentuk tidak teratur
berwarna putih keabu-abuan disertai dengan adanya fenomena satelit. Dari
gambaran ulkusnya terdiagnosa pasien mengalami ulkus kornea.
Pasien datang pada hari kamis tanggal 29 juli 2015 dan pasien dianjurkan
untuk di rawat inap di RSUD Raden Mattaher. Pasien mendapatkan pengobatan
immatrol, sufas atropine, kloramfenikol. Sebaiknya disarankan pada pasien ulkus
kornea untuk melakukan pemeriksaan kultur guna mengetahui penyebab pasti
ulkus.
Pada tanggal 2 Juli 2015 setelah mendapatkan pengobatan visus membaik
menjadi 1/60 yakni pasien dapat menghitung jari dengan jarak 1 meter. Pasien
terus mendapatkan pengobatan lanjutan berupa salap klorampenikol dan pada

39

tanggal 5 juli 2015 visus pasien semakin membaik yakni 6/60 dan diizinkan
pulang.

BAB IV
KESIMPULAN
Ulkus Kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai
defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari
epitel sampai stroma. Ulkus kornea adalah suatu kondisi yang berpotensi
menyebabkan kebutaan yang membutuhkan penatalaksanaan secara langsung.4,6
Ulkus Kornea bisa disebabkan oleh infeksi (bakteri, jamur ,virus dan
Acanthamoeba), noninfeksi ; seperti bahan kimia bersifat asam atau basa
tergantung PH, radiasi atau suhu, Sindrom Sjorgen, defisiensi vitamin, obatobatan, pajanan (exposure), neurotropik dan juga bisa disebabkan oleh pengaruh
sistem imun (Reaksi Hipersensitivitas). 4,6

40

Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes


mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan
mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam
perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan
perlunya obat sistemik. 4,6
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul. 4,6

DAFTAR PUSTAKA
1. Biswell R. Ulserasi Kornea. Dalam: Riordan-Eva P, Whitcher JP, editors.
Vaughan & Asbury Oftamologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC, 2007; 126138.
2. Ilyas S. Tukak (Ulkus) Kornea. Dalam Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2010. 159-167
3. Wijana. N.Ulkus Kornea. Dalam: Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989.
Jakarta
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2,
Penerbit Sagung Seto, Jakarta,2002
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012, Jakarta. Diunduh dari web
site:
http://depkes.go.id/index.php/component/content/article/43-

41

newsslider/2084-kemenkes-canangkan-hari-pemberantasan-gangguanpenglihatan-dan-kebutaan-di-indonesia.html. pada tanggal 29 januari 2014.


6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012, Jakarta. Diunduh dari web
site:
http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/845-gangguanpenglihatan-masih-menjadi-masalah-kesehatan.html. pada tanggal 29 Januari
2014
7. Suhardjo, Widodo F, dan Dewi MU. Artikel Tingkat Keparahan Ulkus Kornea
di RS Dr. Sardjito Sebagai Tempat Pelayanan Mata. Diunduh dari website :
http://www.tempo.co.id/medika/online/tmp.online.old/art-1.htm

42

Anda mungkin juga menyukai