Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tujuan pembangunan nasional Bangsa Indonesia yang telah diamanatkan
dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke IV adalah :
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajuka kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan abadi dan keadilan sosial. (UUD 1945, 1993:02)
Cita-cita bangsa Indonesia yang merupakan penegasan dan tujuan akhir
pembangunan Nasional tersebut tellah dirumuskan kembali dalam ketetapan
MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN, sebagai tujuan pembanguna nasional
yaitu :
Mewujudkan masyarakat adil makmur yang merata materiil dan spirituil
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah negara kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka berkedaulatan rakyat, dalam suasana
prikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis.
Untuk merealisasikan tujuan pembangunan nasional tersebut, nampaknya
eksistensi pendidikan sangat urgen hal ini dapat dilihat dari tujuan Pendidikan
Nasional yang termaktub dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu :
Pendidikan Nasional adalah pendidikan berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Salah satu bentuk kemajuan dari proses belajar yaitu enggan diadakannya
lembaga pendidikan yang secara formal diakui keberadaannya. Orang tua yang
semestinya mendidik sendiri anaknya, dalam beberapa aspek bisa diwakilkan

dalam lembaga pendidikan formal tersebut yaitu sekolah. Sekolah atau Madrasah
yang menjadi wakil dari amanat orang tua dalam mendidik anak harus memiliki
kalifikasi yang cukup, dengan kata lain tidak semua lembaga pendidikan yang
secara otomatis menjadi lembaga pendidika yang baik. Dengan demikian
kualifikasi merupakan prasarat wajib yang harus dimiliki lembaga pendidikan,
baik itu dari segi tenaga edukatif, sarana dan prasarana maupun aspek lain yang
terkait.
Berkaitan dengan masalah proses belajar mengajar di sekolah, siswa
maupun guru yang akan melakukan dinamisasi dalam arti proses belajar
mengajar tersebut merupakan sarana untuk mengembangkan diri dan ilmu
pengetahuan, sikap maupun akhlaq. Hanya saja proses belajar tersebut tidak
selamanya berjalan tanpa hambatan. Hambatan atau rintangan akan senantiasa
muncul setiap waktu baik itu kesulitan mengajar guru, kesulitan belajar siswa dan
sebagainya. Sehingga dengan beberapa hambatan tersebut diharapkan guru dan
siswa yang bersangkutan akan lebih dinamis dan inovatif.
Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah yang berperan untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam berbagai hal terutama masalah
kesulitan belajar harus senantiasa mendapat perhatian yang serius agar kesulitan
belajar tersebut dapat segera teratasi. Dari sini peranan bimbingan dan konseling
disekolah mulai diperlukan dan bukan saja untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa akan tetapi juga membantu guru dalam mengenal siswanya secara lebih
dalam sehingga bimbingan dan konseling lebih sistimatis dan bermutu.

Bimbingan dan konseling yang keberadaannya semakin dibutuhkan dalam


dunia pendidikan merupakan suatu badan yang mempunyai fungsi sangat
penting. Dengan kata lain bimbingan dan konseling mempunyai peran dalam
mencarikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses
belajar mengajar. Bimbingan dan konseling berfungsi untuk membantu
kelancaran pendidikan dan pengajaran di sekolah, artinya dengan adanya
bimbingan dan konseling disekolah secara intensif akan memberi dampak baik
secara langsung maupun secara tidak langsung yang akhirnya akan kembali pada
keberhasilan pendidikan.
Berdasarkan pada pemikiran inilah kiranya perlu dilakukan penelitian
tentang Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Menanggulangi Kesulitan
Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs.) Al-Muhajirin Desa Waiheru
Kecamatan Baguala Kota Ambon.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan
penelitian, sebab masalah merupakan obyek yang akan diteliti dan dicari jalan
keluarnya melalui penelitian.
Pernyataan ini relevan dengan yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto
dalam bukunya Prosedur Penelitian suatu Pendekatan mengatakan bahwa :
Masalah mesti merupakan bagian kebutuhan seseorang untuk dipecahkan, orang
ingin mengadakan penelitian karena ia ingin mendapatkan pemecahan dari
masalah yang dihadapi. (Surahmad, 1989:22)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah sudah


menjadi suatu kebutuhan dalam sebuah penelitian, karena tanpa rumusan
masalah alur dan sistematika penelitian tidak akan menemukan jawaban dari
masalah yang sedang diteliti.
Sedangkan Sanapiah Faisal dalam Metodologi Penelitian Pendidikan
mengemukakan :
Dalam penelitian perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan
diteliti. Penegasan masalah tersebut sekaligus menggambarkan fokus arah
yang diikuti nantinya di dalam proses suatu penelitian. Rumusan masalah
cukup terbatas lingkupnya sehingga memungkinkan penarikan
kesimpulan yang tegas. (Sudiyono, 1992:61)
Dari definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang
bersifat problematik akan memerlukan pemecahan. Dalam penelitian kita dituntut
untuk mencari pemecahan masalah tersebut.
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :
1. Adakah peranan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan
belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota
Ambon ?
2. Bagaimana peranan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan
belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota
Ambon ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak
dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala yang diusahakan
pasti mempunyai tujuan tertentu yang sesuai dengan permasalahannya.
Tujuan dalam penelitian akan sangat membantu terhadap pencapaian hasil
yang optimal dan dapat memberikan arah terhadap kegiatan yang dijalankan
dalam penelitian itu.
Sesuai dengan persepsi tersebut dan berpijakpada rumusan masalah yang
telah disebutkan, maka penelitian ini mempunyai tujuan :
1. Ingin mengetahui ada tidaknya peranan bimbingan dan konseling dalam
menanggulangi kesulitan belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru
Kecamatan Baguala Kota Ambon
2. Ingin mengetahui bagaimana peranan bimbingan dan konseling dalam
menanggulangi kesulitan belajar siswa dengan bimbingan di MTs AlMuhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota Ambon.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait utamanya bagi pihak-pihak berikut ini :
1. Bagi Guru
Sebagai sarana untuk mengambil inisiatif dalam rangka penyempurnaan
program proses belajar mengajar sehingga antara guru sebagai pendidik di
sekolah dan siswa sebagai pihak yang perlu dididik bisa saling melengkapi

dan bekerja sama dengan baik, sehingga prestasi belajar siswa akan selalu
meningkat.
2. Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan yang tepat
dan memberikan/menambah sarana dan prasarana dalam rangka memberikan
gairah dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu dan prestasi
belajar siswa, sekaligus meningkatkan mutu pendidikan.
3. Bagi Penulis
Sebagai bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah, sekaligus sebagai
tambahan informasi mengenai bimbingan dan konseling yang ada di lembaga
madrasah khususnya di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan
Baguala Kota Ambon.

E. Hipotesis Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto dalam buku Prosedur Penelitian suatu
Pendekatan Praktek, menyatakan bahwa Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul (1997 : 67).
Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis Kerja (Ha)
Ada peranan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan
belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota
Ambon

2. Hipotesis Nihil (Ho)


Tidak ada peranan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan
belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota
Ambon
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian tentang peranan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi
kesulitan belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala
Kota Ambon mempunyai jangkauan yang sangat luas. Namun karena adanya
keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan kemampuan yang dimiliki penulis, maka
ruang lingkup penelitian dibatasi pada masalah sebagai berikut ini :
1. Karakteristik lokasi penelitian, yakni mengenai gambaran umum tentang
lokasi tersebut yang meliputi sejarah berdirinya madrasah, struktur
organisasi, dan data-data lain yang diperlukan dalam penelitian.
2. Bentuk-bentuk bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru kepada
siswa baik secara prefentif maupun kuratif dalam menanggulangi kesulitan
belajar siswa.
3. Data tentang hasil perolehan skor dari angket yang telah disebarkan untuk
mengetahui ada tidaknya peranan bimbingan dan konseling dalam
menanggulangi kesulitan belajar siswa di MTs Al-Muhajirin Desa Waiheru
Kecamatan Baguala Kota Ambon.

G. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
menghindari perbedaan interpretasi makna terhadap hal-hal yang bersifat esensial
yang dapat menimbulkan kerancuan dalam mengartikan judul, maksud dari
penelitian, disamping itu juga sebagai penjelas secara redaksional agar mudah
dipahami dan diterima oleh akal sehingga tidak terjadi dikotomi antara judul
dengan pembahasan dalam skripsi ini. Definisi operasional ini merupakan suatu
bentuk kerangka pembahasan yang lebih mengarah dan relevan dengan
permasalahan yang ada hubungannya dengan penelitian.
Sesuai

dengan

judul

Peranan

Bimbingan

dan

konseling

dalam

Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa, maka batasan pengertian di atas


meliputi :
a. Peranan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memberikan arti peranan,
Tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa
(Depdikbud, 1991 : 751).
Sedangkan menurut WJS. Poerwadarminto dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia mengartikan peranan adalah, Sesuau yang menjadi bagian
atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya suatu hal
atau peristiwa) (Poerwadarminto, 1997 : 735).
Berdasakan pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
peranan adalah segala sesuatu yang bisa mengakibatkan terjadinya suatu
peristiwa yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Bimbingan dan konseling


Bimbingan dan konseling yang dalam bahasa Inggrisnya disebut
Guidance and Conseling merupakan rangkaian dua kata yang jika kata
bimbingan disebut biasanya selalu diikuti oleh kata konseling.
Bimo Walgito memberikan definisi bimbingan sebagai berikut :
Bimbingan adalah merupakan tuntunan, bantuan dan pertolongan
yang diberikan pada individu atau sekumpulan individu-individu
dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
hidupnya agar supaya individu atau sekumpulan individu itu dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya. (Mapiere, 1997 : 735).
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada setiap individu yang mengalami kesulitan
hidup. Sesuai dengan potennsi yang ada sehingga mereka bisa hidup sejahtera
dan damai. Dalam aktivitas belajar, siswa membutuhkan bimbingan dalam
menghadapi kesulitan belajarnya.
Sedangkan pengertian konseling menurut Bimo Walgito adalah :
konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam
memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara
yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai
kesejahteraan hidupnya. (Mapiere, 1997 : 04)
Dari dua pengertian tersebut, ada persamaan dan ada perbedaannya.
Persamaannya adalah keduanya merupakan suatu bantuan bagi individuindividu dalam menghadapi problem hidupnya. Sedangkan perbedaannya,
bimbingan lebih luas dari konseling, bimbingan lebih menitik-beratkan pada
segi-segi kuratif. Tetapi walaupun berbeda, penggunaan bimbingan selalu
diikuti oleh kata konseling.

10

c. Menanggulangi kesulitan belajar


Menanggulangi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia antara lain
diartikan Mengatasi (Depdikbud, 1991:1005).
Sedangkan Kesulitan berarti Keadan yang sulit; sesuatu yang sulit,
kesukaran. (Depdikbud, 1991 : 971).
Sedangkan belajar menurut Gagne (1984) adalah sebagaimana dikutip
oleh Ratna Wilis Dahan dalam bukunya yang berjudul Teori-teori Belajar,
memberikan definisi belajar yaitu : suatu proses dimana organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. (Dahan, 1989:11).
Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar
oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan pengetahuan dan kemahiran
yang sedikit banyak permanen. (Dahan, 1989:06).
Dari dua pengertian di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud
menanggulangi kesulitan belajar adalah upaya untuk mengatasi keadaan yang
terasa sulit sewaktu individu melakukan kegiatan belajar.
H. Kajian Pustaka
1. Kajian tentang Peranan Bimbingan dan konseling
a. Konsep Bimbingan dan Konseling
Berdasar defenisi operasioanl menyangkut pengertian bimbingan
dan konseling diatas, maka dapat dipahami bahwasanya bimbingan dan
konseling, ada persamaannya dan ada perbedaannya. Persamaan adalah
keduanya merupakan suatu bantua bagi individu-individu dalam

11

menghadapi problem kedupannnya. Sedangkan perbedaan, bimbingan


lebih luas dari pada konseling, bimbingan lebih menitik beratkan pada
segi-segi preventif, sedangkan konseling lebih menitik beratkan pada segi
kuratif, tetapi walaupun demikian pengguanan bimbingan selalu diikuti
dengan kata konseling.
Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah harus mendapatkan
perhatian istimewa terhadap generasi muda. Karena manfaatnya adalah
sangat besar bagi pemantapan hidup bagi generasi muda kita dalam
berbagai bidang yang menyangkut ilmu pengetahuan. Ketrampilan dan
sikap mental generasi muda. Apalagi mengingat bahwa generasi mda
perlu dibina secara intensif sesuai dengan cita-cita yang terkandung dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa generasi muda
harus dibina agar menjadi generasi pengganti dimasa mendatang yang
harus lebih baik, lebih bertanggung jawab dan lebih mampu mengisi serta
membina kemerdekaan Bangsa.
Petugas bimbingan dan konseling yang keberadaannya disamping
sebagai badan yang bertugas memberikan bimbingan kepada para siswa
juga sebagai guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik
kepada siswa. Sehingga tanggung jawab petugas bimbingan dan
konseling menjadi ganda dan variatif atau sebagai pengajar mata
pelajaran dan sebagai pendidik agama dan akhlaq yang baik.

12

b. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan konseling


Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan di sekolah
mempunyai dua tujuan yaitu :
Tujuan bimbingan dapat dibedakan atas tujuan sementara dan
tujuan akhir. Tujuan sementara adalah supaya orang bersikap dan
bertindak seperti dalam situasi hidupnya sekarang ini. Sedangkan
tujuan akhir adalah supaya orang mampu mengatur kehidupannya
sendiri, menagambil sikapnya sendiri dan menangung sendiri
resiko dari tindakan-tindakannya (Winkel, 1991:17).
c. Cara-cara Pelaksnaan Bimbingan dan konseling
Pelaksanaan Bimbingan di sekolah terwujud dalam program
bimbingan, yang mencakup keseluruhan pelayanan bimbingan. Para
petugas bimbingan selain harus sehat fisik maupun psikisnya juga
mendapatkan pendidikan khusus dan bimbingan dan konseling;secara
ideal berijasah sarjana FIP IKIP, jurusan BK, atau program yang
sederajat. Di samping itu seorang pembimbing harus mempunyai
pengalaman maupun pengetahuan yang cukup, baik yang bersifat praktis
maupun teoritis, sesuai dengan pendapat Bimo Walgito :
Agar supaya seorang pembimbing dapat menjalankan fungsi atau
pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, seorang pembimbing harus
mempunyai pengetahuan yang cukup luas baik segi yang bersifat
teoritis maupun yang bersifat praktis. (Walgito, 1989:17)
d. Sifat Bimbingan dan Konseling
Masalah bimbingan dan konseling mengacu pada situasi masa
pemberian bantuan yang dilihat dari segi proses penampakan hal atau
kesulitan yang dihadapi murid. Dengan kata lain pemberian bantuan dapat

13

dilakukan sebelum ada kesulitan, selama ada kesulitan, dan setelah ada
kesulitan yang dihadapi murid.
Sifat bimbingan menurut Andi Mapiere dibagi menjadi empat
yaitu :
- Sifat pencegahan (prefentif) yaitu pemberian bantuan (terutama) kepada
murid, sebelum murid menghadapi kesulitan atau persoalan yang serius.
- Sifat pengembangan (development) yaitu usaha bantuan yang diberikan
pada murid dengan mengiringi perkembangan mentalnya ; yang
dimaksudkan

terutama

untuk

menetapkan

jalan

berfikir

dan

bertindaknya murid sehingga dapat berkembang secara optimal.


- Sifat penyembuhan (curatif) yaitu usaha bantuan yang diberikan pada
murid selama atau setelah murid mengalami persoalan serius, dengan
maksud agar murid agar terbebas dari kesulitan.
- Sifat pemeliharaan (treatment) yaitu usaha bantuan yang dimaksudka
terutama unuk memupuk dan mempertahankan kesehatan mental murid
yang bersangkutan bertahan dalam kesembuhan, setelah menjalani
proses penyembuhan.
e. Jenis-Jenis Bimbingan dan konseling
Menurut Hanafi Anshari bantuan atau bimbingan yang diberikan
kepada siswa ada dua macam yaitu : bimbingan yang bersifat prefentif
(pencegahan) dan bimbingan yang bersifat kuratif (penyembuhan).
(Anshari, 1991:67).

14

Bimbingan yang bersifat prefentif (pencegahan) adalah pemberian


bantuan kepada siswa sebelum menghadapi kesulitan atau persoalan yang
serius. Cara yang ditempuh bermacam-macam, antara lain : memelihara
situasi yang baik dan menjaga situasi itu agar tetap baik. Dalam hal ini
hubungan siswa dengan guru dan staf yang lain harus dijaga sebaik
mungkin. Adapun bimbingan yang bersifat pencegahan adalah tata tertib,
menanamkan kedisiplinan, memberikan motivasi, dan memberikan
nasehat. (Anshari, 1991:67).
Bimbingan yang bersifat kuratif yaitu uasaha bantuan yang
diberikan pada murid selama atau setelah murid mengalami persoalaan
serius. Dengan maksud utama agar murid yang bersangkutan terbebaskan
dari kesulitan. Dalam rangka pemberian bantuan yang diberikan secara
sistimatis kepada klien digunakan berbagai langkah dan tehnik agar orang
yang bersangkutan mampu untuk memecahkan segala problem yang
dihadapi, apakah itu yang bersifat pribadi yang mengganggu perasaan,
frustasi dan menghadapi untuk menentukan pilihan yang tepat sesuai
dengan kemampuannya. Bimbingan yang bersifat kuratif berupa
pemberitahuan, peringatan, hukuman dan ganjaran. (Anshari, 1991:67)
2. Kajian tentang Menanggulangi Kesulitan Belajar
Belajar menurut Qomar Hamalik adalah : sesuatu bentuk pertumbuhan
atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan pelatihan (Hamalik,
1990:2)

15

Pemecahan kesulitan belajar menurut H. Koestoer Partowisastro dalam


bukunya Diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar siswa ada beberapa
tahapan dalam melakukannya, yaitu : menelaah status siswa,memperhatikan
sebab-sebab kesulitan belajar dan proses pemecahan kesulitan belajar.
(Partowisastro, 1984:72).
Langkah identifikasi adalah langkah pemula dalam pemecahan
problematika yang ada. Oleh karena itu perlu adanya penetapan yang jitu dan
follow upnya adalah mengklasifikasikan kasus yang ada sehingga
memudahkan

untuk

menentukan

kasus

mana

yang

didahulukan

penyelesaiannya dan bentuk apa terapinya. Sebagaimana telah diterangkan di


atas. Bahwa identifikasi perlu diluruskan pada pengklasifikasian gejala-gejala
kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Klasifikasi dimaksudkan untuk
terpilihnya permasalahan yang ada sehingga memberikan kemudahan
langkah-langkah berikutnya.
Sebab-sebab kesulitan belajar menurut Koestoer Parto Wisastro dan A.
Hadi Saputra, yaitu :
a). Disebabkan oleh gangguan alat tubuh.
b). Disebabkan oleh kecerdasan yang kurang.
c). Disebabkan oleh gangguan alat penerimaan.
d). Disebabkan oleh gangguan perasaan.
e). Disebabkan oleh kesalahan tingkah laku (Partowisastro, 1984:26).
Sedangkan menurut Qomar Hamalik faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kesulitan belajar siswa, yaitu :

16

a) Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri


b) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah
c) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
d) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat (Hamalik,
1990:117)
Dari berbagai sebab kesulitan belajar tersebut, maka timbullah kesulitan
belajar yang ditandai dengan sikap dan tingkah laku sebagai berikut :
a) Hasil belajar rendah, dibawa rata-rata kelas
b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan
c) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta dan
sebagainya.
d) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (suka mengganggu, mengisolir
diri, tak mau mencatat dan sebagainya).
e) Menunjukkan gejala emosional diri yang tidak wajar (mudah tersinggung,
melamun, pemarah dan sebagainya) (Ahmadi, 1978:161)
Hal ini berarti perlu ada bantuan untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi.
Langkah-langkah dalam pemecahan kesulitan belajar menurut Koestoer
Partowisastro dalam bukunya Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar
mengatakan sebagai berikut :
(1) Kegiatan membicarakan dengan Kepala Sekolah tentang adanya muridmurid yang bermasalah dan usaha yang perlu dilakukan berkenan dengan
masalah-masalah tersebut.

17

(2) Kegiatan mengamati dan mencatat pola-pola tingkah laku murid yang
sering muncul (berulang) menjadi petunjuk adanya masalah.
(3) Kegiatan mempelajari kembali Commulative Record.
(4) Berbicara dengan guru-guru lain.
(5) Kegiatan berkonsultasi dengan juru rawat.
(6) Kegiatan berwawancara dan menyuluhi murid yang bersangkutan.
(7) Kegiatan jika perlu, melakukan referial.
3. Tinjauan tentang Peranan Bimbingan
Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa.

dan

Konseling

dalam

Untuk mencapai tujuan pendidikan siswa perlu dapat bimbingan agar


mereka dapat membina sebanyak mungkin dari pengalaman disekolah. Akan
tetapi kemampuan guru dalam membimbing anak didiknya terbatas,
sedangkan masalah yang dihadapi anak didik semakin hari semakin
kompleks. Dari semacam kondisi inilah peranan bimbingan dan konseling
diperlukan, dalam rangka memanimalisasi kesulitan yang dihadapi oleh
siswa. Tujuan akhir pelayanan bimbingan ini sama dengan tujuan pendidikan
di sekolah, tetapi cara untuk sampai pada tujuan itu lain yang digunakan
dalam bidang-bidang pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh W.S.
Winkel :
Bimbingan disekolah menengah merupakan bidang khusus dalam
keseluruhan pendidikan sekolah yaitu memberikan pelayanan yang
ditangani oleh ahli-ahli yang telah disiapkan untuk itu. Ciri khas dari
pelayanan ini terletak dalam hal memberikan bantuan mental atau
psikologis kepada murid dalam membulatkan perkembangannya. Tujuan
dari pemberian bimbingan ialah supaya setiap murid berkembang sejauh
mungkin untuk mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya
disekolah, mengingat ciri-ciri pribadinya dan tuntunan kehidupan dalam
masyarakat sekarang. (Winkel, 1991:28).

18

Dengan adanya peranan dan bimbingan terserbut diharapkan semua


persoalan yang dihadapi anak didik dapat diantisipasi sedini mungkin.
Menurut Bimo Walgito bimbingan dan konseling di sekolah dapat
dilaksanakan dengan bermacam sifat :
1. Preventif, yaitu bimbingan yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah
jangan sampai timbul kesulitan yang menimpa diri anak atau individu.
2. Korektif, yaitu memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh individu.
3. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah baik,
jangan sampai menjadi keadaan yang tidak baik (Walgito, 1984:26)
Dari uraian tersebut dapat ditarik benang merah bahwa peranan dari
pada bimbingan dan konseling sangat diperlukan oleh siswa dalam rangka
untuk mencapai tujuan dari pada pendidik dan pengajaran.
I. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Dalam rangka mencari data yang valid, maka penelitian ini disusun
dengan rancangan penelitian seefektif dan seefisien mungkin, agar dalam
penulisannya nanti tidak memakan waktu yang terlalu lama dan dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.
Untuk mendapatkan data tentang peranan bimbingan dan konseling,
peneliti menggunakan metode angket yang diberikan siswa yang berisi
pertanyaan-pertanyaan sekitar aktifitas orang tua yang berhubungan dengan
kepribadian anak.

19

Data yang telah diperoleh dengan menggunakan angket kemudian


ditabulasikan dan diletakkan dalam format tabel dengan menggunakan rumus
prosentase (%) yang kemudian disusul dengan beberapa analisis hasil dari
data angket yang telah dicapai.
Namun sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, maka terlebih dahulu
melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Persiapan
Dalam suatu kegiatan, persiapan merupakan unsur-unsur yang
sangat penting. Begitu juga dalam kegiatan penelitian, persiapan
merupakan unsur yang perlu diperhitungkan dengan baik sebab yang baik
akan memperlancar jalannya penelitian.
Sehubungan dengan judul dan rumusan masalah yang telah
disebutkan pada bab terdahulu, maka persiapan dalam melaksanakan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Menyusun rencana
Dalam menyusun rencana ini penulis menetapkan beberapa hal seperti
berikut ini.
1) Judul penelitian
2) Alasan penelitian
3) Problema penelitian
4) Tujuan penelitian
5) Obyek penelitian
6) Metode yang dipergunakan

20

b) Ijin melaksanakan penelitian


c) Mempersiapkan alat pengumpul data yang berhubungan dengan
langkah-langkah orang tua, yakni menyusun instrumen dan angket
dan wawancara.
2) Pelaksanaan
Setelah persiapan dianggap matang, maka tahap selanjutnya adalah
melaksanakan

penelitian.

Dalam

pelaksanaan

tahap

ini

peneliti

mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa


metode, antara lain :
a) Wawancara
b) Angket
c) Dokumentasi
3) Penyelesaian
Setelah kegiatan penelitian selesai, penulis mulai menyusun
langkah-langkah berikutnya, yaitu :
a. Menyusun kerangka laporan hasil penelitian dengan mentabulasikan
dan menganalisis data yang telah diperoleh, yang kemudian
dikonsultasikan kepada Dosen Pembimbing dengan harapan apabila
ada hal-hal yang perlu direvisi, akan segera dilakukan sehingga
memperoleh suatu hasil yang optimal.
b. Laporan yang sudah selesai kemudian akan dipertaruhkan di depan
Dewan Penguji, kemudian hasil penelitian ini digandakan dan
disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait.

21

2. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi
Populasi menurut Sutrisno Hadi adalah semua individu untuk siapa
kenyataan-kenyataan

yang

diperoleh

dari

sampel

yang

hendak

digeneralisasikan. Sedangkan pengertian sampel adalah sebagian individu


yang diselidiki (1994:70).
Sedangkan menurut T. Raka Joni Populasi adalah keseluruhan
individu yang ada, yang pernah dan mungkin ada yang merupakan
sasaran yang sesungguhnya dari pada suatu penyelidikan
Bertolak dari pengertian di atas, maka dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah seluruh siswa MTs. Al-Muhajirin yang
berjumlah 173 orang siswa.
b. Sampel Penelitian
Pengertian mengenai sampel, Suharsimi Arikunto menyatakan
bahwa, Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(1997:177). Selanjutnya Suharsimi menyatakan bahwa :
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari
100 lebih 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya besar
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung
setidaknya dari :
1. Kemampuan peneliti melihat dari segi waktu, tenaga dan dana.

22

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek,


karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk
peneliti yang beresiko besar, hasilnya akan lebih besar
(1992:107).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian ini
mengambil sampel siswa mulai kelas I sampai dengan kelas III. Adapun
jumlah siswa yang penulis jadikan sampel adalah sebagai berikut :
Kelas I

berjumlah 10 siswa

Kelas II

berjumlah 10 siswa

Kelas III

berjumlah 10 siswa

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30


siswa. Adapun Teknik penarikan sampel (sampling) menurut Saifuddin
Azwar ada beberapa macam yaitu :
1. Sampel probabilitas
Sampel probabilitas adalah teknik penarikan sampel di mana
setiap unsur, elemen atau anggota populasi mempunyai peluang yang
sama untuk dipilih menjadi sampel. Beberapa cara teknik penarikan
sampel probabilitas adalah sebagai berikut :
a. Sampling acak sederhana (simple random sampling) adalah proses
penarikan sampel dari populasi memiliki peluang yang sama
untuk ditarik menjadi sampel.

23

b. Sampling berstrata (stratified random sampling) adalah proses


penarikan

sampel

dimana

keadaan

populasi

tidak

sama

(heterogen)
c. Sampling

berkelompok

(cluster

sampling)

adalah

proses

pengambilan sampel dimana keadaan populasi tidak diketahui


secara pasti.
d. Sampling sistematis (systematic random sampling) adalah proses
pengambilan sampel di mana unsur atau anggota pertama saja dari
sampel dipilih acak, sedangkan anggota-anggota berikutnya
dipilih secara sistematis berdasarkan cara tertentu.
2. Sampel Non Probabilitas
Sampel non probabilitas adalah proses penarikan sampel di
mana setiap anggota populasi mendapat kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi sampel.
Macam-macam teknik penarikan sampel non probabilitas sebagai
berikut :
a. Sampling

secara

kebetulan

(accidental

sampling)

adalah

pengambilan sampel dengan cara mengambil siapa saja yang ada


atau kebetulan ada.
b. Sampling secara sengaja (purposive sampling) adalah proses
penarikan sampel atas dasar pertimbangan yang dibutuhkan oleh
peneliti dalam penelitiannya. (1998:87-89)

24

Berdasarkan teori di atas maka penarikan sampel yang dilakukan


oleh peneliti adalah menggunakan teknik penarikan sampel non
probabilitas dengan cara sampling secara sengaja.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan,
sehingga data yang diperoleh itu benar-benar valid, maka dalam setiap
penelitian terlebih dahulu harus menentukan metode apa yang akan dipakai
untuk mendapatkan serta mengumpulkannya. Sebab metode merupakan kunci
keberhasilan dalam suatu penelitian.
Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Angket
Metode angket dapat dilakukan dengan adanya sejumlah pertanyaan
yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
(Arikunto, 1993:188)
Dalam hal ini sumber data yang diberi angket adalah 30 siswa untuk
memperoleh data mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling di MTs
Al-Muhajirin Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota Ambon
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip, agenda dan sebagainya. (Arikunto,
1993:198)

25

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi


adalah untuk memperoleh data tentang MTs Al-Muhajirin terutama data
mengenai jumlah siswa siswa, keadaan tenaga pendidik dan karyawan,
struktur organisasi lembaga, serta sarana dan prasarana yang ada di
lembaga tersebut.
3. Metode Analisis Data
Setelah

mengadakan

serangkaian

kegiatan

(penelitian)

dengan

menggunakan beberapa metode di atas, maka data-data yang terkumpul


dianalisa dengan menggunakan teknik deskriptif. Teknik ini dipergunakan
untuk menganalisa data yang bersifat kualitatif atau data yang tidak dapat
direalisasikan dengan angka. Adapun data yang bersifat kuantitatif akan
dianalisa dengan menggunakan teknik presentase, dimana akan digunakan
rumus sebagai berikut :

F
x 100%
N

Keterangan : P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden (Sudijono, 1987:40)
J. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari sisi skripsi,
yakni suatu gambaran tentang isi skripsi secara keseluruhan dan dari sistematika

26

itulah dapat dijadikan satu arahan bagi pembaca untuk menelaahnya. Secara
berurutan dalam sistematika ini adalah sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
hipotesis penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian,
definisi operasional dan sistematika pembahasan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab kajian pustaka ini dikemukakan tentang pondok pesantren,
akhlaq, serta kajian tentang peranan pondok pesantren dalam
pembinaan akhlaq masyarakat.

BAB III

METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang rancangan penelitian,
populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, dan teknik
pengumpulan data.

BAB IV

HASIL PENELITIAN
Dalam bab hasil penelitian akan dipaparkan tentang penyajian data
yang berkaitan dengan hasil yang didapat di lapangan penelitian, serta
analisis.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


Dalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai
hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-saran yang
sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.

27

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu 1978. Psikologi Pendidikan. Semarang : Rineka Cipta


Ahmadi, Abu dan Achmad Rohani. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
Jakarta : Rineka Ilmu
Anshari, Hafi. 1983. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional
Arifin, M. 1994. Teori Konseling Umum dan Agama, Jakarta : Golden Terayon
Press.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
PT. Rineka Cipta
Depdikbud, 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka
Faisal, Sanafiyah. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar dan Aplikasi, Malang
Hamalik, Oemar, 1990, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung :
Tarsito
Hamalik, Oemar. 1992, Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo
Mapiare, Andi. 1989. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Surabaya :
Usaha Nasional
Poerwadarminta, W.J.S. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka
Partowisastro, Koestoer. 1984. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar, Jakarta
: Erlangga.
Surahmat, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian, Dasar-dasar dan Teknik, Bandung
: Tartito.
Walgito, Bimo. 1989. Bimbingan dan konseling di Sekolah, Yogkayarta : Andi
Offset.
., 2003. Undang-undang RI No. 2 Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Semarang : Tugu Muda.

28

PROPOSAL
PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGGULANGI
KESULITAN BELAJAR SISWA DI MTs. AL-MUHAJIRIN
DESA WAIHERU KECAMATAN BAGUALA
KOTA AMBON

UDIN
Nomor Induk Mahasiswa : 2008-39-077

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2010

29

Anda mungkin juga menyukai