PENDAHULUAN
Di Amerika Serikat, dan beberapa Negara berkembang lainnya, kejadian
obesitas telah mengalami peningkatan.
biasanya berdasarkan Body Mass Index (BMI) 30 kg/m2 atau lebih yang
terjadi pada saat pemeriksaan antenatal pertama.
sederhana dari berat badan berdasarkan tinggi badan dan dihitung dengan
cara membandingkan berat badan seseorang dalam kilogram dengan tinggi
badan dalam meter (kg/m2).
(Kelas I); BMI 35,0-39,9 (Kelas 2); dan BMI 40 ke atas (kelas 3 atau morbid
obesitas), yang mana diketahui bahwa terdapat hubungan antara BMI yang
meningkat dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas.
Obesitas sendiri diketahui sebagai faktor resiko yang penting terhadap
kejadian komplikasi respirasi dan infeksi pada pembedahan umum dan
anestesi terkait mortalitas pada kehamilan. Wanita hamil dengan obesitas
dibandingkan dengan yang memiliki berat badan normal akan mengalami
peningkatan resiko memiliki berbagai macam problem medis yang terjadi
bersamaan atau superimposed antenatal disease termasuk preeklampsia dan
diabetes gestasional. Komplikasi selama persalinan seperti intrapartum fetal
distress, persalinan tidak mengalami kemajuan, presentasi abnormal, dan
persalinan dengan seksio sesaria adalah yang paling sering.
Sebagai
luka
perioperatif.
Lebih
jauh
lagi,
anesthesiologist
seringkali
meskipun, wanita hamil dengan obesitas tidak akan terlihat penurunan yang
signifikan dari FRC, sama dengan wanita hamil dengan berat badan normal.
Posisi supine khususnya posisi trendelenburg akan memperburuk volume
paru secara signifikan. Penjelasan lain yang mungkin adalah efek relaksasi
dari progesterone terhadap otot polos yang akan menurunkan resistensi jalan
napas, dan oleh karena itu akan menurunkan beberapa efek negative dari
obesitas terhadap sistem respirasi.
kejadian hipoksemia pada wanita hamil dengan obesitas lebih sering terjadi
daripada
nonobese,
yang
berarti
shunting
venoarterial
lebih
besar.
Khususnya terlihat saat penurunan FRC yang lebih jauh akibat induksi
anestesi umum atau saat pasien posisi supine atau trendelenburg. FRC akan
sehingga
ditekankan
untuk melakukan
denitrogenisasi
yang
adekuat
Karena
fatigue pada siang hari sangat biasa terjadi pada wanita hamil, sehingga
penyakit ini biasanya tidak teridentifikasi. Mengenali obstructive sleep apnea
lebih awal pada kehamilan akan membantu dalam pemberian terapi dan
dapat mencegah efek samping terhadap janin.
pressure (CPAP) adalah terapi yang aman dengan minimal efek samping dan
dapat meningkatkan hasil perinatal.
Table 1
Perubahan respirasi pada kehamilan, obesitas, dan kombinasi kehamilan
dengan obesitas (diadaptasi dari Saravanakumar dan kawan kawan. Obesity
and obstetric anesthesia. Anesthesia 2006; 61:36-48, dengan ijin dari
Blackwell Publisihing).
Parameter
Level progesterone
Kehamilan
Obesitas
Kombinasi
Tidal volume
Respiratory rate
atau
Minute volume
atau
Inspiratory capacity
Residual volume
atau
Vital capacity
FEV1
atau
FEV1/VC
Compliance
Work of breathing
Resistance
V/Q mismatch
DLCO
atau
PaO2
PaCO2
Tabel 2
Perubahan kardiovaskular selama kehamilan, obesitas, dan kombinasi
kehamilan dengan obesitas (diadaptasi dari Saravanakumar dan kawan
kawan. Obesity and obstetric anesthesia. Anesthesia 2006; 61:36-48, dengan
ijin dari Blackwell Publisihing).
Parameter
Heart rate
Kehamilan
Obesitas
Kombinasi
Stroke volume
Cardiac output
Cardiac index
atau
atau
Hematokrit
Blood volume
atau
Supine hypotension
hipertrofi
Systemic
vascular
resistance
dilatasi
dilatasi
Fungsi sistolik
atau
Fungsi diastolik
Hipertensi pulmonal
Mungkin +
Mungkin +
Preeklampsia
N/A
dan
kardiovaskular
maternal.
Kehamilan
berhubungan
dengan
Selama
persalinan, cardiac output meningkat kurang lebih 10% pada awal stadium
pertama, 25% pada akhir stadium pertama, dan 40% pada stadium kedua.
Kontraksi uterus dihubungkan dengan peningkatan 10-15% cardiac output
dan segera pada periode postpartum peningkatan cardiac output akan
mencapai puncaknya yakni sekitar 75% di atas nilai sebelum melahirkan.
Obesitas akan meningkatkan cardiac output lebih tinggi lagi akibat
penimbunan lemak diseluruh tubuh. Tiap 100 gr lemak meningkatkan cardiac
output 30-50 ml/menit. Volume darah meningkat pada kehamilan dan makin
meningkat saat kehamilan tersebut disertai obesitas. Pada wanita nonobese,
kehamilan dihubungkan dengan penurunan afterload yang signifikan. Pada
wanita hamil dengan obese, penurunan afterload kemungkinan dirusak oleh
karena terjadinya peningkatan resistensi perifer dan kekakuan arteri yang
lebih besar. Sebagai tambahan,
prevalensi
kejadian
hipertensi,
mellitus,
hiperlipidemia,
dan
melemahnya fungsi jantung dan ini salah satu penyebab faktor resiko
terjadinya penyakit arteri koroner dan serebrovaskular. Selama kehamilan,
efek samping obesitas ini merupakan eksaserbasi sebagian akibat sekresi
human placental lactogen, human chorionic gonadotropin dan hormone
steroid, yang kemudian meningkatkan resistensi jaringan target terhadap
insulin. Estrogen juga meningkatkan sekesi insulin dari sel-sel pankreas.
Perubahan selama
tiba-tiba
yang
berhubungan
dengan
perubahan
posisi
dapat
obesitas lebih besar lagi resiko kejadian aspirasi isi lambung ke pulmonal, tapi
belum dapat dibuktikan dengan jelas, tetapi tampaknya seperti itu. Roberts
dan Shirley menemukan bahwa berat badan merupakan faktor yang
menentukan volume isi lambung selama hamil. Vaughan dkk, menemukan
bahwa pasien obese dan tidak hamil, yang dijadwalkan operasi elektif
memiliki volume lambung yang banyak dan pH lambung yang rendah
daripada pasien nonobese. Sebagai tambahan, pasien obese memiliki resiko
tinggi hiatus hernia dan peningkatan tekanan intragastrik, yang lebih
meningkatkan resiko aspirasi pulmonal isi lambung. Obesitas adalah salah
satu faktor resiko utama diabetes, yang dapat menyebabkan pengosongan
lambung terhambat, sehingga meningkatkan resiko aspirasi. Juga, diketahui
dengan baik bahwa obesitas diprediksikan akan sulit atau gagal intubasi,
yang mana keduanya berhubungan dengan insidens tinggi aspirasi.
Manajemen Anestesi Persalinan Seksio Sesaria Pasien dengan Morbid
Obesitas
Obesitas secara signifikan meningkatkan kejadian seksio sesaria. Weis
dkk, menemukan bahwa pasien nullipara rata-rata persalinan secara seksio
sesaria adalah 20,7% pada kelompok kontrol dibandingkan dengan 33,8%
pada pasien obesitas dan 47,4% pada kelompok morbid obesitas. Sebagai
tambahan, obesitas dihubungkan dengan peningkatan mortalitas maternal,
morbiditas, dan komplikasi operasi seperti kehilangan darah yang banyak,
meningkatnya lama operasi dan meningkatnya resiko infeksi luka postoperasi
dan
endometritis.
Komunikasi
yang
baik
antara
anesthesiologists,
obstetricians dan staf perawat wajib dilakukan pada setiap persalinan, dan
terlebih lagi ketika berhadapan dengan wanita hamil dengan morbid obesitas.
Pasien ini tentu saja prognosis akan menjadi lebih baik, kuncinya adalah jika
dilakukan konsultasi anestesi antepartum dan pertemuan multidisiplin antara
obstetricians, anesthesiologist, dan staf perawat, sehingga masalah dapat
didiskusikan terlebih dahulu. Seperti ketersediaan tempat tidur dan meja
operasi yang sesuai, teknik operasi, dan retraksi lemak, profilaksis
thromboembolism, jenis dan reaksi silang, perawatan postoperasi, dan
monitoring semalaman di intensive care unit dan kemungkinan komorbid dan
konsekuensinya.
operasi untuk memperluas lebar meja, sedangkan satu set ekstra meja
lengan lagi dapat digunakan untuk menempatkan lengan pasien.
Ketika
menggunakan CPAP preoperatif, alat ini harus tersedia saat intra dan
postoperatif. Guideline praktis ASA untuk Penanganan Perioperatif Pasien
dengan Obstructive Sleep Apnea adalah direkomendasikan untuk memulai
CPAP preoperatif pada pasien dengan obstructive sleep apnea berat,
sehingga dengan demikian kondisi mereka preoperatif akan meningkat.
Nasal CPAP (N-CPAP) pada 10-15 cm rata-rata air telah sukses dilakukan.
Meskipun kontrovesi, obesitas diketahui sebagai faktor resiko penting
kejadian tromboembolism vena maka profilaksis harus dilakukan. Masalah
lain yang sering dihadapi oleh anesthesiologist ketika berhadapan dengan
pasien morbid obesitas adalah kesulitan untuk monitoring tekanan darah
noninvasif.
Kecuali jika
pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik akan lebih besar 20% dari
tekanan darah maternal sesungguhnya. Pada beberapa kasus, penggunaan
tersebut
waktu anestesi yang terbatas, dan pembedahan pada pasien ini kemungkinan
memanjang, sehingga membutuhkan tambahan waktu anestesi.
Anestesi
epidural melalui kateter epidural dapat mengatasi masalah ini, akan tetapi
blok epidural mungkin tidak adekuat terhadap 25 % pasien ini, terutama
akibat sulitnya memblok akar saraf region sakral, yang akan menghasilkan
nyeri visceral akibat stimulasi saluran kencing. Teknik CSE untuk persalinan
sesar memberikan kombinasi berupa kualitas blok spinal dengan fleksibilitas
oleh karena adanya kateter epidural. Sebagai tambahan, telah diperlihatkan
bahwa
Anestesi Umum
Pencegahan aspirasi asam adalah sangat penting pada setiap wanita
hamil, terlebih lagi pada pasien obese. Pada institusi kami, merupakan
standar praktis untuk memberikan 30 ml antasida nonparticulate (0,3M
sodium sitrat atau ekivalennya) sebelum memulai anestesi pada wanita hamil.
Agen ini dapat dengan cepat menurunkan keasaman isi lambung dan
memperbaiki resiko aspirasi. Waktu yang optimal untuk pemberian antasida
nonparticulate adalah kurang lebih setengah jam sebelum memulai prosedur.
Untuk persalinan sesar elektif, pemberian melalui oral H2 antagonis, seperti
ranitidine, atau proton pump inhibitor, seperti omeprazole, pada malam
sebelumnya dan diulangi 60-90 menit sebelum induksi anestesi, dapat
menurunkan lebih jauh lagi volume dan keasaman lambung.
Selain itu,
wanita hamil yang telah makan dalam jumlah besar sesaat sebelumnya dan
pasien diabetes, di mana pengosongan lambung akan terlambat.
Pasien
induksi anestesi umum adalah sangat penting pada pasien ini. Tiga teknik
yang berbeda telah dijelaskan pada sebuah literatur. Metode yang paling
sering adalah memberikan O2 100% selama 3-5 menit.
Hamilton dan
100% selama 5 menit dalam meningkatkan PaO2 pada wanita tidak hamil,
dan tidak obese.
Dewan untuk pasien hamil. Yang terbaru, Baraka dkk memperlihatkan bahwa
preoksigenasi dicapai dengan delapan napas dalam selama 60 detik dengan
aliran oksigen 10 l/menit tidak hanya menghasilkan PaO 2 yang lebih tinggi
tapi juga desaturasi Hb yang lebih lambat dibandingkan dengan teknik empat
napas dalam. Studi yang membandingkan tiga teknik preoksigenasi yang
berbeda pada wanita hamil menunjukkan bahwa delapan napas dalam dan
pernapasan volume tidal selama 3 menit dengan FiO 2 100% hasilnya lebih
bagus daripada daripada empat napas dalam.
efektif pada posisi duduk atau posisi head up 25o daripada posisi supine pada
pasien obese berat.
Peningkatan resiko kegagalan intubasi, kemungkinan kesulitan untuk
ventilasi masker secara adekuat, dan keharusan untuk rapid sequence
induction dengan penekanan pada os cricoid sehingga ditekankan kebutuhan
seorang ahli berpengalaman yang dapat membantu selama pemberian
anestesi umum pada pasien obese.
Akan tetapi,
teknik ini tidak ideal untuk kasus emergensi. Meskipun penggunaan LMA
pada kasus obestetrik tidak dapat mencegah aspirasi isi lambung, tetapi
dapat berperan sebagai life saving pada kasus kegagalan intubasi.
Collins dkk menemukan pengaruh posisi pasien saat dilakukan
laringoskopi pada 60 pasien morbid obese.
posisi datar, yang dilakukan dengan mengatur selimut di bawah badan bagian
atas dan kepala pasien sampai didapatkan garis horizontal antara meatus
auditorius externus dan sternal notch, maka laring akan terlihat dengan jelas
dibandingkan dengan posisi sniff standar.
dan
telah
diketahui
bahwa
dosis
induksinya
seharusnya
Karenanya,
dosis suksinilkolin 1-1,5 mg/kgbb (sampai maksimal 200 mg) adalah masuk
akal.
terjadi.
Ekstubasi seharusnya
dilakukan saat pasien sadar penuh dan pulihnya blok neuromuskular yang
adekuat dan dilakukan pada posisi semiupright, karena hal ini mengurangi
kompresi diafragma oleh isi rongga abdomen.
Morbiditas Postpartum
Beberapa komplikasi postpartum, seperti perdarahan, endometritis,
infeksi luka deep venous thrombosis (DVT), pulmonary embolis (PE), depresi
napas, dan hipoksemia terjadi lebih sering pada wanita morbid obesitas.
Naef dkk menemukan bahwa obesitas maternal berhubungan dengan
peningkatan yang signifikan resiko perdarahan selama atau setelah
persalinan. Jenis dan reaksi silang harus dipertimbangkan pada pasien ini.
Beberapa studi telah mencatat peningkatan resiko endometritis dan infeksi
luka setelah seksio sesaria pada pasien obese dan antibiotik profilaksis
seharusnya diberikan setelah menjepit umbilikus, karena ini telah terbukti
mengurangi morbiditas infeksi setelah seksio sesaria.
Pasien morbid
morbid
obesitas
akan
terjadi
resiko
atelektasis
lebih
tinggi
respirasi setelah anestesi spinal terlihat lebih besar pada wanita hamil dengan
Dosis
optimal untuk terapi low molecular weight heparin (LMWH) belum ada
ketetapannya untuk pasien morbid obesitas. Telah disarankan bahwa dosis
LMWH sebaiknya berdasarkan actual body weight.
Status antikoagulan pasien menjadi sangat penting bagi anesthesiologist
saat pasien memiliki kateter spinal atau epidural.
Eropa (saat dosis LMWH sekali sehari), kateter dapat dilepas 10-12 jam
setelah dosis akhir LMWH dan 4 jam sebelum dosis berikutnya. Di Amerika
Serikat, dokter biasanya memberikan dosis LMWH dua kali sehari dan
menurut American Society of Regional Anesthesia dan guideline Pain
Medicine, kateter neuraksial seharusnya dicabut 2 jam sebelum dosis
pertama dan dosis pertama seharusnya 24 jam setelah operasi. Pemberian
heparin dosis kecil (5000 U) SC tidak diaanggap sebagai kontraindikasi
dilakukan teknik neuraksial.
Kesimpulan
Rata-rata kejadian obesitas semakin meningkat di seluruh dunia dan
bagian pelayanan kesehatan seharusnya siap menghadapi masalah yang
berkembang pesat ini. Manajemen anesthesiologist terhadap wanita hamil
dengan morbid obesitas berhubungan dengan bahaya di mana resiko
kesulitan atau kegagalan intubasi sangat tinggi. Penempatan kateter epidural
di awal mampu menghindari kebutuhan terhadap anestesi umum; namun,
resiko kegagalan tinggi sehingga diharuskan untuk penilaian blok secara teliti
dan mengulangi pemasangan kateter epidural jika diindikasikan. Teknik spinal
kontinyus adalah alternatif yang menarik untuk beberapa alasan: yakni cukup
dapat diprediksi dan dipercaya, dan memungkinkan kontrol ketat level
anestesi dan durasi blok dan level anestesi untuk operasi dapat dicapai dalam
beberapa menit pada keadaan emergensi.