Beranda
Profil
Ketika Indonesia menjalani sistem Liberal, Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang
mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang undang Dasar Sementara tahun 1950.
Pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan mentri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang
perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai
partai politik, karena dalam system kepartaian menganut system multi partai. Maka, PNI dan
Masyumi lah yang menjalankan pemerintahan melalui perimbangan kekuasaan dalam
parlemen dalam tahun 1950 1959 dan merupakan partai yang terkuat dalam DPR. Dalam
waktu lima tahun (1950 -1955) PNI dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam
empat kabinet.
KABINET-KABINET DALAM MASA DEMOKRASI LIBERAL
a. Kabinet Natsir (7 September 1950-21 Maret 1951)
b. Kabinet Soekiman (27 April 1951-23 Februari 1952)
c. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
d. Kabinet Ali-Wongso (1 Agustus 1953-24 Juli 1955)
e. Kabinet Burhanudin Harahap
f. Kabinet Ali II (24 Maret 1957)
g. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957-10 Juli 1959)
Sejak berlakunya UUDS 1950 pada 17 Agustus 1950 dengan sistem demokrasi liberal selama
9 tahun tidak menunjukkan adanya hasil yang sesuai harapan rakyat.
Bahkan, muncul disintegrasi bangsa.
Disintegrasi tersebut antara lain :
1) Pemberontakan PRRI, Permesta, atau DI/TII yang ingin melepaskan diri dari NKRI.
2) Konstituante tidak berhasil menetapkan UUD sehingga negara benar-benar dalam
keadaan darurat.
3) Untuk mengatasi hal tsb dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
4) Hal ini menandakan bahwa Sistem demokrasi liberal tidak berhasil dilaksanakan di
Indonesia, karena tidak sesuai dengan pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia.
2. DEMOKRASI TERPIMPIN (5 Juli 1959 11 Maret 1966)
Pada sistem ini berlaku sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juni 1959 yang berbunyi
sebagai berikut.
1) Pembubaran Konstituante,
2) Berlakunya kembali UUD 1945.
3) Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dalam Demokrasi Terpimpin ini menggunakan sistem presidensial. Dalam sistem
presidensial ini mempunyai dua hal yang perlu diingat yaitu:
1) kedudukan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, dan
2) para menteri bertanggung jawab kepada presiden.
Era tahun 1959 sampai dengan 1966 merupakan era Soekarno, yaitu ketika keijakankebijakan Presiden Soekarno sangat mempengaruhi kondisi politik Indonesia. Kebijakan
pemerintah setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yaitu:
A.
Pembentukan MPRS
Pembentukan DPAS
Pembentukan Kabinet Kerja
Pembentukan Front Nasional
Penataan Organisasi Pertahanan dan Keamanan
Penyederhanaan Partai-partai Politik
Penyederhanaan Ekonomi
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Mufakat
Berporoskan Nasakom, dengan ciri-ciri :
1. Dominasi Presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh PKI
Sama seperti yang tercantum pada sila ke empat Pancasila, demokrasi terpimpin
adalah dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, akan tetapi
presiden menafsirkan terpimpin, yaitu pimpinan terletak di tangan Pemimpin Besar
Revolusi.
Situasi politik pada masa demokrasi terpimpin diwarnai tiga kekuatan politik utama
yaitu Soekarno, PKI, dan AD.
Ketiga kekuatan tersebut saling merangkul satu sama lain.Terutama PKI membutuhkan
Soekarno untuk menghadapi angkatan darat yang menyainginya dan meminta perlindungan.
Begitu juga angkatan darat,membutuhkan Soekarno untuk legitimasi keterlibatannya di dunia
politik.
Rakyat maupun wakil rakyat tidak memiliki peranan penting dalam Demokrasi
Terpimpin.
Akhirnya, pemerintahan Orde Lama beserta Demokrasi terpimpinnya jatuh setelah terjadinya
Peristiwa G 30 S/PKI pada tahun 1965 dengan diikuti krisis ekonomi yang cukup parah
hingga dikeluarkannya Supersemar (Surat perintah sebelas Maret).
Pada masa ini, Kepemimpinan rezim B. J. Habibie dikenal dengan nama Super Power,
karena dikuaai oleh orang-orang mua yang memiliki juwa reformasi dan demokrasi yang
tinggi. Namun, B.J. Habibie tidak mendapat dukungan sosial politik dari sebagian besar
masyarakat. Akibatnya B. J. Habibie tidak mampu mempertahankan kekuasaannya dan
lengser pada tahun 1999.
Kemudian, melalui pemilu presiden yang ke-4 K.H. Abdurrahman Wahid terpilih secara
demokratis di parlemen sebagai Presiden RI pada 21 Oktober 1999. Akan tetapi, karena K.H.
Abdurrahman Wahid membuat beberapa kebijakan yang kurang sejalan dengan proses
demokratisasi itu sendiri, maka pemerintahan sipil K.H. Abdurrahman Wahid terpaksa
tersingkir dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri pada 23 Juli 2001.
Megawati Soekarnoputri kembali membangkitkan semangat sang ayah, Soekarno sebagai
pelopor bangsa dengan semangat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Proses
pemerintahan demokrasi pada masa Megawati Soekarnoputri masih cukup sulit untuk
dievaluasi dan diketahui secara optimal. Akibatnya,ketidakpuasaan akan pelaksanaan
pemerintahan dirasakan kembali oleh rakyat dan hampir terjadi krisis kepemimpinan. Rakyat
merasa bahwa siapa yang berkuasa di pemerintahan hanya ingin mencari keuntungan semata,
bukan untuk kepentingan rakyat. Megawati pun akhirnya lengser pada tahun 2004 digantikan
oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang menjalani 2 periode pemerintahan (2004-2009
dan 2009-2014
http://sherila-putri.blogspot.com/2013/03/demokrasi-yang-pernah-berlaku-di.html