Anda di halaman 1dari 53

Ilmu Ukur Tanah

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Mengingat permukaan bumi sebagai landasan atau alas suatu
bangunan atau konstruksi, tidak rata dan bergelombang serta melengkung
sesuai dengan kondisi bumi yang bulat, maka diperlukan suatu system atau
cara untuk dapat menggambarkannya dalam bidang datar.
Semua perencanaan proyek baik yang berskala kecil maupun besar
seperti pembangunan gedung, jalan raya, jembatan, pelabuhan, dan
bandara, bendungan dan saluran pengairan memerlukan pengukuran
mendatar untuk mendapatkan bayangan tentang situasi lapangan sebelum
pelaksanaan

suatu

pengetahuan

tentang

proyek
Ilmu

tersebut.
Ukur

Untuk

Tanah

itu

yaitu

diperlukan

suatu

ilmu

suatu
tentang

pengukuran pada permukaan bumi. Data yang didapat dari suatu


pengukuran

di

lapangan

kemudian

diselesaikan

secara

matematik,

kemudian digambarkan dalam bentuk peta.


Untuk itu dalam pelaksanaan praktikum ini mahasiswa teknik sipil
untuk dapat mempergunakan serta mengetahui dengan jelas manfaat dan
fungsi alat ukur yang digunakan dan dapat menggunakannya lagi kelak jika
ia turun kelapangan pekerjaan. Selain itu merupakan syarat mutlak bagi
mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah Ilmu Ukur Tanah.

I.2. Maksud dan Tujuan


Praktikum
praktikan

ini

khususnya

dilaksanakan
mahasiswa

dengan
teknik

maksud
sipil

untuk

dalam

melatih

melakukan

pengukuran, pengambilan data, pengolahan data dan menggambarkannya


Kelompok XXIX

Ilmu Ukur Tanah


di atas kertas serta menyusunnya dalam sebuah laporan praktikum. Selain
itu praktikum ini juga dilaksanakan untuk memperkenalkan kepada
mahasiswa bentuk kerja lapangan serta melatih dalam menyelesaiakan
perhitungan hasil pengukuran.
Adapun pelaksanaan praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mempunyai
beberapa tujuan, yaitu :
a. Tujuan Umum
Adalah untuk mengenal dan mengetahui serta dapat menggunakan
alat-alat ukur tanah yang digunakan selama praktikum.
b. Tujuan khusus
Adalah untuk menentukan titik-titik koordinat yang diukur sudut
jurusannya dan jaraknya kemudian menentukan beda tinggi antara
suatu

titik

dengan

titik

yang lainnya,

selanjutnya

melakukan

penggambaran.

I.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Untuk alat ukur waterpass praktikum dilaksanakan pada tanggal 17
Juli 2003, pada pukul 09.00 14.00 Wita, bertempat di Jalan Universitas
Hasanuddin.
Untuk alat ukur theodolith praktikum dilaksanakan pada tanggal
18-19 Juli 2003, pada pukul 09.00-14.00 Wita, bertempat di Pelataran
Parkir Rektorat.

I.4. Kelompok Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan oleh kelompok XXXII yang terdiri dari:
1.

Kelompok XXIX

Ilmu Ukur Tanah

BAB II
TEORI DASAR

II.1. Teori
II.1.1. Pengertian Poligon
Poligon adalah rangkaian garis khayal di atas permukaan bumi yang
merupakan garis lurus yang menghubungkan titik-titik dan merupakan
objek pengukuran.

Adapun bentuk-bentuk poligon yaitu :


1. Poligon terbuka yang terdiri atas tiga bagian, yakni :
a) Poligon lepas
Apabila hanya ada satu titik yang diketahui koordinatnya.
2

1(x1,y1)

b) Poligon terikat
Kelompok XXIX

Ilmu Ukur Tanah


Apabila titik awal dan titik akhir diketahui koordinatnya.
2

1(x1,y1)

6(x1,y1)

c) Poligon terikat sempurna


Apabila dua titik pada awal dan akhir yang diketahui koordinatnya.
2(x2,y2)

4(x4,y4)

1(x1,y1)

6(x1,y1)

2. Poligon tertutup
Yakni pada bentuk geometri poligon ini sesungguhnya sama saja pada
poligon terbuka, hanya titik akhirnya juga merupakan titik awal dari poligon
tersebut.

P2

Kelompok XXIX

P3

P4

P5

Ilmu Ukur Tanah


P1

P6
P10

P9

P8

P7

= sudut luar
= sudut dalam

Untuk proyeksi horizontal diketahui bahwa jumlah d sin sama


dengan selisih koordinat titik akhir dengan ordinat titik awal poligon. Jadi
dapat disimpulkan tiga syarat geometri poligon yaitu :
1.

Jumlah sudut yang diukur

= ( akhir awal ) + n . 180 + f

2.

Jumlah d sin

= Xakhir Xawal

3.

Jumlah d cos

= Yakhir - Yawal

Umumnya hasil pengukuran dan jarak titik memenuhi tiga syarat di


atas maka diperoleh :
1. Sudut yang diukur

= ( akhir awal ) + n . 180 + f

2. d sin

= ( Xakhir Xawal ) + fx

3. d cos

= ( Yakhir Yawal ) + fy

Di mana :
f = kesalahan pada sudut yang diukur
fx = kesalahan pada proyeksi sumbu x
fy = kesalaham pada proyeksi sumbu y
Kesalahan f tidak dapat dibagi habis dengan banyaknya sudut maka
sisa koreksi sudut dibagikan atau diberikan kepada sudut poligon
terpendek, karena pengukuran sudut pada titik itu kurang teliti disebabkan
oleh besarnya bayangan titik-titik ujung kaki yang terpendek sehingga
Kelompok XXIX

Ilmu Ukur Tanah


mengarahkan garis bidik ke titik tengah bayangan dan menjadi sulit dan
kurang tepat.

II.1.2. Pengukuran Poligon


Ada dua macam pengukuran yang dilakukan padapoligon dalam
Ilmu Ukur Tanah yaitu :
a. Pengukuran jarak mendatar
b. Pengukuran sudut mendatar
Pengukuran pada jarak mendatar dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan menggunakan pita ukur (rool meter ) dan dengan pembacaan
benang pada theodolit untuk mengetahui jarak optis.
Untuk tanah yang miring menggunakan jarak. Misalnya jarak AB
dilakukan dengan menbagi jarak AB atas beberapa bagian atau titik Bantu.
Setelah skala dinolkan pada titik A, pita ukur ditarik lurus mendatar ke
titik bantu pertama untuk mengetahui skala pembacaan pita ukur di atas
titik pertama dan untuk itu dapat digunakan bantuan unting-unting.
Dengan cara yang sama untuk jarak d1, d2, d3, ,dn.

D1
A

D2

Kelompok XXIX

Ilmu Ukur Tanah


D3

D4

Pengertian sudut mendatar adalah selisih dua arah yang berlainan.


Dalam Ilmu Ukur Tanah dikenal dua macam sudut mendatar / sudut
horizontal yaitu :
a. Sudut arah ()
Yaitu selisih antara arah A dan arah B
A

=A-B

b.

Sudut jurusan ( ) = azimuth


Yaitu sudut yang terbentuk berdasarkan salib sumbu Y atau yang
terbentuk dari arah utara ( U ).

Kelompok XXIX

Ilmu Ukur Tanah


Y

Hubungan sudut sisi poligon

Y
P
YAP

XAP
X

XAP

AP = arc tg

YAP
Y
COS

SIN

X
( dAB )2

Kelompok XXIX

= (XB XA ) + ( YB YA )2

Ilmu Ukur Tanah


(X)

= ( XB XA ) = dAB . sin

(Y)

= ( YB YA ) = dAB . cos

hubungan antara sudut arah dan sudut jurusan ( dan )


OA = 1
OB = 1 + 1
OC = 1 + 1 + 2
OA = 1
AO = 1 + 1800
= 3600 ( 1 + 1800 )
= 1800 1
AB = 1 2
= 1 ( 1800 1 )
= 1 + 1 - 1800

Kelompok XXIX

Ilmu Ukur Tanah

II.2. Metodologi Pelaksanaan


II.2.1. Alat dan Bahan
Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum ilmu ukur
tanah ini adalah sebagai berikut :
A. Sistem Theodolit
Theodolit
Alat ini berfungsi sebagai alat utama yang digunakan untuk
mengukur sudut horisontal dan sudut vertikal terhadap bidang dan
jarak antara satu titik dengan titik yang lainnya.
Statif ( kaki tiga )
Alat ini sebagai tempat meletakkan theodolit, dimana pada ketiga
kakinya dilengkapi dengan sekrup penyetel untuk mengatur tinggi
rendahnya pesawat.
Bak ukur
Alat ini sebagai bak pembacaan jarak atau ketinggian suatu titik yang
dapat dibaca melalui theodolit yaitu pada pembacaan benang.
Rool meter
Alat ini digunakan untuk mengukur jarak antara dua titik secara
langsung.
Patok
Digunakan sebagai tanda dimana bak ukur atau pesawat akan
ditempatkan pada saat pengukuran.
Payung
Digunakan untuk melindungi alat ukur, dalam hal ini theodolit dari
pengaruh panas dan hujan.
Parang
Kelompok XXIX

10

Ilmu Ukur Tanah


Untuk menghilangkan rintangan, baik berupa semak-semak atau
tanaman yang menghalangi penglihatan.
Spidol
Digunakan untukmemberi nomor pada patok-patok
yang akan diukur.
Tabel lapangan
Digunakan untuk mencatat data selama pengukuran di lapangan.
B. Sistem Waterpass

Waterpass
Digunakan untuk mengukur beda tinggi suatu titik dengan titik untuk
menetukan besar sudut antara kedua titik tersebut.

Statif (kaki tiga )


Sebagai tempat meletakkan Waterpas selama pengukuran.

Unting-unting
Menunjukkan kedudukan vertikal dari pesawat terhadap suatu titik.

Bak ukur
Sebagai mistar untuk menunjukkan ketinggian suatu titik yang dibaca
melalui waterpass.

Patok
Tanda sebuah titik tempat bak ukur dan pesawat diletakkan.

Payung
Melindungi pesawat dari panas matahari atau hujan sehingga nivo
pesawat tidak terpengaruh.

Kompas
Menentukan arah utara.

Parang
Membersihkan rintangan baik yang berupa semak-semak, pohon atau
tanaman yang menghalangi didalam pengukuran.

Kelompok XXIX

11

Ilmu Ukur Tanah


II.2.2. Persiapan dan Pelaksanaan Dalam Pengukuran
Tata cara penggunaan peralatan praktikum mengikuti tahap-tahap
sebagai berikut :
A. Sistem Theodolit
Prosedur dan cara pengukuran di lapangan :
1.

Penentuan

lokasi

pengukuran,

kemudian

menentukan

tempat

dimulainya pengukuran yang disebut P0.


2.

Pemasangan patok dengan jarak 30-50 meter atau disesuaikan dengan


lokasi pengukuran. Lakukan sampai membentuk poligon tertutup.

3.

Pasang

statif

kuat-kuat

tepat

di

atas

patok,

usahakan

agar

permukaan statif menjadi datar.


4.

Pasang alat ukur theodolit di atas statif tepat di atas piringan lalu
keraskan dengan sekrup pengencang agar tidak bergerak selama
pengukuran. Namun sebelumnya ukurlah besar sudut yang dibentuk
terhadap arah utara pada patok awal.

5.

Pasang unting-unting pada sekrup pengencang.

6.

Perhatikan ujung unting-unting, bila masih menyimpang dari patok


poligon, longgarkan sekrup statif dan geserlah pesawat sehingga tepat
di atas paku.

7.

Aturlah nivo tabung dengan menggunakan sekrup penyetel pada alat,


sebelumnya aturlah kedudukan kaki tiga.

8.

Siap melakukan pembacaan.

9.

Ukurlah tinggi pesawat pada setiap patok.

10.

Dengan jarak tertentu, lakukanlah pengukuran dengan jarak detail,


usahakan membidik tempat yang srategis.

11.

Selama berlangsungnya pengukuran, lindungilah alat dari sengatan


sinar matahari.

Pengoperasian alat theodolit :


Kelompok XXIX

12

Ilmu Ukur Tanah


1) Buka semua kunci alat baik vertikal maupun horisontal lalu arahkan
teropong pada patok belakang, dengan jalan sebagai sasaran.
2) Putarlah cincin pengontrol sudut alat dengan sudut putaran tepat
pada titik nol alat, stel pengatur halus sehingga sasaran tepat pada
titik nol.
3) Kencangkan kunci hoprisontal, stel toropong sedapat mungkin tidak
melampaui panjang jalan atau bak ukur.
4) Buka kunci horisontal lalu arahkan teropong pada patok depan
dengan membidik bak ukur. Setelah mengenai sasaran, kencangkan
kunci horisontal dan vertikalnya.
5) Stel okuler teropong sehingga okuler menjadi jelas.
6) Bacalah benang atas, tengah dan bawah serta sudut horisontal.
7) Putarlah tombol penilikan sudut vertikal dan baca besarnya.
8) Ulangi langkah-langkah seperti di ataspada setiap patok sampai patok
yang terakhir.

B. Sistem Waterpass
Pengukuran profil memanjang :
1.

Pemasangan patok pada jarak 40 meter tiap-tiap patok sebanyak 6


buah.

2.

Letakkan pesawat di tengah jarak antara kedua patok tersebut, hal ini
bertujuan

untuk

mjenghindari

kesalahan

kesalahan

akibat

kelengkungan.
3.

Mengatur pesawat waterpass dengan tahap-tahap sebagai berikut :

Meletakkan pesawat di atas statif dan mengakukan kedudukan


pesawat di atas penopang statif dan menguncinya agar tidak
goyang pada saat teropong diputar.

Kelompok XXIX

13

Ilmu Ukur Tanah

Statif dipasang dengan menyetel kakinya. Perhatikan gelembung


nivo di pesawat, apabila nivo sudah berada di tengah-tengah
lingkaran berarti pesawat siap digunakan.

4. Meletakkan bak ukur di atas patok, kedudukannya diusahakan


vertikal dari segala arah.
5. Mengarahkan pesawat ke patok utama yaitu Po selanjutnya disebut
pembacaan belakang, maka akan terlihat pada teropong pembacaan
benang atas, tengah dan bawah. Apabila angkanya belum jelas atur
fokusnya dengan memutar tombol fokus.
6. Dengan tidak merubah kedudukan pesawat, pesawat diarahkan ke
patok berikutnya P1 sebagai pembacaan muka dan mulai lagi dengan
pembacaan atas, tengah dan bawah.
7. Melakukan langkah 2-6 bertu-turut dari P0 sampai patok terakhir yang
disebut pengukuran pergi dam melakukan pengukuran kembali dari
patok terakhir sampai patok P0 yang disebut pengukuran pulang.

Pengukuran Profil Melintang :


1. Pesawat diletakkan pada patok utama dan diseimbangkan kedudukan
nivonya seperti pada pengukuran profil memanjang.
2. Setelah nivo seimbang, mencatat tinggi pesawat.
3. Mencari

sudut

setiap

patok

terhadap

patok

sesudahnya

dan

sebelumnya dengan membidik patok sebelumnya, dan memutar posisi


sudut 00 lalu membidik patok sesudahnya, kemudian mencatat besar
sudut yang terbaca pada pesawat.
4. Meletakkan bak ukur pada garis yang membagi sudut ketiga patok
tersebut. Misalnya jika pesawat diletakkan pada P1, maka sudut
tersebut adalah P0P1P2.
5. Mengarahkan teropong ke bak ukur dan mulai melakukan pembacaan
benang atas, tengah dan bawah.
Kelompok XXIX

14

Ilmu Ukur Tanah


6. Mengambil titik detail pada garis tersebut dengan jumlah dan jarak
tertentu sesuaidengan petunjuk asisten. Titik detail diambil pada arah
kiri dan kanan pesawat.
7. Pengukuran dilakukan pada tiap patok dan dimulai dari P 0 sampai
patok yang paling akhir.
8. Mencatat semua data yang diperoleh pada tabel lapangan.

Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam pengukuran :


1) Kesalahan Besar
Kesalahan ini terjadi karena kurang hati-hati dalam pengukuran,
kurang pengalaman dan kurang pengetahuan. Bila terjadi kesalahan
besar maka pengukuran harus diulang. Kesalahan ini terjadi bila
kesalahan jauh lebih besar dari toleransi yang diizinkan.
2) Kesalahan Sistematis
Umumnya

terjadi

karena

kasalahan alat

ukur.

Hal ini

dapat

dihilangkan dengan cara memberikan koreksi pada hasil pengukuran.


3) Kesalahan Tak Terduga
Kasalahan ini diakibatkan oleh hal-hal yang tak dapat diperiksa.
Kasalahan ini kecil kemungkinannya untuk terjadi. Kesalahan ini
dapat

dibuat

sekecil

mungkin

dengan

melakukan

pengukuran

beberapa kali dan mengambil rata-ratanya.

Sumber-sumber kasalahan :
1.

Kesalahan pada alat yang digunakan


Kesalahan ini berhubungan dengan syarat utama dari pengukuran.
Kesalahan ini terjadi bila :
a.

Garis bidik tidak sejajar garis nivo.

b. Garis nol pada bak ukur tidak berhimpit dengan alasnya.


Kelompok XXIX

15

Ilmu Ukur Tanah


c. Kesalahan nivo kotak dan nivo tabung.
2.

Kesalahan akibat keadaan alam


Kesalahan ini terjadi akibat :

3.

kelengkungan permukaan bumi.

4.

melengkungnya sinar.

5.

Perubahan arah garis nivo.


a.

Kesalahan pengukur
Kesalahan ini dapat terjadi karena kejenuhan dan kelelahan
pengukur, kurang pengalaman atau

kurang menguasai cara

pembacaan pada bak ukur atau pada pesawat.

BAB III
ANALISIS DATA DAN FORMULA
Kelompok XXIX

16

Ilmu Ukur Tanah

III.1. Data Lapangan


(Terlampir)

III.2. Rumus Yang Digunakan Dan Pembuktiannya


III.2.1. Rumus Yang Dugunakan
a. Sistem theodolit
1.

Pengukuran sudut dalam / luar ( )


Untuk sudut dalam : = (n 2 ) . 180
Untuk sudut luar

: = ( n + 2 ) . 1800

dimana n = banyaknya sudut polygon

2.

Perhitungan sudut dalam dan sudut luar


= . ( 1 + 2 )

3.

Perhitungan jumlah kesalahan terkoreksi


K = [ ( n 2 ) . 1800 ]
Dimana :
K = jumlah kesalahan sudut horizontal
n = jumlah titik pengamatan
= ( n + 2 ) untuk sudut luar
= ( n 2 ) untuk sudut dalam
= ( n 2 ) . 1800 adalah sudut teroptis

4.

Perhitungan koreksi sudut horizontal


=

Kelompok XXIX

17

Ilmu Ukur Tanah


n
5.

Perhitungan azimuth benar (

n + 1 = n 1 + - 1800
dimana :

6.

n + 1

= azimuth benar dua titik yang ditinjau

n 1

= azimuth benar titik sebelumnya

= sudut horizontal titik yang ditinjau

= koreksi sudut horizontal

Perhitungan jarak horizontal ( Dx )


a. Perhitungan jarak proyeksi (Dp )
Dp = Do . cos

Dimana :
Dp = jarak proyeksi ( m )
Do = jarak optis ( Ba Bb )

= sudut lereng (90 sudut vertical )

b. perhitungan jarak horizontal ( Dx )


Dxn = Dp . sin

Dimana :
Dxn = jarak horizontal pada jarak yang ditinjau

= azimuth benar

c. perhitungan jarak vertical ( Dy )


Kelompok XXIX

18

Ilmu Ukur Tanah


Dyn = Dp . cos

Dimana :
Dyn = jarak vertical pada jarak yang ditinjau

7.

Perhitungan koreksi jarak (

D )

a. perhitungan koreksi jarak horizontal (

Dx )

Dpn

Dxn =

Dx
Dp

Dimana :

Dxn = Koreksi jarak horizontal (m )


b. Perhitungan koreksi jarak vertical (

Dy )

Dpn

Dyn =

Dy
Dp

Dimana :

Dyn = koreksi jarak vertical (m )

8.

Perhitungan koreksi linear (


2

1 )
2

[ ( Dx ) + ( Dy ) ]

1 =
Kelompok XXIX

19

Ilmu Ukur Tanah


Dp

9.

Perhitungan koordinat titik ( Xn dan Yn )


Xn = Xn-1 + Dxn 1 +

Dxn 1

Yn = Yn 1 + Dyn 1 +

10.

Dyn 1

Perhitungan elevasi / tinggi titik ( H )


a. Perhitungan beda tinggi ( H )
H = tinggi pesawat + D0 . sin

Bz tinggi patok

b. Perhitungan koreksi pada beda tinggi (

H =
c.

Jumlah koreksi + jarak koreksi

n
Perhitungan tinggi titik ( H )
Hn = Hn +1 + Hn 1 +

11.

H )

Perhitungan luas areal ( L )


L=

( Xn Yn+1 ) ( Yn Xn+1 )

Dimana :
L = luas areal ( Ha )
X = koordinat titik terhadap sumbu X
Y = koordinat titik terhadap sumbu Y

12.

Perhitungan elevasi / tinggi titik ( H )


a. Perhitungan beda tinggi ( H )
H = Tps + 50 ( Ba Bb ) sin 20 Bt tp

Kelompok XXIX

20

Ilmu Ukur Tanah


Dimana :
Tps = tinggi pesawat
Bt = benang tengah
Tp = tinggi patok
b.

Perhitungan koreksi beda tinggi ( H )


Jumlah koreksi + jarak koreksi

H =
n
c.

Perhitungan tinggi titik ( Hn )


Hn = H n 1

d.

Hn 1 H

Perhitungan tinggi titik detail ( H


Hdet = Hn

det

Hdet

c. Sistem Waterpass
1. Jarak optis
D = (Ba Bb) . 100
Dimana :
D = jarak optis (m)
Ba= benang atas (m)
Bb= benang bawah (m)
2. Jarak optis rata-rata
Dr =

( Dpergi + Dpulang )

Dimana :
Dr = jarak optis rata-rata
Kelompok XXIX

21

Ilmu Ukur Tanah


D = jarak optis
3. Beda tinggi patok utama
H = Btb -Btm
Dimana :
H

= Beda tinggi (m)

Btb = benang tengah belakang (m)


Btm= benang tengah muka (m )
4. Beda tinggi rata-rata patok utama
H=

( Hpergi + Hpulang )

Dimana :
H = beda tinggi rata-rata (m )
H = beda tinggi patok utama (m )
5. Beda tinggi detail
Hdet = Hps - Btdet
Dimana :
Hdet = beda tinggi detail ( m )
Hps = tinggi pesawat ( m )
Btdet= benang tengah detail ( m )
6. Kesalahan dan toleransi kesalahan
Kesalahan = Hpergi ( tot )
Toleransi

= 10. D

Hpulang ( tot )

D = jarak keseluruhan (km ), toleransi (mm )


7. Koreksi beda tinggi
Hpergi ( tot )
Kelompok XXIX

Hpulang (tot )
22

Ilmu Ukur Tanah


Koreksi =
n1

dimana :
Koreksi

=(m)

H (tot )

= Jumlah beda tinggi ( m )

= Jumlah patok berdiri

8. Tinggi patok utama


Hn 1 = Hn Hpulang koreksi
Hn

= Hn 1 + Hpergi + koreksi

Dimana :
Hn 1

= tinggi patok sebelum patok n ( m )

Hn

= tinggi patok n ( m )

Koreksi

=(m)

9. Tinggi detail
Hdet = Hn

Hdet

Dimana :
Hdet

= Tinggi titik detail ( m )

Hn

= Tinggi patok utama ( m )

Hdet

= beda tinggi detail ( m )

10. Tinggi Vizier


Tv = Hn + Hps. n
Dimana :
Tv

Kelompok XXIX

= tinggi vizier ( m )

23

Ilmu Ukur Tanah


Hn

= tinggi patok n ( m )

Hps . n = tinggi pesawat pada patok n ( m )


11. Prosentase kemiringan patok utama

Q=

Hn H n 1
D

Dimana :
Q

= Prosentase kemiringan patok utama ( % )

Hn

= tinggi patok n ( m )

= jarak ukur antara patok n dengan patok n 1

Hn 1 = tinggi patok sebelum patok n ( m )


12. Prosentase kemiringan detail
( H m Hn )
Km-n =
Dimana :

. 100%
Dd

Km-n = prosentase kemiringan detail m dan n


Hm,n = tinggi detail m atau n
Dd = jarak optis detail m atau n
III.2.2. Pembuktian Rumus
1. Jarak Optis
2

Dp = d . cos
Dimana :
d = jarak optis = 100 . ( Ba Bb )
Kelompok XXIX

24

Ilmu Ukur Tanah


Bukti jarak optis

Ba
Foby
Bt

Bb

D= A-D ; diabaikan karena sangat kecil. Jika disbanding dengan D,


jadi: D = D
Maka:
D : Foby = I : P
D=

. . . . . . . perbandingan segitiga

Foby
. I (pada alat)
P

P = 0,01 . Foby
I = Ba Bb
D =

Foby
.i
P
Foby

= 0,01.Foby . (Ba-Bb)
= (Ba Bb) . 100 ..(Terbukti)

Dari gambar tersebut di atas d dapat dicari dengan menggunakan


dua persamaan yang mempunyai titik api lensa obyektif, f ob yang
sebangun, maka :
d : fob = i : p
fob
d =

.i
p

Kelompok XXIX

25

Ilmu Ukur Tanah

Jadi :
fob
d=

+ ( s + fob )

p
nilai :
B=

f ob
= 100 ( konstanta alat pabrik )
p

A = s + fob , pada alat sangat kecil

A=0

Sehingga :
d = Bi + A =100i
i = ( Ba Bb )
Dimana :
l = Ba (A) Bb (B)
d = jarak miring ( optis ) = 100 . l
cos =

l'
sehingga l = l . cos
l

sehingga :
D = d.cos
= 100.l.cos
= 100. l cos . cos
= 100 ( A B ) cos2

(jarak proyeksi)

Bukti Jarak Horisontal


Dxn = D . sinn
y

p(n+1)
n

Kelompok XXIX

D
26

Ilmu Ukur Tanah


x
Dxn
Sin n =

Dxn
D

jadi : Dxn = D . sin n (terbukti)

Bukti Jarak Vertikal


Dyn = D . cos n
y
cos n =

Dyn
D

jadi :
Dyn = D . cos n (terbukti)

Kelompok XXIX

27

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

28

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

29

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

30

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

31

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

32

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

33

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

34

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

35

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

36

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

37

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

38

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

39

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

40

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

41

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

42

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

43

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

44

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

45

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

46

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

47

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

48

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

49

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

50

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

51

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

52

Ilmu Ukur Tanah

Kelompok XXIX

53

Anda mungkin juga menyukai