Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH

Disusunoleh :

NAMA : ZAENAL MUSTOPA


NIM : 2411121031

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI


T.A. 2015

Jl. TerusanJendralSudirmanPO BOX 148 Cimahi 40533 Telp./Fax. (022) 6610223

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Melihat peta kota Bandung, terlihat jelas sekali, betapa minimnya lahan yang bewarna
hijau, menandakan kurangnya wilayah Ruang Terbuka Hijau. Padahal, berdasarkan KTT
Bumi di Rio de Janeiro, Brazil (1992) dan dipertegas lagi pada KTT Johanesburg Afrika
Selatan 10 tahun. kemudian (2002), disepakati bersama bahwa sebuah kota idealnya memiliki
luas RTH minimal 30 % dari total luas kota. Berkurangnya persentase ruang terbuka hijau,
terutama di kota-kota besar seperti di kota Bandung, adalah masalah lingkungan hidup yang
dalam praktiknya masih perabaikan dan cenderung dianggap sepele oleh publik. Dari segi
pemanfaatannya pun dapat dikatakan bahwa keberadaan taman kota belum dimaksimalkan
penggunaannya oleh masyarakat sekitar. Penulisan artikel ini dimaksudkan untuk
memberikan komentar serta tanggapan terhadap berita dari sebuah koran online, yang
berjudul Satu Lagi Taman Tematik Bertambah di Kota Bandung (news.detik.com : Jumat,
13/03/2015). Taman tematik ini merupakan kebijakan dari walikota kota Bandung bapak
Ridwan Kamil, S.T., Mud., yang bermaksud agar kota lebih tertata dan rapih.
1.2. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan tanggapan dan komentar
terhadap berita yang berjudul Satu Lagi Taman Tematik Bertambah di Kota Bandung juga
memberikan saran pada masalah yang terjadi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN TAMAN KOTA


Menurut Ditjen Cipta Karya (1997) kota adalah merupakan permukiman yang
berpenduduk relative besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris, kepadatan
penduduk relatif tinggi, tempat sekelompok orang dalam jumlah tertentu dan bertempat
tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu, cenderung berpola hubungan rasional,
ekonomis, dan individualistis.
Laurie (1986:9) mengatakan bahwa taman adalah sebidang lahan berpagar yang
digunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan.
Gallion dan Eisner (1994) Taman kota merupakan transisi antara perkembangan kota
dan daerah pedesaan, yang terletak di luar konsentrasi penduduk. Taman kota dibentuk
sebagai penyekat hijau untuk memisahkan berbagai penggunaan lahan dalam kota.
Dari pengertian kota diatas Taman kota merupakan tempat tinggal manusia diluar
ruangan untuk beraktivitas dan berinteraksi sosial untuk mendapatkan kesenangan,
kegembiraan dan kenyamanan yang menunjukan pribadi suatu kota.
2.2. FUNGSI TAMAN KOTA
1. Fungsi untuk Kesehatan
Untuk fungsi ini taman dianalogikan dengan paru-paru manusia bagi
sebuahlingkungan. Tanaman pada taman tersebut pada siang hari melangsungkan
prosessimbiose mutualistis dengan manusia. Proses pernafasan menusia diperlukan
bagiproses asimilasi pada tanaman, begitu pula sebaliknya.
2. Fungsi untuk Keindahan
Taman yang ditata dengan baik dan dirancang dengan tepat dapat memberikankesan
asri, tenang, nyaman dan menyejukkan. Hal ini diperlukan manusia(terutama di kotakota besar) sebagai kompensasi dari kesibukan kerja sehari-hari, untuk
menggairahkan semangat baru bagi kegiatan selanjutnya.
3. Taman sebagai Daya Tarik
Taman yang ditata di lingkungan sebuah bangunan dengan penataan yang
menarikakan merupakan daya tarik dan ciri khas dari bangunan tersebut.
4. Taman sebagai Penunjuk Arah
Penempatan tanaman tertentu pada taman sedemikian rupa dapat menjadipenunjuk
arah dan dapat mengarahkan gerak kegiatan di sebuah lingkungansemisal deretan
pohon palem raja di kiri kanan jalan di lingkungan pabrik,deretan cemara lilin di kiri
kanan jalan masuk (entrance) bangunan.
5. Taman sebagai Penyaring Debu
2

Bagi pabrik, kilang minyak atau sektor industri lain yang mempunyaikontribusi pada
pencemaran udara dari cerobong asapnya, pohon-pohon tinggidapat membantu
memperkecil polusi di luar lingkungan.
6. Taman sebagai Peredam Suara
Taman juga berfungsi sebagai peredam suara, baik dalam lingkungan ke luaratau
sebaliknya dapat dibantu dengan menggunakan bukitan kecil yang ditanamidengan
tanaman semak atau perdu sehingga getaran suara dapat diredam secaraalamiah.
7. Taman sebagai Peneduh
Penataan taman dengan menggunakan pohon-pohon rindang akan bermanfaatsebagai
peneduh untuk areal terbuka seperti tempat parkir, koridor tempatrekreasi, tempat
istirahat dan sebagainya.
8. Taman sebagai Pelestari Ekosistem
Dengan hadirnya taman di sekitar bangunan yang terdiri dari berbagai tanamandan
pepohonan akan mengundang serangga atau burung sebagai penyebar bibit,penyilang
jenis tanaman, penyerbuk dan sebagainya yang akan berperan sebagaipelestari
lingkungan.
9. Taman sebagai Pencegah Erosi
Materi taman berupa tanaman, terutama tanaman penutup tanah sepertirerumputan
dapat mencegah pengikisan tanah atau erosi.
2.3. SEJARAH TAMAN KOTA DI BANDUNG
Ketika para perencana taman membangun "mini-botanical garden" di Kota Bandung
hampir 80 tahun yang lalu, mereka membangunnya dengan konsep yang jelas. Taman
haruslah menjadi sarana efektif mengakrabkan warga kota dengan alam, tempat rekreasi,
tempat penelitian, dan tempat belajar mengenai siklus alam. Oleh karena itu, pemilihan
jenis anaman pun disesuaikan dengan kondisi ekologi dan iklim kota Bandung. "Kota
Taman" atau Tuinstad itulah konsep pembangunan yang diterapkan Pemerintah Hindia
Belanda di Kota Bandung pada masa penjajahan. Pemerintah kolonial saat itu ingin
menjadikan Bandung sebagai salah satu kota khusus bagi masyarakat Eropa sehingga
pada awalnya, pembangunan yang dilaksanakan di Kota Bandoeng (Bandung) saat itu
sangat berbau Eropa, seperti memindahkan Paris atau Amsterdam ke Pulau Jawa.
Namun, usaha ini kemudian mendapat tentangan dari maestro arsitek Belanda, Hendrik
Petrus Berlage, yang datang ke kota Bandung tahun 1923. Ia mengkritik bentuk
bangunan di Nusantara yang tidak menonjolkan ciri aksen tropis. Kritik Berlage
mendapat sambutan dari perkumpulan Bandoeng Vooruit yang awalnya lahir dari
organisasi Vereeniging tot Nut van Bandoeng en Omstreken, yang merupakan wadah
bagi masyarakat Belanda yang ada di Bandung untuk bermusyawarah.
Ahli-ahli taman perkumpulan Bandoeng Vooruit yang terdiri atas Dr. R. Teuscher, Dr.
W. Docters van Leeuwen, dan Dr. L. Van der Pijl, kemudian bersama-sama mencari
desain taman tropis untuk Kota Bandung. Konsep taman tropis yang digagas oleh
Bandoeng Vooruit saat itu adalah konsep taman terbuka yang bebas dikunjungi warga
3

kota. Taman kala itu harus bisa menjadi wahana efektif guna mengakrabkan kehidupan
warga kota dengan alam. Taman terbuka dapat digunakan untuk rekreasi, tempat
penelitian, pengenalan jenis flora tropis, maupun untuk studi tentang siklus alam.
Untuk maksud ini, perkumpulan Bandoeng Vooruit selama tahun 1930-1935 berusaha
mengubah taman-taman di Kota Bandung menjadi mini botanical garden. Sebagai sarana
untuk mengenal dan belajar mengenai tanaman, keterangan nama jenis tiap tumbuhan
dituliskan dalam bahasa Latin, Sunda, dan Melayu (Indonesia), pada pelat-pelat
alumunium.
Berdasarkan istilah Belanda saat itu, taman (park) dibedakan menjadi beberapa jenis,
antara lain park, plein, plantsoen, stadstuin, dan boulevard. Park adalah sebidang tanah
yang dipagari sekelilingnya, ditata secara teratur dan artistik, ditanami pohon lindung,
tanaman hias, rumput, dan berbagai jenis tanaman bunga. Selain itu, dilengkapi pula
jaringan jalan (lorong), bangku tempat duduk, dan lampu penerangan yang berseni.
Kadang kala taman dilengkapi kolam 8 ikan dengan tanaman teratainya, tempat berteduh
yang sering disebut "Gazebo"natau "Belvedere", kandang binatang atau unggas, dan
saluran air yang teratur.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa makna taman bagi kota Bandung tak hanya
sebagai paru-paru kota atau ruang terbuka hijau (RTH). Banyak catatan sejarah yang
dapat digali dari proses pembangunan dan perubahan yang terjadi di taman-taman di kota
Bandung. Beberapa taman yang merupakan peninggalan Pemerintah Hindia Belanda dan
masih dapat kita lihat sampai saat ini adalah Ijzermanpark (Taman Ganeca),
Molukkenpark (Taman Maluku), Pieter Sijthoffpark (Taman Merdeka), Insulindepark
(Taman Nusantara/Taman Lalu Lintas), dan Jubileumpark (Taman Sari atau Kebon
Binatang). Sekitar tahun 1950-an, Presiden Soekarno melarang rakyat menggunakan
bahasa Belanda, maka taman-taman kota ini pun diubah namanya ke dalam Bahasa
Indonesia.
2.4. TAMAN TEMATIK
Taman Tematik adalah salah satu program Wali Kota Bandung untuk merevitalisasi
taman taman kota, seperti memperbaiki elemen elemen taman, memperbanyak
fasilitas untuk menunjang kegiatan kegiatan masyarakat dan memberikan tema
terhadap beberapa taman kota. Program Wali Kota ini berencana merevitalisasi 600
taman atau ruang terbuka di Kota Bandung dan 30 taman diantaranya akan diberikan
tema. Pemerintah Kota Bandung menyampaikan program revitalisasi taman dianggarkan
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kota Bandung. Selain dari dana
APBD, dana berasal dari Corporate Social Responsibility (CSR). Saat ini sudah ada
empat taman tematik yang sudah di resmikan yaitu Taman Pasupati dengan nama tematik
"Taman Jomblo", lalu Taman Cempaka dengan nama tematik "Taman Fotografi", Taman
Centrum dengan nama tematik "Taman Musik", dan Taman Cilaki dengan nama tematik
"Taman Puspa".
Taman-taman tersebut sengaja dibuat untuk mewujudkan kembali kota Bandung yang
bersih, hijau dan berbunga. Selain itu, dengan banyaknya taman kota, pemerintah
berharap dapat menjadi tempat rekreasi
4

2.4.1.

Taman Fotografi

Taman Cempaka dijadikan taman tematik menjadi taman fotografi dan diresmikan
pada tanggal 21 September 2013, difungsikan sebagai Taman Fotografi yang terletak di
Jalan Taman Cempaka, Kelurahan Cihapit, Kecamatan Sumur Bandung. Taman yang
memiliki luas hingga 500 m2 itu, difungsikan sebagai tempat berfoto-foto, tempat
berkumpulnya para fotografer, dan pameran foto. Hal ini sengaja dilakukan agar pameran
foto atau event sejenisnya tidak selalu berada gedung (indoor), tetapi bisa juga dilakukan
di area terbuka (outdoor).
Taman Tematik tidak dirubah secara keseluruhan, tetap menjaga fungsi taman sebagai
Ruang Terbuka Hijau (RTH). Taman fotografi ini akan dibuatkan toilet umum,
perpustakaan dan dilengkapi dengan free wifi. Taman Fotografi ini berhasil terbentuk
sebagai salah satu CSR hasil kerjasama antara Bank Danamon dengan Pemkot Bandung.

Gambar 1 Taman Fotografi

Gambar 2 Taman Fotografi


2.4.2. Taman Pasupati
Sebelum menjadi taman, kolong Jembatan Pasupati merupakan tempat yang gelap,
sepi dan berbatu. Saat ini Taman Pasupati telah direvitalisasi menjadi Taman Jomblo.
Taman ini terletak di bawah Jembatan Pasupati, Bandung, Jawa Barat. Taman ini
diresmikan oleh Walikota Bandung pada tanggal 4 Januari 2014. Di taman ini terdapat
tempat duduk berbentuk kubus berukuran kecil warna-warni dan hanya muat untuk satu
5

orang. Kubus tersebut juga bisa digunakan sebagai tempat memajang karya seni sesuai
dengan tema taman tersebut yang untuk kalangan anak muda. Terdapat bangku panjang
yang melengkung dan bisa ditempati oleh banyak orang. Di bagian belakang Taman
Jomblo juga terdapat arena papan luncur (skateboard) yang kini menjadi lokasi favorit
untuk para pemain skateboard di Bandung. Arena papan luncur ini memiliki
kelengkapan dengan skala internasional.

Gambar.1 Taman Jomblo

Gambar.2 Taman Jomblo

2.4.3. Taman Musik Centrum


Taman Bangka direvitalisasi menjadi Taman Musik Centrum yang berlokasi di Jalan
Bangka, taman ini tidak seluas taman lainnya tapi Taman Centrum bisa jadi pilihan untuk
melepas penat, terutama bagi para remaja karena letaknya yang berhimpitan dengan 2
6

sekolah menengah atas yang berada disana. Terdapat sebuah bundaran berada di pusat
taman. Di sana pula terletak batu peresmian Taman Centrum yang ditandatangani oleh
Walikota Daerah Tingkat II Bandung, Wahyu Hamijaya pada 7 April 1994. Diresmikan
kembali 1 maret 2014

Gambar 1 Taman Centrum

Gambar 2 Taman Centrum

2.4.4. Taman Pustaka Bunga


Taman Pustaka Bunga adalah salah satu dari Taman Cilaki yang terbagi menjadi tiga,
yang saat ini Taman Cilaki depan, Taman Cilaki dan adaTaman Cilaki akhir. Saat ini
pemerintah telah merevitalisasi dan meresmikan Taman Cilaki Tengah menjadi Taman
Pustaka Bunga atau Perpustakaan Bunga. Dalam perkembangan Bandung di masa lalu
tahun 1920 Taman Cilaki digunakan sebagai jalur hijau yang menyangga
perkembangan wilayah permukiman baru yang memanjang menyusuri jalan Riau.
7

Taman ini diresmikan sebagai Taman Tematik oleh Walikota Bandung pada tanggal 30
Desember 2013 yang lalu. Perpustakaan Bunga atau Taman Pustaka Bunga memiliki
beragam jenis bunga. Ada sekitar 100 ribu jenis bunga di tanam di Perpustakaan Bunga
atau Taman Pustaka Bunga yang berlokasi di kota Bandung tersebut. Dengan hadirnya
Perpustakaan Bunga atau Taman Pustaka Bunga ini, Kota Bandung menjadi lebih indah
dan menambah jumlah resapan yang ada di kota Bandung.Dengan adanya keberadaan
Perpustakaan Bunga atau Taman Pustaka Bunga ini, masyarakat bisa menjadikan
tempat ini sebagai tempat untuk berkumpul, berehat sejenak, merasakan suasana sejuk
di tengah kota, dan tujuan berwisata bersama keluarga.

Gambar 1 Taman Pustaka Bunga

Gambar 2 Taman Pustaka Bunga

2.5. BERITA YANG DI ANGKAT


Bandung - Kota Bandung segera menambah koleksi taman tematiknya yaitu Taman
Gesit yang berada di Jalan Dipati Ukur. Taman seluas 320 meter persegi ini disulap oleh
8

brand dari Nutrifood yaitu Hi Lo. Taman ini mengambil konsep green and active dengan
berbagai fasilitas yang membuat warga makin gesit.
Brand Manager Hi Lo Ignatius Teddy menuturkan Bandung dipilih sebagai kota untuk
dibangun taman ini karena saat ini Bandung tengah giat memanfaatkan ruang terbuka
hijau. "Bandung juga sekarang banyak dikenal dengan taman-taman tematiknya sehingga
kami pun ingin ikut berkontribusi," ujar Teddy. Kunjungan ke Taman Gesit ini
merupakan rangkaian dari kegiatan Media Gathering #2ndHoMedia Nutrifood ke
Bandung. N
Saat ini pembangunan taman ini sudah mencapai 40 persen sejak mulai direnovasi
awal Maret. Nantinya di taman ini akan dibangun berbagai fasilitas yang akan membuat
warga untuk beraktivitas lebih aktif. "Di antaranya kami akan bangun pergola, monkey
bar, spider web, incline board, tree deck, vertical garden dan lainnya," katanya. Nama
Taman Gesit sendiri diambil dari tagline brand Hi Lo yaitu Gerak Lebih Gesit.
Area taman akan dibagi menjadi dua yaitu untuk kegiatan komunitas lingkungan
untuk berkumpul sementara di sisi lainnya digunakan untuk kegiatan aktif. "Rencananya
taman akan mulai diresmikan dan bisa digunakan warga pada bulan April mendatang,"
sebut Teddy. Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung Arif Prasetya
menyatakan senang Hi Lo yang telah menambah daftar taman tematik di Kota Bandung
yang saat ini berjumlah 15 taman. "Di seluruh Kota Bandung ada 604 taman, 34 di
antaranya yang sering dikunjungi oleh warga, seperti Taman Film, Taman Jomblo, Taman
Alun-alun dan Taman Musik. Kalau nanti sudah ada sign (nama taman) pasti taman ini
juga akan ramai. Apalagi lokasinya dekat dengan area CFD dan biasa ramai siang
malam," tutur Arif.
2.6. ANALISIS
2.6.1.

Elemen-elemen fisik kota


Dalam desain perkotaan (Shirvani, 1985) terdapat elemen-elemen fisik Urban Design
yang bersifat ekspresif dan suportif yang mendukung terbentuknya struktur visual
kota serta terciptanya citra lingkungan yang dapat pula ditemukan pada lingkungan di
lokasi penelitian, elemen-elemen tersebut adalah :
a.

Tata Guna Tanah


Tata guna lahan dua dimensi menentukan ruang tiga dimensi yang terbentuk,
tata guna lahan perlu mempertimbangkan dua hal yaitu pertimbangan umum dan
pertimbangan pejalan kaki (street level) yang akan menciptakan ruang yang
manusiawi.
Peruntukan lahan suatu tempat secara langsung disesuaikan dengan masalahmasalah yang terkait, bagaimana seharusnya daerah zona dikembangkan,
Shirvany mengatakan bahwa zoning ordinace merupakan suatu mekanisme
pengendalian yang praktis dan bermanfaat dalam urban design, penekanan utama
terletak pada masalah tiga dimensi yaitu hubungan keserasin antar bangunan dan
kualitas lingkungan.
9

b. Bentuk dan Massa Bangunan


Menyangkut aspek-aspek bentuk fisik karena setting, spesifik yang meliputi
ketinggian, besaran, floor area ratio, koefisien dasar bangunan, pemunduran
(setback) dari garis jalan, style bangunan, skala proporsi, bahan, tekstur dan
warna agar menghasilkan bangunan yang berhubungan secara harmonis dengan
bangunan-bangunan lain disekitarnya.
c.

Sirkulasi dan parkir


Elemen sirkulasi adalah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur
lingkungan perkotaan, tiga prinsip utama pengaturan teknik sirkulasi adalah :
1. Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang
positif.
2. Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat
lingkungan menjadi jelas terbaca.
3. Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama.

d.

Ruang terbuka
Ian C. Laurit mengelompokkan ruang terbuka sebagai berikut :
1. Ruang terbuka sebagai sumber produksi.
2. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia
(cagar alam, daerah budaya dan sejarah).
3. Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan.
Ruang terbuka memiliki fungsi :
1. Menyediakan cahaya dan sirkulasi udara dalam bangunan terutama di pusat
kota.
2. Menghadirkan kesan perspektif dan visa pada pemandangan kota (urban scane)
terutama dikawasan pusat kota yang padat.
3. Menyediakan arena rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus.
4. Melindungi fungsi ekologi kawasan.
5. Memberikan bentuk solid foid pada kawasan.
6. Sebagai area cadangan untuk penggunaan dimasa depan (cadangan area
pengembangan).

e.

ACTIVITY SUPPORT
Muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kota
dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang
menunjang akan keberadaan ruang-ruang umum kota. Kegiatan-kegiatan dan
ruang-ruang umum bersifat saling mengisi dan melengkapi. Pada dasarnya
activity support adalah :
1. Aktifitas yang mengarahkan pada kepentingan pergerakan (importment of
movement).
2. Kehidupan kota dan kegembiraan (excitentent).
10

Keberadaan aktifitas pendukung tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-fungsi


kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang-ruang umum kota, semakin
dekat dengan pusat kota makin tinggi intensitas dan keberagamannya.
Bentuk actifity support adalah kegiatan penunjang yang menghubungkan dua
atau lebih pusat kegiatan umum yang ada di kota, mislnya open space (taman kota,
taman rekreasi, plaza, taman budaya, kawasan PKL, pedestrian ways dan
sebagainya) dan juga bangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan umum.
f.

Simbol Dan Tanda


Ukuran dan kualitas dari papan reklame diatur untuk :
1. Menciptakan kesesuaian.
2. Mengurangi dampak negatif visual.
3. Dalam waktu bersamaan menghilangkan kebingungan serta persaingan dengan
tanda lalu lintas atau tanda umum yang penting.
4. Tanda yang didesain dengan baik menyumbangkan karakter pada fasade
bangunan dan menghidupkan street space dan memberikan informasi bisnis.
5. Dalam urban design, preservasi harus diarahkan pada perlindungan
permukiman yang ada dan urban place, sama seperti tempat atau bangunan
sejarah, hal ini berarti pula mempertahankan kegiatan yang berlangsung di tempat
itu.

2.6.2. Permen Pu No. 05/PRT/M/2008


Berdasarkan Permen Pu No. 05/PRT/M/2008 dinyatakan bahwa, taman kota
adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan
rekreasi, edukasi, atau kegiatan lain pada tingkat kota. Taman Kota sebagai ruang
terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang terbuka (open spaces) suatu
wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik,
introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang
dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu: keamanan, kenyamanan, kesejahtraan,
dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
dikatakan bahwa Taman adalah suatu tempat yang ditanami berbagai bunga dan
sebagainya; tempat besenang-senang; tempat yang menyenangkan dan sebagainya.
2.6.3. TANGGAPAN
Berdasarkan permendag yang membahas tentang RTH (Ruang Terbuka Hijau),
kewajiban dari pemerintah daerah kabupaten atau kota adalah menyediakan taman
kota yang luasnya tidak kurang dari 20% luas daerah tersebut. Dari hasil pendataan
Dinas Pemakaman dan Pertmanan Kota Bandung, tercatat ada 604 taman yang berada
di bawah pengawasan DinKamTam. Jumlah tersebut sudah merupakan gabungan dari
taman, lapangan, jalur hijau, dan ruang terbuka hijau publik. Namun, angka tersebut
belum mewakili 20% dari luas wilayah di Kota Bandung. Selain itu, menurut kabid
11

pertamanan pada dasarnya taman di kota Bandung masih belum merata


keberadaannya, karena masih banyak terpusat pada daerah Bandung Utara.
Terlebih lagi, dari 604 taman yang ada, baru sekitar 60% taman yang tersentuh
oleh DinKamTam. Hal tersebut disebabkan karena banyak dari data taman yang
masuk ke DinKamTam merupakan jalur hijau yang berada di perumahan-perumahan
kota, sedangkan pihak dinas tidak bisa secara langsung mengelola wilayah tersebut
karena berada di bawah swasta. Maka, dibutuhkan kerjasama dan kontribusi
masyarakat untuk mengelola taman-taman ataupun ruang terbuka hijau yang ada di
sekitar mereka.
Selain itu juga banyak taman dan ruang hijau yang sudah dikelola (diperbaiki)
oleh pihak dinas namun masyarakat sekitar taman bukannya menjaga dan mengelola
taman tersebut melainkan merusak fasilitas-fasilitas taman seperti reklame, lampu,
bak, dan pot bunga maupun dari tanaman-tanaman yang sejatinya menghias dan
mengisi taman itu. Taman-taman tersebut akhirnya termasuk ke dalam taman yang
belum terkelola dengan baik oleh dinas.
Secara umum, taman tematik merupakan taman yang memiliki satu jenis
tanaman saja. Namun untuk pengertian lebih luas, taman tematik merupakan taman
dengan satu karakter atau tema yang akan menjadi ciri khasnya. Suasana dan fasilitas
dari taman pun akan disesuaikan dengan tema yang dimiliki oleh taman tersebut.
Tujuan dari dibangunnya taman tematik ini ingin mengembalikan fumgsi awal
pendirian taman. Dengan perbaikan taman-taman yang sudah ada menjadi taman
tematik dan pendirian taman-taman baru lainnya, fungsi taman dapat tercapai untuk
kota Bandung.
Taman tematik yang sudah diluncurkan secara resmi oleh pihak pemerintah
kota Bandung berjumlah 4 taman. Taman-taman tersebut adalah Taman Pustaka
Bunga di Jl. Cilaki, Tamnan Fotografi di Jl. Cempaka, Taman Jomblo di Jl. Pasteur,
serta Taman Musik Centrum di Jl. Belitung. Berdasarkan penuturan dari Kepala Dinas
Pemakaman dan Pertmanan Kota Bandung akan ada lagi 4 buah taman yang akan
segera diresmikan. Taman-taman tersebut adalah Taman Baca di Jl. Pranatayudha,
Taman Futsal di lapangan Supratman, dan Taman Film di Jl.Anggrek.
Dengan adanya taman kota tematik ini selain berfungsi sebagai ruang terbuka
hijau juga berfungsi sebagai pendukung kegiatan publik seperti Sebagai tempat
komunikasi bersama, sebagai tempat beristirahat dan menunggu, sebagai tempat
bermain dan berolahraga, sebagai sarana olahraga dan rekreasi juga Fungsi sosial
pada taman tersebut pada akhirnya mengundang kerumunan orang untuk berdatangan
yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi
seperti aktivitas pedagang kaki lima (PKL). Banyaknya taman tematik membuat kota
Bandung lebih rapih dan tertata.

12

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN
Dari penulisan artikel di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa :
1. Perbaikan dan pembaharuan konsep taman kota temaik yang lebih tertata dan
modern di Bandung menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sehingga taman
di kota Bandung dapat berfungsi sesuai dengan funsinya.
2. Apabila dibandingkan dengan zaman dahulu, taman-taman kota di Bandung sudah
banyak mengalami proses penataan yang lebih serius serta fasilitas canggih dengan
konsep desain yang juga lebih modern sehingga dapat menjadi pendukung aktifitas
publik.
3.2. SARAN
1. Banyak diadakan sayembara tertentu untuk kaum muda/komunitas yang memiliki
program bagus untuk pelestarian lingkungan, mengingat kaum muda memiliki ide
segar, kreatif, dan kekinian.
2. Anggaran dana untuk pemeliharaan taman kota itu sendiri harus lebih ditingkatkan
agar fasilitasnya lebih baik lagi.

13

3. Setiap taman harus diawasi dengan petugas-petugas tertentu untuk menjaga

ketertiban, keamanan, maupun kebersihan.

14

Anda mungkin juga menyukai