Anda di halaman 1dari 5

Diagram Fase Cair Padat

1. a1 a2, sistem liquid memasuki


area Cair + A dimana komponen
pure solid A mengendap sehingga
konsentrasi B meningkat dalam
liquid.
2. a2 a3, padatan A semakin
banyak mengendap, komposisi
padatan dan cairan sama, liquid
semakin banyak mengandung B
daripada tahap pertama.
3. a3 a4, komposisi cairan semakin
menurun,komposisinya dinyatakan
oleh titik e. Pada kondisi ini liquid
telah membeku membentuk
sistem A murni dan B murni.

a1 a2 cairan mendingin
secara tetap dan A mulai
mengendap.
Pemadatan A besifat eksoterm
sehingga pendinginan berjalan
lambat.
Sisa cairan yang mencapai
komposisi eutektik,temperatur
menjadi tetap hingga seluruh
sampel memadat (Perhentian
eutektik).
Perhentian eutekitik
menunjukkan lokasi komposisi
eutektik dan temperatur
lelehnya.

Sistem Yang Reaktif


Sistem yang reaktif terjadi ketika
dalam proses pencampuran 2 padatan A
dan B akan diperoleh suatu produk C.
A+BC

komponen A berlebih dicampur dengan


komponen B sehingga terbentuk produk
C dan sisa komponen A yang tidak
bereaksi.
Produk C ini juga akan membentuk
sistem eutektik terhadap komponen A
dan B.
a1 a2 terjadi penurunan temperatur
sehingga campuran produk (C dan sisa A)
mengalami pengendapan.
a2 a3 pengendapan meningkat,
komposisi campuran produk dalam cairan
semakin menurun.
a4 menunjukkan kondisi dimana
terbentuk padatan dua fase yang terdiri
atas C dan A.

Pelelehan Tak Kongruen


Pelelehan Tak konruen terjadi
apabila suatu komponen padatan A
dan B dicampur menghasilkan
produk C tetapi produk C tidak stabil
sebagai cairan.
Berdasarkan diagram di samping,
pada kondisi a1 cairan didinginkan
hingga a2 terbentuk padatan Na dan
cairan yang kaya K. Tetapi ketika
dilakukan pendinginan lanjutan (a 3),
cairan yang kaya K ikut memadat
sehingga pada kondisi ini diperoleh
padatan Na dan Na2K. Hal ni juga
terjadi pada titik b1 hingga b3.
Pada titik b4 jumlah senyawa padat
(Na2K) bertambah dan mencampai
komposisi eutektik dengan K.

Kemurnian Ultra dan


Ketakmurnian Terkontrol
Kemurnian ultra dan ketakmurnian
terkontrol menjadi dasar dari metode
kristalisasi terfraksi dimana
prinsipnya mirip dengan sistem
destilasi fraksional.
Berdasarkan diagram di samping
suatu cairan yang mengandung
komponen A dan B (A < B),
didinginkan hingga a1 sehingga
diperoleh endapan B dan cairan A/B.
Padatan ini dapat dipisahkan,
sedangkan cairan A/B dapat
digunakan sebagai inputan untuk
proses selanjutnya.
Hasil akhir dari proses ini yaitu akan
diperoleh padatan B dengan sanagat
sedikit kontaminasi A. Keberadaan
kontaminasi A akan menjadi sangat
terkontrol.

Anda mungkin juga menyukai