Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,karena
atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
Asuhan keperawatan pada pasien Rheumatoid Arthritis yang natinya dapat berguna
dan bermanfaat bagi mahasiswa maupun mahasiswi Stikes Wira Medika PPNI Bali
dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan masyarakat luas.
Adapun terselesainya makalah ini tidak luput atas bantuan dan kerjasama para
mahasiswa Stikes Wira Medika PPNI Bali dan pihak-pihak lain yang mendukung,
kami ucapkan terima kasih dan akhirnya melalui kesempatan yang baik ini pula kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai kalangan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga karya ini bermanfaat bagi kita semua.
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

Denpasar, September 2012


Penulis

1|Arthritis Rheumatoid

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................1
Daftar isi......................................................................................................2
Bab I Pendahuluan.......................................................................................4
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang...........................................................................4
Rumusan Masalah.....................................................................5
Maksud dan Tujuan...................................................................5
Metode......................................................................................5

Bab II Pembahasan......................................................................................6
A.
Konsep Dasar Penyakit
.....................................................................6
1. Definisi............................................................................................6
2. Etiologi............................................................................................7
3. Faktor predisposisi...........................................................................8
4. Patofisiologi.....................................................................................9
5. Pohon masalah................................................................................10
6. Gejala Klinis ................................................................................11
7. Pemeriksaan fisik............................................................................16
8. Pemeriksaan penunjang...................................................................18
9. Pognosis..........................................................................................20
10. Terapi..............................................................................................21
11. Penatalaksanaan.............................................................................22
12. Komplikasi.....................................................................................24
13. Diet.................................................................................................24
B.
1.
2.
3.
4.

Konsep dasar Asuhan Keperawatan.................................................25


Pengkajian.......................................................................................25
Diagnosa Keperawatan dan intervensi............................................28
Implementasi...................................................................................36
Evaluasi.........................................................................................37

Bab III Penutup........................................................................................38


A. Simpulan............................................................................................38
B. Saran..................................................................................................38
Daftar Pustaka

2|Arthritis Rheumatoid

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan


makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada
semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik.
Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang
menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah atritis reumatoid. Kejadian
3|Arthritis Rheumatoid

penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila
otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan
meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia
lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya
kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan
para ahli di bidang reumatologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau
tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem
muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga
tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak.
(Soenarto, 1982). Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak
sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut dan gangguan
reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan
Wardoyo, 1994).

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi:
1. Bagaimana Konsep dasar Penyakit Arthritis rheumatoid?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Arthritis rheumatoid?
C. Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Sistem Perkemihan
2. Menambah dan memperluas pengetahuan tentang konsep dasar penyakit
Arthritis rheumatoid
3. Memberikan informasi kepada pembaca tentang asuhan keperawatan penyakit
Arthritis rheumatoid

4|Arthritis Rheumatoid

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan berbagai sumber dengan
metode pustaka. Dengan metode ini, penulis dapat melengkapi makalah sesuai
dengan bahan- bahan Yang penulis ambil dari buku- buku referensi sebagai bahan
pendukung dan pelengkap materi, serta dar situs internet.

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT ARTHRITIS REUMATOID


1. Definisi
Artritis adalah suatu bentuk penyakit yang menyerang sendi dan struktur atau
jaringan penunjang di sekitar sendi. Artritis merupakan suatu penyakit autoimun
dimana persendian (biasanya sendi tangan atau kaki) secara simetris mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Infeksi arthritis merupakan peradangan
yang disebabkan oleh bakteri, virus, Pasien menunjukan gejala penyakit kronik yang
hilang timbul, yang apabila tidak diobati akan menimbulkan terjadinya kerusakan
persendian dan deformitas sendi yang progresif dan menyebabkan disabilitas bahkan
kematian dini
Penyakit ini biasanya muncul pada orang yang berusia 25-50 tahun, tetapi tidak
menutup kemungkinan penderitannya pada usia berapapun. Wanita lebih sering
terserang penyakit ini. Bagian tubuh yang biasa diserang oleh penyakit ini adalah
5|Arthritis Rheumatoid

pada persendian jari, lutut, pinggul, dan tulang punggung. Artritis merupakan
penyakit degeneratif yang sifatnya menahun, serta dapat menghambat aktifitas
penderitanya.
Ada sekitar 200 jenis penyakit artritis, namun yang umum dikenal adalah jenis
artritis reumatoid, osteoatritis dan artritis pirai (gout).
Artritis Reumathoid
Adalah suatu penyakit inflamasi sistematik yang paling sering dijumpai,
menyerang sekitar 1% populasi dunia. Penyakit ini menyebabkan sinovitis, nyeri,
kerusakan sendi, dan gangguan fungsional. Dikarenakan kerusakan sendi yang
ditimbulkan tidak dapat diperbaiki, hal ini dapat dicegah dengan intervensi pada
bulan pertama setelah terserang penyakit. Artritis reumatoid menyerang persendian
kecil. Penyebabnya sejenis virus dan juga faktor genetik. Terapi yang diberikan
dengan pemberian obat anti inflamasi non steroid untuk menghilangkan nyeri.

2. Etiologi
Artritis reumatoid ini merupakan bentuk artritis yang serius, disebabkan oleh
peradangan kronis yang bersifat progresif, yang menyangkut persendian. Ditandai
dengan sakit dan bengkak pada sendi-sendi terutama pada jari-jari tangan,
pergelangan tangan, siku, dan lutut. Penyebab artritis reumatoid masih belum
diketahui walaupun banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. Penyakit
ini tidak dapat ditunjukkan memiliki hubungan pasti dengan genetik. Terdapat kaitan
dengan penanda genetik seperti HLA-DW4 (Human Leukocyte Antigens) dan HLADR5 pada orang Kaukasia. Namun pada orang Amerika, Afrika, Jepang, dan Indian
Chippewa hanya ditentukan kaitan dengan HLA-DW4. Destruksi jaringan sendi
terjadi melalui dua cara. Pertama adalah destruksi pencernaan oleh produksi,
protease, kolagenase, dan enzim hidrolitik lainnya. Enzim ini memecah kartilago,

6|Arthritis Rheumatoid

ligamen, tendon, dan tulang pada sendi, serta dilepaskan bersama sama dengan
radikal O2 dan metabolit asam arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear dalam
cairan sinovial. Proses ini diduga adalah bagian dari respon autoimun terhadap
antigen yang diproduksi secara lokal Destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja
panus reumatoid. Panus merupakan jaringan granulasi atau vaskuler yang terbentuk
dari sinovium yang meradang dan kemudian meluas ke sendi. Di sepanjang pinggir
panus terjadi destruksi, kolagen, dan proteoglikan melalui produksi enzim oleh sel di
dalam panus tersebut.

3. Faktor Predisposisi
Artritis reumatoid menyerang perempuan sekitar dua setengah kali lebih
sering dari pada laki laki, dengan insiden puncak antara usia 40 dan 60 tahun,
bermanifestasi sebagai nyeri atau kaku pada persendian, bengkak, sakit, rasa panas,
dan kemerahan. Kondisi ini berhubungan dengan gangguan sistem imun pada
jaringan sendi yang menurun.
Beberapa faktor pencetus dari atritis reumatoid yang banyak menyebabkan
gejala, meliputi :
1. Aktifitas/mobilitas yang berlebihan
Aktifitas klien dengan usia yang sangat lanjut sangatlah membutuhkan
perhatian yang lebih, karena ketika klien dengan kondisi tubuh yang tidak
memungkinkan lagi untuk banyak bergerak, akan memberatkan kondisi klien yang
menurun terlebih lagi sistem imun yang sangat buruk. Sehingga klien dengan sistem
imunitas tubuh yang menurun, sangatlah dibutuhkan perhatian lebih untuk
mengurangi /memperhatikan tipe aktifitas/mobilitas yang berlebih. Hal ini
dikarenakan kekuatan sistem muskuloskeletal klien yang tidak lagi seperti usianya
beberapa tahun yang lalu, masih dapat beraktifitas maksimal.
7|Arthritis Rheumatoid

2. Lingkungan
Mereka yang terdiagnosis atritis reumatoid sangatlah diperlukan adanya
perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan yang sangat mendukung. Ketika
lingkungan sekitarnya yang tidak mendukung, maka kemungkinan besar klien akan
merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu lingkungan
sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada
area-area yang biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi, dan bahkan kelumpuhan.

4. Patofisiologi
Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis
yang menghasilkan enzim enzim dalam sendi untuk memecah kolagen
sehingga terjadi edema proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk
pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan
erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi.

8|Arthritis Rheumatoid

5. Pohon Masalah

Artritis Reumatoid

Sinovitis

Hiperemia
dan
pembengkaka
n
Nekrosis &
kerusakan
dlm ruang
sendi

1. Nyeri

Tenosinovit
is

Invasi
kolagen

Ruptur
tendo secara
parsial/total
?

2. Hambatan
mobilitas fisik

Kelainan
pada tulang

Kelainan pada
jaringan ekstraartikular

Erosi tulang &


kerusakan pada
tulang rawan

Miopat
i

Instabilita
s dan
deformita
s sendi

Atrofi
otot

Gangguan
mekanis
dan
fungsional
pada sendi

Sistemik

Anemia
Osteoporosi
s
generalisata

Gambaran
khas nodul
subkutan

Kelenjar
limfe

Saraf

Splenomega
li
Neuropati
perifer

5. Gangguan
sensorik
Kelemahan fisik

3. Defisit
perawatan diri

Gambaran khas
nodul subkutan

Inflamasi
keluar
ekstraarti
kular

9|Arthritis Rheumatoid

4.Risiko trauma

Perubahan bentuk tubuh


pada tulang dan sendi

Perikardit
is,
miokardit
is, dan
radang
katup
jantung

6. Nodula-Nodula Reumatoid Nodula-nodula reumatoid adalah masa subkutan


yang ditemukan pada sekitar sepertiga penderita dewasa. Lokasi tersering
yakni di daerah sepanjang sendi sikut atau sepanjang permukaan ekstensor
lengan. Nodul ini merupakan tanda bahwa penyakit tersebut aktif.
7. Manifestasi Ekstraartikuler. Suatu prognosis dari penyakit ini yang
menandakan akut tidaknya penyakit ini. Manifestasi yang dihasilkan atritis
reumatoid yakni menyerang paru, jantung, mata, pembuluh darah. Kelainan
pada organ-organ tersebut meliputi :
a. Kulit

Nodula subkutan Vaskulitis, bercak-bercak coklat Lesi-lesi

ekimotik
b. Jantung
c. Perikarditis Temponade perikardium Lesi peradangan miokardium dan
katup jantung
d. Paru-paru --> Pleuritis dengan atau tanpa efusi Peradangan paru-paru
e. Mata--> Skleritis
f. Syaraf
g. Neuropati perifer Sindrom kompresi perifer (sindrom terowongan
kapal, neuropati syaraf ulnaris, paralisis peronealis, abnormalitas
vertebra servikal)
h. Sitemik Anemia Osteoporosis generalisata Syndrome felty Sindrom
Sjogren (keratokonjungtivitis sika) Amiloidosis.
Kriteria Diagnostik Artritis Reumatoid dapat menjadi suatu proses yang
kompleks. Pada tahap dini mungkin hanya akan ditemukan sedikit atau tidak ada uji

11 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

laboratorium yang positif. Perubahan perubahan pada sendi dapat minor dan gejala
gejala hanya bersifat sementara. Diagnostik tidak hanya bersandar pada satu
karakteristik saja tetapi berdasarkan pada suatu evaluasi dari sekelompok tanda dan
gejala.
Beberapa kriteria diagnostik dari atritis rematoid adalah sebagai berikut:
1. Kekakuan Pagi Hari ( Morning Stiffness )
Penderita merasa kaku dari mulai bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 2
jam. Bahkan kadang-kadang sampai jam 11 siang rasa kaku tersebut baru
mulai berkurang.
2. Artritis pada tiga atau lebih sendi pembengkakan jaringan lunak sendi (soft
tissue swelling) bukan pembesaran tulang (hyperostosis). pembengkakan di
sini sekurang-kurangnya berlangsung sampai 6 minggu.
3. Artritis Sendi Sendi Jari Tangan
4. Nyeri pada sendi yang terkena bila digerakkan (Joint Tenderness On Moving)
sekurang-kurangnya didapati pada satu sendi.
5. Nyeri pada sendi bila digerakkan (pada sendi yang terkena), sekurangkurangnya pada sebuah sendi yang lain.
6. Artritis Simetris Poliartritis yang simetris dan serentak (Symmetrical
Polyartritis Simultaneously). Serentak di sini diartikan jarak antara rasa sakit
pada satu sendi disusul oleh sendi yang lain harus kurang dari 6 minggu.
7. Nodul Reumatoid Subkutan.
8. Faktor uji rema positif dalam serum ( Rheuma Factor Test Positif )
9. Adanya Kelainan Radiologik Pada sendi yang terpapar sekurang-kurangnya
didapat adanya dekalsifikasi atau erosi. Harus didapati dekalsifikasi pada atau

12 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

dekat dengan sendi yang terkena, tidak hanya perubahan degenerasi.


Perubahan-perubahan degenerasi

tidak menyingkirkan

adanya

artritis

reumatoid.
10. Pengendapan Mucin Kurang Pekat ( Poor Mucine Clot ) Bekuan mucin yang
buruk pada cairan sinovial (dengan gumpalan seperti awan). Adanya inflamasi
cairan sinovial disertai dengan 2000 sel darah putih/mm3 atau lebih tanpa
kristal, dapat dimasukkan dalam kriteria ini.
11. Gambaran Histologik Khas Gambaran histologik yang didapat yakni dari
sayatan benjolan reuma (Rheumatoid Nodule), sekurang-kurangnya 3 dari
yang disebut di bawah ini :

Adanya daerah sel-sel yang mati yang terletak ditengah-tengah ( Central Zone
of Cell

Necrosis ).

Dikelilingi dengan sel-sel yang berproliferasi yang berjajar membentuk


gambaran jeruji sepeda.

Didapati sel-sel fibrosis di bagian tepinya

Adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun.


Perubahan histologik yang paling menonjol dari atritis ini yakni adanya fokus

granulomatous dengan nekrosis sentral, dikelilingi oleh suatu palisade yang terdiri
dari proliferasi mononuklear, fibrosis perifer dan infiltrasi sel inflamasi kronis. Ketika
kita di klinis, tidak seluruh tanda-tanda yang disebut dalam kriteria di atas dapat kita
jumpai pada penderita AR mungkin hanya sebagian saja yang tampak/kita temukan.
Oleh sebab itu, diadakanlah pembagian kelas.

Bila didapati sekurang-kurangnya 7 dari 11 kriteria tersebut diatas maka


disebut classical RA (AR yang klasik)

13 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

Bila didapati hanya 5 saja, maka disebut definite RA (AR definit)

Bila hanya 3 saja maka probably RA (barangkali RA)

Bila hanya 1 saja, maka disebut possible AR (mungkin AR).


Seringkali penderita AR ini mulai mengeluh adanya rasa sakit dan

pembengkakan pada sendi-sendi kecil (jari tangan) dan dimulai sendi metacarpo
phalangeal dan disertai dengan bengkak yang khas pada pergelangan tangan bagian
dorsal. Bila kita melihat tanda-tanda ini, pikirkan kemungkinan AR terlebih dahulu,
lebih-lebih bila simetris. Ada beberapa hal yang perlu juga dipahami sebelum kita
menjustifikasi suatu artritis reumatoid, karena ada beberapa tanda yang mirip dengan
kelainan penyakit ini. Adapun tanda-tanda tersebut yakni:
1.

Butterfly rash yang khas pada Lupus Eritematosus Sistemik.

2.

Konsentrasi LE sel tinggi atau jelas menderita SLE.

3.

Periartritis Nodosa yang jelas pada pemeriksaan terdapat nekrosis


arterial.

4.

Kelemahan atau bengkak yang menetap pada leher, tubuh, dan otototot faring (polimiositis atau dermatomiositis).

5.

Skleroderma yang jelas (sklerosis sistemik) tidak hanya terbatas pada


jari jari.

6.

Gambaran klinis khas demam reumatik disertai artritis migrasi dan


adanya endokarditis.

7.

Gambaran klinis khas artritis gout, bersifat akut, nycri dan bengkak
pada satu sendi atau lebih tcrutama bila membaik dengan kolkhisin.

8.

Toil gout.
14 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

9.

Gambaran klinis khas artritis infektif yang disebabkan oleh bakteri


atau virus disertai demam, menggigil dan artritis akut yang biasanya berpindahpindah (pada stadium awal).

10.

Pemeriksaan bakteriologik dan histologik ditemukan tuberkulosis pada


satu sendi.

11.

Gambaran klinis khas Sindrom Reiter disertai dengan uretritis,


konjungtivitis, dan artritis akut yang pada mulanya berpindah-pindah.

12.

Gambaran klinis khas shoulder hand syndrome (reflex sympathetic


dystrophy syndrome). Bahu dan tangan yang terkena unilateral, disertai
pembengkakan difus pada tangan yang diikuti dengan atrofi dan kontraktur.

13.

Gambaran klinik khas hypertrophir, ostcoarthropathy disertai clubbing


jari atau hipertrofi periostitis sepanjang tulang-tulang panjang, terutama jika
terdapat lesi intrapulmonal atau gangguan lain yang berhubungan.

14.

Gambaran klinik khas neuroarthropati (misal: Charcot joint) discrtai


kondensasi dan destruksi tulang termasuk sendi dan didapati gangguan
neurologik yang sesuai.

15.

Asam homogentisik dalam urine (alkaptonuria), terdeteksi jelas


dengan alkalinisasi.

16.

Gambaran histologik sarkoid atau test Kveim positif.

17.

Mieloma multipel, dibuktikan dengan peningkatan plasma sel dalam


sumsum tulang atau dengan protein Bence Jones dalam urine.

18.

Gambaran kulit khas eritema nodosum.

15 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

19.

Leukemia atau limfoma dengan sel yang khas dalam darah, sumsum
tulang, atau jaringan. 20. Agammaglobulinemia.

7.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik khusus pada sistem muskuloskeletal meliputi : Inspeksi

pada saat diam/istirahat, inspeksi pada saat gerak, palpasi.


a. Sikap/postur badan
Perlu diperhatikan bagaimana cara penderita mengatur posisi dari bagian
badan yang sakit. Sendi yang meradang biasanya mempunyai tekanan intraartikuler
yang tinggi, oleh karena itu penderita akan berusaha menguranginya dengan
mengatur posisi sendi tersebut seenak mungkin, biasanya dalam posisi setengah
fleksi. Pada sendi lutut sering diganjal dengan bantal. Pada sendi bahu
(glenohumeral) dengan cara lengan diaduksi dan endorotasi, mirip dengan waktu
menggendong tangan dengan kain pada fraktur lengan.
Sebaliknya bila dilakukan abduksi dan eksorotasi maka penderita akan merasa sangat
kesakitan karena terjadi peningkatan tekanan intraartikuler. Ditemukannya postur
badan
yang membongkok ke depan disertai pergerakan vertebra yang terbatas merupakan
gambaran khas dari spondilitis ankilosis.
b. Deformitas
Walaupun deformitas sudah tampak jelas pada keadaan diam, tetapi akan lebih
nyata pada keadaan gerak. Perlu dibedakan apakah deformitas tersebut dapat
dikoreksi (misalnya disebabkan gangguan jaringan lunak) atau tidak dapat dikoreksi
(misalnya restriksi kapsul sendi atau kerusakan sendi). Berbagai deformitas di lutut
dapat terjadi antara lain genu varus, genu valgus, genu rekurvatum, subluksasi tibia
posterior dan deformitas fleksi. Demikian pula deformitas fleksi di siku. Pada jari
tangan antara lain boutonniere finger, swan neck finger, ulnar deviation, subluksasi

16 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

sendi metakarpal dan pergelangan tangan. Pada ibu jari tangan ditemukan unstable Zshaped thumbs. Pada kaki ditemukan telapak kaki bagian depan melebar dan miring
ke samping disertai subluksasi ibu jari kaki ke atas. Pada pergelangan kaki terjadi
valgus ankle.
c. Perubahan kulit
Kelainan kulit sering menyertai penyakit reumatik atau penyakit kulit sering
pula disertai penyakit reumatik. Kelainan kulit yang sering ditemukan antara psoriasis
dan eritema nodosum. Kemerahan disertai deskuamasi pada kulit di sekitar sendi
menunjukkan adanya inflamasi periartikuler, yang sering pula merupakan tanda dari
artritis septik atau artritis kristal.
d. Kenaikan suhu sekitar sendi
Pada perabaan dengan menggunakan punggung tangan akan dirasakan adanya
kenaikan suhu di sekitar sendi yang mengalami inflamasi.
e. Bengkak sendi
Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan lunak atau tulang.
Cairan sendi yang terbentuk biasanya akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi
yang resistensinya paling lemah dan mengakibatkan bentuk yang khas pada tempat
tersebut, misalnya :
1)Pada efusi lutut maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong
suprapatelar mengakibatkan pembengkakan di atas dan sekitar patela yang berbentuk
seperti ladam kuda.
2)Pada sendi interfalang pembengkakan terjadi pada sisi posterolateral di
antara tendon ekstensor dan ligamentum kolateral bagian lateral.
3)Efusi sendi glenohumeral akan mengisi cekungan segitiga di antara
klavikula dan otot deltoid di alas otot pektoralis.
4)Pada efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi pembengkak-an pada sisi
anterior. Bulge sign ditemukan pada keadaan efusi sendi dengan jumlah cairan yang
17 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

sedikit

dalam rongga yang terbatas. Misalnya pada efusi sendi lutut bila dilakukan

pijatan pada cekungan medial maka cairan akan berpindah ke sisi lateral patela dan
kemudian berpindah sendiri ke sisi medial. Balloon sign ditemukan pada keadaan
efusi dengan jumlah cairan yang banyak, bila dilakukan tekanan pada satu titik akan
menyebabkan penggelembungan di tempat lain. Keadaan ini sangat spesifik pada
efusi sendi. Pembengkakan kapsul sendi merupakan tenth spesifik dari sinovitis. Pada
pembengkakan tergambar batas dari kapsul sendi yang makin nyata pada pergerakan
dan teraba pada pergerakan pasif.
f. Nyeri raba
Menentukan lokasi yang tepat dari nyeri raba merupakan hal yang penting
untuk menentukan penyebab dari keluhan pasien. Nyeri raba kapsuler/artikuler
terbatas pada daerah sendi merupakan tanda dari artropati atau penyakit kapsuler.
Nyeri raba periartikuler agak jauh dari batas daerah sendi merupakan tanda dari
bursitis atau entesopati.
g. Pergerakan
Pada pemeriksaan perlu dinilai luas gerak sendi pada keadaan pasif dan aktif
dan dibandingkan kiri dan kanan. Sinovitis akan menyebabkan berkurangnya luas
gerak sendi pada semua arah. Tenosinovitis atau lesi periartikuler hanya
menyebabkan berkurangnya gerak sendi pada satu arah saja. Artropati akan
memberikan gangguan yang sama dengan sinovitis.

8. Pemeriksaan Penunjang
Tidak banyak berperan dalam diagnosis reumatoid, namun dapat menyokong
bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis gejala pasien.

18 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

1. Pemeriksaan laboratorium
Beberapa hasil uji laboratorium dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis artritis reumatoid. Sekitar 85% penderita artritis reumatoid mempunyai
autoantibodi di dalam serumnya yang dikenal sebagai faktor reumatoid. Autoantibodi
ini adalah suatu faktor anti-gama globulin (IgM) yang bereaksi terhadap perubahan
IgG. Titer yang tinggi, lebih besar dari 1:160, biasanya dikaitkan dengan nodula
reumatoid, penyakit yang berat, vaskulitis, dan prognosis yang buruk.
Faktor reumatoid adalah suatu indikator diagnosis yang membantu, tetapi uji
untuk menemukan faktor ini bukanlah suatu uji untuk menyingkirkan diagnosis
reumatoid artritis. Hasil yang positif dapat juga menyatakan adanya penyakit jaringan
penyambung seperti lupus eritematosus sistemik, sklerosis sistemik progresif, dan
dermatomiositis. Selain itu, sekitar 5% orang normal memiliki faktor reumatoid yang
positif dalam serumnya. Insidens ini meningkat dengan bertambahnya usia. Sebanyak
20% orang normal yang berusia diatas 60 tahun dapat memiliki faktor reumatoid
dalam titer yang rendah.
Laju endap darah (LED) adalah suatu indeks peradangan yang bersifat tidak
spesifik. Pada artritis reumatoid nilainya dapat tinggi (100 mm/jam atau lebih tinggi
lagi). Hal ini berarti bahwa laju endap darah dapat dipakai untuk memantau aktifitas
penyakit. Artritis reumatoid dapat menyebabkan anemia normositik normokromik
melalui pengaruhnya pada sumsum tulang. Anemia ini tidak berespons terhadap
pengobatan anemia yang biasa dan dapat membuat penderita cepat lelah. Seringkali
juga terdapat anemia kekurangan besi sebagai akibat pemberian obat untuk
mengobati penyakit ini. Anemia semacam ini dapat berespons terhadap pemberian
besi.
Pada Sendi Cairan sinovial normal bersifat jernih, berwarna kuning muda
hitung sel darah putih kurang dari 200/mm3. Pada artritis reumatoid cairan sinovial
kehilangan viskositasnya dan hitungan sel darah putih meningkat mencapai 15.000
20.000/ mm3. Hal ini membuat cairan menjadi tidak jernih. Cairan semacam ini dapat
membeku, tetapi bekuan biasanya tidak kuat dan mudah pecah. Pemeriksaan
laboratorium khusus untuk membantu menegakkan diagnosis lainya, misalnya :
19 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

gambaran immunoelectrophoresis HLA (Human Lymphocyte Antigen) serta RoseWahler test.

2. Pemerikasaan Gambaran Radiologik


Pada awal penyakit tidak ditemukan, tetapi setelah sendi mengalami
kerusakan yang berat dapat terlihat penyempitan ruang sendi karena hilangnya rawan
sendi. Terjadi erosi tulang pada tepi sendi dan penurunan densitas tulang. Perubahan
ini sifatnya tidak reversibel. Secara radiologik didapati adanya tanda-tanda
dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada sendi yang terkena.

9. Prognosis
Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi
penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis reumatoid
dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian besar penyakit ini
telah terkena artritis reumatoid akan menderita penyakit ini selama sisa hidupnya dan
hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian
kecil lainnya akan menderita artritis reumatoid yang progresif yang disertai dengan
penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada setiap eksaserbasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini bersifat
sistemik. Maka seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-paru, jantung, ginjal,
kulit, jaringan ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik kecil yang berupa benjolan atau
noduli dan tersebar di seluruh organ di badan penderita. Pada paru-paru dapat
menimbulkan lung fibrosis, pada jantung dapat menimbulkan pericarditis,
myocarditis dan seterusnya. Bahkan di kulit, nodulus rheumaticus ini bentuknya lebih
besar dan terdapat pada daerah insertio dan otot-otot atau pada daerah extensor. Bila
RA nodule ini kita sayat secara melintang maka kita akan dapati gambaran: nekrosis
sentralis yang dikelilingi dengan sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun
yang berjajar seperti jeruji roda sepeda (radier) dan membentuk palisade. Di
20 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

sekitarnya dikelilingi oleh deposit-deposit fibrin dan di pinggirnya ditumbuhi dengan


fibroblast. Benjolan rematik ini jarang dijumpai pada penderita-penderita RA jenis
ringan. Disamping hal-hal yang disebutkan di atas gambaran anemia pada penderita
RA bukan disebabkan oleh karena kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh
penderita. Hal ini timbul akibat pengaruh imunologik, yang menyebabkan zat-zat besi
terkumpul pada jaringan limpa dan sistema retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di
daerah menjadi kurang. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gratitis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (desease
modifying antiremathoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas
dan mortalitas utama pada artritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak
memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan
lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan
vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

10.TERAPI
Prinsip utama pengobatan penyaki artritis adalah dengan mengistirahatkan
sendi yang terserang, karena jika sendi yang terserang terus digunakan akan
memperparah peradangan. Dengan mengistirahatkan sendi secara rutin dapat
mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan. Pembidaian bisa digunakan untuk
imobilisasi dan mengistirahatkan satu atau beberapa sendi, tetapi untuk mencegah
kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakan yang sistematis.
Obat-obatan yang dipakai untuk mengobati penyakit ini adalah:
1. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah
aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan mengurangi
nyeri,
2. Obat slow-acting, obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti peradangan
non steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan segera
apabila penyakitnya berkembang cepat. Yang sekarang digunakan adalah (a) senyawa
21 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

emas, yang berfungsi memperlambat terjadinya kelainan bentuk tulang. Diberikan


sebagia suntikan mingguan. Jika obat ini terbukti efektif, dosis dikurangi. (b)
Penisilamin, efeknya menyerupai senyawa emas dan bisa digunakan bila senyawa
emas tidak efektif dan menyebabkan efek samping yang tidak dapat ditoleransi. Dosis
dinaikan secara bertahap hingga terjadi perbaikan. Penisilamin yang biasa dipakai
antara lain hydroxycloroquinine dan sulfasalazine.
3. Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif untuk
mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif digunakan
pada pemakaian jangka pendek, dan kurang efektif bila dipakai dalam jangka
panjang. Obat ini tidak memperlambat perjalanan penyakit ini dan pemakaian jangka
panjang mengakibatkan berbagai efek samping, yang melibatkan hampir setiap organ.
Untuk mengurangi resiko terjadinya efek samping, maka hampir selalu digunakan
dosis efektif terendah. Obat ini disuntikan langsung ke dalam sendi, tetapi dapat
menyebabkan kerusakan jangka panjang, terutama jika sendi yang terkena digunakan
secara berlebihan sehingga mempercepat terjadinya kerusakan sendi.
4.

Obat

imunosupresif

(contohnya

metotreksat,

azatioprin,

dan

cyclophosphamide) efektif untuk mengatasi artritis yang berat. Obat ini menekan
peradangan sehingga pemakaian kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan dengan
dosis rendah.

11.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan artritis reumatoid didasarkan pada pengertian patofisiologis
penyakit ini. Selain itu perhatian juga ditujukan terhadap manifestasi psikofisiologis
dan kekacauan psikososial yang menyertainya yang disebabkan oleh perjalana
penyakit yang fluktuatif dan kronik. Untuk memuat diagnostik yang akurat dapat
memakan waktu sampai bertahun-tahun, tetapi pengobatan dapat dimulai secara lebih
dini.
Tujuan utama dari program pengobatan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.

22 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari


pasien.
3. Untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai
tujuan-tujuan ini: pendidikan, istirahat, latihan fisik dan termoterapi, gizi dan obatobatan.
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan
pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada pasien, keluarganya, dan siapa saja
yang berhubungan dengan pasien. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian
tentang patofisiologis, penyebab, dan prognosis penyakit ini, semua komponen
program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber
bantuan untuk mengatasi penyakit ini, dan metode-metode efektif

tentang

penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus
dilakukan secara terus-menerus. Bantuan dapat diperoleh melalui club penderita,
badan-badan kemasyarakatan, dan dari orang-orang lain yang juga penderita artritis
reumatoid, serta keluarga mereka.
Istirahat penting karena artritis reumatoid biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah itu bisa timbul setiap hari, tetapi ada masa-masa ketika
pasiem merasa lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak nyaman dapat
meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien dapat mudah terbangun
dari tidurnya pada malam hari karena nyeri.
Latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi
sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit,
sedikitnya dua kali sehari. Kompres panas pada sendi-sendi yang sakit dan bengkak
mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur dan
mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah.

23 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

Alat-alat pembantu dan adaktif mungkin diperlukan untuk melakukan


aktivitas kehidupan sehari-hari.

12. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid
drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama
pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.

13. Diet
Penatalaksanaan diet untuk Reumatoid yaitu :
Diet khusus : Tim Cakar Ayam
Untuk diet keseluruhan dapat dilihat sebagai berikut :
1. Asupan protein : 0,8 g/kg BB/hari
2. Asupan buah dan sayuran > dari 5x sajian per hari
3. Diet rendah lemak : < 5 % (asam lemak omega 6) dan > 10 % ( asam lemak
omega 9)
4. Meningkatkan asupan asam lemak omega 3
5. Cukup vitamin B6 dan C
6. Suplemen multivitamin dan mineral jika asupan tidak mencukupi
7. Suplemen Fe jika pasien anemia
8. Pasien dengan kortikosteroid perlu diberikan makanan tinggi kalsium dan kalium
9. Makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering dan batasi minyak serta gula.

24 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya.
1.Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan,keletihan.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/
kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal)
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ), ancaman pada konsep diri,
citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat, mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ)
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,
Ketergantungan
6. Neurosensori
25 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan
pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki,
kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
10. Penyuluhan/ pembelajaran
Gajala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja ), penggunaan makanan
kesehatan, vitamin, penyembuhan arthritis tanpa pengujian, riwayat
perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.

Pertimbangan

: DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.

Rencana Pemulanagan

: Mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi,


aktivitas perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan
rumah tangga.

Tinjau kembali periksaan diagnostik


Faktor Reumatoid

: positif pada 80-95% kasus.

Fiksasi lateks

: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.

Reaksi-reaksi aglutinasi

: Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.

LED

: Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h)


mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala
meningkat

Protein C-reaktif

: positif selama masa eksaserbasi.


26 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

SDP

: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.

JDL

: umumnya menunjukkan anemia sedang. Ig


( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan
proses autoimun sebagai penyebab AR.

Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak
sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik
yang terjadi secara bersamaan.
Scan radionuklida

: identifikasi peradangan sinovium

Artroskopi Langsung

:Visualisasi dari area yang menunjukkan


irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi

Aspirasi cairan sinovial

: Mungkin menunjukkan volume yang lebih besar


dari normal: buram, berkabut, munculnya warna
kuning ( respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3
dan C4 ).

Biopsi membran sinovial

: Menunjukkan perubahan inflamasi dan


perkembangan panas.

PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan mobilitas.
3. Meningkatkan monasep diri yang positif
4. mendukung kemandirian
5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan keperluan
pengobatan.

27 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

TUJUAN PEMULANGAN
1. Nyeri hilang/ terkontrol
2. Pasien menghadapi saat ini dengan realistis
3. Pasien dapat menangani AKS sendiri/ dengan bantuan sesuai kebutuhan.
4. Proses/ prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut/ Kronis
Dapat dihubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh :

Keluhan nyeri,ketidaknyamanan, kelelahan.

Berfokus pada diri sendiri/ penyempitan fokus

Perilaku distraksi/ respons autonomic

Perilaku yang bersifart ahti-hati/ melindungi

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:

Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol

Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas


sesuai kemampuan.

Mengikuti program farmakologis yang diresepkan

Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam


program kontrol nyeri.

Intervensi dan Rasional:


a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktorfaktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal (R/ Membantu
dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program)
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan (R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah

28 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi


yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri)
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
brace. (R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi
netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi
kerusakan pada sendi)
d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
(R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan
sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)
e. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi
progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi,
hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan
rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping)Libatkan dalam
aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. (R/ Memfokuskan kembali
perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan
perasaan sehat)
f. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. (R/
Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan
untuk ikut serta dalam terapi)
g. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/
sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan
dan meningkatkan mobilitas.)
2. Kerusakan Mobilitas Fisik
Dapat dihubungkan dengan : Deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan
Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh :

29 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan sendiri


bergerak dalam lingkungan fisik.

Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan


otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).

Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.

Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau


konpensasi bagian tubuh.

Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan


aktivitas

Intervensi dan Rasional:


a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi (R/
Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses
inflamasi)
b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang
tidak terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan
seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan
kekuatan)
c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan
isometris jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat
menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat
merusak sendi)
d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/
bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/
Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan
yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)

30 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace (R/
Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan mempertahankan
posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)
f. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)
g. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan
pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera
akibat kecelakaan/ jatuh)
h. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna dalam memformulasikan
program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan
dalam mengidentifikasikan alat)
i. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan
pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas)
j. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin
dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut)
3. Gangguan Citra Tubuh/ Perubahan Penampilan Peran
Dapat dihubungkan dengan : Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugastugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh :

Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.

Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan
penampilan.

Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran,


kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.

Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.

Perasaan tidak berdaya, putus asa.

Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

31 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk


menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.

Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi dan Rasional:


a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan
masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/
kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung)
b. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya
hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual. (R/Mengidentifikasi
bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang
lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut)
c. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai
pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)
d. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan. (R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode
koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut)
e. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping. (R/ Membantu pasien untuk
mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri)
f. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktivitas. (Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan
mendorong berpartisipasi dalam terapi)
g. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/ Mempertahankan
penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)
h. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri,
psikolog. (R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan)
32 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

i. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obatobatan peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya
depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih
efektif)
4. Kurang Perawatan Diri
Dapat dihubungkan dengan : Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan,
daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
Hasil yang dihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan


kemampuan individual.

Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi


kebutuhan perawatan diri.

Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi


kebutuhan perawatan diri.

Intervensi dan Rasional:.


a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi
penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin
dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan
pada keterbatasan saat ini).
b. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.( R/
Mendukung kemandirian fisik/emosional)
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana
untuk modifikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan untuk meningkatkan
kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri)
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna untuk menentukan
alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing,
menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk
mandi pancuran)
33 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan


evaluasi setelahnya. (R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin
dihadapi karena tingkat kemampuan aktual)
f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan
rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan
untuk persiapan situasi di rumah)
5. Penatalaksanaan Pemeliharaan Rumah, Kerusakan, Resiko Tinggi
Faktor risiko meliputi : Proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem
pendukung tidak adekuat.
Dapat dibuktikan oleh : (Tidak dapat diterapkan; adanya tanda dan gejala
membuat diagnosa menjadi aktual)
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan.

Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.

Intervensi dan Rasional:


a. Kaji tingkat fungsi fisik (R/ Mengidentifikasi bantuan/ dukungan yang
diperlukan)
b. Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri
sendiri. (R/ Menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan
rumah untuk memenuhi kebutuhan individu)
c. Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi
individual. Identifikasi sistem pendukung yang tersedia untuk pasien, mis:
membagi tugas-tugas rumah tangga antara anggota keluarga. (R/ Menjamin
bahwa kebutuhan akan dipenuhi secara terus-menerus)
d. Kolaborasi: Koordinasikan evaluasi di rumah dengan ahli terapi okupasi. (R/
Bermanfaat untuk mengidentifikasi peralatan, cara-cara untuk mengubah tugastugas untuk mengubah tugas-tugas untuk mempertahankan kemandirian)
e. Kolaborasi: Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: pelayanan pembantu
rumah tangga bila ada. (R/ Memberikan kemudahan berpindah pada/mendukung
34 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

kontinuitas dalam situasi rumah).


6. Kurang Pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan
Dapat dihubungkan dengan : Kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan
interpretasi informasi.
Dapat dibuktikan oleh :

Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.

Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.

Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya


hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Intervensi dan Rasional:


a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan. (R/ Memberikan
pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi)
b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui
diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.(R/ Tujuan
kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas)
c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat,
perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.
(R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani
proses penyakit kronis kompleks)
d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik. (R/
Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)
e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada
waktu tidur. (R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan

35 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari)


f. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obatobat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter. (R/ Banyak produk
mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar layak
obat/ efek samping yang berbahaya)
g. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat besi. (R/ Meningkatkan perasaan sehat
umum dan perbaikan jaringan)
h. Berikan informasi mengenai alat bantu (R/ Mengurangi paksaan untuk
menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih
nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan)
i. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk
mempersiapkan makanan dan mandi (R/ Mencegah kepenatan, memberikan
kemudahan perawatan diri, dan kemandirian)
j. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat
maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap
meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan,
menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan
bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan. ( R: mekanika tubuh
yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi
tekanan sendi dan nyeri ).
k. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah
bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat. ( R:
mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit )
l. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis:
LED, Kadar salisilat, PT. ( R; Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/
perbaikan yang terus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah
takar lajak, efek samping yang berbahaya.
m. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada). (R:
bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal).
36 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

3.Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi

5.Evaluasi
1. Terpenuhinya penurunan dan peningkatan adaptasi nyeri
2. Terpenuhiya dukungan psikologis
3. tercapainya fungs sendi dan mencegah terjadinya deformitas
4. Tercapainya peningkatan fungisi anggota gerak yang terganggu
5. Terpenuhinya kebutuhan pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi

37 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

BAB III PENUTUP


A. SIMPULAN
Artritis adalah suatu bentuk penyakit yang menyerang sendi dan struktur atau
jaringan penunjang di sekitar sendi. Artritis merupakan suatu penyakit autoimun
dimana persendian (biasanya sendi tangan atau kaki) secara simetris mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
Penyakit ini biasanya muncul pada orang yang berusia 25-50 tahun, tetapi
tidak menutup kemungkinan penderitannya pada usia berapapun. Wanita lebih
sering terserang penyakit ini. Bagian tubuh yang biasa diserang oleh penyakit ini
adalah pada persendian jari, lutut, pinggul, dan tulang punggung. Artritis
merupakan penyakit degeneratif yang sifatnya menahun, serta dapat menghambat
aktifitas penderitanya.
Ada sekitar 200 jenis penyakit artritis, namun yang umum dikenal adalah
jenis artritis reumatoid, osteoatritis dan artritis pirai (gout).
B. SARAN
Bagi para pembaca diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini dengan sebaikbaiknya sebagai penambah ilmu pengetahuan

38 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Azis. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika


Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
NANDA, 2005 2006 , Nursing Diagnosis: Definitions and classification,
Philadelphia, USA
Potter & Perry.2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima
Medika

39 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

40 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d

Anda mungkin juga menyukai