BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah hak cipta di Indonesia sebenarnya bukanlah hal yang baru,
sebab hal ini sudah ada sejak awal abad ke 20 atau pada saat Indonesia
masih
di
bawah
kolonialisme
Belanda.
Sebelum
negara
kita
menyelamatkan
negara
dari
keadaan
seperti
ini
dan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Apakah lagu dan musik? Samakah pengertian lagu dan musik? Dalam
pengertian sehari-hari kedua istilah itu cenderung digunakan untuk maksud
yang sama. Kedua istilah itu sungguh tidak bisa dipisahkan. Secara etimologi
bahwa lagu dan musik sebenarnya memiliki perbedaan arti. Lagu adalah suatu
kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan. Setiap
lagu ditentukan oleh panjang-pendek dan tinggi-rendahnya nada-nada tersebut.
Di samping itu irama juga memberi corak tertentu kepada suatu lagu.10M
enurut Ensiklopedia Indonesia sebuah lagu terdiri dari beberapa unsur, yaitu:
melodi, lirik, aransemen, dan notasi. Melodi adalah suatu deretan nada yang,
karena karena kekhususan dalam penyusunan menurut jarak dan tinggi nada,
memperoleh suatu watak tersendiri dan menurut kaidah musik yang berlaku
membulat jadi suatu kesatuan organik. Lirik adalah syair atau kata-kata yang
disuarakan mengiringi melodi. Aransemen adalah penataan terhadap melodi.
Selanjutnya, notasi adalah penulisan melodi dalam bentuk not balok atau not
angka.
Adapun pengertian musik menurut Ensiklopedia Indonesia adalah seni
menyusun suara atau bunyi. Musik tidak bisa dibatasi dengan seni menyusun
bunyi atau suara indah semata-mata. Suara atau bunyi sumbang (disonansi)
telah lama digunakan, dan banyak komponis modern bereksperimen dengan
suara atau bunyi semacam itu. Walaupun pengertian lagu dan musik berbeda,
10
Ensiklopedia Indonesia, buku 4, Penerbit PT. Ichtiar baru Van Hoeve, Jakarta, tanpa
11 Dr.
Otto Hasibuan, SH., MM., Hak Cipta di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu,
Neighbouring Rights, dan Collecting Society, 2007, PT. Alumni, Bandung, hlm. 141.
Dari pengertian ini jelas sekali bahwa musik memiliki unsur yang sangat
kompleks, yakni melody, harmony, rhythm, and timbre regardless, words
(lyric), notation. Di samping itu, bahwa musik juga memiliki dimensi yang
begitu luas, bukan saja untuk dinyayikan atau ditampilkan, melainkan juga
disajikan dalam bentuk sheet music dan direkam dalam bentuk kaset dan disk.
No.
1.
Konteks
Istilah
Pengertian
Etimologi
(menurut Lagu dan musik Lagu adalah suatu kesatuan
Ensiklopedia
dibedakan
Indonesia)
2.
musical
work
is
one
Bainbridge)
be
sung,
spoken
or
Konvensi Bern
Musical
compositions with or
without words.
UUHC
Lagu
atau
musik Lagu
atau
musik
diartikan
dan
termasuk
aransemennya
notasi.
Yang
2.1.2
hlm. 30.
Jurnal Hukum Bisnis, Julius Indra Dwipayono Singara: Hak Cipta Versus Teknologi
Peer to Peer, Volume 24 No. 1 Tahun 2005, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta,
2005, hlm. 74.
hak Cipta karena semua karya yang dibuat selalu ditampilkan dan dibawakan
secara eksklusif atau setidak-tidaknya karya tersebut tidak disebarkan dan tidak
dieksploitir secara besar-besaran.15Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 berbunyi : Hak Cipta
adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan
atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Terdapat 2 (dua) unsur penting yang terkandung dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 tersebut, yaitu : 16
1. hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain;
2. hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun dan dengan jalan apapun tidak
dapat ditinggalkan daripadanya, seperti mengumumkan karyanya, menetapkan
judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atau nama samarannya dan
mempertahankan keutuhan dan integritas ceritanya.
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul
secara otomatis setelah suatu Ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurutperaturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang
Hak Cipta Nomor 19 tahun 2002).
15
Husain Audah, Hak Cipta dan Karya Cipta Musik, PT. Litera Antarnusa, Jakarta, 2004,
hlm.4.
16
Rachmadi sman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi
hak
tersebut
tanpa
izin
pemegangnya.
Pengertian
10
Damian, Hukum Hak Cipta, Penerbit Alumni, Bandung, 2002, hlm, 131.
h. juga dapat merupakan suatu Hak Cipta tersendiri dan dapat dipandang
sebagai wajar jika memang diingat pada berapa besarnya usaha yang harus
dilakukan untuk melakukan terjemahan secara tepat.
3. Pemegang Hak Cipta (Copyright Holder)
11
Setiap Pencipta adalah pemilik Hak Cipta, kecuali jika diperjanjikan lain
dalam hubungan kerja. Pemegang Hak Cipta adalah :
a. Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta
b. Penerima hak dari Pencipta, yaitu ahli waris atau penerima hibah atau
penerima wasiat atau penerima hak berdasarkan perjanjian lisensi.
c. Orang lain sebagai penerima lebih lanjut hak dari penerima Hak Cipta.
Walaupun bukan Pencipta, Negara adalah pemegang Hak Cipta atas karya:
a) Peninggalan sejarah, prasejarah, dan benda budaya nasional.
b) Hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama dipelihara dan
dilindungi oleh Negara. Negara hanya pemegang hak cipta terhadap luar
negeri.
c) Ciptaan yang tidak diketahui penciptanya dan Ciptaan itu belum
diterbitkan.19
Dalam Pasal 11 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002
diadakan perubahan untuk menegaskan status daripada Hak Cipta jika
Pencipta karya tidak diketahui dan juga belum diterbitkan atau tidak terbit,
seperti lazimnya Ciptaan itu diwujudkan. Sebagai contoh, dalam
Penjelasan dinyatakan misalnya dalam hal karya musik, Ciptaan tersebut
belum diterbitkan dalam bentuk buku atau direkam. Dalam hal ini, maka
karya cipta bersangkutan dipegang oleh Negara untuk melindungi Hak
Cipta bagi kepentingan Penciptanya. Sedangkan apabila karya tersebut
berupa karya tulis dan telah diterbitkan, maka Hak Cipta dipegang oleh
Penerbit. Penerbit juga dianggap pemegang Hak Cipta atau Ciptaan yang
diterbitkan dengan menggunakan nama samaran penciptanya. Suatu
Ciptaan yang diterbitkan dengan pseudoniem, dan tidak diketahui siapa
Penciptanya kalau telah memakai nama samaran dari Penciptanya, maka
Penerbit yang namanya tertera di dalam Ciptaan tersebut adalah Pencipta.
19 Ibid.,
hlm. 114.
Hal ini tidak berlaku jika Pencipta dapat membuktikan bahwa Ciptaan
tersebut adalah Ciptaannya. Dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Hak
Cipta Nomor 19 Tahun 2002 dinyatakan :
12
Jika suatu Ciptaan tidak diketahui Penciptanya dan Ciptaan itu belum
diterbitkan, Negara memegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut untuk
kepentingan Penciptanya. Perbedaan antara Pencipta dan Pemegang Hak
Cipta adalah Pencipta merupakan seorang atau beberapa orang secara
bersama-sama
yang
atas
inspirasinya
melahirkan
suatu
Ciptaan
13
lahirnya hukum hak cipta yang pertama di Inggris, dan berbagai pemikiran
yang berkembang tentang perlunya penghormatan terhadap hak milik telah
mendorong para pencipta di berbagai bidang seni, sastra, dan ilmu
pengetahuan menuntut perlindungan atas haknya dari upaya peniruan atau
penggandaan oleh orang lain. Di Inggris, perlindungan terhadap karya
musik baru dimasukkan dalam undang-undang pada tahun 1883. jika
dilihat Undang-Undang Hak Cipta Inggris yang terakhir (The 1956
Copyright Act), ciptaan yang dilindungi dibagi atas tiga kelompok, yaitu:
a. Literary, dramatic and musical work, to which are often assimilated;
b. Artistic works, and in a special section;
c. Sound recording, cinematograph films and broadcasts. (Edward W.
Ploman and L. Clark Hamilton, 1980: 91).
Dalam pasal 2 ayat (1) Konvensi Bern (sesuai hasil revisi tahun 1971 di
Paris atau yang sering disebut Paris Act 1971), disebutkan sebagai berikut:
The expression literary and artistic works shall include every
production in the literary, scientific and artistic domain, whatever may be
the mode or form of its expression, such as books, pamphlets and other
writings, lecturers, sermons and other works of the same nature, dramatic
or a dramatico-musical works; choreographic works and entertainments
in dumb show; musical compositions with or without words Kemudian,
di dalam pasal 2 ayat (6) Konvensi Bern dikatakan bahwa: The works
mentioned in this article shall enjoy protecyion in all countries of the
Union. This protection shall operate for the benefit of author and his
succerssors in title. Menurut Undang-Undang Hak Cipta, lagu dan musik
dianggap sama pengertiannya. Lagu atau musik bias dengan teks dan bisa
juga tanpa teks, lagu atau musik merupakan satu karya cipta yang utuh:
unsur melodi, lirik, aransemen, dan notasi bukan merupakan ciptaan yang
berdiri sendiri. Pengertian yang demikian ini sekilas tidak menimbulkan
masalah, tetapi jika disimak lebih jauh akan menciptakan kerancuan,
karena:
14
Pertama, ada kalanya sebuah lagu menggunakan lirik yang berasal dari
sebuah puisi, sementara puisi termasuk ciptaan karya sastra yang mendapat
perlindungan tersendiri, baik dalam Konvensi Bern maupun UndangUndang Hak Cipta.
Kedua, aransemen musik adalah karya turunan yang menurut Konvensi
Bern dilindungi sebagai ciptaan yang berdiri sendiri, setara dengan karya
terjemahan. Anehnya, dalam Undang-Undang Hak Cipta diakui bahwa
karyaterjemahan merupakan ciptaan yang dilindungi secara tersendiri,
tetapi aransemen musik tidak.
Ketiga, dalam Undang-Undang Hak Cipta diakui bahwa pemusik
merupakan salah satu unsur dari pelaku yang merupakan pemegang hak
terkait. Akan tetapi, tidak ada penjelasan apakah pemusik yang disebut
pelaku itu adalah penata musik atau pemain musik, atau keduanya.20Hak
cipta hanya melindungi ide yang sudah berwujud atau memiliki bentuk dan
asli. Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Hak Cipta dijelaskan
bahwa perlindungan hak cipta tidak diberikan pada ide atau gagasan
karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi, dan
menunjukkan
keaslian
sebagai
Ciptaan
yang
lahir
berdasarkan
bentuk
nyata
karya
intelektual,
bukan
pada
ide
yang
Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia, Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu,
Neighbouring Rights, dan Collecting Society, 2008, PT. Alumni, Bandung, hlm. 146.
15
16
sebuah ciptaan maka harus permisi atau minta izin dulu kepada
penciptanya. Munculnya hak eksklusif adalah setelah sebuah ciptaan
diwujudkan dan sejak saat itu hak tersebut mulai dapat dilaksanakan.
Dengan hak ekslusif seorang pencipta/pemegang hak cipta mempunyai
hak untuk mengumumkan, memperbanyak ciptaannya serta memberi izin
kepada pihak lain untuk melakukan perbuatan tersebut. Sebuah ciptaan
yang telah diwujudkan bentuknya oleh seorang pencipta yang sekaligus
sebagai pemegang hak cipta dapat mengumumkan dengan cara seperti
melakukan pameran atau pementasan sehingga diketahui oleh orang lain.
Di lain pihak apabila pencipta/pemegang hak cipta mengetahui ciptaannya
ditiru serta diperdagangkan oleh orang lain maka dia berhak untuk
melarangnya dan bahkan berhak untuk mengajukan gugatan ke pengadilan
niaga. Selain itu sebagai pihak korban berhak pula melaporkan kepada
petugas yang berwenang agar pelanggaran hak cipta dapat diproses secara
pidana.
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak cipta
adalah hak untuk:
1. membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan
tersebut (termasuk, pada umumnya, salinan elektronik);
2. mengimpor dan mengekspor ciptaan;
3. menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi
ciptaan);
4. menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum;
5. menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak
lain.
Begitu juga dengan musik atau lagu. Undang-Undang Hak Cipta jelas
memberikan perlndungan terhadap lagu atau musik sebagai suatu ciptaan.
Hal ini jelas terlihat di dalam Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta.
Tentunya, maksud perlindungan terhadap Ciptaan lagu atau musik adalah
untuk melindungi hak-hak pencipta lagu, penyanyi, pemusik, dan pihak-
17
pihak terkait lainnya yang telah mencurahkan tenaga, karsa, cipta, waktu
dan biaya demi lahirnya ciptaan lagu atau musik tersebut.
Undang-Undang Hak Cipta menegaskan bahwa Pencipta lagu
memiliki hak cipta, yakni hak eksklusif untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Sementara itu, penyanyi dan pemusik memiliki
hak terkait, yaitu hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang
pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau
menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.
Pasal 24 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Hak Cipta: (1) Pencipta
atau ahli warisnya berhak menuntut Pemegang Hak Cipta supaya nama
Pencipta tetap dicantumkan dalam Ciptaannya. (2) Suatu Ciptaan tidak
boleh diubah walaupun Hak Ciptanya telah diserahkan kepada pihak lain,
kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya
dalam hal Pencipta telah meninggal dunia. Pasal 1 angka 1 dan Pasal 24
ayat (1) dan (2) Undang-Undang Hak Cipta mencantumkan hak-hak yang
dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak cipta yang secara umum dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Hak Ekonomi (Economic Rights)
Hak ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh pencipta atau pemegang
hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari ciptaannya yang
terdiri dari hak untuk:
a.
b.
c.
d.
e.
Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari penerapan hak eksklusif.
Seorang pencipta/pemegang hak cipta melakukan perbanyakan ciptaan
kemudian dijual di pasaran, maka ia memperoleh keuntungan materi dari
perbanyakan ciptaan tersebut.
18
hak
keuntungan
perbuatan
dari
cipta
juga
bertujuan
tersebut.
Hal
untuk
ini
memperoleh
memang
wajar
19
memperbanyak,
menyiarkan,
memamerkan,
hlm. 168.
Jika
kita
menggunakan
rumusan
hak
eksklusif
Pencipta
20
21
22
22
kemasannya
direproduksi
sebagaimana
aslinya.
Bentuk
23
(piracy)
dan
pemalsuan
(counterfeiting)
adalah
23 Biar
Tegak Semua Hak, Vista No. 109, 15 Pebruari 1991, hlm. 58.
3. Boot Legging
24
24
Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, 2003, Program
25
2.4
pernah
dikecam
dunia
internasional
karena
lemahnya
25 http://www.antaranews.com/view/?i=1141901161&c=NAS&s=
Negara Rugi Rp1,8 Triliun per Tahun Kamis, 9 Maret 2006 17:46 WIB
26
1. Penciptaan Lagu
Sebuah lagu bisa saja tercipta berawal dari unsur melodi yang
dibuat oleh seorang musikus, lalu olehnya atau dengan bantuan orang
lain dibuatlah liriknya yang sesuai. Ada kalanya juga seorang musikus
menulis terlebih dahulu syair atau kata-kata, kemudian membuat
melodinya. Dalam hal terkahir ini, sering seorang
musikus membuat lagu (melodi) berdasarkan sajak atau puisi yang
sudah ada dan ditulis oleh orang lain. Setelah melampaui beberapa
waktu, Pencipta lagu kemudian merekam lagu (dinyanyikan dengan
iringan musik, gitar, piano, atau keyboard) dalam pita kaset. Sangat
mungkin kalau Pencipta lagu berkali-kali mengganti kaset rekamannya
sampai diyakini oleh Penciptanya sudah optimal. Sesudah Pencipta
lagu mencipta lagu dan direkam dalam pita kaset dengan atau tanpa
iringan musik pada saat itu sudah lahir sebuah Ciptaan lagu dan secara
otomatis muncul hak cipta atas lagu yang mendapat perlindungan
hukum hak cipta. Hal ini sesuai dengan asas hak cipta yang disebut
dengan asas perlindungan otomatis (automatical protection). Sejak
sebuah karya cipta diwujudkan dalam suatu bentuk Ciptaan, secara
otomatis karya tersebut akan memiliki perlindungan hak cipta tanpa
didasarkan pada pendaftaran Ciptaan, asalkan karya cipta itu bersifat
asli dan bukan tiruan.
2. Perekaman Lagu
Kecuali kalau Pencipta lagu sekaligus sebagai pemilik perusahaan
rekaman, Pencipta lagu biasanya mendatangi produser rekaman suara
dan menawarkan lagunya untuk direkam. Kadang-kadang, produser
rekaman suara yang meminta atau memesan lagu pada Pencipta dan
sering disertai dengan pembayaran di muka. Di beberapa Negara lain,
dikenal lembaga yang disebut dengan penerbit musik (publisher of
music) yang berperan mempromosikan lagu-lagu untuk direkam.
Lembaga inilah yang mendatangi produser rekaman suara dan
menawarkan lagu-lagu baru untuk direkam. Di Indonesia memang
27
dikenal penerbit musik, tetapi perannya bukan mempromosikan lagulagu baru, melainkan mengelola lagu-lagu yang sudah pernah direkam,
alias lagu lama. Kalau ada produser yang hendak merekam ulang lagu
lama, dia cukup berurusan dengan penerbit musik, tidak harus ke
Pencipta lagu sepanjang lagu lama itu termasuk lagu yang dikelola
oleh penerbit musik. Kalau produser rekaman tertarik atas lagu yang
ditawarkan oleh Pencipta lagu kepadanya, dia akan menerima lagu
tersebut untuk direkam dan mengadakan perjanjian dengan Pencipta
lagu. Bentuk surat perjanjian antara Pencipta lagu dengan produser
rekaman
biasanya
dibedakan
berdasarkan
cara
pembayaran
28
cara
perjanjian
pembayaran
antara
penyanyi
honorariumnya.
dan
produser
Secara
rekaman
praktik,
dalam
29
30
nilai
(PPN).
Berdasarkan
perhitungan
segala
31
32
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu tindakan plagiatisme atau
pembajakan merupakan pelanggaran terhadap hak cipta seseorang atau
kelompok. Pembajakan atau plagiarisme hak cipta khususnya terhadap hak
cipta lagu dan musik menjadi masalah serius di Indonesia, bahkan
Indonesia
pernah
dikecam
dunia
internasional
karena
lemahnya
SARAN
Saran yang penulis untuk pembaca yaitu untuk menjaga keaslian
dari hak cipta seseorang atau mengurangi terjadinya plagiatisme pada hasil
karya orang lain. Jika mengambil sumber data atau file musik video
sebaiknya mencantumkan sumber sehingga sebagai referensi dan
menjadikan video ataupun musik rekaman hanya sebagai referensi
sebelum membeli kaset atau VCD yang asli. Hargai hasil karya anak
negeri dan stop plagiatisme/pembajakan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Audah,Husain. 2004. Hak Cipta dan Karya Cipta Musik. Jakarta: PT. Litera
Antarnusa.
Damian,Eddy. 2002. Hukum Hak Cipta. Bandung: Penerbit Alumni.
Gautama,Sudargo. 1997. Rizawanto Winata, Pembaharuan Undang-Undang hak
Cipta. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Hasibuan,Otto. 2008. Hak Cipta di Indonesia, Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu,
Neighbouring Rights, dan Collecting Society. Bandung: PT. Alumni.
Rosidi, Ajip. 1984. Undang-Undang Hak Cipta 1982: Pandangan Seorang Awam.
Jakarta: Djambatan.
Sman, Rachmadi. 2003. Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan
dan Dimensi Hukumnya di Indonesia. Bandung: PT. Alumni.
Sudikno , Mertokusumo. 1983. Sejarah Peradilan dan Perundang-Undangannya
di Indonesia Sejak 1942, Cetakan II. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Tanu , Hendra, Atmadja. 2003. Hak Cipta Musik atau Lagu. Jakarta: Program
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Sumber Jurnal
Indra, Julius Dwipayono Singara. 2005. Hak Cipta Versus Teknologi Peer to
Peer.Jurnal hukum bisnis. Volume 24 No. 1 Tahun 2005. Jakarta: Yayasan
Pengembangan Hukum Bisnis
Ensiklopedia Indonesia buku 4. Van Hoeve. tanpa tahun penerbitan. Jakarta:
Penerbit PT. Ichtiar baru.
Biar Tegak Semua Hak.Vista No. 109, 15 Pebruari 1991.
Sumber Internet
http://www.antaranews.com/view/?i=1141901161&c=NAS&s=
Akibat
Pembajakan Musik, Negara Rugi Rp1,8 Triliun per Tahun . diakses Selasa,
18 November 2013.
http://www.ebooke.co.id/view/use-respiratory/%capterII=pembajakan-karya-senipdf. diakses, Selasa, 18 november 2013.