id
digilib.uns.ac.id
Disusun Oleh :
HARIYANTO
I8307060
I8307091
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGNSAIIAN
LAPORAN TUGAS AKIIIR
Nama /
l,
NIM
Hariyanto
(18307060)
Sambudi (I8307091)
Pembuatan Celatin dari Tulang Ikan Air Tawar
2. Yosafat Joko
(Anabawidae)
l7
Dosen Pembimbing
Januari 201
6
I
trl
I
ri,
TEKNIK
[SilA
19560811 198601
199802 2 001
Dosen Penguji
4t4
*-r,
lr, Paryaqto.M,S,
MP 19580425 198601 I
001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LBMBAR KONSULTASI
TUGAS AKHIR
Hariyanto (18307060)
Joko Sambudi 08307091)
Yosafat
2.
Pembuatan gelatin dari tulang ikan air tawar
Nama
1.
Judul TA
Tanggal Mulai Bimbingan
Pembimbing
No.
Tanggal
2l -J4pto
26- tYuo
Konsultansi
Mhs
&
ncnvt'SuiJv--rVwc.l
I
t^tne^
Wuvoq^
-5
fu't1*to
tt- tz'u,
pUiz-'rt""'7* (toY4
dre{a'b$'
Babf Pe^dah*\"''Pl^ufi
T.if
-^"9"'hl^^
ib
20 -lz'2pu
3l-lt-sto
Eob
.l-
g;!bff.-h"'tt Yrydu'a'a
t-trt
Co'^W6"
-&
Dosen
Ket.
AL
(y
& tu
& e&
e-
#-
Q.
e.
s b-la^
Dinyatakan selesai
Tanggal:
2a.twua'"
Dosen Pembimbing
2ott
commit to user
NrP 19560811 198601 2 001
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTISARI
Hariyanto,
Yosafat Joko Sambudi., 2011, Laporan Tugas Akhir
PEMBUATAN GELATIN dari TULANG IKAN AIR TAWAR, Program
Studi Diploma III Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat
selain sebagai komoditi ekspor. Ikan selain mempunyai rasa yang enak, juga
mempunyai kandungan gizi yang sangat berguna. Pada dasarnya pengolahan ikan
bertujuan untuk mencegah kerusakan atau pembusukan. Gelatin adalah sejenis
protein yang dapat diekstraksi dari tulang. Gelatin di dalam tulang diekstrak
dengan air panas yang bersuhu 60-100C. Ekstraksi yang baik dapat
menghasilkan rendemen 14-15% (dihitung dari berat tulang). Ekstraksi gelatin
dari tulang ikan merupakan usaha pemanfaatan limbah pengolahan ikan.
Tujuan percobaan ini adalah menentukan proses apakah yang paling baik,
serta menentukan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang baik.
Proses yang dilakukan melalui 4 tahapan yaitu degreasing, demineralisasi,
ekstraksi, dan pengeringan. Proses degreasing meliputi pembersihan tulang
dengan cara merendam dalam air mendidih selama 30 menit kemudian
ditiriskan. Proses demineralisasi meliputi merendam tulang dalam larutan HCl 5
%, mencuci, meniriskan, dan pemotongan. Dan untuk pengadukan dilakukan
penumbukan tulang menjadi bubuk. Proses ekstraksi meliputi merangkai alat dan
bahan, kemudian mengekstraksi pada suhu 90o C selama (2, 3, 4 jam), dan untuk
pengadukan ekstraksi dengan diaduk, selanjutnya menyaring hasil ekstraksi dan
dipekatkan dipekatkan. Proses pengeringan meliputi mengeringkan hasil pekat
dalam oven pada suhu 50oC selama 24 jam. Kemudian menggiling untuk
memperkecil ukuran dan menganalisa hasil yang terbaik.
Dari percobaan diketahui bahwa proses yang paling baik adalah dengan
pengadukan perbandingan 1:3 selama 4 jam. Dan dari hasil uji organoleptik dapat
dikatakan bahwa produk yang paling disukai responden dan mendekati produk
pasaran adalah produk gelatin yang diperoleh dari ekstraksi dengan pengadukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Hariyanto, Yosafat Joko Sambudi., 2011, Final Report " The MAKING of
GELATIN from FRESHWATER FISH BONE", Diploma III Program of
Chemical Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University
Fish is a food that is consumed many people other than as an export
commodity. Fish not only has good taste, it also has nutrients that are very useful.
Basically, fish processing aims to prevent damage or decay. Gelatin is a protein
that can be extracted from the bone. Gelatin in the bones was extracted by hot
water at a temperature 60-100 C. A good extraction can result in 14-15% yield
(calculated from the weight of bone). Extraction of gelatin from fish bones is a
business of fish processing waste.
The purpose of this experiments is to determine whether the best processes,
and determine the time it takes to get good results.
The process is done through 4 stages of degreasing, demineralization,
extraction, and drying. Degreasing process includes cleaning the bone by soaking
in boiling water for 30 minutes and then drained. The process involves
immersing the bone demineralization in 5% HCl solution, wash, drain, and
cutting. And for stirring performed bone pulverization process into a powder.
Extraction process involves stringing tools and materials, then extracting at a
temperature of 90 C for (2, 3, 4 hours), further refine the extracted and
concentrated. The process of drying involves drying the solid in an oven at a
temperature of 50oC for 24 hours. It was grinded to reduce size and analyze the
best results.
From the experiments it was found that the process is best with a 1:3 ratio
stirring for 4 hours. And from the results of sensory test can be said that the
respondents most preferred products and product closer to market is a product
obtained from the extraction of gelatin with stirring.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami
dapat menyelesaikan Tugas Akhir sampai dengan selesainya penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.
Penulisan Laporan Tugas Akhir ini tidak akan berjalan lancer tanpa
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ingin
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dwi Ardiana S., S.T.,M.T., selaku Ketua Jurusan Diploma III Teknik
Kimia UNS Surakarta.
2. Ibu Ir. Nunik Sri Wahjuni,MSi., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang
senantiasa memberikan pengarahan dalam pengerjaan maupun penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini.
3. Keluarga atas doa, dukungan moril dan materiilnya.
4. Teman-temanku angkatan 2007 Diploma III Teknik Kimia yang selalu
memberi dukungan dan semangat
5. Dan seluruh pihak yang terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
yang telah membantu kami selama melakukan Tugas Akhir dan dalam
penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk
menyempurnakan laporan ini.
Dan akhirnya kami selaku penyusun mohon maaf kepada semua pihak,
apabila dalam kami melakukan Tugas Akhir dan dalam penyusunan laporan ini
terdapat kesalahan. Kami berharap laporan ini dapat bermaanfaat bagi kita semua.
Surakarta, januari 2011
Penyusun
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ii
LEMBAR KONSULTASI .. iii
KATA PENGANTAR .. iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL. vi
DAFTAR GAMBAR vii
INTISARI viii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang . 1
Perumusan Masalah .. 3
Tujuan 3
Manfaat . 3
BAB II
LANDASAN TEORI
Tinjauan Pustaka 4
Kerangka Pemikiran .. 20
BAB III
METODOLOGI
Alat dan Bahan .. 21
Lokasi 21
Cara Kerja .. 22
BAB IV
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan 30
Saran .. 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to
v user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Reaksi kimia pembentukan Gelatin. .12
Gambar II.2. Struktur kimia Gelatin12
Gambar II.3. Jenis-jenis ikan air tawar....16
Gambar II.4. Ekstraksi Soxhlet17
Gambar III.1. Blok diagram proses pembuatan gelatin 25
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1. Hasil proses ekstraksi berdasarkan perbedaan
proses ekstraksi ..................................................................................... 26
Tabel IV.2. Hasil proses ekstraksi berdasarkan perbedaan
waktu ekstraksi....................................................................................... 27
Tabel IV.3. Hasil analisa pada gelatin .............................................................. 27
Tabel IV.4. Hasil Uji Organoleptik gelatin ....................................................... 28
vi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat
selain sebagai komoditi ekspor. Ikan selain mempunyai rasa yang enak, juga
mempunyai kandungan gizi yang sangat berguna. Menurut Junianto (2003) ikan
dengan kadar protein lebih dari 15% adalah ikan berkadar protein tinggi jika
kurang dari 15% adalah termasuk berkadar lemak tinggi, 5-15% berkadar lemak
sedang dan jika kurang dari 5% adalah berkadar lemak rendah.Protein ikan
menyediakan lebih kurang 2/3 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan
manusia. Kandungan protein ikan relatif besar yaitu antara 15-25% tiap 100 gr
dagingikan. Selain itu protein ikan terdiri dari asam-asam amino yang hampir
semuanya diperlukan oleh manusia. Protein ikan banyak mengandung asam amino
esensial dan kandungan asam amino ini sangat bervariasi tergantung pada jenis
ikan. Secara umum kandungan asam amino dalam daging ikan kaya akan lisin
tetapi kurang akan kandungan triptofan. Protein ikan dapat diklasifikasikan
menjadi protein miofibril, sarkoplasma dan stroma. Komposisi ketiga jenis protein
pada daging ikan terdiri dari 65-75% miofibril, 20-30% sarkoplasma, dan 1-3%
stroma. Lemak pada daging ikan terdiri dari 95% trigliserida dan asam-asam
lemak penyusunnya berantai lurus. Kandungan lemak pada daging ikan berwarna
merah lebih tinggi dari pada daging ikan berwarna putih, tetapi pada daging ikan
berwarna merah kandungan proteinnya lebih sedikit dibandingkan dengan ikan
berwarna putih. Lemak ikan banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan
jenis asam lemak tidak jenuh yang paling banyak adalah asam linoleat, linoleat
dan arachidonat. Ketiga jenis asam lemak ini merupakan asam lemak essensial
(Junianto, 2003).
Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan.
Sehingga ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan
makanan lain. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya.
Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat.
commit to user
D3 Teknik Kimia
1
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam
tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk
berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil yang bermutu tinggi diperlukan
perlakuan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan
bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam
yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain dengan cara:
penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan
ikan. Pada dasarnya pengolahan ikan bertujuan untuk mencegah kerusakan atau
pembusukan.
Gelatin adalah sejenis protein yang dapat diekstraksi dari tulang. Produk ini
digunakan
untuk
kosmetika
dan media
mikrobiologis. Gelatin di dalam tulang diekstrak dengan air panas yang bersuhu
60-100C. Ekstraksi yang baik dapat menghasilkan rendemen 14-15% (dihitung
dari berat tulang) (Anonima, 2010).
Ekstraksi gelatin dari tulang ikan merupakan usaha pemanfaatan limbah
pengolahan ikan. Selama ini tulang ikan sebagai limbah belum termanfaatkan
secara optimal, yaitu hanya digunakan untuk bahan pembuatan pakan atau pupuk
sehingga nilai ekonomisnya sangat kecil. Selain itu, pemanfaatan tulang ikan
sebagai bahan baku gelatine merupakan pengolahan bersih (cleaner production)
dari pengolahan ikan. Produksi bersih merupakan konsep pengolahan untuk
mengurangi dampak terhadap pencemaran lingkungan.
Produksi gelatin dari tulang ikan yang sangat besar, dapat membantu
pemerintah dalam meningkatkan pendapatan domestik brutonya. Kebutuhan
gelatin di Indonesia diimpor dari beberapa Negara seperti Cina, Australia, dan
beberapa Negara Eropa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2007,
jumlah impor gelatine mencapai 2.715.782 kg dengan nilai 9.535.128 dolar AS,''
Kabid Agroindustri Perikanan dan Peternakan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), IrshanZainuddin, di lokasi pilot plant pengolahan gelatin
BPPT di Muhara, Desa Sarongge, Kecamatan Citeureuo, Kabupaten Bogor,
Kamis (14/5) (Anonimb,2009).
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka didapat beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1. Proses apakah yang paling baik, sehingga menghasilkan gelatin yang
maksimal.
2. Berapakah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang baik.
C. Tujuan
1. Menentukan proses apakah yang paling baik, sehingga menghasilkan
gelatin yang maksimal.
2. Menentukan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang baik.
D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa, bisa melakukan proses membuat gelatin, dengan
mengetahui proses dan waktu yang diperlukan dalam ekstraksi gelatin.
2. Bagi masyarakat, bisa mengetahui bahwa tulang ikan dapat dibuat gelatin
yang bisa digunakan dalam berbagai aplikasi kehidupan sehari-hari.
3. Bagi Institusi, menambah data tentang pembuatan gelatin dari tulang ikan.
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Bahan Pembentuk Gel
Bahan pembentuk gel (gelling agent) adalah bahan tambahan pangan
yang digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan berbagai macam
makanan seperti jeli, makanan penutup dan permen. Bahan ini memberikan
tekstur makanan melalui pembentukan gel. Beberapa bahan penstabil dan
pengental juga termasuk dalam kelompok bahan pembentuk gel. Jenis-jenis
bahan pembentuk gel biasanya merupakan bahan berbasis polisakarida atau
protein. Contoh-contoh dari bahan pembentuk gel antara lain asam alginat,
sodium alginat, kalium alginat, kalsium alginat, agar, karagenan, locust bean
gum, pektin dan gelatin.
Bahan pembentuk gel merupakan komponen polimer berberat molekul
tinggi yang merupakan gabungan molekul-molekul dan lilitan-lilitan dari
polimer molekul yang akan memberikan sifat kental dan gel yang diinginkan.
Molekul-molekul polimernya berikatan melalui ikatan silang membentuk
struktur jaringan tiga dimensi dengan molekul pelarut terperangkap dalam
jaringan ini.
Adapun beberapa bahan pembentuk gel (gelling agent) yang sering
digunakan antara lain :
a. Karagenan
Karagenan merupakan polisakarida yang diperoleh melalui ekstraksi alkali
(dan modifikasi) dari alga merah (Rhodophyceae). Karagenan dibuat dari
rumput laut yang dikeringkan kemudian diayak untuk menghilangkan
kotoran-kotoran seperti pasir dan kemudian dicuci. Setelah melalui
perlakuan dengan larutan basa panas (contohnya 5-8% kalium hidroksida),
selulosanya dihilangkan dari karagenan dengan menggunakan proses
sentrifugasi dan filtrasi. Larutan karagenan yang didapat dipekatkan
commit to user
D3 Teknik Kimia
4
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
yaitu Eucheuma
spinosum,
penghasil
karaginan
Eucheuma
cottonii,
Agar-agar
digunakan
pada
industri
makanan,
yaitu
untuk
meningkatkan viskositas sup dan saus, serta dalam pembuatan fruit jelly
(Anonimc, 2004).
c. Pektin
Pektin merupakan polimer dari asam D-galakturonat yang dihubungkan
oleh ikatan -1,4 glikosidik. Sebagian gugus karboksil pada polimer pektin
mengalami esterifikasi dengan metil (metilasi) menjadi gugus metoksil.
Senyawa ini disebut sebagai asam pektinat atau pektin. Asam pektinat ini
bersama gula dan asam pada suhu tinggi akan membentuk gel seperti yang
terjadi pada pembuatan selai. Pada asam pektat, gugus karboksil asam
galakturonat dalam ikatan polimernya tidak teresterkan. Asam pektat
dalam jaringan tanaman terdapat sebagai kalsium (Ca) atau magnesium
pektat.
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
Pektin mempunyai sifat terdispersi dalam air, dan seperti halnya asam
pektat. Dalam bentuk garam, pektin berfungsi dalam pembuatan jeli
dengan gula dan asam. Pektin dengan kandungan metoksil rendah adalah
asam pektinat yang sebagian besar gugusan karboksilnya bebas tidak
teresterkan. Pektin dengan metoksil rendah ini dapat membentuk gel
dengan ion-ion bervalensi dua. Untuk membentuk gel pektin, harus ada
senyawa pendehidrasi (biasanya gula) dan harus ditambahkan asam dengan
jumlah yang cocok.
Dalam perdagangan, dikenal istilah jelly grade, yaitu jumlah gula (lb) yang
diperlukan untuk pembentukan gel oleh 1 lb pektin. Pektin dengan jelly
grade 65 berarti untuk pembentukan gel diperlukan 65 lb gula untuk setiap
lb pektin (Anonimd,2009).
Penggunaan
pektin
yang
paling
umum
adalah
sebagai
bahan
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Kristalisasi jelly
Gula dalam jumlah yang terlalu banyak, asam terlalu rendah dan
pemasakan yang terlalu lama adalah sebab terjadinya kristalisasi pada
jelly.
c.
Sineresis
Jelly dapat menjadi encer disebabkan asam yang terlalu tinggi hingga
menyebabkan strukturnya pecah karena terjadi hidrolisis konsistensi gula
terlalu rendah atau padatan terlarut sehinggga konsistensinya tidak begitu
kuat karena bahan pembentuk gel mengikat air terlalu banyak, konsistensi
pembentuk gel yang terlalu sedikit menyebabkan jaringan tidak kuat
menahan cairan gula. Disamping itu dapat disebabkan oleh terjadinya
penjendalan yang terlalu cepat, sehingga menyebabkan jaringan rusak saat
jelly dituang dalam wadah.
d.
Jelly keruh
Hal ini disebabkan penyaringan yang tidak sempurna. Penyaringan yang
baik tanpa penekanan.
e.
Jelly tersuspensi
Terjadi bila sebelumnya jelly sudah mengalami sineresis.
f.
pecah,
dan
punya
karakteristik
(Kamaluddin,2009).
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
permukaan
yang
baik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
itu
juga
dapat
menyebabkan
hilangnya
flavour
dan
warna
(Kamaluddin,2009).
Pembentukan Gel
Pada prinsipnya pembentukan gel hidrokoloid terjadi karena adanya
pembentukan jala atau jaringan tiga dimensi oleh molekul primer yang
terentang pada seluruh volume gel yang terbentuk dengan memerangkap
sejumlah air di dalamnya.
Terjadi ikatan silang pada polimer-polimer yang terdiri dari molekul
rantai panjang dalam jumlah yang cukup maka akan terbentuk bangunan tiga
dimensi yang kontinyu sehingga molekul pelarut akan terjebak diantaranya,
terjadi immobilisasi molekul pelarut dan terbentuk struktur yang kaku dan
tegar yang tahan terhadap gaya maupun tekanan tertentu.
Gelasi merupakan fenomena yang melibatkan penggabungan, atau
terjadinya ikatan silang antar rantai-rantai polimer.
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Ada tiga teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan pembentukan gel
yaitu :
a. Teori adsorpsi pelarut
Teori ini menyatakan bahwa gel terjadi sebagai akibat adsorpsi molekul
pelarut oleh partikel terlarut selama pendinginan yaitu dalam bentuk
pembesaran molekul akibat pelapisan zat terlarut oleh molekul-molekul
pelarut. Pembesaran partikel terjadi terus menerus sehingga molekul zat
telarut yang telah membesar bersinggungan dan tumpang tindih melingkari
satu sama lain sehingga seluruh system menjadi tetap dan kaku. Adsorpsi
zat pelarut akan meningkat dengan makin rendahnya suhu.
b. Teori jaringan tiga dimensi
Teori ini menyatakan bahwa kemampuan senyawa-senyawa untuk
mengadakan gelasi disebabkan oleh terbentuknya struktur berserat atau
terjadinya reaksi di dalam molekul itu sendiri dan membentuk serat.
Selama pendinginan serat tersebut membentuk jaringan tiga dimensi.
Ikatan yang menentukan dalam jaringan tiga dimensi kemungkinan
merupakan ikatan primer dari gugus fungsional dan ikatan sekunder yang
terdiri dari ikatan hidrogen atau dapat juga terjadi antara gugus alkil. Tipe
ikatan yang terdapat dalam jaringan tiga dimensi akan menentukan tipe gel
yang dihasilkan.
c. Teori orientasi partikel
Teori ini menyatakan bahwa pada sisi tertentu terdapat kecenderungan
bagi partikel terlarut dan solven untuk berorientasi dalam konfigurasi yang
tertentu melalui pengaruh gaya dengan jangkauan yang panjang, seperti
yang terjadi pada kristal.
Mekanisme pembentukan gel dapat berbeda-beda tergantung pada jenis
bahan pembentuknya. Diantaranya yang paling berbeda dalam hal jenis dan
sifat-sifatnya adalah gel yang dibentuk oleh gelatin, suatu jenis protein dan gel
yang dibentuk oleh polisakarida (Anonimg,2006).
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Pengaruh konsentrasi
Konsentrasi
hidrokoloid
sangat
berpengaruh
terhadap
kekentalan
Pengaruh suhu
Pada
beberapa
hidrokoloid
suhu
akan
menyebabkan
penurunan
kekentalan.
c.
Pengaruh pH
Hidrokoloid pada umumnya akan membentuk gel dengan baik pada
kisaran pH tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya peningkatan
kekentalan dengan meningkatnya pH hingga mencapai titik tertentu dan
kemudian akan makin menurun bila pH terus ditingkatkan.
d.
Pengaruh ion
Beberapa jenis hidrokoloid membutuhkan ion-ion logam tertentu untuk
membentuk gelnya, karena pembentukan gel tersebut melibatkan
pembentukan jembatan melalui ion-ion selektif.
e.
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Molekul
dasar
pembentuk
kolagen
disebut
tropokolagen
yang
C102H151N31O39
Kolagen
Gelatin
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
perlakuan perendaman dalam larutan asam sehingga proses ini dikenal dengan
sebutan proses asam. Sedangkan dalam pembuatan gelatin tipe B, perlakuan
yang diaplikasikan adalah perlakuan basa. Proses ini disebut proses alkali
(Utama, 1997).
Bahan baku yang biasanya digunakan pada proses asam adalah tulang
dan kulit babi, sedangkan bahan baku yang biasa digunakan pada proses basa
adalah tulang dan kulit jangat sapi. Menurut Wiyono (2001), gelatin ikan
dikategorikan sebagai gelatin tipe A. Secara ekonomis, proses asam lebih
disukai dibandingkan proses basa. Hal ini karena perendaman yang dilakukan
dalam proses asam relatif lebih singkat dibandingkan proses basa.
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
3CaCl2 + 2 H3PO4
2Ca(OH)3 + 2 Na3PO4
Gelatin larut dalam air, asam asetat dan pelarut alkohol seperti gliserol,
propilen glycol, sorbitol dan manitol, tetapi tidak larut dalam alkohol, aseton,
karbon tetraklorida, benzen, petroleum eter dan pelarut organic lainnya.
Menurut Norland (1997), gelatin mudah larut pada suhu 71,1oC dan cenderung
membentuk gel pada suhu 48,9oC. Sedangkan menurut Montero, et al. (2000),
pemanasan yang dilakukan untuk melarutkan gelatin sekurang-kurangnya 49oC
atau biasanya pada suhu 60 70oC
Gelatin memiliki sifat dapat berubah secara reversible dari bentuk sol
ke gel, membengkak atau mengembang dalam air dingin, dapat membentuk
film, mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem
koloid (Parker, 1982). Menurut Utama (1997), sifat-sifat seperti itulah yang
membuat gelatin lebih disukai dibandingkan bahan-bahan semisal dengannya
seperti gum xantan, keragenan dan pektin.
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
diinginkan
dapat
larut
dalam
solven
pengekstraksi.
Ekstraksi
Soxhlet,
pelarut
dipanaskan
dalam
labu
didih
sehingga
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
selongsong dan dinding dalam tabung Butt. Kemudian pelarut masuk ke dalam
selongsong langsung lalu keluar dan masuk kembali ke dalam labu didih tanpa
efek sifon. Hal ini menyebabkan ekstraksi Butt berlangsung lebih cepat dan
berkelanjutan (rapid). Selain itu ekstraksinya juga lebih merata. Ekstraktor Butt
dinilai lebih efektif daripada ekstraktor Soxhlet. Hal ini didasari oleh faktor
berikut:
Pada ekstraktor Soxhlet cairan akan masuk ke dalam labu didih setelah
tinggi pelarut dalam selongsong sama dengan pipa sifon. Hal ini
menyebabkan ada bagian sampel yang berkontak lebih lama dengan cairan
daripada bagian lainnya. Sehingga sampel yang berada di bawah akan
terekstraksi lebih banyak daripada bagian atas. Akibatnya ekstraksi
menjadi tidak merata. Sementara pada ekstraktor Butt, pelarut langsung
keluar menuju labu didih. Sampel berkontak dengan pelarut dalam waktu
yang sama.
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Alat-alat yang digunakan yaitu :
a.
Alat pencuci
b.
Gelas beker
c.
Gunting
d.
Motor pengaduk
e.
Saringan
f.
g.
Kompor listrik
h.
Termometer
i.
Kain saring
j.
Moisture Balance
k.
Labu destruksi
l.
m. Neraca analitik
n.
Waterbath
o.
Cawan aluminium
p.
Tanur
Tulang ikan
c.
Larutan HCl 5%
d.
Aquadest
d.
e.
f.
g.
h.
i.
indikator pp dan MO
B. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Aplikasi dan Proses gedung VI
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
D3 Teknik Kimia
21
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
C. Cara Kerja
I.
Pembuatan Gelatin
A. Ekstraksi dengan dandang dan soxhlet
a. Degreasing :
i.
ii.
b. Demineralisasi :
i.
ii.
iii.
c. Ekstraksi :
i.
ii.
iii.
iv.
d. Pengeringan :
i.
ii.
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
ii.
ii.
iii.
d. Pengeringan :
i.
ii.
Rendemen =
b. Kadar Air
i.
ii.
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
iii.
Lalu menekan tombol start. Maka alat akan menampilkan hasil dry
contentnya. Pengukuran ini kita akhiri jika diperoleh dry content
yang konstan. Kadar Air ditentukan dengan rumus:
ii.
iii.
iv.
Kadar Abu =
100%
ii.
iii.
iv.
v.
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
vi.
vii.
%N=
Uji Sensoris
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Tulang ikan
Penumbukan tulang
sehingga menjadi bubuk
Demineralisasi (perendaman
dalam HCl 5 %, selama 48 jam)
Gambar III.1. Blok Diagram Proses Pembuatan Gelatin dari tulang ikan
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil percobaan pembuatan gelatin dari tulang ikan dapat dilihat sebagai
berikut :
Tabel IV.1. Hasil Proses Ekstraksi berdasarkan perbedaan proses ekstraksi
dengan perbandingan 1gr tulang ikan : 3 gr aquadest selama 3 jam.
Hasil
No
Proses Ekstraksi
Pengadukan
13,4 gr
Rendemen
(Yield)
8,93 %
Pengukusan
7,51 gr
5,01 %
Ekstraksi soxhlet
3,93 gr
2,63 %
Berat Produk
Waktu Ekstraksi
2 jam
6,6 gr
Rendemen
(Yield)
4,4 %
3 jam
13,4 gr
8,93 %
4 jam
15,2 gr
10,1 %
Berat Produk
Dari tabel IV.1. dapat diketahui bahwa proses yang paling bagus adalah
dengan pengadukan dengan rendemen 8,93 %, kemungkinan disebabkan oleh
aquadest dan tulang terkontak langsung. Sedangkan dengan menggunakan
pengukusan ataupun soxhlet hanya menggunakan uap air saja dan soxhlet tidak
dipengaruhi waktu akan tetapi dipengaruhi oleh jumlah sirkulasi.
commit to user
27
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Hal ini berbeda dengan teori bahwa soxhlet adalah alat ekstraksi yang
menghasilkan rendemen yang maksimal, karena soxhlet menggunakan pelarut
murni yang akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai
tinggi pelarut dalam sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian
pelarut seluruhnya akan kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya. Dan
juga ekstraksi menggunakan soxhlet tidak dibatasi waktu, akan tetapi ekstraksi
menggunakan soxhlet diakhiri jika pelarut yang keluar dari sifon berwarna bening.
Selain itu, pelarut yang digunakan dalam alat soxhlet selalu pada suhu tinggi yaitu
pada titik embunnya. Padahal semakin tinggi suhu maka kecepatan ekstraksi
semakin besar.
Dari tabel IV.2. dapat diketahui bahwa waktu berpengaruh terhadap
rendemen hasil yang diperoleh. Waktu yang paling bagus dalam percobaaan ini
adalah selama 4 jam dengan rendemen 10,1 %.
Tabel IV.3. Hasil Analisa Pada Gelatin yang Diperoleh dengan cara
pengadukan perbandingan 1 gr tulang ikan : 3 gr aquadest
Metode
Perbandingan
(tulang ikan
dan aquadest)
Pengadukan
1:3
Hasil Analisa
Kadar
protein
74,22%
Kadar Air
Kekuatan gel
9,69%
5,004 gr/cm2
Kadar
Abu
3,25%
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Kode
Uji
Uji
Kekenyalan
Kesukaan
3,19
2,82
2,75
3,19
3,13
3,63
3,19
4,32
4,19
Produk
Uji Rasa
Uji Aroma
2,88
B
C
Keterangan :
A = produk permen jelli gelatin dengan pengukusan
B = produk permen jelli gelatin dengan pengadukan
C = produk permen yang beredar di pasaran
Dengan keterangan skor penilaian sebagai berikut:
1 = sangat tidak enak, sangat tidak sedap, sangat tidak kenyal, sangat tidak
suka
2 = tidak enak, tidak sedap, tidak kenyal, tidak suka
3 = cukup
4 = enak, sedap, kenyal, suka
5 = sangat enak, sangat sedap, sangat kenyal, sangat suka
Dari 16 responden dapat dikatakan bahwa produk B adalah produk hasil
percobaan yang paling disukai dan mendekati produk pasaran yaitu produk
gelatin yang diperoleh dengan cara pengadukan dengan skor rata-rata 3,28
yang berarti lebih dari cukup.
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Hasil uji Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red pada sampel gelatin
dari pita serapan diatas dapat kita ketahui bahwa nilai absorpsi sebesar 3425,58
cm-1 merupakan karakteristik gugus OH, dan 2924,09 cm-1 tersususn oleh
gugus NH, nilai absorpsi pada 1404,18 cm-1 menampilkan vibrasi elongation
dari ikatan CN. Pita serapan ini sesuai dengan pita serapan FT IR gelatin dari
referensi buku International Journal of Polymeric Materials; figure 6.FTIR
yaitu dengan nilai absorpsi sebesar 3380 cm-1 merupakan karakteristik gugus
OH dan 3330 cm-1 tersusun oleh gugus NH,nilai absorpsi pada 1328 cm-1
menampilkan vibrasi elongation dari ikatan CN.
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
commit to user
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses yang dilakukan untuk membuat gelatin dari tulang ikan antara lain:
pembersihan tulang dari daging-daging dan lemak dengan cara dididihkan
dengan air (degreasing), penjemuran, penumbukan tulang, ekstraksi
dengan pengadukan, dan juga setelah degreasing dilakukan perendaman
dengan menggunakan larutan HCl 5 % selama 48 jam, pencucian untuk
menetralkan pH ossein, ekstraksi dengan dandang dan soxhlet selama
waktu tertentu dan volume larutan pengekstraksi berbeda, penyaringan,
pemekatan, pengovenan selama 24 jam dan pengecilan ukuran, kemudian
analisa hasil.
2. Dari percobaan diketahui bahwa proses yang paling baik adalah dengan
pengadukan perbandingan 1 gr tulang ikan : 3 gr aquadest selama 4 jam.
3. Dari hasil uji organoleptik dapat dikatakan bahwa produk yang paling
disukai responden dan mendekati produk pasaran adalah produk gelatin
yang diperoleh dari ekstraksi dengan pengadukan.
B. Saran
1. Setelah dilakukan tugas akhir ini diperlukan adanya pengenalan lebih
lanjut kepada masyarakat tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
pembuatan gelatin dari tulang ikan air tawar supaya masyarakat tahu dan
mampu menghasilkan produk gelatin yang lebih berkualitas dan juga
mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan limbah tulang ikan.
commit to user
32
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta