PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Treponema pallidum, yang
menyerang manusia, bersifat kronis, sistemik dan dapat mengenai semua bagian tubuh, dapat
bersifat laten selama bertahun-tahun, menular serta dapat diobati. Sifilis kongenital adalah sifilis
yang ditularkan oleh ibu kepada janinnya secara intra uterin. Nama lainnya adalah lues connate,
syphilis connata, venereal, penyakit raja singa.
Pada abad ke-15, sifilis merupakan wabah di Eropa, tapi sesudah tahun 1860, morbiditas
penyakit ini menurun dengan cepat. Selama perang dunia ke II, insiden sifilis meningkat dan
mencapai puncaknya pada tahun 1946, dan setelah ditemukan penisilin menurun dengan cepat.
Di Eropa dan Amerika Serikat insiden sifilis kongenital pada umumnya menurun sekitar tahun
1970 sampai awal 1980, namun dalam beberapa tahun terakhir tampak adanya peningkatan
insiden sifilis kongenital. Peningkatan ini diduga berkaitan dengan peningkatan insiden primer
dan sekunder pada wanita usia subur yang berumur 15-29 tahun. Di samping itu, sifilis
congenital merupakan penyebab 20-30% kematian bayi perinatal.2
Gambaran klinis sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis kongenital dini (timbul sebelum
usia 2 tahun), serta sifilis kongenital lanjut (timbul setelah usia 2 tahun). Hampir semua kasus
sifilis didapat melalui kontak seksual langsung dengan lesi dari individu yang terjangkit sifilis
aktif primer ataupun sekunder. Sifilis dapat ditransmisikan secara kongenital dari ibu yang
terinfeksi melalui plasenta ke janin.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Ginekologi pada Ibu Hamil dengan Sipilis ?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Sifilis
Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibunya yang
menderita sifilis. 3 Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan
setiap masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18
minggu, karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi masih
belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop elektron dapat ditemukan Treponema
pallidum pada janin berusia 9-10 minggu.
Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada dua tahun pertama
kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua tahun pertama kehidupan anak disebut dengan
sifilis kongenital lanjut.
B. Epidemiologi
Sifilis terdistribusi di seluruh dunia, dan merupakan masalah yang utama pada Negara
berkembang. Dilihat dari usia, kasus sifilis banyak ditemukan pada orang dengan rentang
usia 20-30 tahun. Empat puluh persen wanita hamil dengan sifilis dini yang tidak diobati,
akan mengakibatkan penularan pada janin.
C. Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Sshaudinn dan Hoffman ialah
Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae dan genus
Treponema. Bentuk seperti spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri
empat dari delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang
aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang,
pada stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat
dilakukan di luar badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah
untuk transfuse dapat hidup tujuh puluh dua jam.
Penularan sifilis dapat melalui cara sebagai berikut :
1) Kontak langsung
2) sexually tranmited diseases (STD)
3) non-sexually
4) Transplasental, dari ibu yang menderita sifilis ke janin yang dikandungnya.
5) Transfusi : Syphilis d emblee, tanpa primer lesi
D. Klasifikasi
Menurut World Health Organization (WHO) secara garis besar sifilis dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Sifilis kongenital (bawaan)
2) Sifilis akuisita (didapat)
Sifilis kongenital dapat berbentuk :
1) Sifilis kongenital dini (timbul pada umur kurang dari 2 tahun)
2) Sifilis kongenital lanjut/tarda (timbul setelah umur lebih dari 2 tahun)
E. Patogenesis
Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada waktu persalinan, namun sebagian besar kasus
sifilis kongenital merupakan akibat penularan in utero. Resiko sifilis kongenital berhubungan
langsung dengan stadium sifilis yang diderita ibu semasa kehamilan. Lesi sifilis congenital
biasanya timbul setelah 4 bulan in utero pada saat janin sudah dalam keadaan
imunokompeten. Penularan inutero terjadi transplasental, sehingga dapat dijumpai Treponema
pallidum pada plasenta, tali pusat, serta cairan amnion.
Treponema pallidum melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan
menyebar ke seluruh jaringan. Kemudian berkembang biak dan menyebabkan respons
peradangan selular yang akan merusak janin. Kelainan yang timbul dapat bersifat fatal
sehingga terjadi abortus atau lahir mati atau terjadi gangguan pertumbuhan pada berbagai
tingkat kehidupan intrauterine maupun ekstrauterin.
F. Gambaran Klinis
Berdasarkan gambaran klinisnya, sifilis kongenital dapat dibagi menjadi sifilis
kongenital dini, sifilis kongenital lanjut dan stigmata. Dianggap sifilis kongenital dini jika
timbul pada anak di bawah usia 2 tahun dan sifilis kongenital lanjut bila timbul di atas 2
tahun. Sigmata adalah jaringan parut atau deformitas yang terjadi akibat penyembuhan dua
stadium tersebut.
1. Sifilis kongenital dini
Gambaran klinis sifilis kongenital dini sangat bervariasi, mengenai berbagai organ dan
menyerupai sifilis stadium II. Karena infeksi pada janin melalui aliran darah maka tidak
dijumpai kelainan sifilis primer. Pada saat lahir bayi dapat tampak sehat dan kelainan
timbul setelah beberapa minggu, tetapi dapat pula kelainan ada sejak lahir.
Pada bayi dapat dijumpai kelainan berupa kondisi berikut :
a.
mula-mula encer tetapi kemudian menjadi pekat, purulen dan hemoragik. Hidung
menjadi tersumbat sehingga menyulitkan pemberian makanan.
c.
d. Kelainan tulang
Pada 6 bulan pertama, osteokondritis, periostitis, dan osteitis pada tulang-tulang
panjang merupakan gambaran yang khas. Perubahan yang paling mencolok tampak
pada daerah pertumbuhan tulang di dekat epifisis. Epifisis membesar, garis epifisis
melebar dan tidak teratur. Pada batas metafisis dengan garis kartilago epifisis,
tampak daerah kalsifikasi yang densitasnya meningkat dan tidak teratur sehingga
pemeriksaan sinar X memberikan gambaran seperti gigi gergaji. Pseudoparalisis pada
anggota gerak disebabkan oleh pembengkakan periartikular dan nyeri pada ujungujung tulang sehingga gerakan menjadi terbatas. Osteokondritis dapat dilihat pada
pemeriksaan dengan sinar X setelah 5 minggu sedangkan periostitis setelah 16
minggu. Tanda-tanda osteokondritis menghilang setelah 6 bulan tetapi periostitis
menetap dan menjadi lebih jelas.
e.
f.
Kelainan susunan saraf pusat : meningitis sifilitika akut yang bila tidak diobati secara
adekuat akan menimbulkan hidrosefalus, kejang dan mengganggu perkembangan
intelektual1
1. Neurosifilis
Dapat juga menunjukkan kelainan seperti manifestasi sifilis yang didapat. Tabes
dorsalis agak jarang dibandingkan dengan sifilis yang didapat, paresis lebih sering
terjadi dibandingkan dengan sifilis yang didapat, paresis lebih sering terjadi
dibandingkan pada orang dewasa. Kejang juga sering terjadi pada kasus sifilis
kongenital ini.
2. Tulang dan palatum
Terjadi sklerosis, sehingga tulang kering menyerupai pedang (sabre), tulang frontal
yang menonjol, atau dapat juga terjadi kerusakan akibat gumma yang menyebabkan
destruksi terutama pada septum nasi atau pada palatum durum. Perforasi palatum
dianggap terjadi pada sifilis kongenital.
3. Gigi molar Mulberry (Mulberrys molar)
Biasanya pada molar I dan muncul pada usia 6 tahun, merupakan gambaran gigi
yang hiperplastik dengan permukaan oklusal yang mendatar (flattening) serta diliputi
oleh serbukan yang menandakan kerapuhan gigi.
4. Sifilis rinitis infantil dan nasal chondritis
Fisura di sekitar rongga mulut dan hidung disertai ragade yang disebut sifilis rinitis
infantil. Nasal chondritis merupakan kelainan yang disebabkan oleh pendataran tulang
pembentuk hidung, gambaran ini biasa disebut dengan saddle nose.3,4,8
G. Diagnosis
Diagnosis pasti pada sifilis kongenital ditegakan dengan identifikasi T.pallidum.
Selain itu, sifilis kongenital dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan antepartum dan pada
bayi lahir mati. Untuk pemeriksaan pada janin dapat digunakan ultrasonografi (USG). Pada
pemeriksaan USG dapat dijumpai penebalan kulit, penebalan plasenta, hepatosplenomegali
dan hidramnion. Pemeriksaan ini dilengkapi dengan pemeriksaan cairan amnion untuk
mencari adanya treponema. Identifikasi T. pallidum dengan pemeriksaan mikroskop lapagan
gelap atau imunofluoresensi dapat dilakukan apabila dijumpai secret hidung, mucous
patches, lesi vesiko bulosa atau kondiloma lata. Namun, cara konvensional untuk
pengambilan specimen tidak sensitive dan merupakan prosedur invasive, sehingga sulit
dilakukan dan hanya dilakukan pada bayi dengan lesi luas. Selain itu, terdapat beberapa
kendala yang menyebabkan identifikasi T.pallidum sulit dilakukan untuk menegakkan
diagnosis sifilis kongenital, yaitu :
1. T.pallidum bersifat tidak dapat dibiakkan dan sulit ditemukan pada spesmen klinis
2. Analisis serologic pada bayi rumit oleh adanya antibody maternal yang didapat transplasental
3. Sebagian besar bayi sakit yang hidup tidak menunjukkan adanya tanda infeksi
Untuk menegakkan diagnosis klinis sifilis kongenital, saat ini di AS digunakan dua
criteria, yaitu kriteria dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang direvisi dan
kriteria Kaufman yang dimodifikasi.
1. Kriteria Kaufman yang dimodifikasi.
a. Pasti (definite)
Dijumpai T.pallidum pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau pemeriksaan histologik
b. Sangat Mungkin (probable)
1) Peningkatan titer VDRL dalam waktu 3 bulan atau tes serologic untuk sifilis (TSS) reaktif
yang tidak berubah menjadi non reaktif dalam waktu 4 bulan
2) Satu kriteria mayor atau dua minor dan disertai TSS reaktif atau tes FTA reaktif
3) Satu kriteria mayor dan satu kriteria minor
c. Kriteria mayor berupa kondiloma lata, osteokondritis, periostitis, rhinitis, rhinitis
hemoragik
d. Kriteria minor berupa fisura pada bibir, lesi kulit, mucous patch,
hepatomegali,splenomegali, limfadenopati generalisata, kelainan SSP, anemia
hemolitik, sel cairan serebrospinal (CSS) >20, protein >100.2
2. Kriteria CDC yang di revisi
a. Pasti (confirmed)
Diijumpai T. Pallidum pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap
b. Tersangka (presumtive)
1) Semua bayi yang ibunya menderita sifilis tanpa pengobatan atau mendapat
pengobatan tidak adekuat selama kehamilan
2) Semua bayi dengan TSS reaktif dan satu dari keadaan di bawah ini :
a) Gambaran sifilis kongenital pada pemeriksaan fisik
b) VDRL CSS reaktif/ hitung sel CSS 5/protein CSS 50 diluar sebab lain.
c.) Tes FTA-abs-19S-antibodi IgM reaktif
3) Bayi lahir mati (syphilitic stillbirth)
Kematian janin setelah umur kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram pada wanita
yang menderita sifilis tanpa pengobatan atau memperoleh pengobatan tidak adekuat saat
melahirkan.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu hamil dan pengobatan
pada bayi. Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk pengobatan sifilis, baik sifilis
didapat maupun sifilis kongenital. Pada wanita hamil, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan
kontraindikasi. Penggunaan sefriakson pada wanita hamil belum ada data yang lengkap.
Pengobatan sifilis pada kehamilan di bagi menjadi tiga, yaitu :
1. Sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dri 2 tahun).
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit satu kali suntikan IM, atau penisilin G prokain
dalamaquadest 600.000 unit IM selama 10 hari.
2. Sifilis lanjut (lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama infgeksi, sifilis
kardiovaskular, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis).
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit, IM setiap minggu, selama 3 x berturut-turut, atau
dengan penisilin G prokain 600.000 unit IM setiap hari selama 21 hari.
3. Neurosifilis
Bezidin penisilin 6-9 MU selama 3-4 minggu. Selanjutnya dianjurkan pemberian benzil p
enisilin 2-4 MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari yang diikuti pemberian penisilin
long acting, yaitu pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3
minggu, atau penisilin G prokain 2,4 juta unit IM + prebenesid 4 x 500 mg/hari selama 10 hari
yang diikuti pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu.
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi pada pengobatan sifilis kongenital menurut
CDC tahun 1998. pengobatan harus diberikan pada bayi :
a. Menderita sifillis
dan/radiologik,
kongenital yang
sesuai
2) Terjadi kenaikan titer tes nontreponemal lebih dari dua kali pengenceran ganda.
3) Pada mulanya tes nontreponemal dengan titer tinggi (> 1/8) persisten bertahun-tahun.
4) Harus dilakukan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang setelah diberi pengobatan,
kecuali ada infeksi ulang atau diagnosis sifilis dini dapat ditegakkan.
5) Penderita harus diberi pengobatan ulang terhadap sifilis yang lebih dari 2 tahun. Pada
umumnya hanya sekali pengobatan ulang dilakukan sebab pengobatan yang cukup pada
penderita akan stabil dengan titer rendah.
I. Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada sifilis kongenital antara lain sebagai berikut :
1. Iktiosis lamellar
Kelainan ini berisfat autosomal resesif, timbul pada waktu lahir. Lokalisasinya lipatan
tubuh, batang tubuh dan monomorf. Efloresensinya sisik-sisik besar datar dan bewarna gelap.
2. Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS)
Lesi kulit menyeluruh, bula eritematosa, ukuran cukup besar, superficial, dan mudah
pecah. Seringkali dijumpai pada bayi. Pada penyembuhan tampak jaringan parut, hal ini
disebabkan oleh peran epidermolytic toxin, cleavage plane dalam stratum granulosum sehingga
terjadi pengumpulan cairan dalam bula secara pasif.
3. Staphylococcal scarlatiniform eruption
Lesi kulit menyeluruh, berupa macula eritematosa di sekitar bibir, hidung, leher, dan
aksila. Kemudian menyebar ke seluruh badan namun
4. Toxic shock syndrome
Kelainan kulit berupa eritroderma yang menyeluruh dapat berbentuk komponen petekie
maupun skarlatiform.
5. Malnutrisi (Marasmik-kwashiorkor)
Pada keadaan malnutrisi ini, pada kulit dapat ditemukan hiperpigmentasi, likenifikas,
deskuamasi, eskoriasi, dan edema. Pada mukosa mulut timbul erosi, rambut halus, lurus, mudah
di lepas, dan muka seperti orang tua.
6. Morbili kongenital
Adanya bercak koplik, yakni bercak kecil sebesar jarum pentul berwarna kemerahan terletak di
daerah mukosa di depan gigi molar, ruam berwarna kecoklatan. Di daerah muka, leher, dan
bagian tubuh sebelah atas ruam tampak bersatu, sedangkan di tubuhbagian bawah ruam
menyebar
7. Dermatitis seboroik
Karakteristik lesi adanya sisik, kemerahan dengan daerah predileksi muka, kulit kepala dan
lipatan kulit, skuamanya berminyak, berwarna kekuningan dengan batas tidak tegas
TEORI SOAP
A. Subjektif
Anamnesa meliputi :
1. Riwayat penyakit umum;
apakah
penderita
pernah
menderita penyakit berat,
TBC, jantung, ginjal, kelainan darah, diabetus melitus dan kelainanjiwa. Riwayat operasi
non ginekologik seperti strumektomi, mammektomi, appendektomi, dan lain-lain.
2. Riwayat obstetrik; perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya, apakah pernah
mengalami keguguran, partus secara spontan normal atau partus dengan tindakan, dan
bagaimana keadaan anaknya. Adakah infeksi nifas dan riwayatkuretase yang dapat menjadi
sumber infeksi panggul dan kemandulan.
3. Riwayat ginekologik; riwayat penyakit/ kelainan ginekologik dan pengobatannya, khususnya
operasi yang pernah dialami.
4. Riwayat haid; perlu diketahui riwayat menarche, siklus haid teratur atau tidak,
banyaknya darah yang keluar, lamanya haid, disertai rasa nyeri atau tidak, danmenopause. Perlu
ditanyakan haid terakhir yang masih normal.
5. Keluhan utama; keluhan yang dialami pasien sekarang.
6. Riwayat keluarga berencana; riwayat pemakaian alat kontrasepsi apakah pasien
menggunakan kontrasepsi alami dengan atau tanpa alat, hormonal, non
hormonal
maupun kontrasepsi mantap.
7. Riwayat penyakit keluarga;
perlu
memiliki penyakit berat atau kronis.
ditanyakan
ada
yang
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum meliputi :
1. Kesan
2. Pemeriksaan
3. Pemeriksaan
B. Objektif
Merupakan pemeriksaan ginekologik. Agar diperoleh hasil yang baik maka posisi pasien
dan alat-alat yang digunakan juga menentukan.Adapun posisi yang digunakan adalah posisi
litotomi, miring dan sims.
Pemeriksaan khusus meliputi :
1. Pemeriksaan Abdomen, terdiri dari : a) Inspeksi yaitu memperhatikan bentuk, pembesaran
(mengarah pada kehamilan, tumor maupun asites), pergerakanpernafasan, kondisi kulit (tebal,
mengkilat, keriput, striae, pigmentasi). b)Palpasi Sebelum pemeriksaan, kandung kencing
dan rektum sebaiknya dalam keadaan kosong.Untuk mengetahui besar tumor, tinggi fundus uteri,
permukaantumor, adanya gerakan janin, tanda cairan bebas, apakah pada perabaan terasasakit. c)
Perkusi
sehubungan
dengan
3. Alat Genetalia Luar, terdiri dari : a) Inspeksi vulva Pengeluaran cairan ataudarah dari
liang senggama, ada perlukaan pada vulva, adakah pertumbuhankondiloma akuminata, kista
bartholini, abses bartholini maupun fibroma pada labia, perhatikan bentuk dan warna,
adakah kelainan pada rerineum dan anus. b)Palpasi vulva Teraba tumor, benjolan maupun
pembengkakan pada kelenjar bartholini.
4. Pemeriksaan Inspekulo, terdiri dari : a) Pemeriksaan vagina Adakah ulkus, pembengkakan
atau cairan dalam vagina; adakah benjolan pada vagina. b)Pemeriksaan porsio uteri Adakah
perlukaan, apakah tertutup oleh cairan/ lendir, apakah mudah berdarah dan terdapat kelainan. c)
Pengambilan cairanberasal
dari
ulkus vagina dan
porsio uteri Pemeriksaan bakteriologis,pemeriksaan jamur dan pemeriksaan sitologi.
5. Pemeriksaan Dalam Pemeriksaan dalam untuk menentukan : a) Rahim Bagaimana
posisi rahim, besar, pergerakan, dan konsistensi rahim, apakah adanyeri saat pemeriksaan. b)
Adneksa (daerah kanan kiri rahim) Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggerakkan jari yang
berada didalam fornix lateral dan tangan yang ada diluar bergerak ke samping uterus. c) Forniks
posterior (kavum douglas) Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah terdapat nanah (infeksi)
dan apakah forniks menonjol akibat perdarahan kavum abdominalis.
6. Pemeriksaan Rectal
Pemeriksaan rectal dilakukan
pada wanita yang
belumcoitus,
pada kelainan bawaan seperti atresia himenalis atau vaginalis, hymen rigidus dan vaginismus.
Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam rectal, tangan luar diletakkan di atas sympisis.
7. Pemeriksaan Rectovaginal
Pemeriksaan rectovaginal
digunakan
pada prosesproses dibelakang dan kiri kanan dari uterus (parametrium) seperti infiltrat dantumor. Caranya:
jari telunjuk dimasukkan ke dalam vagina sedangkan jari tengah ke dalam rectum.
8. Pemeriksaan Penunjang Seperti sonografi transveginal, histeroskopi maupun tindakan
operatif lain.
: baik
kesadaran
: CM
: stabil
:
: 120/90 mmHg
: 37,5 C
: 88 x/menit
: 22x/menit
: 55kg/ 150cm
:
: 55/(1,5)2 = 24,4
: 24 cm
: luka kemerahan dan basah didaerah vagina
: ruam ditelapak kaki dan tangan
: leukosit meningkat
1) Diagnosa Kebidanan
Ny S umur 25 tahun G1P0Ab0Ah0 UK : 28 minggu dengan sfilis kongenital
2) Masalah
Ibu mengatakan cemas bila ibu dan bayi yang dikandungnya tertular sfilis kongenital.
3) Kebutuhan
KIE tentang penyakit sifilis kongenital dalam kehamilan.
KIE cara penularan sifilis dari ibu ke bayi yang dikandungnya.
4) Diagnosa potensial
Ibu hamil dengan asma berpotensi terjadi kerusakan kulit, hati, limpa, dan keterbelakangan
mental pada bayi.
5) Masalah potensial
Tidak ada
Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
1) Mandiri
Tidak dilakukan
2) Kolaborasi
Pemeriksaan laboratorium di Laboratorium untuk pemeriksaan kimia darah, ureum, kreatinin,
GDS
3) Merujuk
D. Planning
1) Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dirasakannya yaitu :flu, demam, pegal-pegal, serta
kemerahan pada kaki dan tangan merupakan tanda- tanda sifilis
Ev : Ibu memahami bahwa keluhan yang dialaminya adalah gejala- gejala sifilis.
2) Menganjurkan dan menjelaskan pada ibu tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa nyeri dan
menciptakan lingkungan yang nyaman dengan mengganti alat tenun yang kotor.
Ev : Ibu memahami tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa nyeri dan menciptakan
lingkungan yang nyaman.
3) Menganjurkan ibu untuk banyak minum, memakai pakaian yang tipis dan longgar ,dan
melakukan kompres apabila demam dengan menggunakan air hangat di dahi dan lengan.
Ev : Ibu mengerti dan bersedia untuk melaksanakan anjuran bidan.
4) Menganjurkan ibu untuk melibatkan keluarga dalam perawatan agar ibu mendapatkan support
dan dukungan dari keluarga sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Ev : Ibu mengerti dan keluarga bersedia untuk terlibat dalam proses pengobatan dan perawatan
ibu.
5) Menganjurkan ibu dan suami untuk tidak berganti- ganti pasangan karena hal ini dapat
menyebabkan penyakit menular seksual dan dapat menyebabkan penyebaran dari penyakit
menular seksual menjadi lebih luas.
Ev : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia untuk tidak berganti- ganti pasangan begitu juga
dengan suami.
6) Menjelaskan pada ibu tentang teknik pengurangan rasa nyeri yaitu dengan pengompresan dengan
air hangst pada daerah yang nyeri, dan meminimalisir terjadinya sentuhan atu gesekan pada
daerah yang yang nyeri.
Ev : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia melaksanakan
7) Menjelaskan pada ibu bahwa sifilis bisa menimbulkan komplikasi pada ibu dan bayi sehingga ibu
harus menjaga kondisinya agar tidak terjadi komplikasi.
Ev : Ibu memahami penjelasan bidan dan akan selalu menjaga kondisinya.
8) Menganjurkan ibu untuk pemeriksaan laboratorium di laboratorium untuk pemeriksaan kimia
darah, ureum, kreatinin, GDS.
Ev : Ibu bersedia melakukan pemeriksaan laboratorium di Laboratorium.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibunya yang
menderita sifilis.3 Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap
masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu,
karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi masih belum atrofi.
Sifilis terdistribusi di seluruh dunia, dan merupakan masalah yang utama pada Negara
berkembang. Dilihat dari usia, kasus sifilis banyak ditemukan pada orang dengan rentang usia
20-30 tahun
Penularan sifilis dapat melalui cara sebagai berikut : Kontak langsung,sexually tranmited
diseases (STD), non-sexually, Transplasental, dari ibu yang menderita sifilis ke janin yang
dikandungnya, Transfusi : Syphilis d emblee, tanpa primer lesi
DAFTAR PUSTAKA
Department of Health and Human Services of USA. Congenital Shypilis United State
2002. Disitasi dari :http://www.cdc.gov/mmwr/preview/ mmwrhtml/mm5331a4.htm pada
tanggal :18 Februari 2009. Last Update : July 2008. Diakses 5 Mei 2013Djuanda, Adhi.
1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.
Murtiastuti D. Sifilis. Dalam : Barakbah J, Lumintang H,Martodhiharjo S, editor. 2008.
Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press.
Webmaster.
Trepronema
Pallidum.
Disitasi
dari
:http://www.medgadget.
com/_archives/img/treponema.htm pada tanggal : 18 Februari 2009. Last Update : Januari 2009.
Diakses 5 Mei 2013.
Webmaster. Shypilis. Disitasi dari : http://www.uveitis.org/images/syphil1.htm pada
tanggal : 18 Februari 2009. Last Update : Januari 2009. Diakses 5 Mei 2013.