Oleh
Tiur Natalia Manalu
120302028
BUDIDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan berkatNya penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah budidaya
perairan. Makalah ilmiah ini berjudul Usaha Budidaya Ikan Patin (Pangasius
pangasius) di Keramba Jaring Apung (KJA). Makalah ilmiah ini dibuat
dalam
rangka
membuka
wawasan pengetahuan
mengenai
cara
umum
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................... 3
BAB II TAKSONOMI DAN MORFOLOGI IKAN PATIN
2.1 Taksonomi Ikan Patin... 4
2.2 Morfologi Ikan Patin 5
BAB III PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA
3.1 Faktor Teknis ................................................................................ 8
3.2 Aspek Sosial-Ekonomi .................................................................. 9
BAB IV PERSIAPAN BUDIDAYA
4.1 Penyiapan Keramba Jaring Apung................................................. 10
4.2 Penyediaan Benih.......................................................................... 13
4.3 Prasarana Budidaya ....................................................................... 15
BAB V PEMELIHARAAN
5.1 Penebaran Benih ........................................................................... 16
5.2 Pakan dan Pemberian Pakan .......................................................... 17
5.3 Pengendalian Hama dan Penyakit .................................................. 18
BAB VI PANEN DAN PASCAPANEN
6.1 Panen ............................................................................................ 20
6.2 Pascapanen ................................................................................... 21
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan ................................................................................... 25
7.2 Saran............................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Patin lokal (Pangasius djambal)..
10
11
12
15
15
16
20
21
21
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TAKSONOMI DAN MORFOLOGI IKAN PATIN
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Ostariophysi
Famili
: Pangasidae
Genus
: Pangasius
Spesies
: Pangasius pangasius.
Tubuh ikan patin terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan
ekor. Bagian kepala mulai dari ujung mulut sampai akhir tutup insang. Bagian
badan mulai dari akhir tutup insang sampai pangkal sirip anal. Sementara bagian
ekor dimulai dari sirip anal sampai ujung ekor. Sirip ekor ikan patin bentuknya
seperti gunting (bercagak) dan simetris. Ikan patin memiliki 5 sirip, yaitu
sepasang sirip dada (pectoral fin), sepasang sirip perut (ventral fin), sebuah sirip
punggung (dorsal fin), sebuah sirip dubur (anal fin), dan sebuah ekor (caudal fin).
Selain lima sirip tersebut, patin juga memiliki sirip yang tidak dimiliki ikan lain,
yaitu sirip tambahan (adipose fin) yang terletak diantara sirip punggung dan sirip
ekor. Pada sirip punggung terdapat 1 jari-jari keras (patil) dan 6-7 buah jari-jari
lunak. Sirip dubur patin cukup panjang, yakni mulai dari belakang dubur hingga
pangkal sirip ekor serta mempunyai 30-33 jari-jari lunak. Pada sirip perut terdapat
6 jari-jari lunak, sedangkan pada sirip dada terdapat 1 jari-jari keras (patil) dan 1213 jari-jari lunak (Maskuro, dkk., 2012).
BAB III
PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA
Menurut Arnelli (2010), pemilihan lokasi yang tepat dan benar memegang
peranan yang sangat penting dalam keberhasilan budidaya ikan patin. Persyaratan
yang harus dipenuhi dalam penentuan lokasi meliputi dua faktor yakni faktor
teknis dan faktor sosial-ekonomi.
3.1 Faktor Teknis
Faktor teknis merupakan faktor yang mempengaruhi secara langsung
keberhasilan atau kegagalan terhadap kegiatan teknis budidaya, misalnya lokasi
budidaya (kedalaman KJA), sumber air, limbah, dan kualitas air.
1. Arus Air
Arus air berguna untuk mensuplai oksigen ke dalam KJA dan membuang
kotoran keluar KJA. Di perairan yang bebas (tidak terlindung) arus air
mungkin lebih baik, tetapi tempat ini harus dihindari karena sewaktu terjadi
angin ribut, arus akan terlalu tinggi yang dapat berakibat rusaknya bangunan
KJA. Arus air yang baik adalah yang memungkinkan air didalam KJA berganti
selama 30-60 detik.
2. Pasang Surut dan kedalaman Perairan
Pasang surut dan kedalaman perairan perlu diperhitungkan, yakni sewaktu
surut, dasar perairan tidak kurang dari 0,5 m dari dasar jaring. Kedalaman air
lebih dari 6 m ideal bagi KJA (kedalaman > 3m saat surut terendah dari dasar
jaring).
4. Kualitas Air
Kualitas air atau mutu air yang akan digunakan untuk memelihara ikan di
KJA harus diperhatikan. Dengan kualitas air yang baik, maka ikan patin akan
hidup dan tumbuh dengan baik. Kualitas air disesuaikan komoditi yang
dibudidayakan.
5. Gelombang dan Arus Laut
KJA komoditi air laut lebih baik memilih lokasi pada daerah teluk untuk
menghindari gelombang dan arus besar. Selain itu juga dihindari jalur
pelayaran dan dijauhkan dari muara sungai (gelombang < 1m dan arus 0,2-0,5
m/dtk).
5. Bukan daerah up-welling.
6. Bebas pencemaran (industri dan rumah tangga).
7. Curah hujan yang rendah.
BAB IV
PERSIAPAN BUDIDAYA
digunakan poliethylene. Bahan lain adalah kawat yang berbungkus plastik. Satu
jaring pengaman melindungi beberapa jaring utama, bergantung ukuran jaring
utama. Umumnya untuk panjang dan lebar masing-masing 7 m, satu jaring
pengaman dapat melindungi beberapa jaring utama, bergantung ukuran jaring
utama. Umumnya untuk masing-masing jaring utama yang berukutan panjang dan
lebar masing masing 7 m, satu jaring pengaman memuat 4 jaring utama.
digunakan antara lain berupa batang bambu, batang kayu, styrofoam dan drum.
Kerusakan tidak serentak terjadi pada seluruh pelampung yang ada pada bangunan
KJA tersebut. Pada pelampung yang rusak bagian yang mengapung lebih sedikit
dibanding dengan pelampung yang normal, sehingga bangunan KJA terlihat
menjadi miring. Jika diamati lebih lanjut maka dapat dilihat penyebabnya yaitu
adaya kebocoran pada drum atau keretakan pada bambu atau kayu. Jika tingkat
kerusakan itu masih rendah maka perbaikan bisa dilakukan dengan memutar
kedudukan bagian yang bocor/retak menjadi tidak lagi terendam air.
BAB V
PEMELIHARAAN
BAB VI
PANEN DAN PASCAPANEN
6.2 Panen
Pemanenan benih dilakukan setelah masa pemeliharaan berakhir. Caranya
adalah dengan mengeringkan air kolam secara perlahan-lahan, yaitu dengan
membuka papan pintu air. Mula-mula saringan dipasang di depan pintu
pengeluaran, ambil papan yang paling atas dan biarkan airnya terbuang hingga
mencapai ketinggian papan di bawahnya. Sambil menunggu air kolam surut,
benih sedikit demi sedikit ditangkap dengan waring, dimasukan dalam ember,
kemudian ditampung dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen.
Benih yang sudah ditangkap sebaiknya dibiarkan dalam hapa tersebut selama 1
malam agar kondisinya tubuhnya pulih kembali. Air yang masuk ke kolam
penyimpanan hapa harus bersih agar tidak mengotori air dalam hapa. Bila kondisi
kurang aman sebaiknya benih dipindah ke dalam bak atau hapa lainnya yang
dipasang di tempat yang terjamin keamanannya, misalnya di dalam ruangan
(indoor hatchery) (Maskuro, dkk., 2012).
Menurut Anto (2008), berikut disajikan data pertumbuhan benih hasil
pendederan di kolam dalam setiap minggu. Ukuran benih yang dihasilkan
tergantung dari kesuburan kolam, dan cara pengelolaan. Namun pada umumnya
benih yang dihasilkan dari kegiatan pendederan adalah 10 12 cm (berat antara 9
11 gram).
Umur (Minggu)
Panjang (cm
Berat (gram)
2-3
1-3
0.1-0.5
3-4
3-5
0.5-2.5
4-6
5-8
2.5-10
6-9
8-12
10-20
9-12
12-20
100-100
Pemanenan adalah saat yang ditunggu pada budi daya ikan patin. Meski
terlihat sederhana pemanenan juga perlu memperhatikan beberapa aspek agar ikan
tidak mengalami kerusakan,kematian, cacat saat dipanen. Untuk pemanenan ikan
di keramba, dilakukan dengan menggunakan serok atau alat tangkap lainnya.
Penanganan saat pemanenan harus hati-hati dan menghindari adanya luka karena
dapat
Penangkapan langsung
Penangkapan langsung
6.2 Pascapanen
Menurut Yanto (2012), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan
benih adalah sebagai berikut:
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak
cacat. Setelah itu benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem
tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan harus benih sehat, bebas hama dan
penyakit serta bahan organik lainnya, sebagai contoh dapat digunakan air
sumur yang telah di aerasi.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok (dipuasakan) dahulu selama
beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih
dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m
x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat
menampung benih ikan mas sejumlah 50006000 ekor dengan ukuran 3-5 cm.
Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1) Sistem Terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak
memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa bak . Setiap keramba
dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih
ukuran 3-5 cm.
- Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat
sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi
perlahan-lahan.
- Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2
menit.
- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih
ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan
tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut..
- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya. Pengemasan
benih harus dapat menjamin keselamatan benih selama pengangkutan.
Menurut Risna (2011), penanganan pascapanen ikan patin dapat juga
dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
1) Penanganan ikan hidup
Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam
keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 oC.
b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2) Penanganan ikan segar
a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat
(2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun
pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau
fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum
50 cm.
d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan
jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan
disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan
seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara
ikan dengan penutup kotak.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Pendederan ikan patin adalah kegiatan memelihara larva yang berasal dari
kolam penetasan hingga mencapai benih yang siap dipelihara di tempat
pembesaran. Benih ini disebut sangkal, yaitu benih yang berukuran 10 12 cm,
dan memiliki berat rata-rata 10 gram. Kegiatan ini dilakukan di kolam selama 14
sampai 30 hari. Persiapan kolam pada kegiatan pendederan terdiri dari
pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, perbaikan kemalir,
pengapuran, pemupukan, serta pengairan.
Penebaran larva atau benih dilakukan pagi hari, saat suhu air rendah, yaitu
antara pukul 06.00 07.00. Tujuannya agar larva atau benih tidak stress akibat
suhu tinggi. Sebelum ditebar ke dalam kolam maka perlu dilakukan aklimatisasi
yaitu menyamakan suhu kantong dengan suhu kolam. Padat tebar pendederan
antara 100200 ekor/m2, agar jumlahnya diketahui, sebelum ditebar larva atau
benih dihitung terlebih dahulu. Pakan tambahan diberikan setelah 4 hari dari
penebaran, Pemberiannya dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu pada pukul 09.00
dan pukul 15.00.
Selama masa pemeliharan setiap pagi harus dilakukan penyiponan yang
bertujuan untuk membuang feses ikan dan sisa-sisa pakan yang berlebih.
Penyiponan dilakukan menggunakan selang kecil sebelum pemberian pakan di
pagi hari, sekitar pukul 6:00 7:00 WIB. Air siponan ditampung dengan
menggunakan ember, hal ini untuk menampung larva yang mungkin ikut tersipon.
Perlakuan untuk mengambil larva yang ikut tersipon adalah dengan memutar air
pada ember agar kotoran mengumpul ditengah dan dapat dengan mudah sipon
kembali, larva akan berenang melawan arus putaran air sehingga dapat dengan
mudah diambil dengan menggunakan seser halus.
Pemanenan benih dilakukan setelah masa pemeliharaan berakhir. Caranya
adalah dengan mengeringkan air kolam secara perlahan-lahan, yaitu dengan
membuka papan pintu air. Benih yang sudah ditangkap sebaiknya dibiarkan dalam
hapa tersebut selama 1 malam agar kondisinya tubuhnya pulih kembali. Air yang
masuk ke kolam penyimpanan hapa harus bersih agar tidak mengotori air dalam
hapa. Pengangkutan benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang
lama dapat menggunakan keramba.
Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin
menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama
serupa juga terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang (pen) dan
karamba. Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman dari serangan
hama. Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa
Ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Hama
lain berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan seluang (Rasbora)
Penangkapan langsung menggunakan tangan sebaiknya tidak dilakukan
karena tangan bisa terluka terkena patil atau duri sirip ikan. Untuk menjaga mutu
ikan yang dipanen, sehari sebelum dipanen biasanya pemberian pakan dihentikan
(diberokan). Ikan patin yang dipanen dimasukkan dalam wadah yang telah diisi
dengan air jernih sehingga ikan tetap hidup dan tidak stress.
Pada umumnya panen pada pembesaran ikan patin dapat dilakukan setelah
6 12 bulan pada saat ikan mencapai ukuran berat satu kilogram. Ikan patin yang
dipelihara di karamba jaring apung dengan ukuran awal 5 inci membutuhkan
waktu selama 6 8 bulan untuk mencapai ukuran satu kilogram. Pemanenan
dilakukan secara selektif karena pertumbuhan ikan tidak seragam. Cara panen
ikan patin adalah dengan menggunakan serok atau alat tangkap lainnya.
7.1 Saran
Dalam memulai kegiatan pembudidayaan ikan patin sebaiknya mengikuti
petunjuk atau penuntun yang telah ada sebelumnya agar hasil yang diperoleh lebih
maksimal dan resiko kegagalan usaha dapat diminimalisir sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Arnelli. 2010. Pemberian pakan ikan Budidaya Air Tawar dan Pengaruhnya
Terhadap Lingkungan Perairan . Jurnal Kimia Sains. Volume. XIII, nomor
2. Laborarium Kimia Fisik. Jurusan Kimia Fakultas Mipa. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Anto, K. 2008. Agribisnis Patin. Fakultas FMIPA. Jurusan Biologi. Universitas
Brawijaya, Malang.
Harbowo, D. G. 2011. Pengaruh Limbah Cair Perawatan Candi Borobudur
Terhadap Fisiologis Ikan Mas (Cyprinus Caprio). Program Studi Jurusan
Biologi. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Lina, 2010. Teknik Budidaya Ikan Patin Dalam Skala terkontrol. [DISERTASI]
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Program Studi Manajemen
Suberdaya Perairan. Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Marganof, E. 2005. Pengaruh pembuangan limbah terhadap kualiatas Perairan
Danau Maninjau. [SKRIPSI] Fakultas FMIPA. Universitas Negeri
Semarang, Semarang.
Maskuro, A., Arizal, I. P., Ani, M. A., Corina, O., Nur, I. N. S dan Mega, W.
2012. Penyesuaian Hewan Poikilotermik terhadap Oksigen Lingkungan.
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Mipa. Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah, Jember.
Risna. 2011. Budidaya Ikan Patin (Pangasius djambal) dengan memperhatikan
aspek lingkungan dan Ketersediaan Pakan Alami. Fakultas Pertanian,
jurusan Budidaya Universitas Setia Budi, Jakarta.
Sudiyono, M. 2010. Sistem Pernafasan Ikan Patin. [MODUL]. Fakultas
Pertanian. Program studi manajemen Sumberdya Perairan. Universitas
Sriwijaya, Palembang.
Yanto, H. 2012. Kinerja MS-222 dan Kepadatan Ikan Botia (Botia macracanthus)
yang Berbeda Selama Transportasi. Jurnal Penelitian Perikanan. Volume I,
nomor 1 : 43-51. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNMUH,
Pontianak.
Yuliartati, E. Tingkat Serangan Ektoparasit Pada Ikan Patin (Pangasius
Djambal) Pada Beberapa Pembudidaya Ikan Di Kota Makassar. 2011.
[SKRIPSI] Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Program Studi Budidaya
Perairan. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.