STRIKTUR URETRA
Disusun oleh
FRIANTO ISMAIL
61109037
PEMBIMBING
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk RS
ANAMNESIS
Keluhan utama
Keluhan tambahan
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Urologi RSAL Dr.midiyato Tanjung Pinang dengan keluhan
sulit BAK sejak 4 hari yang lalu, BAK terasa seperti tidak tuntas, megedan jika BAK,
deman (-), mual (-), muntah (-).
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan sama seperti pasien.
Riwayat Alergi :
Alergi obat (-), Alergi makanan seafood (+)
PEMERIKSAAN FISIK
Status general
Keadaan umum
Kesadaran
: E4 V5 M6 = 15 (Composmentis)
Vital sign:
TD
: 160/100 mmHg
HR
: 84x/i
R
T
: 18x/i
: 36, oc
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Genitalia
Normochepal
Conjungtiva Anemis (+/+)
Sklera Ikterik (-/-)
Sekret (+)
Sianosis (-)
Pembesaran KGB (-)
Cardio
BJ I & II (+)
Gallop (-)
Murmur (-)
Pulmo
Vesikuler (+/+)
Ronchi (-/-)
Wheezing (-/-)
Bising usus (+)
Supel (+)
Nyeri tekan (-)
Akral hangat (+)
Oedem (-)
Terpasang kateter (ukuran 10)
Status lokalis
Inspeksi :
- Terpasang kateter ukuran 10
- Urine jernih kekuningan
- Saluran uretra tampak kecil seperti tersumbat
- Tanda inflamasi (-)
Palpasi :
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab Pre OP tanggal 04 Mei 2015
Jenis Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Hasil
Nilai Normal
16,1
P 14 18 gr%
W 13 16 gr %
4000 10000
4 6 juta / mm3
150000 450000
9100
5,1
241000
46
Golongan darah
Perdarahan
Pembekuan
Kimia Klinik
GDS (Sewaktu)
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
O
200
830
112
32
0,6
17
15
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KLINIS:
Retensio Urine
DIAGNOSIS PRIMER:
Striktur Uretra
BPH
DIAGNOSIS SEKUNDER:
Hipertensi
PENATALAKSANAAN
TINDAKAN :
Sachse ( dijadwalkan tanggal 05 Mei 2015 )
P 46 48 %
W 37 43 %
1 2 Menit
2 10 menit
80 120 mg/dl
10 50 mg/dl
0,5 1,5 mg/dl
P: < 37 U/L
W: < 31 U/L
P: < 42 U/L
W: < 32 U/L
TERAPI:
Infus RL 20 tts / menit
Ceftriaxone 2x 1 gr
Tramadol 3x50 mg
Ranitidin 2x50 mg
Ondansetron 2x4 mg
Keterolac 2x30 mg
PEMBAHASAN
Pada pasien varikokel sinistra ini diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik, serta di dukung dengan pemeriksaan penunjang. Kemudian ditentukan
terapi dan tindakan untuk pasien melalui intervensi bedah ligasi tinggi palomo
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra yang disebabkan fibrosis pada dindingnya.
II.
ANATOMI URETRA
Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-buli sampai
orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi. Uretra pria dibagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Uretra posterior dibagi
menjadi uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra anterior dibagi menjadi
meatus uretra, pendulare uretra dan bulbus uretra. Dalam keadaan normal lumen uretra
laki-laki 24 ch, dan wanita 30 ch. Kalau 1 ch = 0,3 mm maka lumen uretra laki-laki 7,2
mm dan wanita 9 mm.
III.
ETIOLOGI
Infeksi
Merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti infeksi
oleh kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika atau non
gonorrhoika telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang
sudah jarang akibat pemakaian antibiotik, kebanyakan striktur ini terletak di pars
membranasea, walaupun juga terdapat pada tempat lain; infeksi chlamidia sekarang
merupakan penyebab utama tapi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
individu yang terinfeksi atau menggunakan kondom.
IV.
PATOFISIOLOGI
Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa pada
uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya terdiri dari
epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna epitelnya skuamosa dan
berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular.
Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis,
artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak sama
dengan semula.
Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra,
sehingga terjadi striktur uretra.
V.
VI.
GEJALA KLINIS
Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan bercabang.
Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria, inkontinensia,
urin yang menetes, kadang-kadang dengan penis yang membengkak, infiltrat, abses dan
fistel. Gejala lebih lanjutnya adalah retensi urine.
VII.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik
A. Anamnesa:
Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga mencari penyebab
striktur uretra.
B. Pemeriksaan fisik dan lokal:
Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba fibrosis di uretra, infiltrat,
striktur adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara memasukkan
bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Dengan
pemeriksaan ini panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk perencanaan
terapi atau operasi.
D. Uretroskopi
Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika diketemukan adanya
striktur langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong jaringan
fibrotik dengan memakai pisau sachse.
VIII.
DIAGNOSIS
Diagnosis striktur uretra dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. Diagnosis pasti
striktur uretra didapat dari pemeriksaan radiologi, tentukan lokasi dan panjang striktur serta
derajat penyempitan dari lumen uretra.
IX.
PENATALAKSANAAN
Striktur uretra tidak dapat dihilangkan dengan jenis obat-obatan apapun. Pasien yang
datang dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi suprapubik untuk
mengeluarkan urin, jika dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian
antibiotika. Pengobatan striktur uretra banyak pilihan dan bervariasi tergantung panjang
dan lokasi dari striktur, serta derajat penyempitan lumen uretra.
Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktur uretra adalah:
Bougie (Dilatasi)
Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien dan periksa adanya
glukosa dan protein dalam urin.
Tersedia beberapa jenis bougie. Bougie bengkok merupakan satu batang logam yang
ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria; bougie lurus, yang juga terbuat dari
logam, mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya hanya sedikit melengkung; bougie
filiformis mempunyai diameter yang lebih kecil dan terbuat dari bahan yang lebih lunak.
Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah pengobatan dengan
antibiotik, yang diteruskan selama 3 hari. Bersihkan glans penis dan meatus uretra dengan
cermat dan persiapkan kulit dengan antiseptik yang lembut. Masukkan gel lidokain ke
dalam uretra dan dipertahankan selama 5 menit. Tutupi pasien dengan sebuah duk lubang
untuk mengisolasi penis.
Apabila striktur sangat tidak teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah bougie
filiformis; biarkan bougie
di
dalam
teruskan
uretra
dan
memasukkan
bougie
filiformis
sampai
bougie
lain
dapat
Kemudian
bougie
lurus (Gbr.3E).
Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau lurus ukuran
sedang dan secara bertahap dinaikkan ukurannya.
Dilatasi dengan bougie logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang kasar
tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada akhirnya
menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter yang bertugas di
pusat kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan baik untuk memasukkan bougie.
Penyulit dapat mencakup trauma dengan perdarahan dan bahkan dengan pembentukan
jalan yang salah (false passage). Perkecil kemungkinan terjadinya bakteremi, septikemi,
dan syok septic dengan tindakan asepsis dan dengan penggunaan antibiotik.
Dilatasi
uretra
pada
pasien
pria
dengan
sebuah
bougie
bengkok (H-J).
Uretrotomi interna
Tindakan ini dilakukan
dengan
uretra
anterior
terutama
bagian distal dari pendulans uretra dan fossa navicularis, otis uretrotomi juga dilakukan
pada wanita dengan striktur uretra.
Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse adalah striktur uretra
anterior atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih dari 2 cm
serta tidak ada fistel, kateter dipasang selama 2-3 hari pasca tindakan. Setelah pasien
dipulangkan, pasien harus kontrol tiap minggu selama 1 bulan kemudian 2 minggu sekali
selama 6 bulan dan tiap 6 bulan sekali seumur hidup. Pada waktu kontrol dilakukan
Cara
banyak
Stadium I,
jaringan fibrotik.
daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan
sedikit
dijahit ke
selama 5Stadium
7 hari.
II, beberapa bulan kemudian bila daerah
striktur
dengan
dengan
pasca
Uretrotomi
macam,
pada
dengan
kulit
pedikel graft yaitu dibuat tabung uretra baru dari kulit preputium/kulit penis dengan
menyertakan pembuluh darahnya.
X.
KOMPLIKASI
Trabekulasi, sakulasi dan divertikel
Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka otot kalau
diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat kemudian akan
melemah. Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akan menebal terjadi
trabekulasi pada fase kompensasi, setelah itu pada fase dekompensasi timbul sakulasi dan
divertikel. Perbedaan antara sakulasi dan divertikel adalah penonjolan mukosa buli pada
sakulasi masih di dalam otot buli sedangkan divertikel menonjol di luar buli-buli, jadi
divertikel buli-buli adalah tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa dinding otot.
Residu urine
Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak timbul residu.
Pada fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalah keadaan dimana setelah
kencing masih ada urine dalam kandung kencing. Dalam keadaan normal residu ini tidak
ada.
Refluks vesiko ureteral
Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-buli melalui
uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika yang meninggi maka akan
terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli akan masuk kembali ke ureter
maupun kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya.
Infiltrat urine, abses dan fistulasi
Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi maka bisa timbul
inhibisi urine keluar buli-buli atau uretra proksimal dari striktur. Urine yang terinfeksi
keluar dari buli-buli atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat urine, kalau tidak
diobati infiltrat urine akan timbul abses, abses pecah timbul fistula di supra pubis atau
uretra proksimal dari striktur.
XI.
PROGNOSIS
Striktur uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani pemeriksaan yang
teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah dilakukan observasi selama
satu tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Striktur Uretra, dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.
Cook J, Sankaran B, Wasunna A.E.O. Uretra Pria, dalam: Penatalaksanaan Bedah Umum
Rochani. Striktur Urethra, dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Binarupa Aksara, Jakarta, 1995. Hal; 152156.