BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Pengertian
Cedera kepala adalah trauma atau cedera otak, yang merupakan suatu ganguan
traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial
dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Arif Muttaqin, 2011:
270-271)
Cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh kekuatan
eksternal yang menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan perubahan
kemampuan kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku dan emosional (Wigagdo,
2008: 103)
Cedera kepala (cedera kranioserebral) merupakan salah satu penyebab utama
kecatatan dan kematian yang dapat disebabkan karena kecelakaan lalu lintas, terjatuh,
kecelakaann industri, kecelakaan olahraga, luka pada persalinan (Tarwoto, 2007 :
125)
Jadi cedera kepala ringan adalah cedera kepala tertutup yang ditandai dengan
hilangnya kesadaran sementara dan dapat mengakibatkan kerusakan otak akibat
perdarahan dan pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan penyebab
peningkatan tekanan intra kranial (TIK). Cedera kepala/trauma yang mengenai kulit
kepala, tengkorak, dan otak yang disebabkan oleh trauma tumpul dan trauma tembus
(Brunner & Suddarth, 2002).
2.1.2 Klasifikasi
2.1.2.1 Berdasarkan kerusakan jaringan otak
1) Komosio serebri (gegar otak): gangguan fungsi neurologik ringan tanpa adanya
kerusakan struktur otak, terjadi hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit atau
tanpa disertai amnesia, retrograd, mual, muntah, nyeri kepala.
2) Kontusio serebri (memar): gangguan fungsi neurologik disertai kerusakan
jaringan otak tetapi kontinuitas otak masih utuh, hilangnya kesadaran lebih dari
10 menit.
3) Hematoma epidural adalah perdarahan yang menuju ke ruang antara tengkorak
dan duramater. Kondisi ini terjadi karena laserasi dari arteri meningea media.
Gambaran klinis klasik yang terlihat berupa: hilangnya kesadaran dengan diikuti
3
periode flaccid, tingkat dengan cepat menurun menuju confusion sampai dengan
koma. Jika tidak ditangani akan menyebabkan kematian.
2.1.2.2 Berdasarkan berat ringannya cedera kepala
1) Cedera kepala ringan: jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran
kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio atau hematom.
2) Cedera kepala sedang: jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30
menit sampai dengan 24 jam, dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi
ringan.
3) Cedera kepala berat: jika GCS antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam,
biasanya disertai kontusio, laserasi atau adanya hematom, edema serebral.
2.1.3 Etiologi
2.1.3.1 Trauma Tumpul
Disebabkan oleh benturan-benturan, misalnya kecelakaan lalu lintas, tabrakan,
terjatuh, terpukul. Kekuatan benturan akan menyebabkan kerusakan yang menyebar.
Berat ringannya cedera tergantung pada proses akselerasi-deselerasi.
2.1.3.2 Trauma Tajam
Disebabkan oleh pisau, peluru, atau fragmen tulang pada fraktur tulang
tengkorak. Kerusakan tergantung pada kecepatan gerak benda tajam tersebut.
Kerusakan hanya terjadi pada area dimana benda tersebut merobek otak (lokal).
Objek dengan velocity tinggi (peluru) menyebabkan kerusakan struktur otak yang
luas. Adanya luka terbuka menyebabkan resiko infeksi.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada pasien cedara kepala (Tucker, 1998) antara
lain :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
2.1.5 Patofisiologi
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya
kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan
4
gangguan biokimia otak seperti
permeabilitas vaskuler,
Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala
primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses
biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi
dampak kerusakan jaringan otak. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari
cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia,iskemia dan perdarahan.
Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural hematoma,
berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura hematoma
akibat berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan subaraknoid dan
intra
cerebral,
hematoma
adalah
berkumpulnya
darah
didalam
jaringan
5
PATHWAY CKR (CEDERA KEPALA RINGAN)
Gambar 2.1 Pathway pada Cidera Kepala Ringan (CKR)
Terjadi kecelakaan
Cedera kepala
Gangguan
autroregulasi
Rangsangan
simpatis
Aliran darah
ke otak
Tahanan vaskuler
Simpatis & TD
O2 gangguan
metabolisme
Tekanan pembuluh
darah pulmonal
Asam laktat
Tekanan hidrostatik
Edema otak
Kebocoran cairan
kapiler
Gangguan perfusi
jaringan serebral
Edema paru
Stress
Katekolamin
Sekresi asam lambung
Mual, muntah
Asupan nutrisi
kurang
Cardiak output
Disfusi O2 terhambat
Gangguan Perfusi
Jaringan
nyeri
6
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien Cedera atau Trauma Kepala antara
lain :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
8)
9)
10)
11)
12)
perdarahan subarachnoid
12) Kimia elektrolit darah: mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam
peningkatan TIK atau perubahan mental.
13) Darah lengkap (HB, leukosit, CT dan BT)
8
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berat
Tanda : Wajah meringis, respon menarik pada
rangsangan
(Carpenito, 2006).
2.2.3 Intervensi
Diagnosa1 : Perubahan nutrisi kebutuhan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan asam lambung, mual, muntah. (Carpenito, 2006).
Tujuan : Kebutuhan akan nutrisi tidak terganggu.
Kriteria Hasil : BB meningkat, tidak mengalami tanda-tanda mal nutrisi,nilai
laboratorium dalam batas normal.
Intervensi:
1) Kaji kemampuan klien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi.
Rasional : Aktor ini dapat menentukan pemilihan terhadap jenis makanan.
2) Auskultasi bising usus
Rasional : Fungsi saluran pencernaan biasanya baik pada kasus cedera kepala.
3) Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien lewat NGT
9
Rasional : Menurunkan resiko regurgitasi / terjadi aspirasi.
4) Tingkatkan kenyamanan
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan nafsu makan.
5) Kolaborasi pemberian makan lewat NGT
Rasional : Makan lewat NGT diperlukan pada awal pemberian.
Diagnosa 2 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler,
kerusakan persepsi dan obstruksi trakeobronkial ditandai dengan kelemahan atau
paralisis otot pernafasan. (Doenges, 1999).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas kembali normal.
Kriteria Hasil : Mempertahankan pola pernafasan efektif, bebas sanasis, Nafas
normal (16-24 x / mnt), irama regular, bunyi nafas normal, GDA normal, PH darah
normal (7,35-7,45). PaO2 (80-100 mmHg), PaCO2 (35-40 mmHg), HCO2 (22-26).
Saturasi oksigen (95-98%).
Intervensi :
1) Pantau frekuensi pernafasan, irama dan kedalaman pernafasan.
Rasional : Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi, pulmonal atau
menandakan lokasi / luasnya keterlibatan otak.
2) Angkat kepala tempat tidur sesuai aturan, posisi miring sesuai indikasi
Rasional : Untuk memudahkan ekspansi paru dan menurunkan adanya
kemungkinan lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas
3) Lakukan penghisapan dengan ekstra hati-hati, jangan lebih dari 10-15 detik
Rasional : Untuk membersihkan jalan nafas, penghisapan dibutuhkan jika
pasienkoma atau dalam keadaan imobilisasi, dan tidak dapat membersihkan jalan
nafassendiri.
4) Auskultasi bunyi nafas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara
tambahan yang tidak normal
Rasional: Untuk mengidentifikasi adanya masalah paru seperti atelektasiskongesti
atau obstruksi jalan nafas.
5) Kolaborasi pemberian oksigen.
Rasional: Menentukan kecukupan pernafasan, memaksimalkan oksigen pada darah
arteri dan membantu dalam pencegahan hipoksia
Diagnosa 3: Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian
aliran darah (hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia
(hipovolemia, disritmia jantung).
Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi, dan fungsi
motorik/sensorik.
10
Kriteria hasil : Tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
Intervensi :
1) Tentukan faktor-faktor yang menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan otak
dan potensial peningkatan TIK.
Rasional: Penurunan tanda/gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya
setelah serangan awal, menunjukkan perlunya pasien dirawat di perawatan
intensif.
2) Pantau/catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar
GCS.
Rasional: Mengkaji tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan
bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan
SSP.
3) Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan antara kiri dan kanan, reaksi terhadap
cahaya.
Rasional : Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial okulomotor (III) berguna untuk
menentukan apakah batang otak masih baik. Ukuran/kesamaan ditentukan oleh
keseimbangan antara persarafan simpatis dan parasimpatis. Respon terhadap
cahaya mencerminkan fungsi yang terkombinasi dari saraf kranial optikus (II)
dan okulomotor (III).
4) Pantau tanda-tanda vital: TD, nadi, frekuensi nafas, suhu.
Rasional : Peningkatan TD sistemik yang diikuti oleh penurunan TD diastolik
(nadi yang membesar) merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK, jika diikuti
oleh penurunan kesadaran. Hipovolemia/hipertensi
dapat mengakibatkan
11
Rasional : Memberikan efek ketenangan, menurunkan reaksi fisiologis tubuh dan
meningkatkan istirahat untuk mempertahankan atau menurunkan TIK.
7) Bantu pasien untuk menghindari /membatasi batuk, muntah, mengejan.
Rasional : Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intrathorak dan intraabdomen
yang dapat meningkatkan TIK.
8) Tinggikan kepala pasien 15-45 derajad sesuai indikasi/yang dapat ditoleransi.
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena dari kepala sehingga akan mengurangi
kongesti dan oedema atau resiko terjadinya peningkatan TIK.
9) Batasi pemberian cairan sesuai indikasi.
Rasional : Pembatasan cairan diperlukan untuk menurunkan edema serebral,
meminimalkan fluktuasi aliran vaskuler TD dan TIK.
10) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan hipoksemia, yang mana dapat meningkatkan vasodilatasi
dan volume darah serebral yang meningkatkan TIK.
11) Berikan obat sesuai indikasi, misal: diuretik, steroid, antikonvulsan, analgetik,
sedatif, antipiretik.
Rasional : Diuretik digunakan pada fase akut untuk menurunkan air dari sel otak,
menurunkan edema otak dan TIK. Steroid menurunkan inflamasi, yang
selanjutnya menurunkan edema jaringan. Antikonvulsan untuk mengatasi dan
mencegah terjadinya aktifitas kejang. Analgesik untuk menghilangkan nyeri.
Sedatif digunakan untuk mengendalikan kegelisahan, agitasi. Antipiretik
menurunkan
atau
mengendalikan
demam
yang
mempunyai
pengaruh
12
Rasional : Untuk memantau keadaan umum pasien
4) Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
Rasional : Istirahat yang cukup dapat mengurangi tingkat pusing pasien
5) Anjurkan pasien untuk tehnik relaksasi
Rasional : untuk menggurangi rasa pusing pasien
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat.
Rasional : pemberian terapi obat membantu proses penyembuhan pasien
2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang diberikan oleh perawat kepada klien dengan
tujuan mengatasi masalah yang terjadi pada manusia dengan berdasar kepada
perencanaan yang telah dibuat pada catatan intervensi.
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan. Untuk memperoleh pelaksanaan yang efektif, dituntut pengetahuan dan
keterampilan yang luas dari tenaga perawat untuk memberikan pelayanan perawatan
yang
baik
dan
bermutu
yang
telah
ditentukan
dan
direncanakan.
penyimpangan-penyimpangan.
3) Mengevakuasi tanggapan/reaksi pasien.
Dengan cara membandingkan terhadap syarat-syarat dengan hasil yang
diharapkan. Langkah ini merupakan langkah yang pertama yang dipenuhi bila
perawat telah mencapai tujuan. Syarat yang kedua adalah intevensi dapat diterima
oleh pasien.
2.2.5 Evaluasi
13
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi membeerikan informasi sehingga memungkinkan
revisi perawatan (Hidayat Alimul. A. A, 2002).
Disamping evaluasi merupakan proses yang kontinue untuk menjamin kualitas
dan ketepatan perawat yang diberikan, dilakukan dengan meninjau respon pasien
untuk menentukan keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. Yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
a.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien:
Nama
: Tn. A
Umur
: 51 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku/Bangsa
: Dayak/Indonesia
Agama
: Kristen Protestan
Pekerjaan
: PNS
Pendidikan
: Sarjana
Status Perkawinan
: Kawin
Alamat
: 20 Januari 2013
Diagnosa Medis
14
15
3.1.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan, dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit keluarga.
3.1.2.5. Genogram Keluarga
Gambar 3.1 Genogram Keluarga
x
Keterangan:
Laki-laki
Tinggal serumah
Perempuan
Pasien
Meninggal
16
Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok, bentuk dada simetris, tidak batuk,
tidak ditemukan sianosis, tidak ada nyeri dada, tidak ada mengeluh sesak napas,
irama pernapasan teratur, suara napas vesikuler, tidak ada suara tambahan seperti
wheezing, ronchi
3.1.3.5. Sistem Kardiovaskuler
Pasien tidak mengeluh nyeri dada, tidak ada kram/odema ekstremitas atas dan
ekstremitas bawah, tidak ada tanda-tanda sianosis, clubing finger, capillary time <2
detik, tidak ada asites, suara jantung S1 dan S2 normal (lup dup), tidak ada kelainan
lainnya.
3.1.3.6. Sistem Persyarafan
Membuka dan menutup mata dengan bebas dan spontan terhadap rangsangan,
nilai: 4. Verbal: bicara lancar, nilai: 5. Motorik: respon terhadap perintah baik,
mampu melakukan pergerakan secara bebas, nilai: 6. Nilai GCS15 (normal).
Kesadaran compos mentis, pupil pasien refleks terhadap cahaya kanan dan kiri
positif, tidak ada nyeri, tidak ada kejang dan tremor.
Pemeriksaan syaraf kranial:
1) Syaraf kranial I/olfaktorius: pasien dapat membedakan bau-bauan.
2) Syaraf kranial II/optikus: pasien dapat melihat dengan jelas.
3) Syaraf kranial III/okulomotoris: bola mata pasien dapat mengikuti arah jari
perawat.
4) Syaraf kranial IV/troklear: pasien dapat menggerakkan bola mata ke atas ke
bawah.
5) Syaraf kranial V/trigeminus: pasien dapat mengatup giginya dengan normal.
6) Syaraf kranial VI/abdusen: pasien dapat menggerakkan bola matanya ke
samping.
7) Syaraf kranial VII/fasialis: pasien dapat menggerakkan dahi dan mengerutkan
muka.
8) Syaraf kranial VIII/: pasien dapat mendengar suara
9) Syaraf kranial IX/glasofaringeus: reflek muntah pasien positif.
10) Syaraf kranial X/vagus: reflek menelan baik.
11) Syaraf kranial XI/asesorius: pasien dapat menggerakkan kepala dan bahunya.
12) Syaraf kranial XII/hipoglosus: pasien dapat menjulurkan lidah.
3.1.3.7. Eliminasi urine
Produksi urine 100 ml/hari, warna kekuningan, bau khas amoniak, kencing
normal.
3.1.3.8. Eliminasi alvi
17
Bibir terlihat lembab, klien dapat mengunyah dengan baik, gusi tidak ada
peradangan, lidah tidak ada peradangan, mukosa lembab, tidak ada pembesaran
tonsil, rectum tidak ada benjolan, hemorid tidak ada, BAB tidak ada, bising usus
terdengar 20 kali selama 5 menit, tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada
benjolan pada abdomen.
3.1.3.9. Sistem tulang/otot/integumen
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada kelemahan otot, tidak ada
kelumpuhan pada otot, tidak ada kekakuan otot pada separuh tubuh, tidak ada nyeri,
tidak ada pembengkakkan, tidak ada kekakuan, tidak ada peregangan pada otot, tidak
ada kekakuan pada tonus otot, ukuran otot simetris, kekuatan otot ekstremitas atat 5-5
dan ekstremitas bawah 5-5, tidak ada pergeseran tulang, tidak ada peradangan, tidak
ada luka, tidak ada patah pulang, tulang belakang normal.
3.1.3.10.Kulit dan rambut
Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi, suhu kulit terasa hangat, warna
kulit normal, turgor kulit baik, tekstur kulit halus, tidak terdapat lesi, tidak ada
jaringan parut, tekstur rambut lurus, distribusi rambut halus, bentuk kuku simetris.
3.1.3.11.Sistem penginderaan
Penglihatan pasien baik, pergerakan bola mata normal, visus mata kanan 6/6,
visus mata kiri 6/6, sklera normal berwarna putih, kornea bening, tidak ada
menggunakan alat bantu kaca mata dan alat bantu lainnya.
Fungsi pendengaran pasien baik, bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, tidak
ada patensi, tidak ada obstruksi, tidak ada nyeri tekan pada sinus, tidak ada kelainan
pada cavum nasal dan septum nasal, tidak ada sekresi, polip dan keluhan lainnya.
18
3.1.3.12.Leher dan kelenjar limfe
Tidak ada masa pada kelenjar limfe, tidak ada jaringan parut, kelenjar limfe
teraba, kelenjar tiroid teraba, mobilitas leher bebas.
3.1.3.13.Sistem reproduksi
Pasien tidak bersedia dilakukan inspeksi pada area genitalia, tapi pasien
mengungkapkan bahwa ia tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan
sistem reproduksi. Tidak ada kemerahan, tidak ada gatal-gatal, tidak ada kelainan dan
hernia.
3.1.4. Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1. Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan melakukan aktivitas seperti
biasanya.
3.1.4.2. Nutrisi metabolisme
Tinggi badan 163 cm, berat badan pasien saat sakit 54 kg, berat badan pasien
sebelum sakit 54 kg, saat ini pasien menjalani diet makanan lunak, diet khusus
TKTP, mengalami keluhan mual muntah.
Adapun status pola makan pasien selama sakit dan sebelum sakit, diuraikan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Pola Makan Pasien Selama Sakit dan Sebelum Sakit
Pola Makan
Selama Sakit
Sebelum Sakit
Frekuensi/hari
3 kali sehari
3 kali sehari
Porsi
porsi
1 porsi
Nafsu makan
Jenis makanan
Jenis minuman
Air putih
100 cc/hari
1500-2000 cc/hari
Kebiasaan makan
Keluhan/masalah
19
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur malam 6-7 jam dan 2 jam pada
siang hari, sedangkan pada saat sakit tidur malam 5-6 jam dan 1 jam pada siang
hari.
3.1.4.4. Kognitif
Pasien cukup mengerti tentang penyakit yang di deritanya.
3.1.4.5. Konsep diri (gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh.
Ideal diri: pasien ingin cepat sembuh dari sakitnya.
Identitas diri: pasien adalah seorang laki-laki.
Harga diri: pasien selalu diperhatikan oleh keluarganya.
Peran: pasien sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
3.1.4.6. Aktivitas sehari-hari
Pasien mengatakan selama sakit hanya berbaring ditempat tidur.
3.1.4.7. Koping toleransi terhadap stres
Apabila ada masalah pasien menceritakan masalanya dengan keluarganya.
3.1.4.8. Nilai pola keyakinan
Pasien meyakini bahwa dirinya ingin cepat sembuh dan tidak ada tindakan
medis yang bertentangan dengan keyakinannya.
3.1.5. Sosial Spritual
3.1.5.1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik, lancar dan dapat dimengerti bahasa
sehari-hari menggunakan bahasa dayak , hubungan dengan keluarganya baik, pasien
kooperatif dengan segala tindakan yang diberikan oleh petugas kesehatan, orang yang
berarti bagi pasien adalah istri dan anaknya, pasien menggunakan waktu luang hanya
beristirahat ditempat tidur, selama sakit pasien hanya bisa berdoa ditempat tidur.
20
3.2 Tabel Data Pemeriksaan Penunjang
No
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Leukosit
14 .650
4.00- 10.00
Hemoglobin
15. 5
116 -16.0
Trombosit
210.000
150 -400
122
Penatalaksanaan Medis
Keterangan
Infuse Asering
20 tetes/menit
Injeksi Ceftriaxon
2 x 1 gram/IV
Injeksi Ranitidine
2 x 1 ampul/IV
Injeksi Neorosanbe
2 x 1 ampul/IV
2 x 1/IV
6
7
Injeksi Ketorolac 30 mg
Injeksi Ondansetron
3 x 1/IV
3 x 1/IV
Palangka Raya Januari
ROBINO
NIM 2010.C 02A.0070
2013
21
3.2 ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN
OBYEKTIF
1. Data Subyektif :
- Pasien mengatakan
kepala saya terasa
nyeri.
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
Kecelakaan lalu lintas
MASALAH
Gangguan rasa nyaman.
Data Obyektif :
- Pasien tampak lemah
- Terpasang infus
Asering 20 tpm pada
tangan sebelah kiri.
- TTV :
TD
: 120/80 mmHg
: 80 kali/menit
RR
: 20 kali/menit
: 36 C
2. Data Obyektif :
- Pasien mengatakan
kurang nafsu makan
- Pasien mengatakan
mual muntah.
Data Subyektif :
- Pasien hanya
menghabiskan porsi
makanannya.
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
N
: 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
S
: 36C
Cedera kepala
Stress
Sekresi asam lambung
Mual, muntah
Asupan nutrisi kurang
22
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan rasa nyaman: pusing berhubungan dengan trauma pada kepala.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
asam lambung, mual muntah
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien
: Tn.A
Ruang Rawat : H
DiagnosaKeperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: pusing
berhubungan dengan trauma pada
kepala.
Tujuan
(Kriteriahasil)
Setelah dilakukan
tintakan
keperawatan
kurang lebih 1 x 24
DS : Pasien mengatakan kepala
jam dengan
saya terasa pusing
Kriteria hasil :
DO : Pasien tampak lemah
- Rasa nyaman
- Terpasang infuse Asering 20
pasien terpenuhi
tpm pada tangan sebelah
kiri
- Pusing hilang
- Tanda-tanda vital
atau terkontrol
TD : 110/80 mmhg
N : 80x/ menit
- Tanda-tanda vital
S : 36; C
dalam batas
R : 20x/ menit
normal
TD:110/80mmhg
N : 80x/ menit
S : 36C
R : 20x/ menit
Intervensi
1. Observasi keadan umum
Rasional
3. Ukurtanda-tanda vital
23
24
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 1 x 24
jam status nutrisi
pasien makanan
dan cairan
terpenuhi dengan
criteria Hasil :
- Nafsu makan
kembali normal/
meningkat
- Pasien
menghabiskan
porsi
makanannya.
- BB mencapai
rentang yang
diharapkan
individu yaitu BB
awal 54 kg
25
Implementasi
Evaluasi (SOAP)
Tandatangandan
NamaPerawat
Robino
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Berdasarkan teori data yang muncul pada pengkajian dengan kasus CKR
(Cedera Kepala Ringan) ditemukan pasien merasa lemah, lelah, kaku, perubahan
kesadaran, hemiparase, perubahan tekanan darah/frekuensi jantung, perubahan
tingkah laku, cemas mudah tersinggung, inkontinensia kandung kemih, usus
mengalami gangguan fungsi, mual muntah dan mengalami perubahan pola makan,
gangguan menelan muntah, kehilangan kesadaran sementara, perubahan
kesadaran biasa sampai koma, perubahan status mental, sakit kepala dengan
intensitas dan lokasi yang berat, wajah meringgis, respon menarik diri pada
rangsangan nyeri yang hebat, perubahan pola nafas, afasia motorik sensorik,
bicara tanpa arti.
Sedangkan pada kasus Tn.A data yang ditemukan adalah Gangguan rasa
nyaman
(pusing)
berhubungan
dengan
guncangan
atau
benturan
pada
30
menjalani
31
32
33
makanan yang mudah ditelan seperti: bubur tim dan dihidangkan pada saat
hangat, berikan makanan dalam porsi kecil dan frekwensi sering, jelaskan manfaat
makanan/nutrisi bagi pasien terutama pada saat pasien sakit, berikan unpan balik
fosistif saat pasien mau berusaha menghabiskan makanannya, catat jumlah/porsi
makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Pada kasus yang di Prioritas utama adalah Gangguan rasa nyaman : pusing
berhubungan dengan trauma pada kepala seperti :
nyaman pusing karna dengan pasien secara terus menerus mengeluh pusing dapat
menimbulkan komplikasi lanjut dan menurunkan tingkat kesadaran pasien,
kurangnya suplay O2 ke otak juga sangat berpengarauh bagi kesehatan pasien. Hal
ini bersifat mengancam jiwa dan mengancam kesehatan. Prioritas ke dua adalah
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
asam lambung, mual, muntah. perbaikan pola nutrisi, karena nutrisi yang cukup
sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk tenaga dan membantu dalam
perbaikan keadaan umum pasien. Pemasukan nutrisi yang adekuat dapat
membantu mempercepat proses pemulihan dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Menurut Abraham Maslow pemenuhan nutrisi adalah kebutuhan dasar
manusia yang termasuk dalam kebutuhan fisiologis yang mendapat prioritas
utama. Bila tidak diatasi segera maka masalah ini akan menjadi masalah yang
aktual dan dapat mengancam jiwa dan kesehatan. dari uraian diatas pada Pasien
Tn.A telah disusun berdasarkan masalah Pasien konsep dan teori yang ada
berdasarkan literatur yang ada. Semua yang telah dimasukan didalam rencana
tindakan pada Tn.A dan tidak ditemukan kesenjangan antara kasus Tn.A dengan
konsep teoritis.
4.4 Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah tindakan dari rencana yang telah ditentukan dengan
maksud agar rasa nyaman pasien terpenuhi secara optimal. Dalam pelaksanaan
keperawatan pada pasien Tn.A secara umum telah sesuai dengan teori.
Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan secara penuh. Tindakan ini dapat
dilakukan oleh penulis bekerja sama dengan perawat ruangan dan keluaraga.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan penulis melakukannya sesuai dengan
intervensi yang dibuat dengan prinsip mengupayakan rasa nyaman, aman, dan
34
pasien, memberikan
35
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasaan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Bahwa dari pengkajian didapat data yaitu pasien mengatakan saya merasa
pusing ketika saya sadar dan juga pasien mengatakan penyakitnya dikarenakan
kecelakaan lalu lintas, posisi berbaring pasien terlentang dan bergerak bebas dan
pasien mengatakan kurang nafsu makan, mual muntah, pasien hanya menghabiskan
porsi makanan saja. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital pasien didapatkan data
sebagai berikut: tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu tubuh pasien
36C di axila, pernafasan 20 x/menit, berat badan pasien dalam keadaan normal atau
tidak ada perubahan dari berat badan sebelum sakit dan tidak ditemukan riwayat
alergi pada pasien.
Dari data pengkajian diatas penulis mengambil dua diagnosa keperawatan
yaitu: Gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan dengan trauma pada kepala, dan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
asam lambung mual muntah. Kemudian rencana keperawatan disusun sesuai dengan
perumusan diagnosa yang diangkat dengan menentukan prioritas masalah. Prioritas
masalah pada kasus Tn.A adalah gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan
dengan trauma pada kepala, dan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan asam lambung mual muntah. karena hanya masalah
ini yang muncul saat dilakukan pengkajian. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada
Tn.A sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya dan dilaksanakan
menggunakan fasilitas yang tersedia. Pada pelaksanaan tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan dengan baik dikarenakan pasien yang kooperatif dan kerjasama yang
baik dari keluarga pasien. Pada tahap eveluasi keperawatan pada Tn.A didapat hasil
yaitu rasa pusing sudah berkurang atau sudah terkontrol, pola makan pasien sudah
membaik walaupun masih sedikit-sedikit, pasien menghabiskan porsi makanannya
kesadaran pasien compos menthis, masalah pada Tn.A teratasi dan intervensi
dihentikan.
36
37
Dari uraian bab sebelummnya telah dibandingkan antara teori dan fakta tentang
bagaimana penanganan pada pasien dengan cedera kepala ringan, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa kesenjangan yang terjadi antara teori dan fakta bukanlah
menjadi suatu masalah dalam melakukan penanganan pada pasien dengan cedera
kepala ringan, tetapi bagaimana cara penanganan dan pelaksanaan yang tepat yang
kita lakukan sebagai tenaga kesehatan, karena teori dapat berubah setiap saat seiring
dengan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka penulis
mengharapkan asuhan keperawatan pada kasus Tn.A bisa menambah referensi dan
pengetahuan bagi yang membaca hasil studi kasus ini.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan diatas, maka penulis mencoba untuk
mengemukakan beberapa saran yang mungkin nantinya dapat dipertimbangkan untuk
menyempurnakan pelaksanaan studi kasus pada kasus dan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada umumnya.
diharapkan
dapat
meningkatkan
kegiatan
pembelajaran dan pendalaman materi kepada mahasiswa (i) tentang teori-teori dan
38
penerapan pada lahan praktek dan di harapkan bagi mahasiswa (i) untuk selalu
memperhatikan pelajaran-pelajaran yang diberikan untuk dapat di terapkan pada saat
di lahan praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume
2. Jakarta: EGC
Wartonah, Tarwoto. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medikal.
Japardi, Iskandar. 2004. Cedera Kepala: Memahami Aspek-Aspek Penting Dalam
Pengelolaan Penderita Cedera Kepala. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Tarwoto, dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persyarapan.
Jakarta: Sagung Seto.
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Persyarapan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttagin , Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persyarapan. Jakarta: Salemba Medika.
Harsono. 2008 Buku Ajar Neurologik Klinik. Yogyakarta: Gajah Mada Unuversity
Press
Widagdo, Wahyu. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarapan. Jakarta: TIM
Krisanty, Paula, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: TIM
http://perawatmasadepanku.blogspot.com/2012/08/laporan-pendahuluan-ciderakepala-ringan.html.
39