Pembimbing:
Dr. Tugas Ratmono, Sp S
Disusun Oleh:
Kenzo Adhi Wiranata
1220221111
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus mengenai
STROKE NON HEMORAGIC. Tujuan penulisan laporan kasus ini ialah untuk
memenuhi salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik bagian Neurologi di
RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Dalam kesempatan ini perkenakanlah penulis untuk menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Dr. Tugas Ratmono, Sp.S sebagai pembimbing.
Dari kesempurnaan serta masih banyak terdapat kekurangan. Penulis
berharap semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
serta perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kedokteran.
Jakarta,
Februari 2014
Penulis
Pendahuluan
2
Stroke (CVD) merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia
puncak produktif dan sebagai penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan
keganasan.
(1)
majunya dunia kedokteran dan bertambah baiknya pelayanan kesehatan serta ditunjang
oleh perbaikan sosio ekonomi, maka terjadi usia harapan hidup menjadi meningkat.
Dengan demikian praktis insiden stroke akan meningkat. (2)
Stroke adalah suatu kelainan neurologis (lumpuh separuh badan, kesemutan/baal
separuh
badan,
gangguan
bicara,
gangguan
menelan,
gangguan
penglihatan,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
PENDAHULUAN......................................................................................... 3
DAFTAR ISI................................................................................................. 4
BAB I : LAPORAN KASUS........................................................................ 5
BAB II : ANALISA KASUS........................................................................ 29
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 71
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Pekerjaan
5. Agama
6. Status pernikahan
7. Suku bangsa
8. Tanggal masuk
9. Dirawat yang ke
10. Tanggal pemeriksaan
: Tn. N
: 74 tahun
: Laki-laki
: Serma
: ISLAM
: Menikah
: Jawa
: 24 Februari 2014
: Pertama
: 25 Februari 2014
B. ANAMNESA
Dilakukan autoanamnesa pada tanggal 25 Februari 2014
1. Keluhan utama
Sulit membuka mulut
2. Keluhan tambahan
Bicara pelo, sulit mengunyah, sulit menelan dan sakit kepala
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sulit membuka mulut dan menutup
mulut sejak 2 hari SMRS, disertai dengan bibir mencong ke kiri. Keluhan
terjadi secara tiba tiba saat pasien sedang makan dan baru yang pertama
kalinya. Pasien juga mengeluh sulit berbicara / pelo. Pasien juga
mengeluhkan bahwa badannya lemas namun tangan dan kakinya masih
bisa di gerakan. Selain itu pasien mengeluh sakit kepala, sakit kepala
dirasakan seperti ditusuk-tusuk terus menerus yang menjalar dari
belakang kepala ke arah depan. Pasien juga mengeluhkan perutnya sakit
seperti melilit-lilit sejak 2 hari SMRS. Keluhan dirasakan terus menerus
dan pasien mengaku sulit untuk BAB.
Pasien tidak langsung di bawa ke rumah sakit, oleh keluarganya
pasien beristirahat di rumah. Keesokan harinya Setelah dirasakan keluhan
h. Hepar
i. Lien
j. Ekstremitas
2. Status psikiatris
a. Tingkah laku
: wajar
b. Perasaan hati
: baik
c. Orientasi
: baik
d. Jalan fikiran
: baik
e. Daya ingat
: baik
3. Status neurologis
a. Kesadaran
: compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
b. Sikap tubuh
: berbaring terlentang
c. Cara berjalan
: tidak dapat dinilai
d. Gerakan abnormal
: tidak ada
e. Kepala
:
Bentuk
: normocephal
Simetris
: simetris
Pulsasi a.temporalis : teraba
Nyeri tekan
: tidak ada
f. Leher
:
Sikap
: normal
Gerakan
: bebas
Vertebrae
: dalam batas normal
Nyeri tekan
: tidak ada
Pulsasi a. carotis
: teraba
4. Gejala rangsang meningeal:
(kanan/kiri)
a. Kaku kuduk
: -/b. Laseque
: -/c. Kernig
: -/d. Brudzinsky I
: -/e. Brudzinsky II
: -/5. Syaraf kranialis:
a. Nervus I (N. olfactorius)
Daya penghidu: normosmia/ normosmia
b. Nervus II (N. opticus)
Ketajaman penglihatan: baik/ baik
Pengenalan warna
: baik/ baik
Lapang pandang
: tidak dilakukan
Funduskopi
: tidak dilakukan
c. Nervus III (N. occulomotorius/ trochlearis/ abdusens)
Ptosis
: -/ Strabismus
: -/-
Nistagmus
: -/Eksoftalmus : -/Enoptalmus : -/Gerakan bola mata:
- Lateral
: +/+
- Medial
: +/+
- Atas lateral
: +/+
- Atas medial
: +/+
- Bawah lateral
: +/+
- Bawah medial
: +/+
- Atas
: +/+
- Bawah
: +/+
- Gaze
: -/ Pupil:
- Ukuran pupil
: 3 mm/ 3mm
- Bentuk pupil
: bulat/ bulat
- Isokor/ anisokor
: isokor
- Posisi
: di tengah/ di tengah
- Refleks cahaya langsung
: +/+
- Refleks cahaya tidak langsung : +/+
- Refleks akomodasi/ konvergensi : +/+
d. Nervus V (N. trigeminus)
- Menggigit
: Kurang kuat
- Membuka mulut
: tidak maksimal
- Sensibilitas atas
: +/+
- Sensibilitas tengah : +/+
- Sensibilitas bawah
: +/+
- Refleks masseter
:- Refleks zigomatikus : tidak dilakukan
- Refleks kornea
: +/+
- Refleks bersin
: tidak dilakukan
e. Nervus VII (N. fasialis)
- Pasif
- Kerutan kulit dahi : simetris
- Kedipan mata
: simetris
- Lipatan nasolabial : asimetris, lebih datar yang sebelah kanan
- Sudut mulut
: asimetris, trurun ke sebelah kiri
- Aktif
- Mengerutkan dahi
: simetris
- Mengerutkan alis
: simetris
- Menutup mata
: simetris
- Meringis
: asimetris, turun ke sebelah
-
Menggembungkan pipi
kiri
: tidak bisa
- Gerakan bersiul
: simetris
- Daya pengecapan lidah 2/3 depan: tidak dilakukan
- Hiperlakrimasi
: tidak ada
- Lidah kering
: tidak ada
f. Nervus VIII (N. acusticus)
Suara gesekan jari tangan
: +/+
Mendengarkan detik jam arloji
: +/+
Tes rinne
: tidak dilakukan
Tes weber
: tidak dilakukan
Tes swabach
: tidak dilakukan
g. Nervus IX (N. glossopharyngeus)
Arkus faring
: pasien sulit membuka
mulut
Posisi uvula
: pasien sulit membuka
mulut
Daya pengecap lidah 1/3 belakang : tidak dilakukan
Refleks muntah
: tidak dilakukan
h. Nervus X (N. vagus)
Denyut nadi : teraba, reguler
Arkus faring : simetris
Bersuara
: kurang jelas
Menelan
: sulit
i. Nervus XI (N. assesorius)
Memalingkan kepala : baik
Sikap bahu
: simetris
Mengangkat bahu
: simetris
j. Nervus XII (N. hipoglosus)
Menjulurkan lidah
: deviasi ke arah kanan
Kekuatan lidah
: baik
Atrofi lidah
: tidak ada
Artikulasi
: disatria (pelo)
Tremor lidah
: tidak ada
6. Motorik:
Gerakan : Bebas
bebas
Bebas
bebas
Kekuatan : 5555 5555
5555 5555
Tonus otot : Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
Trofi
: Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
7. Refleks fisiologis:
a. Refleks tendon:
Refleks biseps
: +/+
Refleks triseps
: +/+
Refleks patella
: +/+
Refleks archilles
: +/+
b. Refleks periosteum: tidak dilakukan
c. Refleks permukaan:
Dinding perut : tidak dilakukan
Cremaster
: tidak dilakukan
Spincter ani : tidak dilakukan
8. Refleks Patologis:
a. Hoffman trimmer : -/b. Babinski
: -/c. Chaddock
: -/d. Oppenheim
: -/e. Gordon
: -/f. Schaefer
: -/g. Rosolimo
: -/h. Mendel bechterew: -/i. Klonus paha
: -/j. Klonus kaki
: -/9. Sensibilitas:
Eksteroseptif:
Nyeri : +/+
Suhu : tidak dilakukan
Taktil : + / +
Propioseptif:
Posisi
: tidak dilakukan
Vibrasi
: tidak dilakukan
Tekanan dalam
: tidak dilakukan
10. Koordinasi dan keseimbangan:
a. Tes Romberg
: tidak dilakukan
b. Tes tandem
: tidak dilakukan
c. Tes fukuda
: tidak dilakukan
d. Disdiadokinesis
: tidak dilakukan
e. Rebound phenomen
: tidak dilakukan
f. Dismetri
: tidak dilakukan
g. Tes telunjuk hidung
: normal
h. Tes telunjuk telunjuk
: normal
i. Tes tumit lutut
: tidak dilakukan
11. Fungsi otonom:
a. Miksi
Inkontinensia : tidak ada
Retensi urin : tidak ada
Anuria
: tidak ada
10
b. Defekasi
Inkontinensia : tidak ada
Retensi
: tidak ada
12. Fungsi luhur
a. Fungsi bahasa
b. Fungsi orientasi
c. Fungsi memori
d. Fungsi emosi
e. Fungsi kognisi
: baik
: baik
: baik
: baik
: baik
STROKE SCORE
Siriraj Stroke Score
Rumus : (2,5x derajat kesadaran) + (2x vomitus) + (2x nyeri kepala) + (0,1
diastolik) (3x petanda ateroma) 12
Keterangan :
Pada pasien ini tidak ada penurunan derajat kesadaran, nyeri kepala, dan vomitus
pada saat kejadian serangan. TD saat masuk 170/110. Pasien memiliki riwayat
CVD dan penyakit jantung koroner. Maka Siriraj Stroke Score pada pasien ini
maka dapat dihitung sebagai berikut :
Siriraj Stoke Score = (2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 100) - (3 x 0) - 12
Siriraj Stroke Score = 0 + 0 + 0 + 10 0 12
Siriraj Stroke Score = - 2
Hasil skoring <-1 pada skoring mendukung diagnosa stroke iskemik.
Gajah Mada Score
Kriteria
Refleks patologis : + = ada, - = tidak ada
Nyeri kepala : + = ada, - = tidak ada
Muntah : + = ada, - = tidak ada
2 tanda positif = stroke hemoragik
2 tanda negatif = stroke iskemik
11
Pada pasien ini pemeriksaan fisik menunjukkan adanya refleks patologis, tidak
adanya nyeri kepala dan muntah. Sehingga Skor Gajah Mada pasien :
Variabel
Skoring
Refleks patologis
Nyeri Kepala
Muntah
Total
3 tanda negatif stroke iskemik
Kesimpulan : berdasarkan sistem skoring Gajah Mada pasien ini mengarah pada
stroke iskemik.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Jenis pemeriksaan
Tanggal
25-02-2014
Nilai rujukan
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
15,3 g/ dl
44%
5,2 juta/uL
11300/uL
592000/uL
84
29
35
12-16 g/dL
37-47 %
4,3-6,0 juta/uL
4800-10800/uL
150000-400000/uL
80 96 fL
27 32 pg
32 36 g/dL
Kimia Klinik
Ureum
Kreatinin
Natrium
Kalium
Klorida
Glukosa darah puasa
Glukosa darah 2 jam PP
Asam urat
55 mg/dL
1,0 mg/dL
142 mEq/L
3,4 mEq/L
108 mEq/L
118 mg/dL
123 mg/dL
8.5 mg/dL
20-50 mg/dL
0,5-1,5 mg/dL
135-145 mg/dL
3,5-5,3 mEq/L
97-107 mEq/L
70-100 mg/dL
<140 mg/dL
3.5 7.4 mg/dL
Koagulasi
12
Detik
Waktu protombin
Kontrol
Pasien
10.9
10.6
APTT
Kontrol
Pasien
Detik
31.6
27-39 detik
31.5
491
0.80-1.30
IHR
0.90
0-300 mg/mL
D-dimer
300
Fibrinogen
Albumin
Kolesterol total
Trigliserida
HDL
LDL
SGPT
SGOT
4,2g/dL
163mg/dL
86mg/dL
39mg/dL
107mg/dL
42U/L
21U/L
3,5 5,0g/dL
< 200 mg/dL
< 160 mg/dL
>35mg/dL
< 100mg/dL
< 40U/L
< 35 U/L
4.
13
Kesan:
Atrofi serebri senilis disertai
akut lakunar infark basal
ganglia
kiri
dan
bercak
kornu posterior
SPN dan mastoid air cells
masih cerah
Deviasi septum nasi ke kanan
E. RESUME
1. Anamnesa (tanggal 25 Februari 2014)
Pasien datang dengan keluhan sulit membuka mulut dan menutup
mulut sejak 2 hari SMRS, disertai dengan bibir mencong ke kiri. Keluhan
terjadi secara tiba tiba saat pasien sedang makan dan baru yang pertama
kalinya. Pasien juga mengeluh sulit berbicara / pelo. Pasien juga
mengeluhkan bahwa badannya lemas namun tangan dan kakinya masih
bisa di gerakan. Selain itu pasien mengeluh sakit kepala, sakit kepala
dirasakan seperti ditusuk-tusuk terus menerus yang menjalar dari
belakang kepala ke arah depan. Pasien juga mengeluhkan perutnya sakit
seperti melilit-lilit sejak 2 hari SMRS. Keluhan dirasakan terus menerus
dan pasien mengaku sulit untuk BAB.
Pasien tidak langsung di bawa ke rumah sakit, oleh keluarganya
pasien beristirahat di rumah. Keesokan harinya Setelah dirasakan keluhan
semakin memberat kemudian pasien memeriksakan ke dokter dan
diberikan 5 macam obat namun tidak tau namanya. Keesokan harinya
keluhan masih juga belum berkurang lalu pasien dibawa ke RSPAD, pada
14
saat di UGD pasien masih sadar. Sekarang pasien perawatan di unit stroke
dengan keluhan yang masih sama.
2. Pemeriksaan fisik (tanggal 25 Februari 2014 )
a. Keadaan umum : tampak sakit sedang
b. Gizi
: Normoweight
BB = 56 kg TB = 165 cm IMB = 20.56 Kg/m2
Status generalis :
Tekanan darah kanan : 170/100 mmHg
Tekanan darah kiri
: 170/100 mmHg
c. Status neurologis:
Kesadaran: compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
Syaraf kranialis:
a. Nervus V (N. trigeminus)
- Menggigit
: Kurang kuat
- Membuka mulut
: tidak maksimal
15
Jenis pemeriksaan
Tanggal
25-02-2014
Nilai rujukan
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
15,3 g/ dl
44%
5,2 juta/uL
11300/uL
592000/uL
84
29
35
12-16 g/dL
37-47 %
4,3-6,0 juta/uL
4800-10800/uL
150000-400000/uL
80 96 fL
27 32 pg
32 36 g/dL
Kimia Klinik
Ureum
Kreatinin
Natrium
Kalium
Klorida
Glukosa darah puasa
Glukosa darah 2 jam PP
Asam urat
55 mg/dL
1,0 mg/dL
142 mEq/L
3,4 mEq/L
108 mEq/L
118 mg/dL
123 mg/dL
8.5 mg/dL
20-50 mg/dL
0,5-1,5 mg/dL
135-145 mg/dL
3,5-5,3 mEq/L
97-107 mEq/L
70-100 mg/dL
<140 mg/dL
3.5 7.4 mg/dL
Koagulasi
Waktu protombin
Kontrol
Pasien
Detik
10.9
10.6
APTT
Kontrol
Pasien
Detik
31.6
27-39 detik
31.5
Fibrinogen
491
0.80-1.30
IHR
0.90
0-300 mg/mL
D-dimer
300
Albumin
Kolesterol total
4,2g/dL
163mg/dL
3,5 5,0g/dL
< 200 mg/dL
16
Trigliserida
HDL
LDL
SGPT
SGOT
86mg/dL
39mg/dL
107mg/dL
42U/L
21U/L
8.
Atrofi
akut
lakunar
ganglia
infark
basal
lateralis
kornu
posterior
17
kornu posterior
- Diagnosis etiologis: CVD - stroke non hemoragik
DD / stroke hemoragic
G. PENGOBATAN
Penatalaksanaan umum
Breathing
Blood
Dengan pemberian obat anti hipertensi yaitu Amlodipin 1x5mg per oral.
Sebenarnya pemberian obat anti hipertensi pada stroke non hemoragik
baru diberikan pada tekanan sistolik > 220 mmHg dan atau diastolik >
120 mmHg (stroke non hemoragik). Dan penurunan tekanan darah
maksimal 20 %. Jadi pada pasien ini seharusnya tidak perlu diberikan
obat anti hipertensi.
Brain
tanda nyeri kepala, muntah proyektil dan bradikardi relatif harus diatasi.
Obat yang biasa dipakai adalah manitol 20% 1-1,5 ge/kgBB dilanjutkan
dengan 6x100cc (0,5gr/KgBB),dalam 15-20 menit dengan pemantauan
osmolaritas antara 300-320 mOsm. Bila terjadi kejang beri antikonvulsan
diazepam i.v.
Bladder
Bowel
Kebutuhan cairan dan kalori terus dipantau, pasien makan dan minum.
18
Bone
harus miring kanan dan kiri bergantian. Pada pasien ini masih koperatif
sehingga dapat melakukannya sendiri.
1. Medikamentosa
- IVFD RL 20 tpm
- Inj Neorobion 1x1 amp
- Citicolin 2x1 gr PO
- Clopidogrel 1x75mg PO
- Amlodipine 1x10 mg per oral (malam)
2. Non medikamentosa
Edukasi
Edukasi saat rawat inap adalah agar menganjurkan pasien melakukan
miring kanan miring kiri untuk mencegah terjadinya dekubitus. Selain
itu pasien diharapkan tidur dengan posisi kepala ditinggikan sebesar 30
-
derajat.
Fisioterapi
H. PROGNOSIS
- Ad vitam
- Ad fungsionam
- Ad sanasionam
- Ad cosmesticum
: dubia ad bonam
: dubia
: dubia
: dubia ad bonam
19
BAB II
ANALISIS KASUS
1. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan sulit membuka mulut dan menutup mulut
sejak 2 hari SMRS, disertai dengan bibir mencong ke kiri. Keluhan terjadi secara
tiba tiba saat pasien sedang makan dan baru yang pertama kalinya. Pasien juga
mengeluh sulit berbicara / pelo. Pasien juga mengeluhkan bahwa badannya lemas
namun tangan dan kakinya masih bisa di gerakan. Selain itu pasien mengeluh
sakit kepala, sakit kepala dirasakan seperti ditusuk-tusuk terus menerus yang
menjalar dari belakang kepala ke arah depan.
Dari keluhan di atas dapat disimpulkan bahwa pada pasien ini terdapat
gejala fokal yaitu hemiparese dextra yang terjadi secara mendadak dan
diakibatkan karena adanya gangguan perdarahan otak yang menyebabkan
gangguan fungsional yang disebut dengan penyakit stroke. Hal tersebut sesuai
dengan definisi stroke dari WHO yaitu gangguan fungsional otak yang terjadi
secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal (seperti paresis, sulit
bicara, buta) maupun global (gangguan kesadaran) yang berlangsung lebih dari
24 jam atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak.
Pasien juga mengeluhkan perutnya sakit seperti melilit-lilit sejak 2 hari
SMRS. Keluhan dirasakan terus menerus dan pasien mengaku sulit untuk BAB.
20
Dari keluhan tersebut dicurigai adanya gangguan saraf otonom yaitu konstipasi
atau gejala ileus obstruksi.
Dari anamnesis yang didapatkan bahwa keluhan terjadi saat istirahat
(makan malam), onset mendadak, sedikit sakit kepala, tidak ada muntah, kejang
dan penurunan kesadaran dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami stroke non
haemoragik sesuai penggolongan berdasarkan tabel di bawah :
Tabel perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan
anamnesis:
Gejala
Stroke hemoragik
Stroke non
Mendadak
Sedang aktif
+++
+
+
+++
hemoragik
Mendadak
Istirahat
+
21
22
kelumpuhan pada saraf III, IV, VI, dan VIII. Namun tetap sebaiknya dilakukan
pemeriksaan untuk saraf tersebut sebagai pembuktian.
Pada pasien terdapat gangguan BAB, dapat dicurigai pada pasien
mengalami gangguan fungsi otonom atau terjadi gejala ileus obstruksi. Namun
tdak terdapat gangguan BAK berarti BAK pada pasien masih normal.
Dari anamnesis didapatkan pasien memiliki riwayat hipertensi tidak
terkontrol. Dari hal ini dapat dilihat bahwa pasien memiliki faktor risiko terhadap
penyakit stroke yaitu hipertensi yang tidak terkontrol. Hipertensi sangat berperan
penting untuk terjadinya infark dan perdarahan otak yang terjadi pada pembuluh
darah kecil. Hipertensi akan meningkatkan resistensi dinding pembuluh darah
yang kemudian akan mempercepat arteriosklerosis sehingga mudah terjadi
trombus atau emboli pada pembuluh darah kecil. Hipertensi secara langsung
dapat menyebabkan arterioskelrosis obstruktif, lalu infark lakuner dan
mikroaneurisma. Hal ini dapat menjadi penyebab utama perdarahan intra serebral
yang kemudian akan menimbulkan berbagai macam keluhan akibat gangguan
fungsional pada otak yang terjadi mendadak.
Pasien mempunyai kebiasaan merokok dan minum kopi karena gaya
hidup pasien tersebut tidak sehat sehingga menyebabkan peninggian
koagulabilitas, viskositas darah, meninggikan kadar fibrinogen, mendorong
agregasi platelet, meninggikan tekanan darah, meninggikan hematokrit,
menurunkan kolesterol HDL, dan meningkatkan kolesterol LDL
Dari seluruh anamnesis didapatkan kesimpulan bahwa tanda-tanda
klinis tersebut mengarah pada terjadinya stroke karena terjadi secara tibatiba. Ditambah karena gaya hidup pasien yang tidak sehat dan hipertensi
tidak terkontrol merupakan faktor resiko untuk terjadinya stroke. Untuk itu
23
Meringis
24
MRI kepala didapatkan tak tampak lesi hiper akut, T2 dan TIRM tampak
bercak hiperintens basal ganglia kiri. TIRM, bercak hiperintens
periventrikel lateralis kornu posterior. Tak tampak lesi hipo atau
hiperintens pons, cerebelum, basal ganglia kanan maupun thalamus kanan
kiri. Merupakan gambaran akut lacunar infark basal ganglia kiri dan
bercak iskemik periventrikel lateralis kornu posterior. Dari pemeriksaan
fisik yang ditemukan yaitu hemiparese dextra dan parese N. VII dextra
tipe sentral kemungkinan kelainan berarti di hemisfer cerebri sinistra. Hal
ini sesuai dengan hasil MRI yaitu kelainan terdapat pada basal ganglia
kiri yang menimbulkan kelumpuhan pada sisi kontralateral.
4. Diagnosis
kornu posterior
Diagnosis etiologis: CVD - stroke non hemoragik
DD / stroke hemoragic
5. Pengobatan
Penatalaksanaan umum
25
Breathing
liter, untuk memenuhi suplai oksigen ke otak. Pada stroke non hemorage
pembuluh darah otak mengalami sumbatan sehingga otak kurang
mendapatkan suplai oksigen.
Blood
Dengan pemberian obat anti hipertensi yaitu Amlodipin 1x5mg per oral.
Sebenarnya pemberian obat anti hipertensi pada stroke non hemoragik
baru diberikan pada tekanan sistolik > 220 mmHg dan atau diastolik >
120 mmHg (stroke non hemoragik). Dan penurunan tekanan darah
maksimal 20 %. Jadi pada pasien ini seharusnya tidak perlu diberikan
obat anti hipertensi.
Brain
tanda nyeri kepala, muntah proyektil dan bradikardi relatif harus diatasi.
Obat yang biasa dipakai adalah manitol 20% 1-1,5 ge/kgBB dilanjutkan
dengan 6x100cc (0,5gr/KgBB),dalam 15-20 menit dengan pemantauan
osmolaritas antara 300-320 mOsm. Bila terjadi kejang beri antikonvulsan
diazepam i.v.
Bladder
Bowel
Kebutuhan cairan dan kalori terus dipantau, pasien makan dan minum.
Bone
: untuk mencegah terjadinya dekubitus, maka posisi pasien
harus miring kanan dan kiri bergantian. Pada pasien ini masih koperatif
26
meningkatkan
kolin,
menghambat
pengerusakan
phosphatydilcholine,
untuk
fungsi
kognitif.
Pada
metabolisme
neuron
Clopidogrel 1x75mg PO
Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain
27
28
c.
Fisioterapi
I. PROGNOSIS
- Ad vitam
: Dubia ad bonam
29
Ad fungsionam
Ad sanasionam
baik.
: Dubia
Karena pasien banyak mendapat dukungan penuh
dari keluarga sekitar yang juga membangkitkan
semangat pasien untuk sembuh namun akan dapat
berulang bila pasien tidak dapat merubah gaya
Ad cosmesticum
hidupnya.
: Dubia ad bonam
Karena tidak ada kelumpuhan yang tidak akan
memberikan penampilan yang kurang baik dari
cara berjalan pasien nantinya.
30
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut WHO Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional
otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan
kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
B. Faktor Risiko
Faktor
resiko
untuk
stroke
antara
lain
penyakit
jantung
hipertensi,kekanduan
alcohol,dan
merokok.
Dalam
bidang
31
Atrial fibrilasi
Aritmia
Kelainan EKG
Dalam hal ini perlu diingat bahwa stroke sendiri dapat menimbulkan
3. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan faktor resiko untuk terjadinya infark
otak, sedangkan peranannya pada perdarahan belum jelas. Diduga DM
mempercepat
terjadinya
proses
arteriosklerosis,
biasa
dijumpai
arteriosklerosis lebih berat, lebih tersebar dan mulai lebih dini. Infark
otak terjadi 2,5 kali lebih banyak pada penderita DM pria
dan 4 kali
32
mendorong
terjadinya
atherosclerosis
yang
selanjutnya
33
darah yang terkena. Terdapat beberapa sindroma sesuai dengan arteri yang
terkena.
Sistem pembuluh darah karotis :
1.
Hemihipestesia kontralateral
2.
Inkontinesia urine
34
2.
Hemiparese kontralateral
Gangguan
fungsi
serebellum
(ataksia,
hipotoni,
vertigo,
nystagmus, muntah).
Sistem serebrovaskular memberi otak aliran darah yang banyak
mengandung zat makanan yang penting bagi fungsi normal otak.Terhetinya
aliran darah serebrum (CBF) selama beberapa detik saja akan manimbulkan
gejala disfungsi serebrum. Apabila berlanjut beberapa detik,defisiensi CBF
menyebabkan kehilangan kesadaran dan akhirnya iskemia serebrum.CBF
normal sekitar 50 ml/100 gram jaringan otak/menit.Otak mempunyai
kemampuan mengendalikan volune aliran darahnya sendiri dibawah kondisi
tekanan darah arteri yang selalu berubah-ubah yang disebut Autoregulasi
otak.
Mekanisme patofisiologi umum gangguan pasokan aliran darah otak
dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk siklus willis:
arteri karotis interna dan system vertebrobasilar atau semua cabangcabangnya.
Patologi proses yang terjadi dalam pembuluh darah yang mempengaruhi
otak dapat berupa:
35
D. Klasifikasi
Berdasarkan tipenya, stroke dibagi dalam:
1. Infark otak (Non Hemorrhagic Stroke)
2. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
3. Perdarahan Sub Arachnoidalis (PSA)
1.
36
ini timbul defisit neurologik. Kematian sel otak terjadi bila ADO kurang
dari 10 ml/100 gr/menit diakibatkan oleh kegagalan energi sehingga K+
keluar dan CA++ masuk kedalam sel.
Berkurangnya ADO oleh trombosis, emboli atau hemodinamik akan
menyebabkan keadaan iskemia di suatu bagian otak.
Adanya kolateral dari pembuluh darah disekitarnya dan adanya
mekanisme vasodilatasi memungkinkan terjadinya beberapa hal keadaan
berikut ini:
a. Sumbatan yang kecil dan dapat dikompensasi oleh sistem kolateral
atau vasodilatasi lokal. Secara klinis dikenal sebagai TIA.
b. Sumbatan lebih besar, daerah iskemia lebih luas, tetapi masih dapat
dikompensasi
dengan
mekanisme
seperti
di
atas
walaupun
37
bila
38
39
menyebabkan
diproduksinya
molekul
oksigen
bebas
yang
40
Hilangnya
cadangan
energi
menyebabkan
41
42
1. Anamnesis
Langkah ini tidak sulit karena kalau memang stroke sebagai penyebabnya,
maka sesuai dengan definisinya, kelainan saraf yang ada timbulnya adalah
secara mendadak. Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke,
maka langkah berikutnya adalah menetapkan stroke tersebut termasuk jenis
yang mana, stroke hemoragis atau stroke non hemoragis.
Tabel Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan anamnesis.
Gejala
Stroke hemoragik
Mendadak
Mendadak
Saat onset
Sedang aktif
Istirahat
Peringatan (warning)
Nyeri kepala
+++
Kejang
Muntah
Penurunan kesadaran
+++
43
Ya
Stroke
perdarahan
intraserebral
Tidak
Penurunan
(+)
kesadaran
Ya
Stroke
perdarahan
intraserebral
Tidak
Penurunan
kesadaran (-)
Ya
Stroke
perdarahan
intraserebral
Penurunan
kesadaran (-)
Nyeri kepala (-)
Refleks Babinski (+)
Ya
Stroke iskemik
akut atau stroke
infark
44
Tidak
Penurunan kesadaran (-)
Ya
Stroke iskemik
akut atau sroke
infark
Permulaan serangan
Waktu serangan
Sakit
serangan
Muntah
kepala
1
-Sangat mendadak (1-2 menit)
6,5
-Mendadak (menit-1jam)
6,5
-Bekerja (aktivitas)
6,5
-Istirahat/duduk/tidur
-Bangun tidur
10
-Hebat
7,5
-Ringan
-Tidak ada
10
7,5
45
Kesadaran
-Tidak ada
10
10
MRS
7,5
sangat
tinggi
(>200/110)
-Waktu serangan tinggi (>140/100)
-Waktu MRS tinggi (>140/100)
8
Pupil
7,5
1
1
1
-Isokor
-Anisokor
10
46
10 Fundus okuli
TOTAL SCORE
-Pinpoint kanan/kiri
10
-Midriasis kanan/kiri
10
10
10
-Perdarahan subhialoid
10
7,5
-Normal
20 STROKE HEMORAGIK
< 20 STROKE NON HEMORAGIK
Gejala / Tanda
Penilaian
Indek
Skor
1.
Kesadaran
X 2,5
X 2
X 2
(1) Mengantuk
(2) Semi koma/koma
2.
Muntah
(0) Tidak
(1) Ya
3.
Nyeri Kepala
(0) Tidak
47
(1) Ya
4.
Tekanan Darah
Diastolik
X 10 %
5.
Ateroma
(0) Tidak
X (-3)
- 12
-12
a.
DM
b.
Angina pektoris
(1) Ya
Klaudikasio Intermiten
6.
Konstanta
HASIL SSS
CATATAN
3. Pemeriksaan penunjang
1. Computed tomography (CT) scan tanpa kontras untuk membedakan antara
stroke iskemik dan stroke hemoragik.
2. Magnetic resonance imaging (MRI) sangat berguna untuk diagnosis stroke
dalam 72 jam awal, melihat area iskemik dan infark, dan lokasi lesi.
3. Cerebral angiography untuk melihat dan mengidentifikasi pembuluh darah
yang mengalami oklusi atau gangguan.
4. transcranial ultrasound (TCD) untuk memeriksa aliran darah arteri di
dalam kepala.
5. Pemeriksaan foto thoraks untuk menilai keadaan jantung. Pada hipertensi
kronis terdapat adanya pembesaran ventrikel kiri (Caplan, 2006).
48
G. Penatalaksanaan
Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan
mortalitas dan mengurangi kecacatan. (Time is Brain). Tujuan utama
pengobatan adalah untuk memperbaiki aliran darah ke otak secepat
mungkin dan melindungi neuron dengan memotong kaskade iskemik.
Pengelolaan pasien stroke akut pada dasarnya dapat di bagi dalam :
1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B
1.a
Breathing
1.b
Blood
1.c
Brain
1.d
Bladder
1.e
Bowel
49
4. Rehabilitasi
1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B
1.a
Breathing : Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem
untuk mencegah kekurang oksigen dengan segala akibat
buruknya. Dijaga agar oksigenasi dan ventilasi baik, agar tidak
terjadi aspirasi (gigi palsu dibuka). Intubasi pada pasien dengan
GCS < 8. Pada kira-kira 10% penderita pneumonia (radang
paru) merupakan merupakan penyebab kematian utama pada
minggu ke 2 4 setelah serangan otak. Penderita sebaiknya
berbaring dalam posisi miring kiri-kanan bergantian setiap 2
jam. Dan bila ada radang atau asma cepat diatasi.
1.b
maksimal 20 %.
Obat-obat yang dapat dipergunakan Nicardipin (0,5 6
mcg/kg/menit infus kontinyu), Diltiazem (5 40 g/Kg/menit
drip), nitroprusid (0,25 10 g/Kg/menit infus kontinyu),
nitrogliserin (5 10 g/menit infus kontinyu), labetolol 20 80
mg IV bolus tiap 10 menit, kaptopril 6,25 25 mg oral / sub
lingual.
50
1.d
Bila terjadi
51
pengobatan
dengan
obat
ini
Sayangnya
mempunyai
memperbaiki
hemorheologi
seperti
obat
52
dengan
53
kerja
dengan
menghambat
jalur
menghambat
jalur
siklooksigenase,
reseptor
adenosin
difosfat
dan
reseptor
adenosin
difosfat
dan
thyenopyridine.
2.a.3. Proteksi neuronal/sitoproteksi
Sangat menarik untuk mengamati obat-obatan pada
kelompok ini karena diharapkan dapat dengan memotong
54
sel
bekerja
dengan
dengan
cara
memperbaiki
menambah
sintesa
Meta analisis
angka
kematian
dan
kecacatan
yang
diklinik
digunakan
untuk
anti
lipid,
55
upstream.
Efek
downstream
adalah
stabilisasi
Efek upstream
Pengelolaan konservatif
2.b.1.a
30
36
gr/hari,
Asam
56
warfarin
dengan
prothrombine
time
memanjang.
Untuk mengurangi kerusakan jaringan
iskemik disekeliling hematom dapat diberikan
obat-obat yang mempunyai sifat neuropriteksi.
2.b.1.b
Bila
57
Usia
Lebih 70 th
--------------
60 70 th
--------------
Kurang 60 th
--------------
2.
Tingkat kesadaran
Koma/sopor --------------tak dioperasi
Sadar/somnolen -------------tak dioperasi kecuali kesadaran atau keadaan
neurologiknya menurun
Perdarahan serebelum : operasi kadang hasilnya memuaskan walaupun
kesadarannya koma
58
3.
Topis lesi
a.
b. Perdarahan putamen
Bila hematoma kecil atau sedang --------- tak dioperasi
Bila hematoma lebih dari 3 cm --------- tak dioperasi, kecuali
kesadaran
defisit
atau
neurologiknya
memburuk
c. Perdarahan thalamus
Pada umumnya tak dioperasi, hanya ditujukan pada hidrocepalusnya
akibat perdarahan dengan VP shunt bila memungkinkan.
d. Perdarahan serebelum
Bila perdarahannya lebih dari 3 cm
dalam minggu pertama maka ---------- operasi
Bila perjalanan neurologiknya stabil ----------diobati
secara
medisinal
dengan pengawasan
Bila hematom kecil tapi disertai
tanda tanda penekanan batang otak ----------- operasi
4. Penampang volume hematoma
59
3. Rehabilitasi
60
DAFTAR PUSTAKA
1.
61
Kasus Neurologi. Buku kedua. Jakarta : Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad. 2007
2.
Beers, Mark. H., MD. Merck Manual. Eighteenth Edition. 2006 : 1921-1922
3.
4.
5.
6.
7.
8.
62