Tanda Tangan
Nim: 102013105
I.
II.
Identitas
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Pemeriksaan
Tanggal Masuk RS
:
:
:
:
:
:
Tn. S
77 tahun
Laki-laki
Pensiun
Slipi
5 Januari 2015
: 4 Januari 2015
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan Tn.S Pada pukul
13.00 di PACU
Keluhan utama: Pasien mengeluh nyeri pada saat buang air kecil
III.
Habit
: Tidak ada habit khusus
Riwayat operasi sebelumnya: Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Berat badan
: 70 kg
Tanda-Tanda vital
Tekanan darah: 145/76 mmHg
Frekuensi nadi: 90 x/mnt
Frekuensi nafas: 20 x/mnt
Suhu: 36.50C
Kepala: normocephali, wajah simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
oedema pada wajah.
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik
Hidung: tidak ada deviasi septum nasi
Mulut dan gigi geligi: buka mulut >3 jari, gigi palsu (-), gigi goyang (-)
Leher: tidak pendek, tidak teraba massa atau pembesaran
Thoraks
Inspeksi: bentuk dada normal, simetris pada keadaan statis dan
Abdomen:
Inspeksi; bentuk abdomen datar, tidak membuncit
Palpasi: hepar dan lien tidak membesar, nyeri tekan epigastrium
Regio Anal
Inspeksi: Bentuk Normal, benjolan (-)
Rectal Toucher: Sfingter ani Menjepit. pada mukosa teraba
massa yang konsistensinya kenyal, permukaan sedikit tidak rata,
batas tegas, puncak agak sulit dicapai.Tidak teraba nodul.
Handscoon: Darah, lendir dan feses tidak ada
Ekstremitas
Otot: normotonus, massa normal
Sendi: tidak kaku
Gerakan: aktif
Kekuatan: +5/+5
IV.
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal: 4 Januari 2015
Nama test
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Lekosit
Trombosit
Hemostasis
BT
CT
KIMIA KLINIK
Gula Darah
GDS
Glukosa 2 jam
PP
Fungsi Liver
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
Fungsi Ginjal
Ureum
Kreatinin
Hasil
Flag unit
Nilai Rujukan
15.6
46.9
5.13
7.700
296.000
g/dl
%
Juta/Ul
/mm3
/mm3
13-18
40-50
4.43-6.02
4.000-10.000
150.000450.000
2
10
Menit
Menit
<5 menit
<15 menit
126
180
mg/dl
mg/dl
<140
<140
30
46
U/L
U/L
<40
<41
34
0.84
mg/dl
Mg/dl
15-50
0.6-1.3
V.
VI.
Diagnosis Kerja
Beningn Prostat Hierplasia (BPH) dan retensi urine
Dasar Diagnosis Kerja
Anamnesis:
Pasien mengeluhkan nyeri saat buang air kecil 3 minggu sebelum
masuk rumah sakit.
Pemeriksaan fisik:
3
VIII.
no.26 G.
Lama anastesi: Pk.09.00 (selesai)
Lama operasi: Pk.09.35 10.40
Bunascan 20 mg
4
Fentanyl 25 mcg
Efedrin 15 mg
Ondansetron 8 mg
Asam traneksamat 1000 mg
Furosemid 10 mg
Prosedur Pelaksanaan
Pre Operasi
1. Pasien dipersiapkan di ruang operasi dengan duduk di meja operasi
2. Pasien dipasang manset, EKG, oxymeter pulse sebelum dilakukan tindakan
anastesi
3. Alat spinal anastesi dipersiapkan (handschoen steril, spuit 3 cc, spuit 1 cc,
jarum spinal, lidocain HCL, bupivacaine, Fentanyl, kapas steril, dan
alkohol+betadine sparay)
4. Menentukan lokasi crista iliaca kanan dan kiri lalu ditarik garis ke medial
dan diberi tanda dengan menggunakan marker
5. Melakukan tindakan asepsis antisepsis dengan
menyemprotkan
pasien
vital
dimonitor
termasuk
tekanan
darah,
frekuensi
5. Perdarahan: 100 cc
6. setelah operasi selesai, pasien dipindahkan ke ruang PACU
Terapi pascabedah:
Ondansetron 4 mg K/P
Ketorolac 30 mg K/P
Tinjauan Pustaka
Anestesi spinal adalah salah satu metode anestesi yang diinduksi dengan
menyuntikkan sejumlah kecil obat anestesi lokal ke dalam cairan cerebro-spinal
(CSF). Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok spinal
intradural atau blok intratekal. Anestesi spinal dihasilkan bila kita menyuntikkan
obat analgesik lokal ke dalam ruang sub arachnoid di daerah antara vertebra L2L3 atau L3-L4 atau L4-L5.
Spinal
anestesi
mudah
untuk
dilakukan
dan
memiliki
potensi
untuk
memberikan kondisi operasi yang sangat baik untuk operasi di bawah umbilikus.
Spinal anestesi dianjurkan untuk operasi di bawah umbilikus misalnya hernia,
ginekologi dan operasi urologis dan setiap operasi pada perineum atau alat
kelamin. Semua operasi pada kaki, tapi amputasi meskipun tidak sakit, mungkin
merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan untuk pasien yang dalam
kondisi terjaga. Dalam situasi ini dapat menggabungkan tehnik spinal anestesi
dengan anestesi umum.
Teknik anestesi secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu anestesi
umum dan anestesi regional. Anestesi umum bekerja untuk menekan aksis
hipotalamus-pituitari adrenal, sementara anestesi regional berfungsi untuk
menekan transmisi impuls nyeri dan menekan saraf otonom eferen ke adrenal.
Teknik anestesia yang lazim digunakan dalam seksio sesarea adalah anestesi
regional, tapi tidak selalu dapat dilakukan berhubung dengan sikap mental
pasien.
Anestesi spinal sangat cocok untuk pasien yang berusia tua dan orang-orang
dengan penyakit sistemik seperti penyakit pernapasan kronis, hati, ginjal dan
gangguan endokrin seperti diabetes. Banyak pasien dengan penyakit jantung
ringan mendapat manfaat dari vasodilatasi yang menyertai anestesi spinal
kecuali orang-orang dengan penyakit katub pulmonalis atau hipertensi tidak
terkontrol. Sangat cocok untuk menangani pasien dengan trauma yang telah
mendapatkan resusitasi yang adekuat dan tidak mengalami hipovolemik.
Indikasi:
1.
2.
Bedah panggul
3.
4.
Bedah obstetrik-ginekologi
5.
Bedah urologi
6.
Pasien menolak
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Infeksi sistemik
2.
3.
Kelainan neurologis
4.
Kelainan psikis
5.
Bedah lama
6.
Penyakit jantung
7.
Hipovolemia ringan
8.
umum.
Daerah
sekitar
tempat
tusukan
diteliti
apakah
akan
pasien gemuk sekali sehingga tak teraba tonjolan prosesus spinosus. Selain itu
perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
Informed consent
anesthesia spinal
Pemeriksaan fisik
tulang punggung
Pemeriksaan laboratorium anjuran
: Hb, Ht,PT,APTT
2.
Peralatan resusitasi
3.
Jarum spinal
Jarum spinal dengan ujung tajam(ujung bamboo runcing, quinckebacock) atau
Perubahan
posisi
berlebihan
dalam
30
menit
pertama
akan
dimonitor,
tidurkan
pasien
misalkan
dalam
posisi
lateral
dekubitus. Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang
belakang stabil. Buat pasien membungkuk maximal agar processus
spinosus mudah teraba. Posisi lain adalah duduk.
2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista iliaka,
misal L2-L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko
trauma terhadap medulla spinalis.
3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
4. Beri anastesi lokal pada tempat tusukan (Bupivacain 20 mg)
5. Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G,
23G, 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G
atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik
biasa semprit 10cc. Tusukkan introduser sedalam kira-kira 2cm agak
sedikit kearah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya
9
ke lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam (QuinckeBabcock) irisan jarum (bevel) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu
pada posisi tidur miring bevel mengarah keatas atau kebawah, untuk
menghindari kebocoran likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri
kepala pasca spinal. Setelah resensi menghilang, mandarin jarum spinal
dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat
dimasukkan pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya
untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik. Kalau anda yakin ujung jarum
spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak keluar, putar arah jarum 90
biasanya likuor keluar. Untuk analgesia spinal kontinyu dapat dimasukan
kateter.
6. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah
hemoroid dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum
dewasa 6cm. Posisi:
Posisi Duduk
Dagu di dada
Posisi Lateral:
1.
2.
3.
10
yang
sering
digunakan
adalah
jenis
hiperbarik
diperoleh
dengan
Bupivacaine
Obat anestetik lokal yang sering digunakan adalah prokain, tetrakain,
lidokain, atau bupivakain. Berat jenis obat anestetik lokal mempengaruhi aliran
obat dan perluasan daerah teranestesi. Pada anestesi spinal jika berat jenis obat
lebih besar dari berat jenis CSS (hiperbarik), maka akan terjadi perpindahan obat
11
ke dasar akibat gravitasi. Jika lebih kecil (hipobarik), obat akan berpindah dari
area penyuntikan ke atas. Bila sama (isobarik), obat akan berada di tingkat yang
sama di tempat penyuntikan.
Bupivacaine adalah obat anestetik lokal yang termasuk dalam golongan
amino amida. Bupivacaine di indikasi pada penggunaan anestesi lokal termasuk
anestesi infiltrasi, blok serabut saraf, anestesi epidura dan anestesi intratekal.
Bupiivacaine kadang diberikan pada injeksi epidural sebelum melakukan operasi
athroplasty pinggul. Obat tersebut juga biasa digunakan untuk luka bekas
operasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan efek obat mencapai 20 jam setelah
operasi.
Bupivacaine
dapat
diberikan
bersamaan
dengan
obat
lain
untuk
dengan
serabut
saraf
penghantar
rasa
proprioseptif
yang
Ketinggian suntikan
Kecepatan suntikan/barbotase
Ukuran jarum
Keadaan fisik pasien
Tekanan intra abdominal
12
2.
Besarnya dosis
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
kendali nafas
Trauma pembuluh saraf
Trauma saraf
Mual-muntah
Gangguan pendengaran
Blok spinal tinggi atau spinal total
disertai
hipotensi
atau
2.
Nyeri punggung
3.
4.
Retensio urine
5.
Meningitis
Komplikasi intraoperatif:
1.
Komplikasi kardiovaskular
Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40%.
Hipotensi
terjadi
karena
vasodilatasi,
akibat
blok
simpatis,
yang
13
terjadi
pada
anestesi
spinal.
Hal
ini
menyebabkan
terjadi
penurunan sirkulasi darah ke organ vital terutama otak dan jantung, yang
cenderung menimbulkan sequel lain. Penurunan sirkulasi ke serebral
merupakan faktor penting yang menyebabkan terjadi henti nafas pada
anestesi
spinal
total.
Walau
bagaimanapun,
terdapat
kemungkinan
pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic
interkostal. Aktivitas saraf phrenik biasanya dipertahankan. Berkurangnya
aliran darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran. Jika
hipotensi ini tidak di atasi, sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya
menyebabkan terjadi iskemik miokardiak yang mencetuskan aritmia
jantung dan akhirnya menyebakan henti jantung. Pengobatan yang cepat
14
pemberian
cairan,
vasopressor,
dan
pemberian
oksigen
Komplikasi postoperative:
1.
Komplikasi gastrointestinal
Nausea dan muntah karena hipotensi,hipoksia,tonus parasimpatis
berlebihan,pemakaian obat narkotik,reflek karena traksi pada traktus
gastrointestinal serta komplikasi delayed,pusing kepala pasca pungsi
lumbal merupakan nyeri kepala dengan ciri khas terasa lebih berat
pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak. Mulai terasa pada 2448 jam pascapungsi lumbal,dengan kekerapan yang bervariasi. Pada
2.
ke
retro
orbital,
dan
sering
disertai
dengan
tanda
Tanda yang paling signifikan nyeri kepala spinal adalah nyeri makin
bertambah
bila
pasien
dipindahkan
atau
berubah
posisi
dari
kebocoran
dari
cairan
serebrospinal
dengan
menghentikan kebocoran.
Nyeri punggung
Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat
dari tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau
ruptur
dari
struktur
ligament
dengan
atau
tanpa
hematoma
dan
derajat
yang
bervariasi
pada
defisit
motorik
pada
ekstremitas bawah.
Komplikasi neurologic yang paling serius adalah arachnoiditis adesif.
Reaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau bulan setelah
anestesi spinal dilakukan. Sindrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan
kelemahan motorik pada tungkai yang progresif. Pada penyakit ini
terdapat reaksi proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari
vasculature korda spinal.
16
Iskemia dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi
arterial yang lama. Penggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa
mengurangi aliran darah ke korda spinal. Kerusakan pada korda spinal
atau saraf akibat trauma tusukan jarum pada spinal maupun epidural,
kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal intraneural
adalah jarang, tapi tetap berlaku.
Perdarahan subaraknoid yang terjadi akibat anestesi regional
sangat jarang berlaku karena ukuran yang kecil dari struktur vaskular
mayor didalam ruang subaraknoid. Hanya pembuluh darah radikular
lateral merupakan pembuluh darah besar di area lumbar yang
menyebar ke ruang subaraknoid dari akar saraf. Sindrom spinal-arteri
anterior akibat dari anesthesia adalah jarang. Tanda utamanya adalah
kelemahan motorik pada tungkai bawah karena iskemia pada 2/3
anterior bawah korda spinal. Kehilangan sensoris biasanya tidak
merata dan adalah sekunder dari nekrosis iskemia pada akar posterior
saraf dan bukannya akibat dari kerusakan didalam korda itu sendiri.
Terdapat tiga penyebab terjadinya sindrom spinal-arteri : kekurangan
bekalan darah ke arteri spinal anterior karena terjadi gangguan
bekalan
darah
dari
arteri-arteri
yang
diganggu
oleh
operasi,
merupakan
penyebab
yang
mungkin
yang
yang paling prominen pada komplikasi ini adalah nyeri punggung yang
berat, nyeri lokal, demam, leukositosis, dan rigiditas nuchal. Oleh itu,
adalah tidak benar jika menggunakan anestesi regional pada pasien
yang mengalami infeksi kulit loka pada area lumbar atau yang
menderita selulitis.
5.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
Jakarta: FKUI;2011
Omoigui S.Buku saku obat-obatan anastesia.Edisi 2.Jakarta:EGC;2012
Morgan GE, Mikhail MS,Murray MJ.Clinical Anasthesiology. 4th
4.
ed.USA:Lange;2006
Miller RD, Pardo MC.Basics of anasthesia. 6th ed.USA:Elsevier
5.
Saunders;2011.
Gwinnut CL. Catatan kuliah anastesi klinis. Edisi 3.Jakarta:EGC;2008.
18