Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,karena
atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
Asuhan keperawatan pada pasien Rheumatoid Arthritis yang natinya dapat berguna
dan bermanfaat bagi mahasiswa maupun mahasiswi Stikes Wira Medika PPNI Bali
dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan masyarakat luas.
Adapun terselesainya makalah ini tidak luput atas bantuan dan kerjasama para
mahasiswa Stikes Wira Medika PPNI Bali dan pihak-pihak lain yang mendukung,
kami ucapkan terima kasih dan akhirnya melalui kesempatan yang baik ini pula kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai kalangan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga karya ini bermanfaat bagi kita semua.
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om
1|Arthritis Rheumatoid
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................1
Daftar isi......................................................................................................2
Bab I Pendahuluan.......................................................................................4
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang...........................................................................4
Rumusan Masalah.....................................................................5
Maksud dan Tujuan...................................................................5
Metode......................................................................................5
Bab II Pembahasan......................................................................................6
A.
Konsep Dasar Penyakit
.....................................................................6
1. Definisi............................................................................................6
2. Etiologi............................................................................................7
3. Faktor predisposisi...........................................................................8
4. Patofisiologi.....................................................................................9
5. Pohon masalah................................................................................10
6. Gejala Klinis ................................................................................11
7. Pemeriksaan fisik............................................................................16
8. Pemeriksaan penunjang...................................................................18
9. Pognosis..........................................................................................20
10. Terapi..............................................................................................21
11. Penatalaksanaan.............................................................................22
12. Komplikasi.....................................................................................24
13. Diet.................................................................................................24
B.
1.
2.
3.
4.
2|Arthritis Rheumatoid
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila
otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan
meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia
lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya
kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan
para ahli di bidang reumatologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau
tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem
muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga
tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak.
(Soenarto, 1982). Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak
sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut dan gangguan
reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan
Wardoyo, 1994).
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi:
1. Bagaimana Konsep dasar Penyakit Arthritis rheumatoid?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Arthritis rheumatoid?
C. Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Sistem Perkemihan
2. Menambah dan memperluas pengetahuan tentang konsep dasar penyakit
Arthritis rheumatoid
3. Memberikan informasi kepada pembaca tentang asuhan keperawatan penyakit
Arthritis rheumatoid
4|Arthritis Rheumatoid
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan berbagai sumber dengan
metode pustaka. Dengan metode ini, penulis dapat melengkapi makalah sesuai
dengan bahan- bahan Yang penulis ambil dari buku- buku referensi sebagai bahan
pendukung dan pelengkap materi, serta dar situs internet.
BAB II PEMBAHASAN
pada persendian jari, lutut, pinggul, dan tulang punggung. Artritis merupakan
penyakit degeneratif yang sifatnya menahun, serta dapat menghambat aktifitas
penderitanya.
Ada sekitar 200 jenis penyakit artritis, namun yang umum dikenal adalah jenis
artritis reumatoid, osteoatritis dan artritis pirai (gout).
Artritis Reumathoid
Adalah suatu penyakit inflamasi sistematik yang paling sering dijumpai,
menyerang sekitar 1% populasi dunia. Penyakit ini menyebabkan sinovitis, nyeri,
kerusakan sendi, dan gangguan fungsional. Dikarenakan kerusakan sendi yang
ditimbulkan tidak dapat diperbaiki, hal ini dapat dicegah dengan intervensi pada
bulan pertama setelah terserang penyakit. Artritis reumatoid menyerang persendian
kecil. Penyebabnya sejenis virus dan juga faktor genetik. Terapi yang diberikan
dengan pemberian obat anti inflamasi non steroid untuk menghilangkan nyeri.
2. Etiologi
Artritis reumatoid ini merupakan bentuk artritis yang serius, disebabkan oleh
peradangan kronis yang bersifat progresif, yang menyangkut persendian. Ditandai
dengan sakit dan bengkak pada sendi-sendi terutama pada jari-jari tangan,
pergelangan tangan, siku, dan lutut. Penyebab artritis reumatoid masih belum
diketahui walaupun banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. Penyakit
ini tidak dapat ditunjukkan memiliki hubungan pasti dengan genetik. Terdapat kaitan
dengan penanda genetik seperti HLA-DW4 (Human Leukocyte Antigens) dan HLADR5 pada orang Kaukasia. Namun pada orang Amerika, Afrika, Jepang, dan Indian
Chippewa hanya ditentukan kaitan dengan HLA-DW4. Destruksi jaringan sendi
terjadi melalui dua cara. Pertama adalah destruksi pencernaan oleh produksi,
protease, kolagenase, dan enzim hidrolitik lainnya. Enzim ini memecah kartilago,
6|Arthritis Rheumatoid
ligamen, tendon, dan tulang pada sendi, serta dilepaskan bersama sama dengan
radikal O2 dan metabolit asam arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear dalam
cairan sinovial. Proses ini diduga adalah bagian dari respon autoimun terhadap
antigen yang diproduksi secara lokal Destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja
panus reumatoid. Panus merupakan jaringan granulasi atau vaskuler yang terbentuk
dari sinovium yang meradang dan kemudian meluas ke sendi. Di sepanjang pinggir
panus terjadi destruksi, kolagen, dan proteoglikan melalui produksi enzim oleh sel di
dalam panus tersebut.
3. Faktor Predisposisi
Artritis reumatoid menyerang perempuan sekitar dua setengah kali lebih
sering dari pada laki laki, dengan insiden puncak antara usia 40 dan 60 tahun,
bermanifestasi sebagai nyeri atau kaku pada persendian, bengkak, sakit, rasa panas,
dan kemerahan. Kondisi ini berhubungan dengan gangguan sistem imun pada
jaringan sendi yang menurun.
Beberapa faktor pencetus dari atritis reumatoid yang banyak menyebabkan
gejala, meliputi :
1. Aktifitas/mobilitas yang berlebihan
Aktifitas klien dengan usia yang sangat lanjut sangatlah membutuhkan
perhatian yang lebih, karena ketika klien dengan kondisi tubuh yang tidak
memungkinkan lagi untuk banyak bergerak, akan memberatkan kondisi klien yang
menurun terlebih lagi sistem imun yang sangat buruk. Sehingga klien dengan sistem
imunitas tubuh yang menurun, sangatlah dibutuhkan perhatian lebih untuk
mengurangi /memperhatikan tipe aktifitas/mobilitas yang berlebih. Hal ini
dikarenakan kekuatan sistem muskuloskeletal klien yang tidak lagi seperti usianya
beberapa tahun yang lalu, masih dapat beraktifitas maksimal.
7|Arthritis Rheumatoid
2. Lingkungan
Mereka yang terdiagnosis atritis reumatoid sangatlah diperlukan adanya
perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan yang sangat mendukung. Ketika
lingkungan sekitarnya yang tidak mendukung, maka kemungkinan besar klien akan
merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu lingkungan
sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada
area-area yang biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi, dan bahkan kelumpuhan.
4. Patofisiologi
Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis
yang menghasilkan enzim enzim dalam sendi untuk memecah kolagen
sehingga terjadi edema proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk
pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan
erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi.
8|Arthritis Rheumatoid
5. Pohon Masalah
Artritis Reumatoid
Sinovitis
Hiperemia
dan
pembengkaka
n
Nekrosis &
kerusakan
dlm ruang
sendi
1. Nyeri
Tenosinovit
is
Invasi
kolagen
Ruptur
tendo secara
parsial/total
?
2. Hambatan
mobilitas fisik
Kelainan
pada tulang
Kelainan pada
jaringan ekstraartikular
Miopat
i
Instabilita
s dan
deformita
s sendi
Atrofi
otot
Gangguan
mekanis
dan
fungsional
pada sendi
Sistemik
Anemia
Osteoporosi
s
generalisata
Gambaran
khas nodul
subkutan
Kelenjar
limfe
Saraf
Splenomega
li
Neuropati
perifer
5. Gangguan
sensorik
Kelemahan fisik
3. Defisit
perawatan diri
Gambaran khas
nodul subkutan
Inflamasi
keluar
ekstraarti
kular
9|Arthritis Rheumatoid
4.Risiko trauma
Perikardit
is,
miokardit
is, dan
radang
katup
jantung
ekimotik
b. Jantung
c. Perikarditis Temponade perikardium Lesi peradangan miokardium dan
katup jantung
d. Paru-paru --> Pleuritis dengan atau tanpa efusi Peradangan paru-paru
e. Mata--> Skleritis
f. Syaraf
g. Neuropati perifer Sindrom kompresi perifer (sindrom terowongan
kapal, neuropati syaraf ulnaris, paralisis peronealis, abnormalitas
vertebra servikal)
h. Sitemik Anemia Osteoporosis generalisata Syndrome felty Sindrom
Sjogren (keratokonjungtivitis sika) Amiloidosis.
Kriteria Diagnostik Artritis Reumatoid dapat menjadi suatu proses yang
kompleks. Pada tahap dini mungkin hanya akan ditemukan sedikit atau tidak ada uji
11 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
laboratorium yang positif. Perubahan perubahan pada sendi dapat minor dan gejala
gejala hanya bersifat sementara. Diagnostik tidak hanya bersandar pada satu
karakteristik saja tetapi berdasarkan pada suatu evaluasi dari sekelompok tanda dan
gejala.
Beberapa kriteria diagnostik dari atritis rematoid adalah sebagai berikut:
1. Kekakuan Pagi Hari ( Morning Stiffness )
Penderita merasa kaku dari mulai bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 2
jam. Bahkan kadang-kadang sampai jam 11 siang rasa kaku tersebut baru
mulai berkurang.
2. Artritis pada tiga atau lebih sendi pembengkakan jaringan lunak sendi (soft
tissue swelling) bukan pembesaran tulang (hyperostosis). pembengkakan di
sini sekurang-kurangnya berlangsung sampai 6 minggu.
3. Artritis Sendi Sendi Jari Tangan
4. Nyeri pada sendi yang terkena bila digerakkan (Joint Tenderness On Moving)
sekurang-kurangnya didapati pada satu sendi.
5. Nyeri pada sendi bila digerakkan (pada sendi yang terkena), sekurangkurangnya pada sebuah sendi yang lain.
6. Artritis Simetris Poliartritis yang simetris dan serentak (Symmetrical
Polyartritis Simultaneously). Serentak di sini diartikan jarak antara rasa sakit
pada satu sendi disusul oleh sendi yang lain harus kurang dari 6 minggu.
7. Nodul Reumatoid Subkutan.
8. Faktor uji rema positif dalam serum ( Rheuma Factor Test Positif )
9. Adanya Kelainan Radiologik Pada sendi yang terpapar sekurang-kurangnya
didapat adanya dekalsifikasi atau erosi. Harus didapati dekalsifikasi pada atau
12 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
tidak menyingkirkan
adanya
artritis
reumatoid.
10. Pengendapan Mucin Kurang Pekat ( Poor Mucine Clot ) Bekuan mucin yang
buruk pada cairan sinovial (dengan gumpalan seperti awan). Adanya inflamasi
cairan sinovial disertai dengan 2000 sel darah putih/mm3 atau lebih tanpa
kristal, dapat dimasukkan dalam kriteria ini.
11. Gambaran Histologik Khas Gambaran histologik yang didapat yakni dari
sayatan benjolan reuma (Rheumatoid Nodule), sekurang-kurangnya 3 dari
yang disebut di bawah ini :
Adanya daerah sel-sel yang mati yang terletak ditengah-tengah ( Central Zone
of Cell
Necrosis ).
granulomatous dengan nekrosis sentral, dikelilingi oleh suatu palisade yang terdiri
dari proliferasi mononuklear, fibrosis perifer dan infiltrasi sel inflamasi kronis. Ketika
kita di klinis, tidak seluruh tanda-tanda yang disebut dalam kriteria di atas dapat kita
jumpai pada penderita AR mungkin hanya sebagian saja yang tampak/kita temukan.
Oleh sebab itu, diadakanlah pembagian kelas.
13 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
pembengkakan pada sendi-sendi kecil (jari tangan) dan dimulai sendi metacarpo
phalangeal dan disertai dengan bengkak yang khas pada pergelangan tangan bagian
dorsal. Bila kita melihat tanda-tanda ini, pikirkan kemungkinan AR terlebih dahulu,
lebih-lebih bila simetris. Ada beberapa hal yang perlu juga dipahami sebelum kita
menjustifikasi suatu artritis reumatoid, karena ada beberapa tanda yang mirip dengan
kelainan penyakit ini. Adapun tanda-tanda tersebut yakni:
1.
2.
3.
4.
Kelemahan atau bengkak yang menetap pada leher, tubuh, dan otototot faring (polimiositis atau dermatomiositis).
5.
6.
7.
Gambaran klinis khas artritis gout, bersifat akut, nycri dan bengkak
pada satu sendi atau lebih tcrutama bila membaik dengan kolkhisin.
8.
Toil gout.
14 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
15 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
19.
Leukemia atau limfoma dengan sel yang khas dalam darah, sumsum
tulang, atau jaringan. 20. Agammaglobulinemia.
7.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik khusus pada sistem muskuloskeletal meliputi : Inspeksi
16 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
sendi metakarpal dan pergelangan tangan. Pada ibu jari tangan ditemukan unstable Zshaped thumbs. Pada kaki ditemukan telapak kaki bagian depan melebar dan miring
ke samping disertai subluksasi ibu jari kaki ke atas. Pada pergelangan kaki terjadi
valgus ankle.
c. Perubahan kulit
Kelainan kulit sering menyertai penyakit reumatik atau penyakit kulit sering
pula disertai penyakit reumatik. Kelainan kulit yang sering ditemukan antara psoriasis
dan eritema nodosum. Kemerahan disertai deskuamasi pada kulit di sekitar sendi
menunjukkan adanya inflamasi periartikuler, yang sering pula merupakan tanda dari
artritis septik atau artritis kristal.
d. Kenaikan suhu sekitar sendi
Pada perabaan dengan menggunakan punggung tangan akan dirasakan adanya
kenaikan suhu di sekitar sendi yang mengalami inflamasi.
e. Bengkak sendi
Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan lunak atau tulang.
Cairan sendi yang terbentuk biasanya akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi
yang resistensinya paling lemah dan mengakibatkan bentuk yang khas pada tempat
tersebut, misalnya :
1)Pada efusi lutut maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong
suprapatelar mengakibatkan pembengkakan di atas dan sekitar patela yang berbentuk
seperti ladam kuda.
2)Pada sendi interfalang pembengkakan terjadi pada sisi posterolateral di
antara tendon ekstensor dan ligamentum kolateral bagian lateral.
3)Efusi sendi glenohumeral akan mengisi cekungan segitiga di antara
klavikula dan otot deltoid di alas otot pektoralis.
4)Pada efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi pembengkak-an pada sisi
anterior. Bulge sign ditemukan pada keadaan efusi sendi dengan jumlah cairan yang
17 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
sedikit
dalam rongga yang terbatas. Misalnya pada efusi sendi lutut bila dilakukan
pijatan pada cekungan medial maka cairan akan berpindah ke sisi lateral patela dan
kemudian berpindah sendiri ke sisi medial. Balloon sign ditemukan pada keadaan
efusi dengan jumlah cairan yang banyak, bila dilakukan tekanan pada satu titik akan
menyebabkan penggelembungan di tempat lain. Keadaan ini sangat spesifik pada
efusi sendi. Pembengkakan kapsul sendi merupakan tenth spesifik dari sinovitis. Pada
pembengkakan tergambar batas dari kapsul sendi yang makin nyata pada pergerakan
dan teraba pada pergerakan pasif.
f. Nyeri raba
Menentukan lokasi yang tepat dari nyeri raba merupakan hal yang penting
untuk menentukan penyebab dari keluhan pasien. Nyeri raba kapsuler/artikuler
terbatas pada daerah sendi merupakan tanda dari artropati atau penyakit kapsuler.
Nyeri raba periartikuler agak jauh dari batas daerah sendi merupakan tanda dari
bursitis atau entesopati.
g. Pergerakan
Pada pemeriksaan perlu dinilai luas gerak sendi pada keadaan pasif dan aktif
dan dibandingkan kiri dan kanan. Sinovitis akan menyebabkan berkurangnya luas
gerak sendi pada semua arah. Tenosinovitis atau lesi periartikuler hanya
menyebabkan berkurangnya gerak sendi pada satu arah saja. Artropati akan
memberikan gangguan yang sama dengan sinovitis.
8. Pemeriksaan Penunjang
Tidak banyak berperan dalam diagnosis reumatoid, namun dapat menyokong
bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis gejala pasien.
18 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
1. Pemeriksaan laboratorium
Beberapa hasil uji laboratorium dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis artritis reumatoid. Sekitar 85% penderita artritis reumatoid mempunyai
autoantibodi di dalam serumnya yang dikenal sebagai faktor reumatoid. Autoantibodi
ini adalah suatu faktor anti-gama globulin (IgM) yang bereaksi terhadap perubahan
IgG. Titer yang tinggi, lebih besar dari 1:160, biasanya dikaitkan dengan nodula
reumatoid, penyakit yang berat, vaskulitis, dan prognosis yang buruk.
Faktor reumatoid adalah suatu indikator diagnosis yang membantu, tetapi uji
untuk menemukan faktor ini bukanlah suatu uji untuk menyingkirkan diagnosis
reumatoid artritis. Hasil yang positif dapat juga menyatakan adanya penyakit jaringan
penyambung seperti lupus eritematosus sistemik, sklerosis sistemik progresif, dan
dermatomiositis. Selain itu, sekitar 5% orang normal memiliki faktor reumatoid yang
positif dalam serumnya. Insidens ini meningkat dengan bertambahnya usia. Sebanyak
20% orang normal yang berusia diatas 60 tahun dapat memiliki faktor reumatoid
dalam titer yang rendah.
Laju endap darah (LED) adalah suatu indeks peradangan yang bersifat tidak
spesifik. Pada artritis reumatoid nilainya dapat tinggi (100 mm/jam atau lebih tinggi
lagi). Hal ini berarti bahwa laju endap darah dapat dipakai untuk memantau aktifitas
penyakit. Artritis reumatoid dapat menyebabkan anemia normositik normokromik
melalui pengaruhnya pada sumsum tulang. Anemia ini tidak berespons terhadap
pengobatan anemia yang biasa dan dapat membuat penderita cepat lelah. Seringkali
juga terdapat anemia kekurangan besi sebagai akibat pemberian obat untuk
mengobati penyakit ini. Anemia semacam ini dapat berespons terhadap pemberian
besi.
Pada Sendi Cairan sinovial normal bersifat jernih, berwarna kuning muda
hitung sel darah putih kurang dari 200/mm3. Pada artritis reumatoid cairan sinovial
kehilangan viskositasnya dan hitungan sel darah putih meningkat mencapai 15.000
20.000/ mm3. Hal ini membuat cairan menjadi tidak jernih. Cairan semacam ini dapat
membeku, tetapi bekuan biasanya tidak kuat dan mudah pecah. Pemeriksaan
laboratorium khusus untuk membantu menegakkan diagnosis lainya, misalnya :
19 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
9. Prognosis
Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi
penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis reumatoid
dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian besar penyakit ini
telah terkena artritis reumatoid akan menderita penyakit ini selama sisa hidupnya dan
hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian
kecil lainnya akan menderita artritis reumatoid yang progresif yang disertai dengan
penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada setiap eksaserbasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini bersifat
sistemik. Maka seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-paru, jantung, ginjal,
kulit, jaringan ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik kecil yang berupa benjolan atau
noduli dan tersebar di seluruh organ di badan penderita. Pada paru-paru dapat
menimbulkan lung fibrosis, pada jantung dapat menimbulkan pericarditis,
myocarditis dan seterusnya. Bahkan di kulit, nodulus rheumaticus ini bentuknya lebih
besar dan terdapat pada daerah insertio dan otot-otot atau pada daerah extensor. Bila
RA nodule ini kita sayat secara melintang maka kita akan dapati gambaran: nekrosis
sentralis yang dikelilingi dengan sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun
yang berjajar seperti jeruji roda sepeda (radier) dan membentuk palisade. Di
20 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
10.TERAPI
Prinsip utama pengobatan penyaki artritis adalah dengan mengistirahatkan
sendi yang terserang, karena jika sendi yang terserang terus digunakan akan
memperparah peradangan. Dengan mengistirahatkan sendi secara rutin dapat
mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan. Pembidaian bisa digunakan untuk
imobilisasi dan mengistirahatkan satu atau beberapa sendi, tetapi untuk mencegah
kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakan yang sistematis.
Obat-obatan yang dipakai untuk mengobati penyakit ini adalah:
1. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah
aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan mengurangi
nyeri,
2. Obat slow-acting, obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti peradangan
non steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan segera
apabila penyakitnya berkembang cepat. Yang sekarang digunakan adalah (a) senyawa
21 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
Obat
imunosupresif
(contohnya
metotreksat,
azatioprin,
dan
cyclophosphamide) efektif untuk mengatasi artritis yang berat. Obat ini menekan
peradangan sehingga pemakaian kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan dengan
dosis rendah.
11.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan artritis reumatoid didasarkan pada pengertian patofisiologis
penyakit ini. Selain itu perhatian juga ditujukan terhadap manifestasi psikofisiologis
dan kekacauan psikososial yang menyertainya yang disebabkan oleh perjalana
penyakit yang fluktuatif dan kronik. Untuk memuat diagnostik yang akurat dapat
memakan waktu sampai bertahun-tahun, tetapi pengobatan dapat dimulai secara lebih
dini.
Tujuan utama dari program pengobatan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
22 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
tentang
penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus
dilakukan secara terus-menerus. Bantuan dapat diperoleh melalui club penderita,
badan-badan kemasyarakatan, dan dari orang-orang lain yang juga penderita artritis
reumatoid, serta keluarga mereka.
Istirahat penting karena artritis reumatoid biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah itu bisa timbul setiap hari, tetapi ada masa-masa ketika
pasiem merasa lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak nyaman dapat
meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien dapat mudah terbangun
dari tidurnya pada malam hari karena nyeri.
Latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi
sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit,
sedikitnya dua kali sehari. Kompres panas pada sendi-sendi yang sakit dan bengkak
mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur dan
mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah.
23 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
12. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid
drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama
pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.
13. Diet
Penatalaksanaan diet untuk Reumatoid yaitu :
Diet khusus : Tim Cakar Ayam
Untuk diet keseluruhan dapat dilihat sebagai berikut :
1. Asupan protein : 0,8 g/kg BB/hari
2. Asupan buah dan sayuran > dari 5x sajian per hari
3. Diet rendah lemak : < 5 % (asam lemak omega 6) dan > 10 % ( asam lemak
omega 9)
4. Meningkatkan asupan asam lemak omega 3
5. Cukup vitamin B6 dan C
6. Suplemen multivitamin dan mineral jika asupan tidak mencukupi
7. Suplemen Fe jika pasien anemia
8. Pasien dengan kortikosteroid perlu diberikan makanan tinggi kalsium dan kalium
9. Makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering dan batasi minyak serta gula.
24 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan
pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki,
kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
10. Penyuluhan/ pembelajaran
Gajala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja ), penggunaan makanan
kesehatan, vitamin, penyembuhan arthritis tanpa pengujian, riwayat
perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.
Pertimbangan
Rencana Pemulanagan
Fiksasi lateks
Reaksi-reaksi aglutinasi
LED
Protein C-reaktif
SDP
JDL
Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak
sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik
yang terjadi secara bersamaan.
Scan radionuklida
Artroskopi Langsung
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan mobilitas.
3. Meningkatkan monasep diri yang positif
4. mendukung kemandirian
5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan keperluan
pengobatan.
27 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
TUJUAN PEMULANGAN
1. Nyeri hilang/ terkontrol
2. Pasien menghadapi saat ini dengan realistis
3. Pasien dapat menangani AKS sendiri/ dengan bantuan sesuai kebutuhan.
4. Proses/ prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut/ Kronis
Dapat dihubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh :
28 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
29 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
30 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace (R/
Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan mempertahankan
posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)
f. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)
g. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan
pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera
akibat kecelakaan/ jatuh)
h. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna dalam memformulasikan
program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan
dalam mengidentifikasikan alat)
i. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan
pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas)
j. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin
dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut)
3. Gangguan Citra Tubuh/ Perubahan Penampilan Peran
Dapat dihubungkan dengan : Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugastugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh :
Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan
penampilan.
31 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
i. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obatobatan peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya
depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih
efektif)
4. Kurang Perawatan Diri
Dapat dihubungkan dengan : Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan,
daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
Hasil yang dihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
35 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
3.Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi
5.Evaluasi
1. Terpenuhinya penurunan dan peningkatan adaptasi nyeri
2. Terpenuhiya dukungan psikologis
3. tercapainya fungs sendi dan mencegah terjadinya deformitas
4. Tercapainya peningkatan fungisi anggota gerak yang terganggu
5. Terpenuhinya kebutuhan pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi
37 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
38 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
DAFTAR PUSTAKA
39 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d
40 | A r t h r i t i s R h e u m a t o i d