Anda di halaman 1dari 18

CASE REPORT SESSION

SINUSITIS
oleh :
Pricilla Sharmani

1301-1212-3530

Muhammad Reza

1301-1212-0589

Novia Rubianti

1301-1212-0601

Davin Takaryanto

1301-1213-0501

Natanael Efruan

1301-1213-0598

Desy Anggraini

1301-1213-0612

Pembimbing :
Dr. Agung Dinasti Permana, SpTHT-KL., M.Kes

BAGIAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN


RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG
2014

STATUS PASIEN

I. Keterangan Umum :
Nama

: Tn. I

Umur

: 37 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Alamat

: Kp. Pasantren, Cimahi

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Karyawan

Agama

: Islam

Tanggal Pemeriksaan : 5 Agustus 2014

II. Anamnesa
Keluhan Utama : Hidung terasa tersumbat
Anamnesa Khusus :
Sejak 2 minggu SMRS, penderita mengeluh hidungnya terasa tersumbat yang hilang
timbul. Keluhan disertai cairan yang keluar dari hidung berwarna bening, cair dan tidak
berbau. Keluhan disertai dengan perasaan gatal pada hidung, dan sering bersin terutama bila
pagi hari lebih dari 3 hari dalam seminggu. Keluhan juga disertai dengan berkurangnya
penciuman seperti bau masakan. Penderita tidak merasa ada dahak yang mengalir dari hidung
ke mulut, nyeri pada kedua pipi, pusing, demam, nyeri saat menelan, dan batuk.
Karena keluhannya penderita seminggu yang lalu berobat ke Poli Dalam Cibabat, diberi
3 macam obat minum berupa pil putih yang diminum 3 kali sehari, pil kuning kecil yang
diminum dua kali sehari, serta pil putih kecil yang diminum tiga kali sehari. Penderita
mengakui keluhan membaik. Penderita kemudian dikonsulkan ke Poli THT Cibabat.

Riwayat penyakit serupa sebelumnya diakui sejak kecil yang hilang timbul, namun
penderita tidak pernah berobat ke dokter, hanya mengobati dengan obat warung untuk flu.
Riwayat asma diakui, riwayat gatal-gatal bila terkena debu diakui, riwayat mata sering gatal
disangkal, riwayat sering sakit telinga, pernah keluar cairan dan gangguan pendengaran
disangkal. Penderita tidak pernah mengeluh sakit gigi sebelumnya. Riwayat keluhan serupa
pada keluarga disangkal.

III. Pemeriksaan Fisik :


Keadaan umum : komposmentis, tampak sakit ringan
Tanda vital

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 72 x/menit

Respirasi

: 24 x/menit

Suhu

: 36,5 oC

Status Generalis :
Kepala

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik


Lain-lain lihat status lokalis

Leher

: KGB tidak membesar

Thoraks

: Bentuk dan gerak simetris


Pulmo : VF kiri = kanan, sonor, VBS kiri = kanan, whezing -/-, rhonci -/Cor : S1 (+), S2 (+), S3(-), S4(-), murmur (-)

Abdomen : Datar dan lembut


Hepar dan lien tidak teraba
Bising usus normal

Ekstremitas: Akral hangat


Deformitas (-)
Neurologis : Refleks fisiologis +/+
Refleks patologis -/-

Status Lokalis :
Telinga
Bagian
Preaurikula
Aurikula
Retroaurikula

CAE

Membrana
Timpani

Kelainan
Kongenital
Radang & tumor
Trauma
Kongenital
Radang & tumor
Trauma
Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
Kongenital
Kulit
Sekret
Serumen
Edema
Jaringan granulasi
Warna
Intak
Refleks cahaya

Auris
Dextra
Sinistra
Tenang
Tenang
Putih keabuan
Putih keabuan
Intak
Intak
+
+

Hidung
Pemeriksaan
Keadaan Luar
Rhinoskopi

Bentuk &
ukuran
Mukosa
Sekret
Krusta
Concha
Septum deviasi

Nasal
Dextra
Sinistra
Septum deviasi ke
Septum deviasi ke
kanan
kanan
Hiperemis
Hiperemis
+, bening
+, bening
Hipertrofi
Hipertrofi
+
4

Polip/tumor
Pasase udara

Nasopharynx Oropharynx
Bagian
Mulut

Tonsil
Faring
Laring

Kelainan
Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula
Halitosis
Mukosa
Besar
Kripta
Mukosa
Granula
Post nasal drip
Epiglotis
Kartilago
aritenoid
Plika
ariepiglotis
Plika
vestibularis
Plika vokalis

Keterangan
Tenang
Bersih, basah, gerakan normal ke segala arah
Tenang, simetris
Caries (-)
Simetris
(-)
Tenang
T1-T1
Normal
Hiperemis
+
-/Tidak dilakukan

Maxillofacial : Simetris
Parese N. cranialis (-)
Leher

: KGB tidak teraba membesar


Massa (-)

IV. Resume
Sejak 2 minggu SMRS, penderita mengeluh hidungnya terasa tersumbat yang hilang
timbul. Keluhan disertai cairan yang keluar dari hidung berwarna bening, cair dan tidak
berbau. Keluhan disertai dengan perasaan gatal pada hidung, dan sering bersin terutama bila
pagi hari lebih dari 3 hari dalam seminggu. Keluhan juga disertai dengan berkurangnya
penciuman seperti bau masakan. Penderita tidak merasa ada dahak yang mengalir dari hidung
ke mulut, nyeri pada kedua pipi, pusing, demam, nyeri saat menelan, dan batuk.
5

Riwayat penyakit serupa sebelumnya diakui sejak kecil yang hilang timbul, namun
penderita tidak pernah berobat ke dokter, hanya mengobati dengan obat warung untuk flu.
Riwayat asma diakui, riwayat gatal-gatal bila terkena debu diakui, riwayat mata sering gatal
disangkal, riwayat sering sakit telinga, pernah keluar cairan dan gangguan pendengaran
disangkal. Penderita tidak pernah mengeluh sakit gigi sebelumnya. Riwayat keluhan serupa
pada keluarga disangkal.
III. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : komposmentis, tampak sakit ringan
Status Generalis : dalam batas normal
Hidung
Pemeriksaan
Keadaan Luar
Rhinoskopi

Bentuk &
ukuran
Mukosa
Sekret
Krusta
Concha
Septum deviasi
Polip/tumor
Pasase udara

Nasal
Dextra
Septum deviasi ke
kanan
Hiperemis
+, bening
Hipertrofi
+
+

Sinistra
Septum deviasi ke
kanan
Hiperemis
+, bening
Hipertrofi
+

NPOP
Bagian
Mulut

Tonsil
Faring

Kelainan
Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula
Halitosis
Mukosa
Besar
Kripta
Mukosa
Granula
Post nasal drip

Keterangan
Tenang
Bersih, basah, gerakan normal ke segala arah
Tenang, simetris
Caries (-)
Simetris
(-)
Tenang
T1-T1
Normal
Hiperemis
+
-/-

V. Pemeriksaan Khusus :
Pemeriksaan pendengaran

tidak dilakukan

Transluminasi

terlihat sinus maksilaris kiri dan kanan menjadi lebih redup


dibandingkan normal

VI. Pemeriksaan Penunjang :


Nasoendoskopi :
Radiologi :
Foto Waters :
-

Tampak perselubungan opak pada sinus maksilaris kiri dan kanan

Sinus frontalis masih cerah

Septum nasi deviasi ke kanan

Tidak tampak perselubungan dalam cavum nasi dengan penyempitan rongga udara

Kesan : Sinusitis maxilaris bilateral

VII. Diagnosis Banding :


Sinusitis Maxillaris Bilateral + Pharingitis Kronis + Suspek Rhinitis Alergi

VIII. Diagnosis Kerja

Sinusitis Maxillaris Bilateral + Pharingitis + Suspek Rhinitis Alrgi

IX. Usul Pemeriksaan

Tes Alergi

X. Penatalaksanaan :
Umum

Jangan minum yang dingin

Kompres air hangat, bila ada nyeri di wajah

Jangan berolahraga seperti berenang dan menyelam

Bila ada nyeri telinga, nyeri menelan atau sakit kepala hebat segera periksa ke dokter

Khusus

Amoxicillin + Klavulanat

3x1

Ambroxol

3x1

Pseudoefedrin

2x1

Antihistamin

2x1

Asam Mefenamat

bila nyeri

XI. Prognosa
Qua ad vitam

:
: ad bonam

Qua ad functionam : dubia ad bonam

PEMBAHASAN

Definisi
Sinusitis ialah suatu keadaan inflamasi yang melibatkan membran mukosa dari sinus
paranasal serta cairan yang terdapat pada sinus. Mukosa sinus merupakan kelanjutan dari
mukosa nasal, maka sinusitis lebih tepat disebut rhinosinusitis. Berdasarkan perjalanan
penyakitnya sinusitis dibagi menjadi : sinusitis akut (gejala < 4 minggu), sinusitis subakut
(gejala 4-12 minggu), sinusitis kronik (gejala > 12 minggu)

Klasifikasi
Klasifikasi sinusitis menurut Newman (1994) :
1. Sinusitis akut
Bila

gejala

yang

timbul

berlangsung

selama

3-4

minggu,

beberapa

klinisi

mengembangkannya hingga 8 minggu dan mengelompokkan ke dalam sinusitis sub akut


bila gejala yang timbul berlangsung kurang dari 3 minggu. Gejala yang timbul meliputi
infeksi saluran pernapasan atas yang menetap, adanya rhinorhea yang purulen, post nasal
drip, anosmia, sumbatan hidung, nyeri fasial, sakit kepala, demam dan batuk.
2. Sinusitis kronis
Bila gejala yang timbul berlangsung lebih dari 4 minggu dengan gejala seperti pada
sinusitis akut. Beberapa klinisi mengembangkannya hingga lebih dari 8 minggu. Pada
sinusitis kronik ini umumnya ditemukan kelainan CT atau MRI dan beberapa penderita
sinusitis kronis kadang memperlihatkan gejala yang tidak khas.
3. Sinusitis rekuren

Bila episode sinusitis akut berulang hingga 2-3 kali dalam satu tahun dan kemungkinan
disebabkan oleh infeksi yang berbeda pada setiap periodenya.

Klasifikasi menurut Lenza dan Kennedy (1997) :


1. akut
-

durasi 4 minggu

anamnesa : 2 gejala mayor, 1 gejala mayor dan 2 gejala minor atau pada
pemeriksaan ditemukan nasal purulen

catatan khusus : demam atau nyeri wajah bukan merupakan anamnesa yang
mendukung pada keadaan tidak adanya gejala pada hidung.

2. subakut
-

durasi 4-12 minggu

anamnesa : sama dengan kronik

3. akut rekuren
-

durasi 4 episode dalam setahun dengan masing-masing lamanya 7-10 hari dan tidak
adanya gejala rhinosinusitis kronik

anamnesa : sama dengan akut

4. kronik
-

durasi 12 minggu

anamnesa : 2 gejala mayor, 1 gejala mayor dan 2 gejala minor atau pada
pemeriksaan ditemukan nasal purulen

catatan khusus : nyeri wajah bukan merupakan anamnesa yang mendukung pada
keadaan tidak adanya gejala pada hidung.

5. ekserbasi akut pada kronik


-

durasi : kadang-kadang memburuk pada rhinosinusitis kronik

10

Menurut Spector dan Benstein (1998), klasifikasi sinusitis yaitu :


1. sinusitis akut : apabila gejala berlangsung selama 3-4 minggu
2. sinusitis kronis : apabila gejala-gejala seperti pada sinusitis akut berlangsung 3-8 minggu
atau lebih dengan masing-masing gejala tingkatnya bervariasi. Pada sinusitis kronis
tampak kelainan pada rontgen foto (Waters dan atau Caldwell), lebih jelas pada CT-Scan
atau MRI. Beberapa pasien menunjukkan gejala yang tidak jelas.

Etiologi
Penyebab sinusitis tergantung dari klasifikasi sinusitis yaitu akut dan kronis.
Penyebab sinusitis akut :
rinitis akut
infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut
infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2 (dentogen)
berenang dan menyelam
trauma, dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal
barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa

Penyebab sinusitis kronis :


polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung
alergi dan defisiensi imunologi juga dapat menyebabkan perubahan mukosa hidung
infeksi baik oleh virus maupun bakteri
obstruksi osteomeatal complex
kelainan anatomi

11

Patofisiologi
Terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi patofisiologi dari penyakit sinus, yaitu
keutuhan dari ostia, fungsi silia dan kualitas dari sekresi nasal. Berkurangnya ukuran ostia
akan menyebabkan berkurangnya kadar oksigen pada sinus. Hal ini akan memudahkan
terjadinya infeksi pada sinus. Keadaan hipoksia ini juga dapat mengganggu sistem imunitas
akibat terganggunya fungsi sel PMN dan produksi imunoglobulin serta pembersihan
mukosilier. Hal yang mempengaruhi keutuha dari ostia antara lain nasal polyposis, deviasi
septal, edema mukosa, alergi serta concha bullosa.
Rongga sinus tergantung pada sistem tranport mukosilier untuk menciptakan
lingkungan yang bebas bakteri. Sinus dilapisi oleh epitel kolumner bertingkat semu. Epitel ini
akan membersihkan dari mukus, bakteria serta zat-zat asing dari area itu. Fungsi silia dapat
terganggu pada keadaan hipoksia ( yang terjadi pada obstruksi ostium). Sel bersilia dapat
hilang atau rusak akibat polutan pernafasan, trauma pembedahan dan penyakit sinus kronik.
Perubahan dari komposisi mukus dapat terjadi pada pasien dehidrasi atau cyctic
fibrosis. Produksi mukus dari sel goblet dapat meningkat akibat dari iritan pernafasan,
polutan, alergen serta udara dingin. Serta peningkatan viskositas dari mukus. Hal ini dapat
mengurangi efektivitas pembersihan silia dan menjadikan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
Patofisiologi sinusitis juga dapat terdiri dari 4 tahap yaitu :
1. infeksi virus
2. obstruksi ostium
3. infeksi bakteri
4. irreversibel/kronik

12

Gejala Klinis
Gejala yang menunjukkan sinusitis bakterialis antara lain gejala yang menetap selama
lebih dari 1 minggu, mukus yang purulen, nyeri pada muka atau gigi maksiler (terutama jika
unilateral), nyeri pada sinus maksilaris unilateral. Gejala-gejala yang berhubungan nyeri
kepala, nyerio retroorbital, otalgia, hiposomia, halitosis, serta batuk lama.Gejala yang
memerlukan penanganan cepat antara lain nyeri orbital, gangguan penglihatan terutama
diplopia, bengkak atau kemerahan pada periorbital atau wajah.
Gejala yang mengarah pada dugaan kuat rhinosinusitis akut bila memenuhi 2 atau lebih
dari gejala mayor atau 1 gejala mayor dan 2 gejala minor.
Gejala sinusitis dapat dibagi menjadi gejala mayor dan gejala minor :
1. Gejala mayor
nyeri pada wajah atau dengan penekanan
rasa penuh atau tersumbat di wajah
sumbatan di hidung
sekret pada hidung
gangguan penciuman
purulen pada rongga hidung
2. Gejala minor
sakit kepala
demam
halitosis
lemah
sakit gigi
batuk
nyeri telinga atau terasa penuh pada telinga

13

Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan infeksi akut ditemukan bengkak pada dareah
maksila serta kemerahan pada kulit sekitarnya. Palpasi pada daerah ini untuk melihat adanya
nyeri tekan. Transiluminasi dapat membantu mendiagnosa, walaupun tidak akurat.
Pemeriksaan dengan anterior rhinoskopi lebih dipilih.
Pemeriksaan untuk menilai adanya deviasi septum nasal perlu dilakukan bila ada gejala
obstruksi. Mukosa dari nasal diamati, pada infeksi aktif mukosa edema dan kemerahan.
Sedangkan pada alergi, mukosa edema dengan warna pucat. Daerah nasofaring diamai untuk
mecari adanya hipertrofi adenoid, massa dan postnasal purulen.

Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan rhinosinusitis ialah untuk mencapai fungsi dan anatomis
yang normal dari sinonasal. Irigasi nasal dengan larutan salin dilakukan untuk membersihkan
debris, melembabkan serta memebersihkan mukus. Mukolitik digunakan untuk mengurangi
sekresi mukus dan meningkatkan pembersihannya. Obat yang dapat mengurangi edema
mukosa digunakan untuk meningkatkan fungsi dari ostiomeatal complek dan meningkatkan
ventilasi.

Dekongestan
Dekongestan

akan menstimulasi reseptor alfa adrenergik pada mukosa saluran nafas

bagian atas. Contoh dekongestan yaitu untuk yang topikal (oksimetazolin hidroklorida,
pseudoefedrin hidroklorida) serta sistemik (pseudoefedrin hidroklorida). Obat ini dapat
menyebabkan terjadinya rebound edema

dan rhinitis medikamentosa, sehingga

penggunaannya dibatasi hanya untuk keadaan akut atau eksaserbasi dari rhinosinusitis kronik.

14

Antihistamin
Antihistamin akan mengikat reseptor histamin 1 secara kompetitif pada otot atau ujung
saraf untuk mengurangi efek dari pelepasan histamin. Obat ini digunakan pada pasien yang
mempunyai kecenderungan alergi yang memperberat rhinosinusitis.

Steroid
Steroid, baik topikal maupun sistemik digunakan mengurangi reaksi inflamasi yang
terjadi. Steroid topikal digunakan karena mempunyai efek sistemik yang kecil serta efek lokal
yang baik. Sedangkan steroid sistemik digunakan untuk rhinosinusitis kronik.

Antibiotika
Antibiotika yang efektif untuk rhinosinusitis akut antara lain amoksisilin, amoksisilinklavulanat,

azitromycin,

cefpodoxime,

proxetil,

cefprozil,

loracarbef,

trimetoprim-

sulfametoksazol, klindamisin dan metronidazol. Selain itu dalam pemilihan antibiotik harus
dipertimbangkan faktor-faktor seperti respon pengobatan antibiotika sebelumnya, pola
resistensi, efek samping, interaksi obat, informasi alergi obat serta dosis.

Imunoterapi
Imunoterapi dapat digunakan untuk mengontrol rhinosinusitis kronik jika rhnitis alergi
merupakan faktor utama yang berperan dalam perjalanan penyakitnya.

Pembedahan
Pembedahan harus dilakukan pada keadaan keadaan sebagai berikut
-

Obstructive nasal polyposis yang bilateral dan masif (dengan komplikasi

15

Komplikasi rhinosinusitis dewasa, antara lain abses subperiosteal atau orbital, Potts puffy
tumor, abses otak serta meningitis

Rhinosinusitis kronik pada dewasa dengan pembentukkan mukokel atau mukopyelokel

Rhinosinusitis fungal alergi atau invasif dewasa

Tumor pada rongga nasal dan sinus paranasal

CSF rhinorrhea

Komplikasi
Komplikasi pada orbita sering terjadi karena letak anatomisnya yang dekat dengan
sinus. Infeksi dapt menyebar melalui arteri, vena , limfatik, atau juga langsung melalui
lamina papyracea. Pemeriksaan pada perubahan penglihatan, tekanan okuler dan pergerakan
mata.
Penyebaran ke dalam intrakranial dapat menyebabkan abses subdural atau epidural,
meningitis, abses otak dan trombosis sinus cavernous. Osteomyelitis pada tulang frontal dan
maksila jarang terjadi.

Prognosis
Dengan penanganan yang adekuat, prognosis baik.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Bailey, Byron J (Editor). 2001. Head and Neck Surgery - Otolaryngology (2-Volume Set)
3rd edition. Lippincott Williams & Wilkins Publishers
2. Boeis, Adam H. 1997. Buku Ajar Penyakit THT : Sinus Paranasalis. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
3. Madiadipoera, Teti. Bahan Kuliah Ilmu Kesehatan THT-KL :

Sinusitis. Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSHS.


4. Mangunkusumo, Endang dan Rifki, Nusjirwan. 2002. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher : Sinusitis . Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
5. Stedmans Medical Dictionary, 28/e. Lippincott William & Wilkins
6. The Washington Manual Otolaryngology Survival Guide. 2006. Lippincott Williams &
Wilkins.
7. 2006 Griffiths 5 Minute Clinical Consult. 2006. Lippincott Williams & Wilkins.

17

18

Anda mungkin juga menyukai