Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diakui bahwa bangsa Indonesia saat ini adalah bangsa yang sangat terpuruk
diantara bangsa bangsa lain di dunia. Satu satunya kemajuan yang mungkin bisa
sedikit mengurangi nilai keterpurukan total bangsa Indonesia adalah perubahan di
bidang politik. Di Bidang politik inilah bangsa Indonesia cukup berhasil melakukan
beberapa perbaikan yang berarti.
Tetapi, meskipun serangkaian bentuk perubahan politik telah terjadi, tetap
masih perlu dipertanyakan apakah bangsa Indonesia sudah mendekati bentuk
demokrasi yakni refomasi politik yang matang? Atau dengan kata lain, sudah
cukupkah alasan untuk mengatakan bahwa demokrasi di Indonesia sudah
menjalankan agenda penting reformasi guna menjadikan republik ini sebagai sebuah
bangsa dan negara yang menegakkan demokrasi secara penuh ? Dari gambaran ini
tentunya dapat diketahui secara bersama bahwa demokrasi di Indonesia ibarat
teater politik yang ditentukan oleh para aktor merangkap sutradara. Mayoritas
rakyat bagaikan penonton yang tak kuasa mengubah jalan cerita.1 Nilai-nilai
demokrasi seakan-akan dihempas oleh angin yang tak tau dibawa kemana arah dan
tujuanya.
Proses demokratisasi di Indonesia saat ini ibarat masakan nasi yang masih
setengah matang tetapi telah terlanjur dihidangkan dan langsung dikeroyok beramai
ramai. Atas nama demokrasi, kini banyak orang yang ingin makan sekenyang
1

Bima Arya Sugiarto, Anti Partai, (Jakarta :Gramat Publishing, 2010 ), h. 8

kenyangnya, dan atas nama demokrasi pula banyak orang melakukan apa saja untuk
mengalahkan orang lain dalam kompetisi politik. Hal ini tentunya bertentangan
dengan nilai-nilai demokrasi. Perlu diketahui demokrasi bukan hanya kompetisi
politik bebas dengan menggunakan segala cara untuk merebut jabatan pemerintahan,
tetapi demokrasi adalah menghormati harkat martabat hidup manusia dalam
membangun sistim politik, ekonomi dan sosial yang berkeadilan.
Berdasarkan hal tersebut, secara teoritis bangsa Indonesia barangkali telah
memasuki era demokrasi, Larri Diamond menyebutkan bahwa demokrasi bukanlah
tujuan, melainkan sekedar alat dalam rangka mewujudkan agenda reformasi seperti
tegaknya supremasi sipil, terbentuknya pemerintah yang bersih dari korupsi, dan
tegaknya keadilan serta supremasi hukum. Ironisnya, hampir semua agenda
reformasi

cenderung

berhenti

sebagai

retorika.

para

elite

politik

dalam

mempertahankan dan atau merebut posisi politik di legeslatif dan eksekutif, baik di
tingkat pusat maupun di daerah.2
Tampaknya, semua itu merupakan biaya politik yang harus dibayar bangsa ini
yang cenderung para politisi sipil berselingkuh secara politik dengan sisa sisa rezim
ototriter orde baru.
Dalam konteks ini dapatlah di katakan bahwa dewasa ini kekuatan masyarakat
sesungguhnnya memegang momentum atau mempunyai giliran mengelola Negara
dengan mempercayakan tugas itu kepada partai. Hal ini bahkan merupakan sesuatu
yang hakiki dalam demokrasi, berakhirnya kekuasan rezim otoriter, secara otomatis
meminta kehadiran yang sebesar besarnya peran partai partai politik. potensi yang
2

Arfani Riza Noer, Demokrasi Indonesia Kontemporer, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
1996), h. 84.

terkandung dalam diri kekuatan masyarakat yang kemudian terkristalisasi ke dalam


parpol saharusnya sudah saatnya untuk di aktualisasikan secara sungguh sungguh.3
Hakikat reformasi di Indonesia adalah tampilnya partisipasi penuh kekuatan
kekuatan masyarakat yang di salurkan melalui partai partai politik sebagai pilar
demokrasi. Karena partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan di
bentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara suka rela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita cita untuk memperjuangkan dan menbeli kepentingan
politik anggota, masyarakat, bangsa dan Negara, serta memilihara keutuhan Negara
kesatuan republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.4 Partai politik juga merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam
mengembangkan kehidupan demokrasi dan menjunjung tinggi kebebasan yang
bertanggung jawab.5 tapi disayangkan Indonesia partai politik belum berhasil
mengemban tugas tersebut. Hal ini merupakan sebuah ironi mengingat kegagalan
partai terjadi ketika kekuatan Negara seperti birokrasi sipil, dan birokrasi militer
telah semakin mengurangi peran politiknya secara signifikan dan mendasar.
Akibat belum berperanya partai politik (parpol) sebagaimana mestinya, hal
mencolok yang dapat dilihat dengan segera ialah bahwa kekuatan masyarakat yang
secara tradisional telah sejak lama mengambil peran sebagai pelopor dan kampiun
pembaharuan, yaitu kaum intelektual dan mahasiswa, masih kukuh mengisi peran
para pekerja parpol. Para pekerja parpol pada kenyataanya lebih menonjol dalam hal

MD. Maruto dan WMK. Anwari, Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat : Kendala dan
Peluang Menuju Demokrasi, (Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia, 2002), h. 25.
4
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, (Bandung :
PT. Citra Umbara, 2008), h.2.
5
Ibid, h. 1.

perburuan kekuasaan yang

acapkali mengabaikan etika politik dan kepentingan

publik.
Partai politik sebagai institusi inti rezim demokratik kini tersandra oleh para
elitnya yang memonopoli akses terhadap sumber sumber kekuasan. Dalam hal ini,
Robert Agger maengatakan bahwa secara politis, sinisme politik menampilkan diri
dalam perasaan bahwa politik adalah urusan kotor politisi tidak dapat dipercaya,
kekuasaan diselenggarakan oleh orang orang tanpa muka dan ujung-ujungnya
hanyalah berada di genggaman segelintir elit politik belaka dari para aktor politik
untuk menuju panggung kekuasaan.
Deretan beberapa contoh membuktikan ketidakpercayaan mayoritas masyarakat
terhadap partai dan sistem kepartaian di Indonesia. Tingginya angka golongan putih
(golput) dalam berbagai pilkada, pemilihan legislatif dan pilpres bahkan pemilu
menjadi indikasi fundamental bahwa memang masyarakat semakin tidak percaya
terhadap pelaku pelaku partai yang hanya manis di bibir dan lain di hati . Dalam
keadaan kritis seperti itu sebenarnya publik tidak lagi berharap banyak kepada para
elit politik di negeri yang kita kenal dengan Indonesia ini. Logika sederhananya
adalah para elit politik melanggar etika politik, itulah persoalannya.
Kondisi ini juga dinilai berbagai kalangan menimpa PKS (Partai Keadilan
Sejahtera), dimana para elit partainya telah memunculkan isu-isu kontroversial yang
yang seakan-akan mencoba merubah haluan gerak politik partai. Hal ini dapat dilihat
pada perhelatan Musyawarah Nasional (Munas) yang berlangsung di Hotel The Ritz
Calrton Jakarta pada tahun 2010 lalu. Ada beberapa isu kontroversial muncul dalam
pelaksanaan kegiatan ini. Yang pertama adalah pemilihan Hotel The Ritz Calrton

sendiri dan yang paling penting adalah deklarasi menjadi partai terbuka. Isu-isu
ini menjadi ijtihad politik bagi PKS, yang kemudian banyak mendapat sorotan baik
dari kader dan simpatisan PKS maupun umat Islam dan masyarakat secara umum.
Gagasan menjadi partai terbuka memang mengagetkan umat Islam. Banyak
pihak

yang

mempertanyakan mengapa PKS harus meninggalkan idealismenya

sebagai partai dakwah demi tujuan pragmatis meraih suara di pemilu 2014 nanti.
Kalangan yang mempertanyakan keputusan ini

menganggap bahwa PKS telah

menyimpang dari khittah partai pada saat pendiriannya sebagai partai dakwah.
Jika partai dakwah ditinggalkan, maka PKS tidak memiliki lagi kekhasannya dan
akan sama dengan partai Islam lainnya yang bersifat terbuka. Mereka juga
mengaitkan hal tersebut dengan proses pembinaan melalui tarbiyah yang menjadi
basis perekrutan kader sekaligus internalisasi ideologi partai. Jika ada kalangan
non-muslim bagaimana mungkin hal tersebut dijalankan ? Bukankah ini adalah
kesalahan dalam memilih strategi ? Mereka juga kahwatir bahwa kebijakan ini
justru akan menjauhkan kader-kader yang berlatar belakang tarbiyah dari PKS
sendiri.
Keraguan ini dijawab oleh para elitnya dengan mengatakan bahwa kondisi
politik terkini memaksa partai untuk membuka diri. Artinya PKS mutlak harus
bersifat inklusif untuk memperbesar konstituen partai. Kegagalan di Pemilu 2009 dan
pemilukada di beberapa daerah seperti Banten dan Jakarta menjadi pelajaran bagi
PKS. Posisi PKS sebagai partai Islam dikeroyok oleh partai-partai sekuler.
Kekhawatiran PKS akan ditinggalkan kadernya dibantah Tifatul Sembiring dengan
mengatakan bahwa PKS tetap berasas Islam dan menjunjung pluralisme. Syariah

Islam tetap mejadi pedoman pribadi bagai kader partai. Dengan demikian PKS
mengambil dua kepentingan sekaligus, yakni menjunjung tinggi idealisme partai
dengan asas Islam bagi pribadi kader-kadernya sekaligus menyuarakan keterbukaan,
dan inklusifisme untuk memperbesar perolehan suara dalam pemilu.6
Seperti yang disampaikan oleh Ketua Dewan Syuro PKS Hilmi Aminuddin,
inklusifisme adalah bagian dari pelaksanaan ajaran Islam. Pelaksanaan ajaran Islam
harus menerima pluralitas sebagai bagian dari dinamika kehidupan. Menurut
Aminuddin, inklusif ini bukan taktik atau strategi, tapi pelaksanaan ajaran Islam yang
hakiki. Selanjutnya pernyataan yang lebih ambisius disampaikan oleh Sekjen PKS
Anis Mata yang menyatakan bahwa kami (PKS) harus mengadakan lompatan besar
untuk masuk menjadi tiga besar pada pemilu 2014, dan Parpol Islam harus tidak lagi
menampilkan citra yang kaku, eksklusif dan ideologis, melainkan justru tampil segar,
ringan, pluralis.7
Atas dasar inilah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) paska Musyawarah Nasional
(Munas) di Hotel The Ritz Calrton Jakarta, tampil dengan model gerakan baru
hingga saat ini, mulai dari pusat hingga ke cabang-cabangnya di daerah, termasuk di
Kota Ambon. Sama dengan di daerah atau kota lainnya, maka Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) di Kota Ambon, menggunakan beberapa model gerakan di antaranya
adalah gerakan sosial dan gerakan dawah melalui syiar keagamaan. Gerakan ini di
pakai dengan tujuan untuk bisa menarik simpati masyarakat terhadap PKS di Kota
Ambon. Dengan semangat inilah PKS terlibat secara aktif dalam kegiatan kegiatan

http://alinur.wordpress.com/2008/02/24/ijtihad-politik-pks-menjadi-partai-terbuka/. Diakses
pada tanggal 8 Desember 2011
7
http://www.eramuslim.com/berita/analisa/segalanya-berakhir-di-the-ritz-carlton.htm. Diakses
pada tanggal 8 Desember 2011

yang dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk kegiatan apapun. Dari gerakangerakan ini diharapkan minat dan kepercayaan masyarakat muslim di kota Ambon
terhadap partai ini lebih baik lagi.
Terkait gerakan politik PKS ini, maka tidak terlepas juga dari visi dan misi
PKS itu sendiri. Dimana visi umum PKS sebagai partai dawah penegak keadilan dan
kesejahteraan dalam bingkai persatuan ummat dan bangsa, sedangkan visi khusus
nya adalah menjadi partai berpengaruh baik secara kekuatan politik, partisipasi
maupun opini dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang madani. Dari visi ini
akan mengarahkan Partai Keadilan Sejahtera sebagai :
1. Partai da'wah yang memperjuangkan Islam sebagai solusi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
2. Kekuatan transformatif dari nilai dan ajaran Islam di dalam proses pembangunan
kembali umat dan bangsa di berbagai bidang.
3. Kekuatan yang mempelopori dan menggalang kerjasama dengan berbagai
kekuatan yang secita-cita dalam menegakkan nilai dan sistem Islam yang
rahmatan lil 'alamin.
4. Akselerator bagi perwujudan masyarakat madani di Indonesia.
Selanjutnya untuk mewujudukan visi tersebut maka partai PKS mempunyai
misi sebagai berikut :
1. Menyebarluaskan da'wah Islam dan mencetak kader-kadernya sebagai anashir
taghyir.
2. Mengembangkan institusi-institusi kemasyarakatan yang Islami di berbagai
bidang sebagai markaz taghyir dan pusat solusi.

3. Membangun opini umum yang Islami dan iklim yang mendukung bagi penerapan
ajaran Islam yang solutif dan membawa rahmat.
4. Membangun kesadaran politik masyarakat, melakukan pembelaan, pelayanan dan
pemberdayaan hak-hak kewarganegaraannya.
5. Menegakkan amar ma'ruf nahi munkar terhadap kekuasaan secara konsisten dan
kontinyu dalam bingkai hukum dan etika Islam.
6. Secara aktif melakukan komunikasi, silaturahim, kerjasama dan ishlah dengan
berbagai unsur atau kalangan umat Islam untuk terwujudnya ukhuwah Islamiyah
dan wihdatul-ummah, dan dengan berbagai komponen bangsa lainnya untuk
memperkokoh kebersamaan dalam merealisir agenda reformasi.
7. Ikut memberikan kontribusi positif dalam menegakkan keadilan dan menolak
kedhaliman khususnya terhadap negeri-negeri muslim yang tertindas.
Berbicara tentang gerakan politik PKS khususnya bila diitnjau dalam perspektif
hukum Islam, maka perlu diketahui pengertian politik yang benar (sesuai dengan
Syara). Politik, realitanya pasti berhubungan dengan masalah mengatur urusan rakyat
baik oleh negara maupun rakyat. Sehingga definisi dasar menurut realita dasar ini
adalah netral. Hanya saja tiap ideologi (kapitalisme, sosialisme, dan Islam) punya
pandangan tersendiri tentang aturan dan hukum mengatur sistem politik mereka. Dari
sinilah muncul pengertian politik yang mengandung pandangan hidup tertentu dan
tidak lagi netral.8
Adapun definisi politik dari sudut pandang Islam adalah pengaturan urusanurusan (kepentingan) umat baik dalam negeri maupun luar negeri berdasarkan
8

http://tomysmile.wordpress.com/defenisi-politik-dalam-perspektif-islam.2%/ulimidin. Diakses
pada tanggal 8 Desember 2011

hukum-hukum Islam. Pelakunya bisa negara (khalifah) maupun kelompok atau


individu rakyat. Rasulullah saw bersabda : Adalah Bani Israel, para Nabi selalu
mengatur urusan mereka. Setiap seorang Nabi meninggal, diganti Nabi berikutnya.
Dan sungguh tidak ada lagi Nabi selainku. Akan ada para Khalifah yang banyak
(HR Muslim dari Abu Hurairah ra). Hadits ini dengan tegas menjelaskan bahwa
Khalifahlah yang mengatur dan mengurus rakyatnya (kaum Muslim) setelah nabi
saw. hal ini juga ditegaskan dalam hadits Rasulullah : Imam adalah seorang
penggembala dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya.
Jadi, esensi politik dalam pandangan Islam adalah pengaturan urusan-urusan rakyat
yang didasarkan kepada hukum-hukum Islam. Adapun hubungan antara politik dan
Islam secara tepat digambarkan oleh Imam Al-Ghazali: Agama dan kekuasaan
adalah dua saudara kembar. Agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah
penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan runtuh dan segala
sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang dan lenyap.9
Hal ini berbeda dengan pandangan Barat politik diartikan sebatas pengaturan
kekuasaan, bahkan menjadikan kekuasaan sebagai tujuan dari politik. Akibatnya
yang terjadi hanyalah kekacauan dan perebutan kekuasaan, bukan untuk mengurusi
rakyat. Hal ini bisa kita dapati dari salah satu pendapat ahli politik di barat, yaitu
Loewenstein yang berpendapat politic is nicht anderes als der kamps um die
Macht (politik tidak lain merupakan perjuangan kekuasaan).
Karena itu berpolitik adalah kewajiban bagi setiap muslim baik itu laki-laki
maupun perempuan. Adapun dalil yang menunjukkan itu antara lain :

Ibid.

10

Pertama, dalil-dalil syara telah mewajibkan bagi kaum Muslim untuk mengurus
urusannya berdasarkan hukum-hukum Islam. Sebagai pelaksana praktis hukum
syara, Allah SWT telah mewajibkan adanya ditengah-tengah kaum Muslim
pemerintah Islam yang menjalankan urusan umat berdasarkan hukum syara. Firman
Allah SWT yang artinya .Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang
diturunkan oleh Allah SWT dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu (QS. Al-Maidah :48)
Kedua, syara telah mewajibkan kaum Muslim untuk hirau terhadap urusan
umat sehingga keberlangsungan hukum syara bisa terjamin. karenanya dalam Islam
ada kewajiban untuk mengoreksi penguasa (muhasabah li al-hukkam). Kewajiban ini
didasarkan kepada Firman Allah SWT yang artinya: ... Dan hendaklah ada diantara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang
maruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung
(QS. Ali Imran : 104).
Dengan demikian, hubungan Islam dan politik adalah jelas. Melalaikan diri dari
aktivitas politik Islam juga jelas bahayanya bagi kaum Muslim. Inilah saatnya kaum
Muslim bangkit dari tidurnya yang panjang, berjuang secara politik untuk melawan
penjajah yang selama ini telah menindas mereka. Dan disinilah letak penting bagi
kaum Muslim mempelajari lebih jauh politik Islam. Dan tentu saja setelah itu, terjun
langsung dalam masalah politik, tidak hanya diam dan menunggu datangnya
pertolongan Allah SWT.
Berangkat dari fenomena-fenomena gerakan politik PKS dan platform partai
PKS serta pengertian politik dalam Islam di atas, maka penulis tertarik untuk

11

mengkaji lebih lanjut tentang gerakan politik PKS di Kota Ambon dilihat dalam
perspektif Hukum Islam
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok pikiran di atas, maka permasalahan pokok yang
diajukan adalah bagaimanakah gerakan politik PKS di Kota Ambon bila dilihat
dalam perspektif hukum Islam ?
Pokok masalah tersebut dapat dijabarkan dalam dua sub masalah, yaitu :
a. Bagaimana politik PKS dalam menjalankan gerakan sosialnyanya di Kota
Ambon ?
b. Bagaimana perspektif hukum Islam melihat gerakan PKS dalam kancah
perpolitikan di kota Ambon.
2. Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya perluasan dalam pembahasan nanti serta lebih
mengena pada substansi permasalahan, maka dalam penulisan ini penulis
membatasi masalah hanya pada gerakan sosial PKS dan menganalisis gerakan
politik PKS di Kota Ambon berdasarkan perspektif hukum Islam.
C. Pengertian Judul dan Defenisi Operaisonal
Di bawah ini akan diuraikan pengertian kata yang terdapat dalam draf skripsi
yang dianggap kurang jelas sehingga akan lebih mempermudah pemahaman dan
dapat memberikan gambaran tentang apa yang akan diuraikan pada pembahasan
berikutnya :

12

Gerakan adalah suatu perubahan tempat atau perpindahan dari suatu tempat ke
tempat lain dengan sebuah titik referensinya (titik orientasi).10 Sedangkan dalam
kamus besar bahasa Indonesia, gerakan adalah perbuatan atau keadaan bergerak,
usaha, atau kegiatan dalam lapangan sosial (politik dan sebagainya).11
Politik adalah pengetahuan tentang seluk beluk ketatanegaraan.12 Politik
merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khusus dalam Negara. Politik
sangat erat kaitanya dengan masalah kekuasan, pengambilan keputusan, kebijakan
publik, dan alokasi atau distribusi.
Menurut Robert Politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat
manusia. Sedangkan menurut Ibnu Aqil politik adalah hal-hal praktis yang lebi
mendekati kemaslahatan bagi manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak
di gariskan oleh Rasulullah Saw.13
PKS, (Partai Keadilan Sejahtera) adalah sebuah partai politik yang berbasis
Islam di Indonesia. Partai ini dulunya bernama Partai Keadilan (disingkat PK),
didirikan di Jakarta pada tanggal 20 juli 1998 dan kemudian dirubah menjadi Partai
Keadilan Sejahtera (PKS), didirikan di Jakarta pada tanggal 20 april 2002.14
Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang
sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan caracara tertentu, dan cara-cara tersebut berhubungan dengan asumsi dasar yang menjadi
10
11

http://www.wikipedia Ensiklopedia .com.(di ambil pada 3 November 2001).


S.S. Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap,( Surabaya : Penerbit Apollo, 1997),

h. 233.
12

Ibid, h. 489.
Budiardjo Miriam,Dasar Dasar Ilmu Politik, (Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama,
1972), h. 8.
14
http//www.carapedia.com. (di ambil pada 3 Desember 2011).
13

13

dasarnya, unsur-unsur pembentuknya dan ruang lingkup apa yang dipandangnya.


secara ringkas dapat disimpulkan bahwa perspektif adalah kerangka kerja
konseptual, sekumpulan asumsi, nilai, gagasan yang mempengaruhi perspektif
manusia sehingga menghasilkan tindakan dalam suatu konteks situasi tertentu.15
Hukum Islam menurut Muhammad Ali At-Tahanawi dalam kitabnya Kisyaaf
Ishthilaahaat al-Funun memberikan pengertian hukum Islam (syariah) mencakup
seluruh ajaran Islam, meliputi bidang aqidah, ibadah, akhlaq dan muamallah
(kemasyarakatan). Syariah disebut juga syara, millah dan diin. Menurut Mahmud
Syaltout, syariat adalah peraturan yang diciptakan oleh Allah supaya manusia
berpegang teguh kepadaNya di dalam perhubungan dengan Tuhan dengan
saudaranya

sesama

Muslim

dengan

saudaranya

sesama

manusia,

beserta

hubungannya dengan alam seluruhnya dan hubungannya dengan kehidupan.

16

Sedangkan menurut Zainuddin Ali, mengatakan Hukum Islam mencerminkan


seperangkat norma Ilahi yang mengatur tata hubungan manusia dengan Allah,
hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam kehidupan sosial hubungan
manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. 17
Jadi, maksud judul skripsi ini adalah Pandangan Hukum Islam terhadap
Gerakan politik PKS di Kota Ambon dalam menjalankan gerakan politik baik
gerakan sosial maupun gerakan dawah.

15

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet. I, Jakarta : Balai Pustaka,
2002), h.460.
16
Ahmad Azhar Basjir, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta :
Perpustakaan Fakultas Hukum UII, 1990), h.1.
17
H. Zainuddin Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia (Cet.I, Jakarta :
Bumiaksara, 2006), h. 22

14

D. Tinjauan Pustaka
Pada dasarnya telah banyak buku-buku yang membahas tentang masalah
pekerja anak, akan tetapi dalam penulisan draf skripsi ini ada beberapa buku acuan
yang penulis gunakan antara lain :
Miriam Budiardjo dalam bukunya yang berjudul Dasar Dasar Ilmu Politik,
mengulas tentang konsep konsep seperti politik termasuk ideologi, kekuasaan,
pembuatan keputusan (decision making), dia juga menjelaskan tentang undang
undang dasar, kelompok - kelompok politik dewan perwakilan rakyat baik di dalam
maupun di luar Indonesia, serta hak hak asasi manusia, dalam buku dimaksud.
Ramlan Surbakti dalam bukunya Memahami Ilmu Politik, menerangkan
tentang pengertian dasar ilmu politik, model model sistem politik. Penentuan dasar
kenegaraan dan pemerintahan, pembahasan di dalamnya berusaha menggali dan
memperdalam pengetahuan tentang penyelenggaraan Negara dan pemerintahan,
kelembagaan dan kekuasaan.18
Rusadi Kantapawira dalam buku berjudul Sistem Politik Indonesia, Suatu
model pengantar, yang dalam buku tersebut membahas pengertian dan peristilahan
sistem politik, proses politik di Indonesia, dia juga menjelaskan tentang fungsi atau
peranan dalam sistem politik Indonesia.19
Maruto MD. dan Anwar WMK dalam bukunya yang berjudul Reformasi
Politik dan Kekuatan Masyarakat, kendala dan peluang menuju demokrasai,
Membahas hal hal yang berkaitan dengan demokrasi dan sistem politik, masyarakat

18

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta : Grasindo, 1992), h. 1-113.


Rusadi Kantapawira, Sistim Politik Indonesia (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1999),

19

h. 1-15

15

dan kultur demokrasi, dia juga menjelaskan bahwa hakikat reformasi di Indonesia
adalah tampilnya partisipasi penuh kekuatan kekuatan masyarakat yang disalurkan
melalui partai partai politik sebagai pilar demokrasi.20
Asep Saepul Muhtadi dalam buku Komunikasi Politik Indonesia, Dinamika
Islam Politik Pasca Orde Baru. Di dalam buku ini mengulas tentang konsep dasar
komunikasi politik, unsure-unsur komunikasi politik, komunikasi politik dan opini
publik, komunikasi politik dan sistem politik, tapi juga menjelaskan pentingnnya
memahami komunikasi politik dan praktek komunikasi politik di masyarakat.21
Bima Arya Sugiarto dalam bukunya Anti Partai, menggugat praktik para elit
politik di bangsa ini, yang mempermainkan permasalahan permasalahan yang
menyangkut dengan sistem demokrasi dan kepartaian di negri ini. Di dalam buku ini
juga dijelaskan bahwa para elit politik melanggar etika politik, Itulah persoalannya.22
Riza Noer Arfani dalam bukunya yang berjudul Demokrasi Indonesia
Kontemporer, Selain mengulas tentang nilai nilai demokrasi, nilai dan kriteria
proses demokrasi, agama dan demokrasi di Indonesia, dia juga menjelaskan bahwa
sala satu hal yang sangat menganggu pengembangan demokrasi di Indonesia adalah
karena campur tangan politik yang begitu besar dari birokrasi.

23

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka cukup banyak referensi yang membahas masalah tentang perpolitikan di Indonesia, namun belum ada karya yang
secara spesifik mengkaji masalah gerakan politik PKS dalam kaitannya dengan
20

Maruto MD dan Anwar WMK, Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat, Kendala dan
Peluang Menuju Demokrasi (Jakarta : LP3ES Indonesia, 2002), h. 108-127.
21
Asep Saepul Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia, Dinamika Islam Politik Pasca Orde
Baru
22
Bima Arya Sugiarto, Op.cit, h. 37
23
Riza Noer Arfani, Terima Kasih Indonesia Kontemporer (Jakarta : PT. Radja Grafindo
Persada, 1996), h. 26.

16

perspektif hukum Islam. Jika di kemudian hari terdapat karya yang sama pembahasannya, diharapkan dapat menambah bobot dari skripsi ini.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan dalam penulisan ini, maka tipe
penelitian yang di gunakan adalah kualitatif deskriptif, yakni melihat realita yang
tejadi di masyarakat terutama yang berhubungan dengan permasalahan yang di ambil
serta menggambarkan kondisi riil yang terjadi di lapangan.24 Pendekatan dilakukan
dengan metode metode syari, sesuai dengan masalah yang dikemukakan dalam
skripsi ini. Maka penulis menggunakan pendekatan syari, yakni pendekatan yang
melihat dari segi hukum Islam.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilakukan setelah proposal penelitian in telah
selesai diseminarkan, dan tempat penelitian pada Kantor DPRD Provinsi Maluku,
DPRD Kota Ambon, dan Kantor Sekretariat PKS Kota Ambon/
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data
Jenis data yang di butuhkan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif,
dimana data kualitatif adalah data yang berbentuk kata kata, kalimat kalimat,
narasi narasi.25

24
25

Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, (Cet. Ke-2, Bandung : CV. Alfabeta, 2000)
Rahmat Kriyanto,, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana, 2007 ), h. 41.

17

b. Sumber data
Sebagaimana penjelasan dalam jenis data di atas, maka sumber data yang di
butuhkan dalam penelitian ini terdiri dari; data primer, dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama
di lapangan. Dalam penelitian ini sumber data primer diperoleh dari anggota
DPRD PKS Kota Ambon, Ketua, Sekretaris PKS (Provinsi dan Kota),
fungsionaris PKS dan simpatisan PKS. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder.26
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang diharapkan, pengumpulan data dilakukan
melalui tiga instrumen, yakni :
a. Wawancara (Interview )
Metode wawancara merupakan sebuah metode yang sangat efektif dalam
penelitian kualitatif. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara berstruktur, yaitu dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
tertulis terlebih dahulu sebagai pedoman akan tetapi unsur kebebasan masih
dipertahankan, sehingga kewajaran masih dicapai secara maksimal untuk
memperoleh data secara mendalam. Dengan adanya variasi-variasi pertanyaan
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi tersebut bertujuan untuk
memperoleh keterangan rinci dan mendalam mengenai pandangan informan dan
memperoleh informasi mengenai suatu peristiwa, situasi, dan keadaan tertentu.

26

Ibid, h.43.

18

Dalam pelaksanaan wawancara ini, peneliti menemui langsung informan


dan subyek penelitian sesuai dengan waktu dan lokasi yang telah disepakati
untuk memperoleh data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang diajukan.
Guna untuk dapat memperoleh informasi yang dapat dipercaya atau paling tidak
informasinya obyektif, peneliti akan cermat dalam menentukan orang-orang
(informan) yang akan di wawancara, yaitu para informan yang dapat dipercaya,
yang dapat memberikan jawaban-jawaban obyektif dan tidak mengada-ada.
Karena itulah sebabnya peneliti perlu mengetahui sejauhmana kelayakan
informan.
b. Teknik Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan
yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa,
sehingga observer berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi
langsung. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang
dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki
misalnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide atau rangkaian
photo. (Rachman,1999: 77).
c. Teknik dokumentasi
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara dimana
peneliti mengumpulkan data-data melalui pencatatan atau data-data tertulis yang
ada terkait dengan gerakan politik PKS, seperti pada media cetak (surat kabar dan
majalah), media elektronik (internet/website, televisi), maupun melalui dokumen

19

yang berupa laporan kegiatan PKS, platform PKS dan lain-lain dari Sekretariat
DPD PKS Kota Ambon.

5. Metode Analisa Data


Analisis mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam penelitian. Analisis
data menurut Moleong (2002: 103) adalah proses mengorganisasikan

dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.
Tahap analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahap
sebagaimana versi Miles dan Huberman (1992:15) yaitu:
a. Pengumpulan data, yaitu mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan yang
dilakukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data yang ada dilapangan dengan
menggunakan berbagai metode.
b. Reduksi

data,

yaitu

proses

pemilihan,

pemusatan

perhatian

pada

penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari


catatan-catatan lapangan. Reduksi data akan dilakukan terus-menerus selama
penelitian berlangsung. Dalam proses redukasi data yang akan dilakukan peneliti
berusaha melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana
yang dibuang dan mana yang merupakan kebutuhan analisis. Menajamkan,
menggolongkan,

mengarahkan,

membuang

yang

tidak

perlu

dan

mengorganisasikan data. Dengan cara demikian harapannya kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

20

b. Sajian Data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang


memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dalam pengambilan
tindakan.
c. Penarikan kesimpulan/verifikasi data, yaitu langkah terakhir dari analisa data.
Dalam penarikan simpulan ini didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang
merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.
Keempat tahapan di atas merupakan satu kesatuan pada saat sebelum, selama,
dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun
wawasan umum yang disebut analisis. Hal ini digambarkan melalui bagan sebagai
berikut:

Gambar 1.
Analisis data versi Miles dan Huberman (1992: 20)

G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana politik PKS dalam menjalankan gerakan
sosialnya di Kota Ambon ?

21

b. Untuk mengetahui bagaimana gerakan politik PKS dilihat dalam perspektif


hukum Islam.
2. Kegunaan Penelitian
Dalam mengacu pada tujuan penulisan, maka kegunaan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
a. Dapat dijadikan acuan atau referensi awal bagi peneliti selanjutnya.,
b. Kegunaan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah agar masyarakat
bias mengerti sekaligus memahami gerakan politik PKS di Kota Ambon.
c. Untuk menambah wawasan pengetahuan penulis tentang kasus di atas dalam
pandangan hukum Islam, sekaligus sebagai prasyarat penulisan skripsi.
H. Garis-Garis Besar Isi Skripsi
Dalam pembahasan skripsi ini terdapat beberapa bab yang diantara bab satu
dengan yang lainnya saling berhubungan. Diantara keterkaitannya ini merupakan
uraian gambaran keseluruhan dari isi skripsi ini.
Bab Pertama menguraikan tentang Pendahuluan, yaitu berisikan tentang Latar
Belakang, Rumusan dan Batasan Masalah, Hipotesis, Pengertian Judul, Tinjauan
Pustaka, Metode Penelitian, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Garis Garis Besar Isi
Skripsi.
Bab Kedua menguraikan tentang Gambaran Umum PKS di Kota Ambon. yang
kemudian penulis jabarkan dalam beberapa sub bab di antaranya, sejarah berdirinya
PKS di Kota Ambon, Struktur Organisasi PKS di Kota Ambon, Sistim Administrasi
dan Pola Kerja PKS di Kota Ambon.

22

Bab Ketiga menguraikan tentang Gerakan Politik PKS di Kota Ambon, yang
kemudian penulis jabarkan dalam beberapa sub bab di antaranya ideologi dan manhaj
dakwah PKS, Dakwah, Politik dan Demokrasi di PKS, PKS dan plurarisme berbasis
syariat, dan Gerakan sosial PKS di Kota Ambon
Bab Keempat menguraikan tentang Analisis Hukum Islam Terhadap Gerakan
Politik PKS dalam Menjalankan Gerakan Sosial di Kota Ambon yang kemudian
penulis jabarkan dalam beberapa sub bab di antaranya Politik dalam Perspektif
Islam, Pemikiran Politik Islam Versus Pemikiran Islam Politik, dan Analisis Gerakan
Politik PKS ditinjau dalam Perspektif Hukum Islam.
Bab Kelima merupakan bab Penutup yang berisikan Kesimpulan dan Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

Arfani Riza Noer, Demokrasi Indonesia Kontemporer, (Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada, 1996)
Ahmad Azhar Basjir, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam),
(Yogyakarta : Perpustakaan Fakultas Hukum UII, 1990)
Asep Saepul Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia, Dinamika Islam Politik Pasca
Orde Baru
Bima Arya Sugiarto, Anti Partai, (Jakarta :Gramat Publishing, 2010 )
H. Zainuddin Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia (Cet.I,
Jakarta : Bumiaksara, 2006)
http://alinur.wordpress.com/2008/02/24/ijtihad-politik-pks-menjadi-partai-terbuka/ .
Diakses pada tanggal 8 Desember 2011
http://www.eramuslim.com/berita/analisa/segalanya-berakhir-di-the-ritz-carlton.htm.
Diakses pada tanggal 8 Desember 2011
http://www.wikipedia Ensiklopedia .com.(di ambil pada 3 November 2001).
http://tomysmile.wordpress.com/defenisi-politik-dalam-perspektif-islam.2%/ulimidin
Diakses pada tanggal 8 Desember 2011
http//www.carapedia.com. (di ambil pada 3 Desember 2011).
Lexy J. Moelong. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Miles, Mathew B. dan Huberman, A. Michael. Analisis Data Kualitatif. (Jakarta: UI
Press, 1992)
MD. Maruto dan WMK. Anwari, Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat :
Kendala dan Peluang Menuju Demokrasi, (Jakarta : Pustaka LP3ES
Indonesia, 2002)
Miriam Budiardjo, Dasar Dasar Ilmu Politik, (Jakarta :PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1972)
Maruto MD dan Anwar WMK, Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat,
Kendala dan Peluang Menuju Demokrasi (Jakarta : LP3ES Indonesia, 2002),
h. 108-127.
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta : Grasindo, 1992), h. 1-113.
Rusadi Kantapawira, Sistim Politik Indonesia (Bandung : Sinar Baru Algesindo,
1999),
h. 1-15
Riza Noer Arfani, Terima Kasih Indonesia Kontemporer (Jakarta : PT. Radja
Grafindo Persada, 1996), h. 26.

24

Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, (Cet. Ke-2, Bandung : CV. Alfabeta, 2000)
S.S. Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap,( Surabaya : Penerbit Apollo,
1997)
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik,
(Bandung : PT. Citra Umbara, 2008)
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet. I, Jakarta : Balai
Pustaka, 2002)
Rahmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana, 2007 ).
Rahman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah Penelitian Pendidikan. Ambon : IKIP
Semarang Press

25

GERAKAN POLITIK PKS DI KOTA AMBON


(Ditinjau dalam Perspektif Hukum Islam)

DRAFT SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam
Jurusan Jinayah Siyasah (JS) Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri Ambon

Oleh :
ELI LAWATAKA LATAR
NIM : 050 101 4015

FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON
2011

26

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi Saudara Eli Lawataka Latar, NIM. 0501014015


Mahasiswa Fakultas Syariah Jurusan Jinayah Siyasah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Ambon, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang
bersangkutan dengan judul : Gerakan Politik PKS di Kota Ambon (Ditinjau dalam
Perspektif Hukum Islam), memandang bahwa skripsi ini telah memenuhi syaratsyarat ilmiah dan dapat diajukan ke seminar draf.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses selanjutnya.

Ambon, 10 Pebruari 2012


Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Hasbollah Toisuta, M.Ag


NIP. 19660129 199303 1 003

Drs. Husen Maswara, M.Th.I


NIP. 19610705 199803 1 001

27

KOMPOSISI BAB
BAB I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Dan Batasan Masalah
C. Pengertian Judul
D. Tinjauan Pustaka
E. Metode Penelitian
F. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
G. Garis-Garis Besar Isi Skripsi

BAB II .

GAMBARAN UMUM PKS DI KOTA AMBON


A. Sejarah berdirinya PKS di Kota Ambon
B. Manhaj dan Sistem Pengkaderan PKS di Kota Ambon
C. Sistem Administrasi dan Pola Kerja PKS di Kota Ambon

BAB III

POLITIK DALAM KONSEP ISLAM


A. SeJARAH Perpolitikan Islam
B. Konsep Politik Islam

BAB IV.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GERAKAN POLITIK PKS


DALAM MENJALANKAN GERAKAN SOSIAL DI KOTA AMBON
A. Gerakan Politik PKS Kota Ambon
B. Gerakan Politik PKS ditinjau dalam Perspektif Hukum Islam

BAB V.

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

28

ELI LAWATAKA LATAR


TTL : Banda Ely, 25 November 1985
Juru/Prodi : Syariah J.S
Alamat : Kapaha
Telp. 0821 9969 2459

Anda mungkin juga menyukai