HYPERTENSION
Oleh :
Bashirah WNNI
1301-1214-0007
Desy Anggraini
1301-1213-0612
Natanael Parningotan A 1301-1213-0508
Tri Taufiqurachman T 1301-1213-0533
Preseptor :
Sumartini Dewi, dr., SpPD-KR, M.Kes
H. Ali Djumhana, dr., Sp-PD-KGEH
Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arteri. Pengukuran tekamam
darah sangat penting untuk screening pasien hipertensi, melakukan evaluasi
selanjutnya, dan memulai terapi. Karena resiko terhadap pasien hipertensi
berkorelasi dengan keparahan hipertensi, maka dibentuklah sistem klasifikasi.
Klasifikasi tekanan darah terbaru (2003) menurut WHO-ISH
Kategori
Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
(mmHg)
(mmHg)
Optimal BP
<120
<80
Normal BP
<130
<85
High-Normal
130-139
85-89
Grade 1 Hypertension
140-159
90-99
(mild)
Subgroup: Borderline
140-149
90-99
Grade 2 Hypertension
160-179
100-109
(moderate)
Grade 3 Hypertension
>180
>110
(severe)
Isolated
Systolic
>140
<90
Hypertension
Subgroup: Borderline
140-149
<90
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa yang digunakan adalah
menurut JNC VII tahun 2003
Klasifikasi
Tekanan
darah
sistolik Tekanan
Normal
(mmHg)
< 120
(mmHg)
< 80
Prehipertensi
120-139
80-89
Hipertensi stage I
140-159
90-99
darah
diastolik
Hipertensi stage II
> 160
> 100
Prehipertensi merupakan kategori baru yang diterapkan oleh JNC VII,
yang menyatakan bahwa pasien prehipertensi memiliki resiko progresifitas
menjadi hipertensi, dan modifikasi gaya hidup menjadi penting untuk
pencegahannya.
Kasus hipertensi paling banyak tidak diketahui (90-95%) penyebabnya
yang disebut dengan hipertensi esensial atau hipertensi primer. Sedangkan
Etiologi
Hipertensi primer
Penyebab spesifik dari hipertensi ini belum diketahui, tetapi hal ini dihubungkan
dengan kombinasi antara faktor genetik dan lingkungannya. Faktor genetik juga
sangat bervariasi seperti adanya defek turunan yang dihubungkan dengan adanya
ekskresi natrium di ginjal,sensitivitas insulin, aktivitas renin angiotensin, transpor
membran, mutasi gen addusin yang akan dibicarakan di patofisiologi hipertensi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi primer :
1. Riwayat hipertensi pada keluarga
2. Umur
3. Jenis kelamin (laki-laki > 55 th, wanita > 74 th)
4. Ras hitam
Renin-producing tumor
Liddle syndrome
Coarctaction of aorta
Vasculitis
Primary aldosteronism
Cushing syndrome
Pheocromocytoma
Brain tumor
Bulbar poliomyelitis
Intracranial hypertension
Alcohol
Cocaine
Cyclosporin
Erythropoietin
Adrenergic medications
Tonus simpatis
Variasi diurnal
ada
tidaknya
kerusakan
target
kardiovaskular.
Anamnesis meliputi:
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
organ
dan
penyakit
Pemeriksaan fisik :
1. Tekanan darah
2. Kepala : pemeriksaan funduskopi untuk menilai hipertensive retinopati. Dimana
akan terlihat flame-shaped hemorrhages dan cotton wool exudate
3. Thorax : pemeriksaan jantung untuk menilai Left Ventricular Hypertrophy.
Tandanya berupa displacement apex, impuls apex yang melebar,dan terdengar
suara S4.
4. Abdomen : adakah renal artery bruit di upper abdomen. Adanya unilateral bruit
mennjukkan adanya stenosis renal arteri.
5. Ekstremitas : palpasi pulsasi perifer.
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
Rekomendasi :
1. Darah :
-
Profil lipid
2. Urinalisis
3. Elektrokardiografi (EKG)
Opsional :
1. Creatinine clearance
2. Microalbuminuria
3. 24-hour urine protein
4. Blood calcium
5. Uric acid
6. Fsting triglyceride
7. Glycosylated hemoglobin
8. Low-density lipoprotein cholestrol
9. Thyroid-stimulating hormone
10. Echocardiography
Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan terapi adalah mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dan
renal. Target tekanan darah yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular
adalah 140/90 nnHg. Namun, pada penyakit diabetes atau penyakit ginjal target
tekanan darah kurang dari 130/80 mmHg.
Terapi obat-obatan
Indikasi
Absolut
Gagal jantung
Pasien tua
Hipertensi
sistolik
Beta bloker
Angina
Setelah MI
Takiaritmia
Antagonis
kalsium
Angina
Pasien tua
Kontraindikasi
Relatif
Diabetes
Absolut
Gout
Relatif
Dislipidemia
Gagal jantung
Kehamilan
Diabetes
Asma
PPOK
Blok jantung
Dislipidemia
Atlet
Penyakit
vaskular
perifer
Penyakit
vaskular
perifer
Blok jantung
Gagal jantung
ACE
inhibitor
Alfa bloker
Hipertensi
sistolik
Gagal jantung
Setelah MI
Disfungsi
ventrikel kiri
Diabetik
nepropati
Kehamilan
Stenosis arteri
bilateral
Hiperkalemia
Intoleransi
glukosa
Dislipidemia
Hipertrofi prostat Gagal jantung
Angiotensin
II inhibitor
ACE
inhibitor
(batuk)
Hipertensi
ortostatik
Kehamilan
Stenosis arteri
bilateral
Hiperkalemia
gagal jantung
2. Otak
Diagnosis
1. Amamnesis :
Riwayat hipertensi dan terapinya, kepatuhan minum obat, tekanan darah
rata-rata, riwayat pemakaian obat-obat simpatomimetik dan steroid,
kelainan hormonal, riwayat penyakit kronik lain, gejala-gejala serebral,
jantung dan gangguan penglihatan.
2. Pemeriksaan Fisik :
a. Pengukuran tekanan darah pada kedua lengan, perabaan denyut
nadi perifer (raba nadi radialis kedua lengan dan kemungkinan
adanya selisih dengan nadi femoral, radial-femoral pulse leg ),
b. Mata ; Lihat adanya papil edema, pendarahan dan eksudat,
penyempitan yang hebat arteriol.
c. Jantung ; Palpasi adanya pergeseran apeks, dengarkan adanya
bunyi jantung S3 dan S4 serta adanya murmur.
d. Paru ; perhatikan adanya ronki basal yang mengindikasikan CHF.
e. Status neurologik ; pendekatan pada status mental dan perhatikan
adanya defisit neurologik fokal. Periksa tingkat kesadarannya dan
refleks fisiologis dan patologis.
3. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan dilakukan dengan memperhatikan penyakit dasarnya,
penyakit penyerta, dan kerusakan target organ. Yang sering dilakukan
antara lain ; pemeriksaan elektrolit, BUN, glukosa darah, kreatinin,
urinalisis., hitung jenis komponen darah dan SADT. Pemeriksaan lainnya
antara lain foto rontgen toraks, EKG dan CT Scan.
Tata laksana
Pasien dengan hipertensi emergensi perlu dirawat di unit rawat intensif
(ICU) agar tekanan darah dapat dimonitor terus menerus dan diberikan terapi
parenteral. Tujuan awal terapi pada hipertensi emergensi adalah menurunkan
mean arterial blood pressure sebanyak >25% (dalam menit 1 jam), lalu jika
stabil, turunkan hingga 160/100-110 mmHg dalam 2-6 jam selanjutnya. Jika
stabil, turunkan lagi hingga tekanan darah normal dalam 24-48 jam selanjutnya.
Penurunan tekanan darah secara berlebih dapat memperberat ischemia renal,
cerebral, atau arteri koroner. Maka dari itu, short-acting nifedipine tidak lagi
digunakan sebagai terapi inisial bagi hipertensi emergensi maupun urgensi.
Beberapa pasien hipertensi urgensi mendapatkan keuntungan dari terapi oral,
seperti captopril, labetalol, atau clonidine setelah beberapa jam observasi.
Perlu diperhatikan, pasien tidak boleh meninggalkan IGD tanpa kepastian bahwa
pasien akan kontrol kembali setelah beberapa hari. Sayangnya, term urgency
seringkali menyebabkan manajemen yang berlebihan pada pasien hipertensi parah
yang tanpa komplikasi. Penggunaan obat IV maupun oral yang agresif dapat
menimbulkan resiko. Dosis oral berlebih dapat menyebabkan hipotensi, bahkan
setelah pasien dipulangkan dari IGD.
DAFTAR PUSTAKA
World Health Report 2002: Reducing risks, promoting healthy life. Geneva,
Switzerland: World Health Organization. 2002. http://www.who.int/whr/2002/.
Chobanian, Aram V, MD et al. The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure in JAMA, May 21 2003, Volume 289, No. 19. New York: American
Medical Association. 2003
Brashers, Valentina L. Alteration of Cardiovascular Function in Pathophysiology
The Biologic Basis for Disease in adult and Children. Missouri: Mosby, Inc. 2006
Fisher, Naomi D. L and Gordon H. Williams. Hypertensive Vascular Disease in
Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th Edition. New York: The McGraw
Hill Companies, Inc. 2005
Susalit, E., E. J. Kapojos, dan H. R. Lubis. Hipertensi Primer dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2001
William, Gordon H. Hypertensive Vascular Disease in Harrisons Principles of
Internal Medicine. 13th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies,
Inc.1994
Yogiantoro, Mohammad. Hipertensi Essensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006