Ulkus Kornea
Ulkus Kornea
Juli 2015
OLEH :
YULIA OVINA
G1A213040
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul Ulkus Kornea Sentral dengan hipopion. Penulisan laporan ini dalam
rangka memenuhi salah satu syarat dalam menjalani kepanitraan klinik senior di
bagian mata di RSUD Raden Mattaher Jambi. Saya mengucapkan terima kasih
kepada dr. Kuswaya,Sp.M yang telah membantu dan membimbing dalam
penyelesaian laporan kasus ini.
Sepenuhnya saya menyadari laporan kasus ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang
bersifat
membangun
sangat
diharapkan
untuk
memperbaiki
dan
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
...................................................................................
................................................................................................
ii
......................................................................................
.................................................................................
Laporan Kasus
Tinjauan Pustaka
10
11
14
15
2.6 Patofisiologi.............................................................................................
23
24
25
2.9 Penatalaksanan.........................................................................................
27
31
2.11Prognosis................................................................................................
31
Kesimpulan...................................................................................................
33
Daftar pustaka
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
29 Juni 2015
Nama : Tn.Suhaimi
Umur : 49 tahun
Alamat : Jambi
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : wiraswasta
Status : Menikah
ANAMNESA (Autoanamnesa)
Keluhan Utama :
Anamnesa Khusus
Pada
tanggal
29
Juni
2015
pasien
dengan tangan.
Tidak ada
Anamnesa Keluarga :
Riwayat Gizi :
Baik
Penyakit Sistemik :
I.
OS
Visus :
Visus :
6/6
1/300
II.
Muscle Balance
Baik
Baik
III.
Pemeriksaan Eksternal
Palpebra
Superior
Trikiasis (-)
(-)
folikel (-)
Conj. Tars Inf : papil (-), Papil (-), folikel (-)
folikel (-)
Conj. Bulbi : injeksi siliar Injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+)
Coa : sedang
daerah sentral
Hipopion
Pupil : bulat
Sulit dinilai
Diameter : 3 mm
Sulit dinilai
Refleks cahaya
Sulit dinilai
(+)
Iris : Kripta iris jelas, Sulit dinilai
warna coklat
Lensa : jernih
IV.
Sulit dinilai
dan
Biomicroscopy
Pemeriksaan Umum
V.
-
Berat badan :
50 Kg
Tekanan darah
120/80 mmHg
Nadi
76x/menit
Suhu
Afebris
Pernapasan
20x/menit
VI.
VII.
Diagnosa
Anjuran pemeriksaan
VIII.
Pengobatan
RL
10
Antibiotik
Ciprofloxaxicine 2x 500 mg
Gentamicin
Cindo fenicol
Analgetik
ketorolac
Anti jamur
Intraconazole 2x 100 mg
IX.
Prognosa
Anti viral
Dubia ad Bonam
BAB II
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh
adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas
jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma.Ulkus kornea adalah
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Kornea
12
Kornea
Gambar 2.1
Gambar kornea dan bagian-bagian di sekitar kornea
a. Anatomi dan Fisiologi Kornea
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan
kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus,
lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skleraris. Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,52 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di
tepi, dan diameternya sekitar 12,5 mm.Dari anterior ke posterior, kornea
mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang
bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma,
membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea
disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan
refraksi sebesar + 43 dioptri.1
13
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
polygonal didepannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan
barrier.
14
2. Membran Bowman
-
Lapisan Bowman adalah lapisan yang terkuat dan terbentuk dari lapisan
fibril kolagen yang tersusun secara random.
Ketebalan lapisan ini sekitar 8-14 mikro meter. Bila terjadi luka yang
mengenai bagian ini maka akan digantikan dengan jaringan parut karena
tidak memiliki daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
-
Terdiri atas lamela yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai
15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma. Jenis kolagen yang dibentuk adalah tipe I, III dan
VI.
4. Membran Descement
-
15
5. Endotel
-
Sel endotel mempunyai fungsi transport aktif air dan ion yang
menyebabkan stroma menjadi relatif dehidrasi sehingga terus menjaga
kejernihan kornea.
ditemukan
16
17
Infeksi
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang
bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada
bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus
lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air
yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi
kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada
pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam
buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai
lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.
b. Noninfeksi
18
akan
terjadi
pengendapan
protein
permukaan
sehingga
bila
19
yang
menurunkan
mekanisme
imun,
misalnya;
20
Neurotropik
Ulkus yang terjadi akibat gangguan saraf ke V atau ganglion Gaseri. Pada
keadaan ini kornea atau mata menjadi anestetik dan reflek mengedip
hilang. Benda asing pada kornea bertahan tanpa memberikan keluhan
selain daripada itu kuman dapat berkembang biak tanpa ditahan daya
tahan tubuh. Terjadi pengelupasan epitel dan stroma kornea sehingga
menjadi ulkus kornea.
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
SLE
SLE adalah gangguan autoimun multisistem dengan komplikasi okular di
segmen anterior dan posterior, termasuk keratitis sicca, episkleritis, ulkus
kornea, uveitis, dan vasculitis retina.
Rheumathoid arthritis
RA adalah gangguan vaskulitis sistemik yang paling sering melibatkan
permukaan okular. Pasien dengan RA berat sering hadir dengan ulserasi
progresif indolen dari kornea perifer atau pericentral dengan peradangan
minimal yang pada akhirnya dapat mengakibatkan perforasi kornea.
Ulkus marginal
b.
c.
21
22
23
parenkim
bagian
dalam.Kornea
sekitar
ulkus
biasanya
ada
peradangan nyata pada bola mata , ulserasi superficial , dan lesi-lesi satelit
umumnya infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi ).Lesi
utama dan lesi satelit merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur di
bawah lesi kornea utama , disertai reaksi kamera anterior yang hebat dan abses
kornea.Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organism oportunis seperti Candida ,
Aspergillus , dan lain-lain.Kerokan dari ulkus kornea fungi kecuali yang
disebabkan Candida mengandung unsure-unsur hypha.Kerokan dari ulkus
Candida umumnya mengandung pseudohyphae atau bentuk ragi yang
menampakkan kuncup-kuncup khas.1
24
25
floresein
memudahkan
melihat
dendrit.Ulserasi
26
adalah
ulkus
kornea
indolen
cincin
stroma
dan
infiltrate
Ulkus Marginal
Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit.Ulkus
27
28
C
Gambar 2.12 Mooren's Ulcer (A : Gambaran awal ulkus Mooren, B :
Gambaran lanjut Ulkus Mooren, C: Ulkus Mooren dengan penyebaran lesi
ke tengah)
c.
Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus
yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal
atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak
kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Perjalanan
penyakitnya menahun.1,3
29
Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui
cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih,
sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah.
Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.
Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu
pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil
apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat
terutama bila letaknya di daerah pupil.1,3
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan
tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak
vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang
terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru
kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus
dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi
dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN),
yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak
berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak
licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada
kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan
fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra
30
Manifestasi Klinis9
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
2.7.1. Gejala Subjektif
a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
b. Sekret mukopurulen
c. Merasa ada benda asing di mata
d. Pandangan kabur
e. Mata berair
f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
g. Silau
h. Nyeri
i. Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus
terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan
lapisan epitel kornea.
31
32
g. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau
KOH)
h. Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula
kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan
pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi
jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya
dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.
33
b.
Penatalaksanaan medis
1.Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan.
Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
34
Konjungtivitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung,
telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :
Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain,
atau tetrakain tetapi jangan sering-sering.
Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang
berspektrum luas diberikan sebagai salep, tetes atau injeksi
subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan
salep mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat
menimbulkan erosi kornea kembali.
Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya
preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang
dihadapi bisa dibagi :
35
1.
2.
3.
4.
Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid
lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum luas
untuk infeksi sekunder analgetik bila terdapat indikasi.
menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik
terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan
pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :
1. Kauterisasi
a. Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni
trikloralasetat
b. Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau
termophore.
Dengan
instrumen
ini
dengan
ujung
alatnya
yang
36
Iris reposisi
obati seperti ulkus biasa tetapi prolaps irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya
sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.
Gambar 2.19 Ulkus kornea perforasi (jaringan iris keluar dan menonjol,
infiltrat pada kornea ditepi perforasi)
3.
Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas
tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu
penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam
penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :
37
perforasi
dapat
berlanjut
menjadi
endoftalmitis
dan
panopthalmitis
c. Prolaps iris
d. Sikatrik kornea
e. Katarak
f.Glaukoma sekunder
2.11. Prognosis Ulkus Kornea3,4
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan
ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan
waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular.
Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan
serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan
38
obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada
penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.3,4
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan
dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan
dua metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis
sel dan pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial
yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi
pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas
dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik. 3,4
PEMBAHASAN
Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan, pasien mengalami ulkus kornea.
Dari pemeriksaan eksternal di kornea didapatkan infiltrat berbentuk tidak teratur
berwarna putih keabu-abuan disertai dengan adanya fenomena satelit. Dari
gambaran ulkusnya terdiagnosa pasien mengalami ulkus kornea.
Pasien datang pada hari kamis tanggal 29 juli 2015 dan pasien dianjurkan
untuk di rawat inap di RSUD Raden Mattaher. Pasien mendapatkan pengobatan
immatrol, sufas atropine, kloramfenikol. Sebaiknya disarankan pada pasien ulkus
kornea untuk melakukan pemeriksaan kultur guna mengetahui penyebab pasti
ulkus.
Pada tanggal 2 Juli 2015 setelah mendapatkan pengobatan visus membaik
menjadi 1/60 yakni pasien dapat menghitung jari dengan jarak 1 meter. Pasien
terus mendapatkan pengobatan lanjutan berupa salap klorampenikol dan pada
39
tanggal 5 juli 2015 visus pasien semakin membaik yakni 6/60 dan diizinkan
pulang.
BAB IV
KESIMPULAN
Ulkus Kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai
defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari
epitel sampai stroma. Ulkus kornea adalah suatu kondisi yang berpotensi
menyebabkan kebutaan yang membutuhkan penatalaksanaan secara langsung.4,6
Ulkus Kornea bisa disebabkan oleh infeksi (bakteri, jamur ,virus dan
Acanthamoeba), noninfeksi ; seperti bahan kimia bersifat asam atau basa
tergantung PH, radiasi atau suhu, Sindrom Sjorgen, defisiensi vitamin, obatobatan, pajanan (exposure), neurotropik dan juga bisa disebabkan oleh pengaruh
sistem imun (Reaksi Hipersensitivitas). 4,6
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Biswell R. Ulserasi Kornea. Dalam: Riordan-Eva P, Whitcher JP, editors.
Vaughan & Asbury Oftamologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC, 2007; 126138.
2. Ilyas S. Tukak (Ulkus) Kornea. Dalam Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2010. 159-167
3. Wijana. N.Ulkus Kornea. Dalam: Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989.
Jakarta
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2,
Penerbit Sagung Seto, Jakarta,2002
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012, Jakarta. Diunduh dari web
site:
http://depkes.go.id/index.php/component/content/article/43-
41
42