Anda di halaman 1dari 19

I.

IDENTITAS
No. Rekam Medik

: 15.33.63

Nama

: Ny. S

Usia

: 77 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Status perkawinan

: Janda

Alamat

: Jl. Pertanian 4 Atsiri Permai Citayem Bogor

Tanggal lahir

: 31 Desember 1932

Pekerjaan

: Pensiunan PNS

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pendidikan

: SGB/ SLTA

Nama pengasuh/ perawat

: Anisa, SH (anak pertama)

Nama kerabat terdekat

: dr. Gondo (adik pasien)

Alamat kerabat

: Pace Nganjuk

Jumlah anak

: 4 orang

Jumlah cucu

: 2 orang

Tanggal masuk

: 24 Juni 2009

Ruang rawat

: Ruang Gayatri

II. RIWAYAT MEDIS


Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 Juni 2009.
Keluhan Utama
Kaki kanan terasa sakit sejak 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS).
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada kaki kanan sejak 4 hari SMRS. Sebenarnya
sakit ini telah dirasakan sejak 8 bulan yang lalu sejak pasien mengalami jatuh keenam
kalinya yang menyebabkan patah tulang panggul kanan. Sakit ini dirasakan hilang timbul
dan rasa sakitnya tetap sama. Namun, bertambah berat dalam 4 hari SMRS. Sakit dirasakan
mulai dari pinggul sampai kaki. Rasa sakit ini mengganggu tidur pasien sehingga untuk
mengurangi rasa sakitnya pasien menggunakan Salonpas cream dan minum 3 macam

11

obat dari dokter, namun pasien lupa nama obatnya. Selain itu, pasien juga merasa sakit pada
tulang ekornya jika duduk terlalu lama. Pasien juga merasa kaki kanannya kaku setiap saat
sehingga pasien berusaha menggerakkan kakinya agar tidak terlalu kaku.
Dalam satu bulan, yaitu November 2008 saat tinggal di Madiun, pasien mengalami
jatuh sebanyak enam kali. Jatuh pertama kali terjadi karena terpeleset di kamar mandi pada
siang hari. Saat itu pasien merasa seperti melayang. Pasien menyangkal lantai kamar
mandinya licin. Setelah itu, pasien mengeluh pusing dan langsung dipijat. Keesokan
harinya pasien sudah dapat beraktivitas mandiri seperti biasa.
Satu minggu kemudian pasien terjatuh kembali saat membawa piring dari dapur ke
ruang makan. Pasien juga merasa seperti melayang. Kemudian pasien dipijat kembali dan
dapat beraktivitas mandiri keesokan harinya.
Dua minggu kemudian pasien jatuh di kelurahan sewaktu menaiki tangga. Saat itu,
pasien merasa seperti melayang. Tidak ada bagian tubuh yang terluka, tetapi pasien tidak
dapat berjalan selama 1 hari. Kemudian pasien dipijat dan dapat beraktivitas kembali.
Tiga hari kemudian pasien jatuh di dalam rumah saat pasien sedang berjalan. Pasien
merasa kunang-kunang sehingga pasien memegang pintu, namun pasien tetap terjatuh.
Terdapat lecet di lutut kemudian dipijat kembali dan sembuh.
Beberapa hari kemudian pasien terpeleset di dalam rumah. Pasien merasa kunangkunang. Tidak ada luka kemudian pasien dipijat. Setelah itu, pergi ke dokter ternyata kadar
gula darahnya mencapai 400. Pasien memang rutin kontrol di Rumah Sakit untuk
memeriksakan kadar gula darahnya. Kadar gula darahnya selalu naik turun setiap bulan,
terkadang 400/300/200 mg/dl.
Jatuh yang keenam kali di halaman rumah ketika pasien ingin mengambil jemuran di
pagar besi. Pasien jatuh ke pinggir dalam posisi terduduk dengan kaki kanan tertindih
badannya dan kepala miring ke kanan. Saat itu, pasien merasa kunang-kunang dan
perasaannya sedang kesal. Pasien mengaku mudah tersinggung. Pasien merasa tidak ada
luka kemudian pasien memanggil dukun untuk dipijat. Setelah itu, pasien masih merasa
sakit pada kaki kanannya dan tidak dapat berjalan.
Keesokan harinya pasien dibawa oleh adiknya ke Rumah Sakit Nganjuk untuk
dilakukan foto. Ternyata hasilnya didapatkan adanya patah tulang sebelah kanan. Pasien
juga dianjurkan untuk dilakukan operasi, namun pasien merasa belum siap. Setelah kejadin
tersebut, pasien tidak dapat beraktivitas seperti biasa. Pasien hanya berbaring di tempat
tidur dan shalat sambil duduk. Pasien merasa bosan, sering menangis, dan hanya meratapi
keadaannya saat ini. Tetapi pasien selalu optimis dan selalu berdoa akan kesembuhannya.
22

Pasien memutuskan untuk membeli kursi roda untuk belajar berjalan. Pasien menggunakan
kursi roda selama 3 bulan. Setelah itu, pasien menggantinya dengan walker agar lebih stabil
saat berjalan.
Setelah kejadian tersebut, pasien masih dapat ke kamar mandi sendiri, walaupun
terkadang masih membutuhkan bantuan orang lain. Saat mandi menggunakan kursi kecil.
Untuk buang air kecil dan buang air besar pasien menggunakan pispot karena klosetnya
kloset jongkok membuat pasien kesulitan untuk jongkok.
Pada Januari 2009 pasien dibawa ke Citayem, Bogor oleh anaknya untuk tinggal
bersama anaknya.
Pada Mei 2009 pasien berencana melakukan operasi di RS Fatmawati. Pasien dirawat
di RS tersebut selama 9 hari. Selama dirawat, dilakukan pemeriksaan lengkap dan
didapatkan kadar gula darahnya mencapai 600 mg/dl. Untuk menurunkan kadar gula
darahnya pasien diberikan obat suntik insulin sebanyak 3 kali sehari. Selama perawatan,
seluruh pemeriksaan yang dibutuhkan dalam persiapan operasi telah dilakukan kemudian
operasi pun lah siap dilakukan. Namun, pasien menolak operasi karena pasien merasa takut
operasinya akan gagal mengingat usianya yang sudah tua dan asar gula darahnya yang
tinggi. Selain itu, pasien juga mendengar cerita orang lain bahwa orang yang mengalami
kondisi yang sama dengan pasien, akan mengalami kematian setelah dioperasi. Selain itu,
pasien juga beranggapan bahwa tulang yang patah tersebut dapat tersambung kembali
sendiri. Pemberian insulin dilanjutkan 1 minggu setelah perawatan. Setelah itu, pasien tidak
menggunakan insulin lagi.
Pada tahun 1990 pasien merasakan adanya benjolan di perut sebesar telur. Benjolan
tersebut dapat digerakkan sehingga pasien merasa kesakitan. Setelah berobat ke dokter
ditemukan adanya masalah di pankreas kemudian diputuskan untuk dilakukan operasi.
Sebelumnya, pasien belum pernah kelebihan berat badan.
Pada tahun yang sama pasien hendak memasang gigi palsu. Sebelumnya dilakukan
pemeriksaan laboratorium, ditemukan kadar gula darahnya mencapai 350 mg/dl. Pasien
dinyatakan mengalami diabetes melitus sehingga diberikan obat glibenklamid yang
diminum 3 kali sehari selama 2 tahun. Pasien rutin kontrol ke Puskesmas, tapi gula
darahnya selalu naik turun, tidak terkontrol. Setelah itu pasien memutuskan untuk pindah
untuk rawat jalan di RS. Madiun. Dokter memutuskan untuk mengganti glibenklamid
dengan terapi injeksi insulin (humulin) yang dinjekskan 1x/hari sampai sebelum pasien
dirawat di RS. Fatmawati. Kadar gula darah naik turun, kadang 300 mg/dl sampai di bawah
200 mg/dl. Sejak diketahui memiliki DM, pasien telah mendapat penyuluhan tentang
33

penyakit ini dari dokter yang merawatnya, pasien juga mengerti tentang penyakitnya, patuh
terhadap pengobatan, rajin mengikuti senam diabetes 3 kali perminggu, namun pasien tidak
menjaga pola makannya.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah menjalani operasi stroma pada usia muda (tidak tahu pasti usianya).
Menurut dokter yang merawatnya, pasien kekurangan yodium.

Pasien pernah menjalani operasi katarak OD pada usia 18 tahun. Saat itu, pasien merasa
penglihatan mata kanannya gelap.

Pasien pernah menjalani operasi pancreas pada usia 58 tahun. Pasien mengeluh teraba
benjolan sebesar telur di perutnya yang dapat digerakkan dan terasa sakit.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien tidak mengetahui adanya riwayat peyakit dalam keluarga.
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok (-), meminum alkohol (-), penggunaan IVDU (-), dan seks bebas (-).
Minum jamu jawa & kopi kadang-kadang. Senam diabetes 1 minggu 3x.
Riwayat Penggunaan Obat
Resep dokter : Insulin suntik 3x1 hari, 3 macam pil penghilang rasa nyeri, salonpas cream.
Tanpa resep : neoreumacyl (Ibuprofen 200 mg dan Parasetamol 350 mg) hanya 4 tablet
yang diminum 2x1 tablet.
Riwayat Pekerjaan, Sosial dan Kemasyarakatan
Pasien adalah seorang pensiunan guru SMP. Pasien mengajar dari tahun 1954 sampai
1992. Pasien adalah seorang yang mandiri tinggal bersama suami dan anak-anaknya. Pada
tahun 1995 suami pasien, yang merupakan seorang pensiunan guru SMU, meninggal saat
pasien dirawat di Rumah Sakit. Anak ketiganya juga telah meninggal pada usia 30 tahun.
Setelah suami dan anaknya meninggal, pasien sering melamun dan menangis. Pasien sering
berandai-andai, jika suaminya masih ada, pasien merasa lebih bahagia karena dapat

44

ditemani suaminya saat pasien sedang sakit. Pasien mempunyai sifat mudah tersinggung
sejak sebelum sakit.
Sebelum jatuh pasien masih sering mengikuti pengajian 1 bulan sekali, arisan
karyawati, dan kumpulan pensiunan. Pasien sering bersilaturahmi dengan keluarga dan
kawan seusianya. Setelah jatuh, pasien

lebih banyak tinggal di rumah, tidak bisa

berekreasi, serta jarang berkumpul dengan keluarga dan kerabatnya. Pasien sudah tidak
dapat beraktivitas seperti dulu, untuk fungsi sehari-harinya lebih banyak tergantung kepada
alat dan bantuan orang lain. Saat ini pasien tinggal bersama anak terakhirnya. Pasien
mempunyai semangat hidup dan optimis bahwa dirinya dapat sembuh.
Riwayat Keluarga
Pasien memiliki 4 orang anak dan 2 orang cucu.

Analisis
Keuangan
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien mengandalkan uang pensiunan sebesar Rp.
2.700.000,-. Selain itu, pasien biaya tambahan dari anaknya, tetapi tidak menyebutkan
jumlah uangnya. Pasien mengaku uang ini cukup memenuhi kebutuhannya.
Asupan Gizi
Asupan karbohidrat pasien terutama didapatkan dari nasi sebanyak 3 piring per hari dan roti
sebanyak 1-2 potong 1 kali per hari. Protein biasa didapatkan dari ayam atau tempe,
sebanyak 1 potong per kali makan. Sayur dikonsumsi kira-kira sebanyak 1 mangkok 3 kali
sehari. Susu diminum 1 gelas 2 kali per hari. Buah yang
biasa dijus adalah bengkoang, kates, dan belimbing sebanyak 2 kali perminggu.
Anamnesis Sistem

55

- Menurut pasien, keadaan kesehatannya saat ini secara umum sudah lumayan baik.
- Penglihatan: penglihatan kedua mata pasien sudah buram sehingga pasien perlu memakai
kacamata. Pasien merasa kacamata yang dipakainya saat ini sudah tidak sesuai
ukurannya.
- Pendengaran: pasien mengeluh pendengarannya mengalami penurunan.
- Kardiovaskular: tidak ada keluhan.
- Paru-paru: tidak ada keluhan.
- Pencernaan: sering tersedak jika makan makanan yang keras. Setiap jam setelah
makan, pasien selalu buang air besar.
- Saluran kemih: jika BAK pasien merasa panas, pasien biasa mengompres kemaluaannya
dengan air kulkas dan dirasakan membaik. Pasien agak sulit menahan kencing. BAK
berwarna kuning.
- Hematologi: tidak mudah timbul lebam di kulit, bila luka perdarahan cepat berhenti dan
tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening.
- Endokrin: pasien sering merasa kehausan, berat badan turun, pernah operasi gondok,
sering lupa, sulit konsentrasi, lambat berpikir.
- Saraf: pasien kesulitan mengingat sesuatu/ berpikir dan terdapat rasa kesemutan di kaki
kanan.
- Tulang dan otot: pasien mengeluh sakit pada kaki kanannya, ada kekakuan sendi, namun
tidak bengkak.
- Psikiatri: pasien merasa sedih jika ingat suami dan anaknya yang telah meninggal. mudah
tersinggung. Mempunyai keinginan kuat untuk sembuh.

Indeks ADL Barthel


No.
1.
2.
3.
4.

Jenis Kegiatan
Mengendalikan rangsang pembuangan tinja
Mengendalikan rangsang berkemih
Membersihkan diri
Menggunakan jamban

I
2
2
1
2

II
0
0
1
0

III
0
0
1
0
66

5.
6.
7.
8.
9.
10.
I

Makan
Berubah sikap dari berbaring ke duduk
Berpindah / berjalan
Memakai baju
Naik turun tangga
Mandi
TOTAL

2
3
3
2
2
1
20

2
2
1
2
0
0
8

2
2
1
2
0
0
8

: Sebelum sakit

II : Sewaktu masuk ke RSMM (24 Juni 2009)


III : Satu bulan setelah perawatan (25 Juni 2009)
Instrumental ADL Lawton
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Jenis Kegiatan

Skor

Menggunakan telephone
Pergi ke suatu tempat
Berbelanja
Menyiapkan makanan
Melakukan pekerjaan rumah tangga
Melakukan pekerjaan tangan
Mencuci pakaian
Mengatur obat-obatan
Mengatur keuangan
TOTAL

1
0
0
0
0
0
0
1
0
2

Uji Mental Singkat


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pertanyaan
Umur .......... tahun
Waktu / jam sekarang .......... ..........
Alamat tempat tinggal ..........
Tahun ini ..........
Saat ini berada di mana ..........
Mengenali orang lain di RS

Jawaban
Benar
Benar
Benar
Benar
Benar
Benar

Skor
1
1
1
1
1
1
77

7. Tahun kemerdekaan RI ..........


8. Nama Presiden RI ..........
9. Tahun kelahiran pasien
10. Menghitung terbalik (20 s/d 1) ..........
Skor AMT
0-3: Gangguan ingatan berat
4-7: Gangguan ingatan sedang
8-10: Normal
11.
Perasaan hati (afeksi)

Benar
Benar
Benar
Benar

1
1
1
1

Total: 10
Baik

Total skor: 10 (normal) dengan afeksi baik.


Mini Mental-Status Examination (MMSE)
No.
Pertanyaan
Nilai
Orientasi
1. Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari)
5
2. Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (RS), (lantai)
5
Registrasi
3. Sebutkan 3 objek: tiap satu detik, pasien disuruh mengulangi nama
3
ketiga objek tadi. Nilai 1 untuk tiap nama objek yang disebutkan
benar. Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan benar: buku,
pensil, kertas
Atensi dan Kalkulasi
4. Pengurangan 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang
5
benar. Hentikan setelah 5 jawaban, atau eja secara terbalik kata B
A G U S (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan).
Mengenal Kembali
5. Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek di atas tadi
3
Bahasa
6. Pasien disuruh menyebut: pensil, buku
2
7. Pasien disuruh mengulangi kata: Jika tidak, dan atau tapi
1
8. Pasien disuruh melakukan perintah: Ambil kertas itu dengan
3
tangan anda, lipatlah menjadi 2, dan letakkan di lantai
9. Pasien disuruh membaca, kemudian melakukan perintah kalimat
1
pejamkan mata
10. Pasien disuruh menulis dengan spontan (terlampir)
1
11. Pasien disuruh menggambar bentuk (terlampir)
1
TOTAL
30
Mini Mental-Status Examination (MMSE) didapatkan total skor 30 (normal)
Geriatric Depression Scale (GDS)
No.
1.
2.
3.
4.

Pertanyaan
Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan
anda?
Apakan anda telah meninggalkan banyak kegiatan
dan minat atau kesenangan anda?
Apakah anda merasa kehidupan anda kosong?
Apakah anda merasa bosan?

Jawaban
Ya

Skor
0

Tidak

Tidak
Tidak

0
0

88

5.

Apakah anda mempunyai semangat yang baik


setiap saat?
6.
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi pada anda?
7.
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar
hidup anda?
8.
Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
9.
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah
daripada pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu
yang baru?
10.
Apakah anda merasa punya banyak masalah dengan
daya ingat anda dibandingkan dengan kebanyakan
orang?
11.
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini
menyenangkan?
12.
Apakah anda merasa kurang dihargai?
13.
Apakah anda merasa penuh semangat?
14.
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
harapan?
15.
Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik
keadaannya dari anda?
TOTAL

Ya

Tidak

Tidak

Tidak
Tidak

0
1

Ya

Ya

Tidak
Ya
Tidak

0
0
0

Tidak

0
3

Penapisan depresi dengan Geriatric Depression Scale (GDS) didapatkan total skor : 3
(tidak ditemukan gejala depresi).
III. PEMERIKSAAN FISIK
Hasil pemeriksaan fisik tanggal 25 Juni 2009
- Keadaan umum

: tampak sakit sedang

- Kesadaran

: compos mentis

- TD berbaring

: 110/60 mmHg

- Nadi/ menit

: 80 kali/menit, reguler, isi cukup

- Laju pernapasan

: 20 kali/menit

- Suhu

: 36,5 oC

- Berat badan perkiraan

: 35 kg

- Tinggi badan (knee height) : 151 cm


- Indeks Massa Tubuh

: 15,35 kg/m2

- Lingkar Lengan Atas

: 18 cm

- Kepala

: tidak ada deformitas

- Rambut

: hampir seluruhnya putih, tidak mudah dicabut

- Kulit

: kulit tidak kering, turgor sedikit menurun

99

- Mata

: konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, kekeruhan


lensa +/+, pterigium grade I OS

- Telinga

: serumen -/-, membran timpani intak

- Hidung

: sekret -/-, hiperemis -/-, deviasi septum (-)

- Mulut

: oral hygiene baik, lidah licin, gigi karies (-), gigi


palsu (-), faring tidak hiperemis

- Leher

: JVP 5-2 cmH2O, trakea di tengah, tidak ada


pembesaran KGB

- Dada

: simetris, tidak teraba massa, deformitas (-)

- Paru

: sonor, vesikuler kanan = kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-

- Kardiovaskuler

: batas jantung dalam batas normal, S1-S2 murni


regular, murur (-), gallop(-)

- Perut

: datar, lemas, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal,


hepar & limpa tidak teraba membesar

- Punggung

: tidak ditemukan deformitas atau ulkus dekubitus

- Rektum/anus

: tidak dilakukan pemeriksaan

- Alat kelamin

: tidak dilakukan pemeriksaan, terpasang kateter

- Ekstremitas

: akral hangat, edema -/-, sianosis (-), clubbing finger(-)

- Sensorik

: sensorik raba pada ekstrimitas atas (+/+) dan bawah


(+/+)

- Motorik

: 5555 | 5555, ROM : F | F, RF +/+, RP -/-,


3333 | 5555

(-)| F

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium (24 Juni 2009)
Variabel
Darah perifer
Hemoglobin
Hematokrit

Hasil

Nilai normal

Interpretasi

12,6 g/dl
37 %

12-14 g/dl
37-43%

Normal
Normal
1010

Eritrosit
LED
Leukosit
Trombosit
Fungsi Hati
Albumin
SGOT
SGPT
Fosfatase alkali
Bilirubin total
Bilirubin direk
Fungsi Ginjal
Ureum
Kreatinin
CCT
Asam urat
Gula Darah
Puasa
2 jam PP
Gula darah harian

4,45 jt/ul
30 ml/jam
3100 /ul
249.000 /ul

4 - 5 jt/ul
0-20 ml/jam
5-10 ribu/ul
150-400 ribu/ul

Normal
Diatas normal
Normal
Normal

3,63 g/dl
15 u/l
14 u/l
254
0,79 mg/dl
0,21 mg/dl

3,4-4,8 g/dl
0-34 u/l
0-40 u/l
0-1 mg/dl
<0,2 mg/dl

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

31,7 mg/dl
0,66 mg/dl
39,4 ml/mm
4,6 mg/dl

20-40 mg/dl
0,6-1,5 mg/dl
2-6 mg/dl

Normal
Normal
Normal

477 mg/dl
443 mg/dl

70-140 mg/dl
< 140 mg/dl

Di atas normal
Di atas normal

Jam 06.00

416 mg/dl

Jam 11.00

528 mg/dl

Jam 16.00

508 mg/dl

Profil lipid
Kolesterol total

194 mg/dl

< 200 mg/dl

Normal

Trigliserida

143 mg/dl

< 150 mg/dl

Normal

Kolesterol HDL

37 mg/dl

30-64 mg/dl

Normal

Kolesterol LDL

128,4 mg/dl

< 130 mg/dl

Normal

Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida

133 mmol/l
4,6 mmol/l
96 mmol/l

135-147 mmol/l
3,1-5,1 mmol/l
95-108 mmol/l

Normal
Normal
Normal

Kesan : peningkatan LED dan hiperglikemia

Foto Pelvis (25 Mei 2009)


- Kedudukan tulang dan sendi kurang baik
- Tampak fraktur pada collum femur dextra
- Densitas tulang porosis difus
- Caput femur dextra agak fragmentasi
1111

- Celah sendi coxae kanan menyempit


- Jaringan lunak tenang
- Kesan: fraktur collum femur dextra
osteoporosis difus tulang-tulang
EKG (24 Juni 2009)
- Irama sinus, HR = 80 x/menit
- Gelombang P normal, PR interval 0,2 s
- QRS duration s
- Q patologis tidak ada
- T inverted tidak ada
- Kesan: dalam batas normal
V. RESUME
Pasien perempuan, 77 tahun datang dengan keluhan sakit pada kaki kanan sejak 4 hari
SMRS. Sakit ini telah dirasakan sejak 8 bulan yang lalu sejak pasien mengalami jatuh
keenam kalinya yang menyebabkan patah tulang panggul kanan. Sakit ini dirasakan hilang
timbul dan rasa sakitnya tetap sama. Namun, bertambah berat dalam 4 hari SMRS. Sakit
dirasakan mulai dari pinggul sampai kaki. Pasien juga merasa kaki kanannya kaku setiap
saat sehingga pasien berusaha menggerakkan kakinya agar tidak terlalu kaku.
Dalam kurun waktu satu bulan pasien jatuh sebanyak enam kali, terjadi di dalam dan
luar rumah karena terpeleset di lantai, rasa melayang, dan berkunang-kunang. Setelah
kejadian ini, pasien lebih banyak berbaring di tempat tidur, merasa bosan, dan sering
menangis terlebih jika ingat suami dan anaknya yang telah meninggal. Dalam melakukan
aktivitas sehari-hari perlu bantuan orang lain. Tapi pasien mempunyai keinginan kuat untuk
sembuh.
Tahun 1990 pasien pernah menjalani operasi pankreas. Di tahun yang sama,
dinyatakan mengalami dibetes mellitus. Pasien telah mendapat penyuluhan dan mengerti
tentang penyakitnya, patuh terhadap pengobatan, rutin mengikuti senam diabetes, namun
tidak menjaga pola makannya. Sering merasa kehausan, berat badan turun, dan sulit
menahan kencing. Setiap jam selesai makan selalu buang air besar, kaki terasa
kesemutan, dan penglihatan kedua mata sudah buram.

1212

Dari pemeriksaan fisik ditemukan underweight, kekeruhan pada kedua lensa mata,
pterigium grade I OS, penurunan kekuatan motorik dan lingkup gerak sendi pada kaki
kanan.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan LED dan hiperglikemia. Foto
pelvis menunjukkan adanya fraktur collum femur dextra dan osteoporosis.
VI. DAFTAR MASALAH
Fraktur collum femur dextra lama
Instabilitas dan jatuh
Osteoporosis
Diabetes melitus tipe lain (pascapankreatektomi) belum terkontrol
Neuropati diabetik
Underweight
Inkontinensia urin tipe fungsional
Gangguan penyesuaian
Gangguan penglihatan (kemungkinan katarak dan retinopati diabetik)
VII. KERANGKA MASALAH
aktivitas

Kesepian:
Pensiunan
Kehilangan
suami&

Keterbatasan gerak

Inkonteinensia urin

Fraktur collum femur dextra

Jatuh

Instabilitas

Neuropati

Gangguan
Osteoporosis

VIII. PENGKAJIAN

Underweight

Diabetes melitus

Pascapankreatektomi

Fraktur collum femur dextra lama

1313

Atas dasar: pasien datang dengan kak kanan terasa sakit 4 hari SMRS dan riwayat jatuh
yang keenam kali yang mengakibatkan patah tulang panggul kanan yang terjadi
November 2008. Dari hasil foto pelvis diteukan adanya fraktur collum femur dextra.
Pengkajian: Insidennya pada wanita tiga kali dibanding pria dan osteoporosis
merupakan predisposisi utama (sesuai dengan pasien). Pada pasien fraktur terjadi di
halaman depan rumah karena perasaan melayang, berkunang-kunang saat jatuh yang
keenam kalinya, dan adanya gangguan penglihatan. Frekuensi kejadian jatuh
berhubungan kuat dengan risiko terjadinya fraktur. Faktor risiko fraktur pada pasien
yang mengalami jatuh ini adalah falls to the side dan densitas tulang panggul rendah.
Untuk mencegah berbagai komplikasi berat dan kecacatan, maka perlu segera
ditatalaksana denga tujuan mengembalikan pasien pada keadaan dan fungsi sebelum
terjadi fraktur. Hal ini dapat dicapai dengan operasi dan mobilisasi dini. Pasien ini sudah
pernah merencanakan operasi, sudah melakukan pemeriksaan lengkap pra bedah, dan
sudah ACC untuk operasi dari dokter ortopedi. Hanya pasien merasa takut hasilnya tidak
memuaskan mengingat usia dan penyakit DM yang menyertainya. Perlu dilakukan
penjelasan pada pasien tentang risiko lebih lanjut jika tidak dilakukan operasi. Pasien
dianjurkan untuk operasi dengan pemasangan prosthesis, sehingga mobilisasi lebih awal
dan dengan demikian dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas.
Rencana diagnosis: Rencana terapi:
- Parasetamol 3 x 500 mg
- Konsul bedah ortopedi untuk tindakan operasi.
- Konsul rehab medik untuk melatih mobilisasi.
Instabilitas dan jatuh
Atas dasar: pasien memiliki riwayat jatuh sebanyak enam kali dalam kurun waktu satu
bulan, terjadi di dalam rumah dan di luar rumah karena terpeleset perasaan melayang,
dan berkunang-kunang.
Pengkajian: faktor risiko terjadinya jatuh pada pasien meliputi faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi usia > 60 tahun, adanya gangguan penglihatan, dan
neuropati diabetik yang dapat menganggu fungsi proprioseptif. Faktor ekstrinsik yang
dijumpai, terdapat undakan di pintu kamar mandi dan kloset jongkok.
Rencana diagnosis: the time up and go, functional reach test, Berg balance scale.

1414

Rencana terapi: untuk mencegah jatuh setelah pasien pulang ke rumah, disarankan
untuk mengatasi semua faktor risiko; menganjurkan pemeriksaan gangguan penglihatan
ke dokter mata, mengatasi penyakit yang mendasari neuropati diabetik, memberikan alat
bantu jalan seperti quadripod atau walker, mengajarkan latihan keseimbangan dan
kekuatan otot, menghilangkan undakan di pintu kamar mandi dan menggati kloset
menjadi kloset duduk. Selain itu, memberikan edukasi pada pasien dan keluarga tentang
bahaya jatuh sehingga dapat lebih berhati-hati.
Osteoporosis
Atas dasar : pasien dating dengan riwayat jatuh yang mengakibatkan fraktur tulang
panggul. Foto pelvis menunjukkan osteoporosis.
Pengkajian : osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita pasca menopause dibanding
laki-laki. Berkurangnya massa tulang dan perubahan pada mikroarsitektur tulang,
menyebabkannya menjadi lebih mudah patah. Osteoporosis pada pasien ini merupakan
osteoporosis primer senilis karena usianya > 70 tahun dan letak fraktur di collum femur.
Selain itu, DM yang dialami pasien sejak 19 tahun yang lalu dapat merupakan penyebab
osteoporosis.
Rencana diagnosis: Rencana terapi:
- Diet tinggi kalsium (sayur hijau dan lain-lain)
- Osteocare (Ca 300 mg, Mg 150 mg, Zn 5 mg, Vit D3 2,5 mcg) 1 x 1 tablet
Diabetes melitus tipe lain (pascapankreatektomi) belum terkontrol
Atas dasar : pasien mempunyai riwayat pankreatektomi tahun 1990, datang dengan
riwayat DM sejak 19 tahun yang lalu. Pasien mengeluh sering merasa haus dan sering
buang air kecil. Hasil pemeriksaan gula darah puasa 477 mg/dl, gula darah 2 jam PP 443
mg/dl, gula darah harian (jam 06.00: 416 mg/dl, jam 11.00: 528 mg/dl, jam 16.00: 508
mg/dl)
Pengkajian : DM yang dialami pasien dimungkinkan terjadi pascapankreatektomi
sehingga diklasifikasikan menjadi DM tipe lain. Keduannya terjadi di tahun yang sama,
1990. Selain itu, hasil pemeriksaan gula darah pertama kali mencapai 350 mg/dl. Pasien
pernah mendapat terapi antidiabetik oral selama 2 tahun, tapi kadar gula darah belum
terkontrol. Kemudian, pasien mendapat insulin 1 x/ hari sampai saat ini dengan tujuan
mencapai normoglikemia dan memperbaiki semua aspek metabolisme. Pada usia lanjut,
1515

dikatakan terkendali apabila GDP <140 mg% dan 2 jam pp < 180 mg%. Pasien ini telah
mendapat penyuluhan dan mengert tentang penyakit serta komplikasinya, patuh terhadap
pengobatan, rutin mengikuti senam, tapi tidak menjaga pola makannya sehingga gula
darah sulit terkontrol. Oleh karena itu, perlu dilakukan terapi gizi yang sesuai.
Rencana diagnosis: Rencana terapi:
- Insulin glargine 1 x 10 U
- Konsul gizi untuk pengaturan diet
Neuropati diabetik
Atas dasar : pasien mengeluh kesemutan pada kaki da setiap setengah jam setelah
makan selalu ingin buang air besar.
Pengkajian : pasien ini telah mengalami DM belum terkontrol sejak 19 tahun. Proses
neuropati diabetik berawal dari hiperglikemian berkepanjangan yang berakibat
terjadinya peningkatan aktivitas jalur poliol, sintesis advance glication end products
(AGEs), pembentukan radikal bebas, dan aktivasi protein kinase C (PKC). Aktivasi
berbagai jalur tersebut berujung pada kurangnya vasodilatasi, sehingga aliran darah ke
saraf menurun dan bersama rendahnya mioinositol di dalam sel terjadilah neuropati.
Berat dan lamanya DM berhubungan kuat dengan kejadian neuropati. Pada pasien ini
dimungkinkan telah terjadi neuropati difus (polineuropati motorik distal dan neuropati
gastrointestinal).
Rencana diagnosis: perlu dilakukan evaluasi tahunan terhadap refleks motorik, fungsi
serabut saraf besar dengan tes rasa getar dan rasa tekan, fungsi saraf kecil dengan tes
sensasi suhu. Dapat dilakukan elektromiografi untuk mengetahui lebih awal adanya
gangguan hantar saraf.
Rencana terapi: Neurodex (Vit B1 100 mg, Vit B6 200 mg, Vit B12 250 mcg)
Underweight
Atas dasar : adanya keluhan penurunan berat badan, dibuktikan dengan hasil IMT 15,3
kg/m2 .
Pengkajian : turunnya berat badan pada pasien ini kemungkinan disebabkan oleh
penyakit yang mendasarinya yaitu DM. Pemeriksaan status nutrisi dari aspek biokimia
(hemoglobin) dan imunitas (limfosit) menunjukkan status gizi yang baik. Jika dikaji dari
asupan nutrisi pasien selama perawatan, pasien mendapat diet yang sesuai dengan
kebutuhan kalorinya dan nafsu makannya pun baik, setiap makanan yang diberikan
1616

selalu habis karena pasien ingin sembuh. Status nutrisi mempengaruhi berbagai system
pada usia lanjut seperti imunitas, cara berjalan dan keseimbangan, fungsi kognitif, serta
faktor risiko untuk timbulnya infeksi, jatuh, delirium, serta mengurangi manfaat
pengobatan.
Rencana diagnosis: Rencana terapi: Atasi penyakit yang mendasari (DM)
Inkontinensia urin tipe fungsional
Atas dasar : pasien mengeluh sulit menahan kencing dan sulit ke kamar mandi karena
keterbatasan gerak.
Pengkajian : pasien mengalami inkontinensia sejak fraktur collum femur yang
dialaminya karena adanya kesulitan pergerakan untuk mencapai kamar mandi. Pada
inkontinensia urin fungsional ditandai dengan keluanya urin sejak dini, akibat
ketidakmampuan mencapai tempat berkemih karena gangguan fisik atau kognitif
maupun hambatan lain sebelum siap untuk berkemih.
Rencana diagnosis: Rencana terapi: pemasangan kateter dan perbaiki mobilisasi
Gangguan penyesuaian
Atas dasar : Pasien sering merasa sedih setelah kehilangan suami dan anaknya. pasien
adalah seorang pensiunan. Setelah fraktur, lebih banyak berbaring di tempat tidur
sehingga aktivitas fisiknya terbatas, pasien merasa bosan. Pemeriksaan GDS, AMT,
maupun MMSE menunjukkan hasil yang baik.
Pengkajian : gangguan penyesuaian lazim terjadi pada usia lanjut dan disebabkan oleh
sejumlah stres kehidupan yang dialami (kehilangan, penyakit fisik, pension, dan lainlain). Sebelumya pasien adalah seorang yang mandiri. Setelah ditinggal suami dan
anaknya pasien sering merasa sedih, hal ini juga ditunjukkan dengan afek depresif ketika
menceritakan kehidupannya saat ini. Ditambah lagi pasien adalah seorang pensiunan dan
setelah sakit aktivitas pasien berkurang. Pasien juga merasa takut jika dilakukan operasi
pada frakturnya tidak akan berhasil mengingat penyakit DM yang tidak terkontrol dan
usianya.
Rencana diagnosis: Rencana terapi: psikoterapi suportif dan orientasi masalah.

1717

Gangguan penglihatan (kemungkinan katarak dan retinopati diabetik)


Atas dasar : pasien merasa kedua penglihatannya sudah buram sehingga memerlukan
kacamata untuk aktivitas sehari-harinya, namun kacamata yang dipakainya sudah tidah
sesuai ukuran.
Pengkajian : pasien sudah mengalami DM sejak 19 tahun yang lalu sehingga
dimungkinkan sudah terdapat komplikasi ke mata. Pada pasien ini dimungkinkan terjadi
katarak dan atau retinopati diabetik.
Rencana diagnosis: Rencana terapi: konsul dokter mata.
IX. FOLLOW UP (25 Juni 2009)
S = kaki kanan masih terasa sakit dan kaku.
O = KU : tampak sakit sedang, compos mentis
TD : 110/ 70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
RR : 18 x/ menit
S : 36,5 C
A = Osteoporosis
Fraktur collum femur dextra
DM tipe lain
Underweight
Mobilitas terbatas
P = IVFD tutofusin
Osteocare 1 x 1 tablet
Insulin glargine 1 x 10 U
Neurodex 1 x 1 tablet, Lansoprazol 1 x 30 mg
X. RENCANA SELANJUTNYA
Pasien direncanakan pulang bila secara klinis kondisi umum pasien baik, hipertensi
terkontrol, kadar gula darah terkontrol, dan pasien dapat mobilisasi seperti sebelum sakit.
Selanjutnya untuk rencana pemulangan jangka panjang, pasien dan keluarga diberikan
edukasi dan motivasi tentang penyakit pasien, prognosis pasien, dan pentingnya kepatuhan
pasien untuk kontrol secara teratur di poli geriatri untuk memonitor dan mengevaluasi
semua masalah kesehatan dan penyakit pasien. Pasien dianjurkan untuk menjaga diet/
asupan makanan sesuai anjuran untuk DM. Pasien disarankan untuk tetap bergerak aktif
1818

sesuai dengan kondisi dan kemampuan fisiknya, bila memungkinkan pasien dapat kembali
beraktivitas seperti sebelum sakit.
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad sanactionam

: dubia

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

1919

Anda mungkin juga menyukai