Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena Dia senantiasa memberiksn
nikmat-Nya, sehingga penyusunan karya tulis ini dapat selesai dengan baik.
Dengan membaca karya tulis ini penulis berharap dapat membantu pembaca sekalian
mengetahui tentang cara pembuatan susu maupun yang lainnya. Untuk para pembaca
umumnya, karya tulis ini kiranya dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan
wawasan yang telah ada.
Walaupun penulis telah berusaha sesuai kemampuan, namun penulis yakin bahwa manusia itu
tak ada yang sempurna ibaratnya tak ada gading yang tak retak. Seandainya dalam
penyususnan karya tulis ini ada yang kurang, maka itulah bagian dari kelemahan penulis.
Mudah-mudahan dari kelemahan itulah yang akan membawa kesadaran kita akan kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang
telah meluangkan waktunya untuk membaca karya tulis ini.
Untuk itu penulis selalu menantikan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi perbaikan penyusunan karya tulis ini.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..
DAFTAR ISI
Bab II ...
Pembahasan..
A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM
B. YANG BERHAK MELAKUKAN PEMELIHARAAN ANAK
C. MACAM-MACAM HADHINAH
D. HIKMAH HADHANAH
E. UPAH HADHANAH
Bab III..
Kesimpulan..

BAB II
PEMBAHASAN
HADHANAH(Memdidik Dan Memilihara Anak)
A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM
1 . Pengertianya
Memelihara dan mendidik anak adalah merupakan tanggung jawab bersama suami
istri, tetapi beban itu lebih banyak dipikul oleh seorang ibu, terutama ketika anak anak itu
masih dibawah umur. Menurut para ulama sampai usia 7 tahun bagi anak laki-laki dan sampai
puber kesatu bagi anak perempuan.
Namun yang terpenting kedua orang tua dituntut menjadi pemimpin bagi anakanaknya, sehingga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.dan untuk itu, maka pendidikan
yang paling penting diberikan terhadap anak kita usia dini adalah pendidikan aqidah.
2. Dasar Hukumnya.
Hadhanah (pengasuhan anak) hukumnya wajib, karena anak yang masih memerlukan
pengasuhan ini akan mendapatkan bahaya jika tidak mendapatkan pengasuhan dan
perawatan, sehingga anak harus dijaga agar tidak sampai membahayakan. Selain itu ia juga
harus tetap diberi nafkah dan diselamatkan dari segala hal yang dapat merusaknya.
Hadhanah sangat terkait dengan tiga hak:
- Hak wanita yang mengasuh.
- Hak anak yang diasuh.
- Hak ayah atau orang yang menempati posisinya.

B. YANG BERHAK MELAKUKAN PEMELIHARAAN ANAK


Urutan Orang yang Berhak Mengasuh Anak.
Mengingat bahwa wanita lebih memahami dan lebih mampu mendidik, disamping lebih
sabar, lebih lembut, lebih leluasa dan lebih sering berada bersama anak, maka ia lebih berhak
mendidik dan mengasuh anak dibandingkan laki-laki. Hal ini berlangsung hanya pada usiausia tertentu, namun pada fase-fase berikutnya laki-laki yang lebih mampu mendidik dan
mengasuh anak dibandingkan wanita.
Ibu adalah wanita yang paling berhak mengasuh anak
Jika wanita lebih berhak mendidik dan mengasuh anak daripada laki-laki, maka -sesuai ijma
ulama- ibu kandung sianak tentu lebih berhak mengasuh anaknya setelah terjadi perpisahan
(antara suami dan istrinya), baik karena talak, meninggalnya suami atau suami menikah
dengan wanita lain, karena ibu jauh memiliki kelembutan dan kasih sayang, kecuali jika ada
penghalang yang menghapuskan hak si ibu untuk mengasuh anak.
Diriwayatkan dari Amr bin Syuaib dengan menukil dari ayahnya, dari kakeknya bahwa ada
seorang wanita yang mengadu kepada Rasulullah r: Wahai RAsulullah, anak ini dulu pernah
menjadikan perutku sebagai wadahnya, payudaraku sebagai sumber minumnya dan kamarku
sebagai rumahnya. Kini ayahnya telah menceraikanku dan ingin merampasnya dariku.
Rasulullah r bersabda kepada wanita ini Kamu lebih berhak terhadapnya selama kamu
belum menikah lagi. (hasan HR Abu Daud, Ahmad dan Al-Baihaqi)
Urutan orang yang berhak mengasuh anak setelah ibu kandung
Hanya saja ke-empat imam madzhab lebih mendahulukan kalangan kerabat dari pihak ibu
dibandingkan dari kalangan kerabat dari pihak ayah dalam tingkat kerabatan yang sama
(misalnya mendahulukan nenek dari pihak ibu dari pada nenek pihak ayah).
Namun dalam hal ini untuk menjadi seorang hadhanah harus mempunyai syarat-syarat yakni :
v Berakal
v Merdeka
v Menjalankan Agama
v Dapat menjaga Kehormatan dirinya
v Orang yang dipercaya
v Orang yang menetap didalam negri anak yang di didiknya
v Keadaan perempuan tidak bersuami, kecuali bersuami denga keluarga dari anak yang
memang berhak pula yang untuk mendidik anak itu, maka haknya tetap

C. Macam- Macam Hadhanah


Hadhanah merupakan kebutuhan atau keharusan demi kemaslahatan anak itu sendiri,
sehingga meskipun kedua orang tua mereka memiliki ikatan atau sudah bercerai anak tetap
berhak mendapatkan perhatian dari kedua anakanya.
a) hadhanah Pada Masa Perkawinan.
UUP No. 1 tahun 1974 pasal 45, 465, 47 sebagai berikut:
Pasal 45:
1. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak mereka sebaik-baiknya.
2. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini berlaku sampai anak itu
kawin atau berdiri sendiri berlaku terus meski perkawinan antara orang tua putus.
Pasal 46:
1. Anak wajib menghormati orang tua dan menaati kehendak mereka dengan baik.
2. Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan
keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka memerlukan batuannya.
Pasal 47:
1. Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan
perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya, selama mereka tidak dicabut dari
kekuasaanya.
2. Orang tua mewakili anak tersebut mengenai perbuatan hukum di dalam dan di luar
pengadilan.
Dalam hal ayat 1 Pasal 47, 49 menyebutkan bahwa kekuasaan salah satu atau kedua orang
tuanya dicabut dari anaknya atas permintaan orang tua lain, keluarga anak dalam garis lurus
ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang berwenang dengan
keputusan pengadilan meskipun dicabut mereka tetap berkewajiban.
Namun demikian orang tua masih memiliki kewajiban atas biaya pemeliharaan anak tersebut
(ayat 2) berkaitan dengan pemeliharaan anak juga, orang tua pun mempunyai tanggung jawab
yang berkaitan dengan kebendaan. Dalam pasal 106 KHI disebutkan bahwa orang tua
berkewajiban merawat dan mengembangkan harta anaknya yang belum dewasa atau di
bawah pengampuan. Dan orang tua bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan
karena kesalahan dan kelalaian dari kewajiban.
Ditambah dengan KHI pasal 98 dan 99 tentang pemeliharaan anak :
Pasal 98 :

1. Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa 21, sepanjang tidak cacat
fisik atau mental.
2. Orang tuanya mewakili anaknya tersebut mengenai segala perbuatan.
3. PA (Pengadilan Agama) dapat menunjuk kerabat terdekat yang mampu bila
orangtuanya tidak mampu.
Pasal 99 :
Anak yang sah adalah :
1. Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah;
2. Hasil dari perbuatan suami istri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh istri
tersebut;
b Hadhanah Pada Masa Perceraian
Perceraian bukanlah halangan bagi anak untuk memperoleh hak pengasuhan atas dirinya dan
kedua orang tuanya, sebagaimana yang telah diatur pada UUP NO.1 thn 1974 Pasal 41
tentang akibat putusnya perkawinan karena perceraian adalah:
1. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara, mendidik anak-anaknya,
semata-mata berdasarkan kepentingan anak bilaman ada perselisihan mengenai
pengasuhan anak bilamana ada perselisihan mengenai pengasuhan anak-anak,
pengadilan memberi keputusan;
2. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pendidikan dan pemeliharaan,
bilamana bapak dalam kenyataannya tidak dapt memenuhi kewajiban tersebut,
pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.
3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya
penghidupan dan menentukan suatau kewajiban bagi bekas istri.
Dan diatur juga dalam KHI pada pasal 105 dalam permasalahan perceraian, yang mana anak
pada saat itu belum mumayyiz yaitu:
1. Belum berumur 12 tahun masih haknya seorang ibu.
2. Ketika sudah mumayyiz disrahkan kepada anaknya untuk memilih diantara kedua
orang tuanya sebagai pemegang hak pemeliharaannya.
3. Biaya pemeliharaan di tanggung oleh ayah.
Sedangkan menurut fikih 5 mazdab :
1. Hanafi: 7 tahun untuk laki- laki dan 9 tahun untuk perempuan.

2. SyafiI: Tidak ada batasan tetap tinggal bersama ibunya sampai ia bias menentukan
atau berfikir hal yang terbaik baginya. Namun bila ingin bersama ayah dan ibunya,
maka dilakukan undian, bila si anak diam berarti memilih ibunya.
3. maliki: Anak laki- laki hingga baligh dan perempuan hingga manikah.
4. Hambali: Masa anak laki- laki dan perempuan dan sesudah itu disuruh memilih ayah
atau ibunya.
5. Imamiyyah: Masa asuh anak untuk laki- laki 2 tahun, sedangkan anak perempuan 7
tahun. Sesudah itu haknya ayah, hingga mencapai 9 tahun bila dia perempuan dan 15
tahun bila dia laki- laki, untuk kemudian disuruh memilih dia siapa yang ia pilih.

Sedangkan dalam KHI pada pasal 156 juga mengatur tentang hadhanah pada perceraian:
1) Anak yang belum mumayyiz dipelihara oleh ibunya kecuali telah meninggal dunia,
maka kedudukannya diganti oleh;
a)

Wanita- wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu,

b)

Ayah,

c)

Wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah,

d)

Saudara- saudara perempuan dari anak yang bersangkutan,

e)

Wanita- wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ibu,

f)

Wanita- wanita sedarah menurut garis samping ayah.

2) Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari
ayahnya atau ibunya.
3) Apabila pemegang hadhanah tidak dapat menjamin keselamatan jasmani dan rohani
anak meskipun tercukupi biayanya, maka atas permintaan kerabat yang juga mempunyai hak
yang dapat menuntut ke pengadilan untuk memindahkan hak hadhanah.
4)
Biaya hadhanah tangung jawab ayah sekurang- kurangnya sampai dewasa dan dapat
mengurus sendiri ( 21 tahun).
5)

Apabila ada perselisihan PA dapat memutuskan berdasarkan a, b, c dan d.

6)
Pengadilan dapat pula mengingat kemampuan ayahnya pada penetapan jumlah biaya
untuk memelihara dan pendidikan anak.

D. HIKMAH HADHANAH
Adapun hikmah hak memelihara anak menurut Ali Ahmad Al- Jurjawi dilihat dari 2 segi :
1. Tugas laki- laki dalam urusan penghidupan dan masyarakat berbeda dengan tugas
wanita. Perhatian seorang ibu terhadap anknya lebih tepat dan cocok karena
memelihara anaknya keistimewaan ibu.
2. Seorang ibu mempunyai rasa kasih sayang yang lebih besar terhadap anaknya dari
pada seorang ayah. Dan curahan hati tercurah lebih untuk anaknya.
Menurut hemat saya penetapan hukum kurang tepat di atas, ayah dan ibu sebaiknya saling
berbagi dalam susah dan kebagiaan terhadap anak. Dan menjadikan anak yang bermanfaat
bagi nusa dan bangsa tanpa menelantarkan dan menyusahkan tanpa di beri hak hadhanah
disebab hanya mementingkan hal pribadi.

E. UPAH HADHANAH
Ibu tidak berhak atas upah hadhanah seperti menyusui, selama ia masih menjadi istri
dari anak itu, atau masih dalam masa iddahnya. Karena dalam keadaan tersebut ia masih
dalam keadaan dinafkahi, firman Allah S.W.T. :
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anak selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuannya, dan kewajiban ayah memberikan nafkah lahir bathin
kepada ibu dengan cara yang makruf.
Adapun habis masa iddahnya maka berhak atas upah hadhanah tersebut, Allah S.W.T.
berfirman :
Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya sehingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan anak-anakmu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahlah diantara kamu dengan baik, dan jika kamu menemui kesulitan maka
perempuan lain boleh menyusukan anak itu untuknya.
Tentang pemeliharaan yang belum baliq, sedangkan keduanya bercerai, kompilasi hukum
islam menjelaskan :
Pasal 105
v Pemeliharaan anak yang belum baliq atau belum berumur 12 tahun maka hak ibunya.
v Pemeliharaan anak yang sudah baliq diserahkan kepada anaknya untuk memilih diantara
bapaknya.

v Biaya pemeliharaan ditanggung bapaknya.[


Pasal 106
Orang tuanya berkewajiban merawat dan mengembangkan harta anaknya yang belum dewasa
atau dibawah pengampuan dan tidak diperbolahkan memindahkan kecuali karena keperluan
mendesak.\
Orang tua bertanggung jawab atas kerugian atas yang ditimbulkan karena kesalahan dan
kelalaian dari dari kewajiban tersebut pada ayat (1)

BAB III
KESIMPULAN
Pemeliharan anak dalam bahasa arab disebut hadhanah, namun hadhanah menurut
bahasa berarti meletakan sesuatu ditulang rusuk atau dipangkuan karena ibu menyusukan
anaknya dipangkuannya, seakan-akan ibu melindungi dan memelihara anaknya, sehingga
hadhanah dijadikan istilah yang dimaksud.
Seorang anak dari permulaan hidupnya sampai pada umur tertentu memerlukan orang
lain untuk membantunya dalam kehidupannya, baik seperti makan, minum dll. Oleh karena
itu orang yang menjaganya perlu rasa kasih sayang, kesabaran, serta mempunyai keinginan
agar anak itu baik dikemudian hari. Dan yang memilki syarat-syarat tersebut wanita.
Oleh karena itu hadhin terutama orang tuanya, berhak atas pendidikan dan
pemeliharaan anak, karena ia perlu ketaqwaan anak itu.
Para ulama berbeda pendapat tentang hadhanah ini, apakah yang berhak itu hadhin
atau anak. Sebagian pengikut berpendapat bahwa hadhanah itu hak anak, sedangkan menurut
Imam Syafii, Ahmad, serta sebagian pangikut mazhab Iamam Maliki berpendapat bahwa
hadhanh itu haknya hadhin. Anak termasuk salah satu anggota keluarga jadi terpeliharanya
dari api neraka hak anak yang wajib dilaksanakan orang tuanya.

TUGAS KELOMPOK
AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

KELOMPOK 5(LIMA)
NAMA

: 1.FASATAMA

PRAKASA
2.

3.
KELAS/SEMESTER : L/3 (Tiga)
DOSEN

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG

Anda mungkin juga menyukai