Anda di halaman 1dari 6

sherila putri melinda

Beranda

Profil

Rabu, 13 Maret 2013


DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA
DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA
Demokrasi berasal dari kata DEMOS yang artinya RAKYAT dan KRATOS artinya
PEMERINTAHAN. Jadi, demokrasi artinya adalah sistem kekuasaan yang ada di tangan
rakyat.
Menurut Abraham Lincoln, seorang mantan presiden Amerika Serikat, Demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Posisi rakyat yang setara di muka umum membuat sistem ini termasuk sistem yang
sangat adil, karena tidak berfokus pada pemimpin saja, jadi rakyat juga memiliki andil
mengutarakan suaranya untuk kemajuan bangsa.
Sedangkan budaya demokrasi sendiri berasal dari kata BUDI atau akal dan DAYA
atau kemampuan yang berarti kemampuan akal manusia. Jadi budaya demokrasi adalah
kemampuan manusia yang berupa sikap dan kegiatan mengharagai persamaan, kebebasan
dan peraturan.
Prinsip-prinsip Dasar Negara Demokrasi
Prinsip-prinsip dasar Negara demokratis sebagai berikut :
a. Pemerintah yang berdasarkan konstitusi (UUD)
b. Adanya PEMILU yang bebas,jujur dan adil
c. Ada jaminan HAM
d. Persamaan kedudukan di depan hokum
e. Perdilan yang bebas dan tidak memihak
f. Kebebasan berserikat atau berorganisasi dan berpendapat
g. Kebebasan pers atau media massa
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, setiap penyelenggara Negara harus memperhatikan
aspirasi rakyat. Para pemimpin atau penguasa tidak boleh manjalankan kekuasaan
sekehendak hatinya dan tidak boleh sewenang-wenang menyalahgunakan kekuasaan.
Pemerintah yang tidak mau mendengarkan aspirasi rakyat tidak bisa disebut sebagai
pemerintah yang demokratis.
Unsur-unsur demokrasi :
Pada dasarnya demokrasi meliputi unsure-unsur berikut :
a. Adanya partisipasi masyarakata secara aktif dalam kehidupan

bermasyarakat,berbangsa dan bernegara


b. Adanya pengakuan akan supremasi hukum
c. Adanya pengakuan akan kesamaan anatara warga Negara
d. Adanya pengakuan akan supremasi sipil atas militer
e. Adanya kebebasan berekspresi, berbicara, berkumpul,berorganisasi, beragama,
berkeyakinan dan kebebasan mengurus nasib sendiri.
Indonesia termasuk negara yang mengalami pasang-surut demokrasi, maksudnya demokrasi
yang silih berganti. Hampir setiap pergantian kepala negara, selalu saja demokrasinya
berganti. Masalah pokok yang dihadapi ialah bagaimana demokrasi mewujudkan dirinya
dalam berbagai sisi kehidupan berbangsa dan bernegara.Tercatat sudah 4 kali Indonesia
berganti-ganti demokrasi, bahkan sudah beberapa kali pula kabinet silih berganti. Demokrasi
yang pernah dilaksanakan di Indonesia adalah:
1. DEMOKRASI LIBERAL (17 Agustus 1950 5 Juli 1959)
Demokrasi Liberal lebih sering disebut sebagai Demokrasi Parlementer. Pada tanggal 17
Agustus 1945 (Setelah Kemerdekaan Indonesia), Ir. Soekarno yang menjadi Ketua PPKI
dipercaya menjadi Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945, Ir. Soekarno
dilantik oleh Kasman Singodimedjo menjadi presiden Republik Indonesia pertama beserta
wakilnya yaitu Muhammad Hatta. Bersamaan dengan itu, dibentuk Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP).
Badan ini bertujuan untuk membantu tugas Presiden. Hasilnya antara lain :
1. Terbentuknya 12 departemen kenegaraan dalam pemerintahan yang
baru.
2. Pembagian wilayah pemerintahan RI
menjadi 8 provinsi yang masingmasing terdiri dari beberapa karesidenan.Tanggal 7 Oktober 1945 lahir
memorandum yang ditandatangani oleh 50 orang dari 150 orang anggota
KNIP.
Isinya antara lain :
1) Mendesak Presiden untuk segera membentuk MPR.
2) Meminta kepada Presiden agar anggota-anggota KNIP turut berwenang melakukan
fungsi dan tugas MPR, sebelum badan tersebut terbentuk.
Tanggal 16 Oktober 1945 keluar Maklumat Wakil Presiden No. X tahun 1945, yang isinya :
Bahwa komite nasional pusat, sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan
legislatif dan ikut menetapkan GBHN, serta menyetujui bahwa pekerjaan komite-komite
pusat sehari-hari berhubung dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah badan
pekerja yang dipilih di antara mereka dan bertanggung jawab kepada komite nasional pusat.
Pada tanggal 3 November 1945, keluar maklumat untuk kebebasan membentuk banyak partai
atau multipartai sebagai persiapan pemilu yang akan diselenggarakan bulan Juni 1946. Pada
tanggal 14 November 1945 terbentuk susunan kabinet berdasarkan sistem parlementer
(Demokrasi Liberal).

Ketika Indonesia menjalani sistem Liberal, Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang
mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang undang Dasar Sementara tahun 1950.
Pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan mentri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang
perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai
partai politik, karena dalam system kepartaian menganut system multi partai. Maka, PNI dan
Masyumi lah yang menjalankan pemerintahan melalui perimbangan kekuasaan dalam
parlemen dalam tahun 1950 1959 dan merupakan partai yang terkuat dalam DPR. Dalam
waktu lima tahun (1950 -1955) PNI dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam
empat kabinet.
KABINET-KABINET DALAM MASA DEMOKRASI LIBERAL
a. Kabinet Natsir (7 September 1950-21 Maret 1951)
b. Kabinet Soekiman (27 April 1951-23 Februari 1952)
c. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
d. Kabinet Ali-Wongso (1 Agustus 1953-24 Juli 1955)
e. Kabinet Burhanudin Harahap
f. Kabinet Ali II (24 Maret 1957)
g. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957-10 Juli 1959)
Sejak berlakunya UUDS 1950 pada 17 Agustus 1950 dengan sistem demokrasi liberal selama
9 tahun tidak menunjukkan adanya hasil yang sesuai harapan rakyat.
Bahkan, muncul disintegrasi bangsa.
Disintegrasi tersebut antara lain :
1) Pemberontakan PRRI, Permesta, atau DI/TII yang ingin melepaskan diri dari NKRI.
2) Konstituante tidak berhasil menetapkan UUD sehingga negara benar-benar dalam
keadaan darurat.
3) Untuk mengatasi hal tsb dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
4) Hal ini menandakan bahwa Sistem demokrasi liberal tidak berhasil dilaksanakan di
Indonesia, karena tidak sesuai dengan pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia.
2. DEMOKRASI TERPIMPIN (5 Juli 1959 11 Maret 1966)
Pada sistem ini berlaku sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juni 1959 yang berbunyi
sebagai berikut.
1) Pembubaran Konstituante,
2) Berlakunya kembali UUD 1945.
3) Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dalam Demokrasi Terpimpin ini menggunakan sistem presidensial. Dalam sistem
presidensial ini mempunyai dua hal yang perlu diingat yaitu:
1) kedudukan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, dan
2) para menteri bertanggung jawab kepada presiden.

Era tahun 1959 sampai dengan 1966 merupakan era Soekarno, yaitu ketika keijakankebijakan Presiden Soekarno sangat mempengaruhi kondisi politik Indonesia. Kebijakan
pemerintah setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yaitu:
A.

Pembentukan MPRS

Presiden Soekarno membentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara berdasarkan


Penpres no.2 tahun 1959. Seluruh anggota MPRS tidak diangkat melalui pemilihan umum,
tetapi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan 3 syarat, yaitu :
1. Setuju kembali kepada UUD 1945
2. Setia kepada perjuangan RI
3. Setuju kepada manifesto politik
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Pembentukan DPAS
Pembentukan Kabinet Kerja
Pembentukan Front Nasional
Penataan Organisasi Pertahanan dan Keamanan
Penyederhanaan Partai-partai Politik
Penyederhanaan Ekonomi

Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Mufakat
Berporoskan Nasakom, dengan ciri-ciri :
1. Dominasi Presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh PKI
Sama seperti yang tercantum pada sila ke empat Pancasila, demokrasi terpimpin
adalah dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, akan tetapi
presiden menafsirkan terpimpin, yaitu pimpinan terletak di tangan Pemimpin Besar
Revolusi.
Situasi politik pada masa demokrasi terpimpin diwarnai tiga kekuatan politik utama
yaitu Soekarno, PKI, dan AD.
Ketiga kekuatan tersebut saling merangkul satu sama lain.Terutama PKI membutuhkan
Soekarno untuk menghadapi angkatan darat yang menyainginya dan meminta perlindungan.
Begitu juga angkatan darat,membutuhkan Soekarno untuk legitimasi keterlibatannya di dunia
politik.
Rakyat maupun wakil rakyat tidak memiliki peranan penting dalam Demokrasi
Terpimpin.
Akhirnya, pemerintahan Orde Lama beserta Demokrasi terpimpinnya jatuh setelah terjadinya
Peristiwa G 30 S/PKI pada tahun 1965 dengan diikuti krisis ekonomi yang cukup parah
hingga dikeluarkannya Supersemar (Surat perintah sebelas Maret).

3. DEMOKRASI PANCASILA ORDE BARU (Maret 1966 21 Mei 1998)


Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dijiwai oleh sila kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berKetuhanan Yang Maha
Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan yang berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Beberapa perumusan tentang demokrasi pancasila sebagai berikut :
a. Demokrasi dalam bidang politik pada hakekatnya adalah menegakkan kembali azas
negara hukum dan kepastian hukum.
b. Demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakekatnya adalah kehidupan yang layak bagi
semua warga negara.
c. Demokrasi dalam bidang hukum pada hakekatnya membawa pengakuan dan
perlindungan HAM, peradilan yang bebas tidak memihak.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa watak demokrasi pancasila sama dengan demokrasi
pada umumnya. Namun Demokrasi Pancasila dalam rezim orde baru hanya sebagai
retorika dan belum sampai pada tatanan prasis atau penerapan. Karena dalam prate
kenegaraan dan pemerintahan rezim ini tidak memberikan ruang bagi kehidupan demokrasi,
yang di tandai oleh :
1. Dominanya peranan ABRI
2. Biro kratisasi dan sentralisasi pemgembalian keputusan politik.
3. Pesebirian peran dan fungsi partai politik.
4. Campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan politk.
5. Masa mengembang.
6. Monolitisasi ideologi negara.
7. Info porasilembaga non pemerintah,
Dengan demikian nlai demokrasi juga belum ditegaskan dalam demokrasi
Pancasila Soeharto.
Akibat adanya tuntutan massa untuk diadakan reformasi di dalam segala bidang,
rezim Orde Baru tidak mampu mempertahankan kekuasaannya. Dan terpaksa Soeharto
mundur dari kekuasaannya dan kekuasaannya dilimpahkan kepada B. J. Habibie pada 21
Mei 1998.
4. DEMOKRASI REFORMASI (21 Mei 1998 - Sekarang)
Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah demokrasi dengan
mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 dengan penyempurnaan. Meningkatkan peran
lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi Negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan
tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang
jelas antara lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
1.
Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998
2.
Ketetapan No. VII/MPR/1998
3.
Tap MPR RI No. XI/MPR/1998
4.
Tap MPR RI No. XIII/MPR/199
5.
Amandemen UUD 1945

Pada masa ini, Kepemimpinan rezim B. J. Habibie dikenal dengan nama Super Power,
karena dikuaai oleh orang-orang mua yang memiliki juwa reformasi dan demokrasi yang
tinggi. Namun, B.J. Habibie tidak mendapat dukungan sosial politik dari sebagian besar
masyarakat. Akibatnya B. J. Habibie tidak mampu mempertahankan kekuasaannya dan
lengser pada tahun 1999.
Kemudian, melalui pemilu presiden yang ke-4 K.H. Abdurrahman Wahid terpilih secara
demokratis di parlemen sebagai Presiden RI pada 21 Oktober 1999. Akan tetapi, karena K.H.
Abdurrahman Wahid membuat beberapa kebijakan yang kurang sejalan dengan proses
demokratisasi itu sendiri, maka pemerintahan sipil K.H. Abdurrahman Wahid terpaksa
tersingkir dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri pada 23 Juli 2001.
Megawati Soekarnoputri kembali membangkitkan semangat sang ayah, Soekarno sebagai
pelopor bangsa dengan semangat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Proses
pemerintahan demokrasi pada masa Megawati Soekarnoputri masih cukup sulit untuk
dievaluasi dan diketahui secara optimal. Akibatnya,ketidakpuasaan akan pelaksanaan
pemerintahan dirasakan kembali oleh rakyat dan hampir terjadi krisis kepemimpinan. Rakyat
merasa bahwa siapa yang berkuasa di pemerintahan hanya ingin mencari keuntungan semata,
bukan untuk kepentingan rakyat. Megawati pun akhirnya lengser pada tahun 2004 digantikan
oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang menjalani 2 periode pemerintahan (2004-2009
dan 2009-2014

http://sherila-putri.blogspot.com/2013/03/demokrasi-yang-pernah-berlaku-di.html

Anda mungkin juga menyukai