IMUNISASI
1.1 Definisi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa,
tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan,
yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang
diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh tubuh itu sendiri. Contohnya adalah
kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah
pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena
akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG 28 hari, sedangkan waktu paruh
immunoglobulin lainnya lebih pendek. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat
oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan
secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif
karena adanya memori imunologik.
1.4 Penyimpanan
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan
potensinya. Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus
didinginkan pada temperature 2-80 C dan tidak membeku. Secara umum ada 2 jenis
vaksin yaitu vaksin hidup (polio oral, BCG, campak, MMR, varisella dan demam
kuning) dan vaksi mati atau inaktif (DPT,Hib, pneimokokus, Typhoid, influenza, polio
inaktif, meningokokus).
Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2 s/d +8 0C vaksin
hidup akan cepat mati, vaksin polio hanya bertahan 2 hari, vaksin BCG dan campak
yang belum dilarutkan mati dalam 7 hari. Vaksin hidup potensinya masih tetap baik
pada suhu kurang dari 20 C s/d beku. Vaksin polio oral yang belum dibuka lebih
bertahan lama (2tahun) bila disimpan pada suhu -25 0 C s/d -150 C, namun hanya
bertahan 6 bulan pada suhu +20 C s/d +80 C. vaksin BCG dan campak berbeda,
walaupun disimpan pada suhu -250 C s/d -150 C, umur vaksin tidak lebih lama dari
suhu +20 C s/d +80 C, yaitu BCG tetap 1 tahun dan campak tetap 2 tahun. Oleh karena
itu vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan tidak perlu disimpan di -25 0 C s/d
-150 C atau di dalam freezer.
Vaksin inaktif (mati) sebaiknya disimpan dalam suhu +20 C s/d +80 C juga,
pada suhu dibawah +20 C (beku) vaksin mati akan cepat rusak. Bila beku dalam suhu
-0,50 C vaksin hepatitis B dan DPT-Hepatitis B (kombo) akan rusak dalam jam,
tetapi dalam suhu diatas 80 C vaksin Hepatitis B bias bertahan sampai 30 hari, DPTHepatitis B kombinasi sampai 14 hari. Dibekukan dalam suhu -5 0 C s/d -100 C vaksin
DPT, DT dan TT akan rusak dalam 1,5 s/d 2 jam, tetapi bias bertahan sampai 14 hari
dalam suhu diatas 80 C.
1.5 Teknik dan ukuran jarum
Pada tiap suntikan harus digunakan tabung suntikan dan jarum baru, sekali
pakai dan steril. Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis, karena
resiko infeksi. Apabila memakai botol multidosis maka jarum suntik yang telah
digunakan menyuntik tidak boleh dipakai lagi mengambil vaksin.
Standar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 25 mm, tetapi ada
perkecualian lain dalam beberapa hal seperti berikut :
-
Pada bayi-bayi kurang bulan, umur dua bulan atau yang lebih muda dan bayibayi kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran 26 dengan panjang 16
mm.
Untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dipakai jarum ukuran 25 dengan
panjang 16mm, untuk bayi-bayi kecil dipakai jarum ukuran 27 dengan panjang
12 mm.
Untuk suntikan intramuscular pada oaring dewasa yang sangat gemuk (obese)
diapakai jarum ukuran 23 dengan panjang 38 mm.
Untuk suntikan untradermal pada vaksinasi BCG dipakai jarum ukuran 25-27
dengan panjang 10 mm.
sehingga pada vaksinasi dengan suntikan intramuscular di daerah gluteal dengan tidak
disengaja menghasilkan suntikan subkutan dengan reaksi local yang lebih berat.
Vaksinasi hepatitis B dan rabies bila disuntikkan di daerah gluteal kurang
imunogenik; hal ini berlaku untuk semua umur. Sedangkan untuk vaksin BCG, harus
disuntik pada kulit diatas insersi otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan-suntikan
diatas puncak pundak memeberi resiko terjadinya keloid.
1.8 Posisi anak dan lokasi suntikan
Alasan memilih otot vastus lateralis pada bayi dan anak umur di bawahh 12
bulan adalah:
-
Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan
secara adekuat.
Menghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.
Letakkan bayi di atas tempat tidur atau meja, bayi ditidurkan terlentang.
Cari trochanter mayor femur dan condylus lateralis dengan cara palpasi, tarik
garis yang menghubungkan kedua tempat tersebut. Tempat suntikan vaksin
ialah batas sepertiga bagian atas dan tengah pada garis tersebut (bila tungkai
bawah sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh tractus iliotibialis
menyebabkan garis bagian distal lebih jelas)
Supaya vaksin yang disuntikkan masuk ke dalam otot pada batas antara
sepertiga bagian atas dan tengah, jarumditusukkan satu jari diatas batas
tersebut.
Posisi seorang anak yang paling nyaman untuk suntikkan di daerah deltoid
ialah duduk diatas pangkuan ibu atau pengasuhnya.
Lokasi deltoid yang benar adalah penting supaya vaksinasi berlangsung aman
dan berhasil.
Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar dan
meningkatkan resiko penetrasi saraf.
Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik, membuka lengan atas dari
pundak ke siku. Lokasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu separuh antara
akromion dan insersi pada tengah humerus. Jarum suntik ditusukkan membuat sudut
450-600 mengarah pada akromion. Bila bagian bawah deltoid yang disuntik, ada resiko
trauma saraf radialis karena saraf tersebut melingkar dan muncul dari otot trisep.
Perhatian untuk suntikan subkutan
-
Gambar 5. Lokasi Penyuntikan Subkutan Pada Bayi (a) dan Anak Besar (b)
Perhatian untuk penyuntikan intramuscular
-
Tekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat jaruum
ditusukkan.
Gambar 6. Lokasi Penyuntikan intramuscular Pada Bayi (a) dan Anak Besar (b)
1.9 Pemberian dua atau lebih vaksin pada hari yang sama
Pemberian vaksin-vaksin yang berbeda pada umur yang sesuai, boelh
diberikan pada hari yang sama. Vaksin inactivated dan vaksin virus hidup, khususnya
vaksin yang dianjurkan dalam jadwal imunisasi, pada umumnya dapat diberikan pada
lokasi yang berbeda saat hari kunjungan yang sama. Misalnya pada kesempatan yang
sama dapat diberikan vaksin-vaksin DPT, Hib, hepatitis B, dan polio.
Lebih dari satu macam vaksin virus hidup dapat diberikan pada hari yang
sama, tetapi apabila hanya satu macam yang diberikan, vaksin virus hidup yang kedua
tidak boleh diberikan kurang dari 2 minggu dari vaksin yang pertama, sebab respons
terhadap vaksin yang kedua mungkin telah banyak berkurang. Vaksin-vaksin yang
berbeda tidak boleh dicampur dalam satu spuit. Vaksin-vaksin yang berbeda
yangdiberikan pada seseorang pada hari yang sama harus disuntikkan pada lokasi
yang berbeda dengan menggunakan spuit yang berbeda.
BAB II
IMUNISASI WAJIB (PPI)
Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG, polio, hepatitis B, DTP dan
campak.
2.1. BCG
Bacille Calmete-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium
Bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan basil yang tidak
virulen teatapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan
sensitivitas terhadap tuberculin.
Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk mencapai
cakupan yang lebih luas, Departemen Kesehatan menganjutkan pemberian imunisasi
BCG pada umur antara 0-12 bulan.
Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak (>1
tahun). Vaksin BCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada
insersio M.Deltoideus sesuai anjuran WHO, tidak ditempat lain (bokong, paha) .
Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat
mencegah komplikasinya. Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan,
sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji
tuberculin negatif..
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan. Berhubungan dengan
beberapa factor yaitu mutu vaksin yang dipakai, lingkungan dengan Mycobacterium
atipik atau factor pejamu (umur, keadaan gizi dan lain-lain)
10
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 280C, tidak boleh beku. Vaksin yang telah dienccerkan harus dipergunakan dalam
waktu 8 jam.
2.1.1 Kejadian ikutan pasca imunisasi vaksinasi BCG
Penyuntikan BCG intradermal akan menimbulkan ulkus local yang superficial
3 minggu setelah penyuntikan. Ulkus tertutup krusta, akan sembuh dalam 2-3 bulan,
dan meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm, apabila dosis terlalu tinggi
maka ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka
parut yang terjadi tertarik ke dalam.
1. Limfadenitis
Limfadenitis supuratif di aksila atau di leher kadang-kadang dijumpai setelah
penyuntikan BCG. Limfadenitis akan sembuh sendiri, jadi tidak perlu diobati. Apabila
limfadenitis melekat pada kulit atau timbul fistula maka dapat dibersihkan (drainage)
dan diberikan obat anti tuberculosis oral. Pemberian obat anti tuberculosis sistemik
tidak efektif.
2. BCG-itis diseminasi
Jarang terjadi, seringkali berhubungan dengan imunodefisiensi berat.
Komplikasi lainnya adalah eritema nodosum, iritis, lupus vulgaris dan osteomielitis.
Komplikasi ini harus diobati dengan kombinasi obat anti tuberculosis.
2.1.2 Kontra indikasi BCG
-
Menderita
infeksi
HIV
atau
dengan
resiko
tinggi
infeksi
HIV,
11
Kehamilan.
2.1.3 Rekomendasi
-
Pada bayi yang kontak erat dengan penderita TB denagn BTA +3 sebaiknya
diberikan INH profilaksis dulu, apabila pasien kontak sudah tenang bayi dapat
diberi BCG.
2.2. Hepatitis B
Vaksin hepatitis B (hep B) harus segera diberikan setelah lahir, mengingat
vaksinasi hepB merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan
rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.
Vaksin diberikan secara intramuscular dalam. Pada neonatus dan bayi
diberikan di anterolateral paha, sedangkan pada anak besar dan dewasa, diberikan di
region deltoid
2.2.1 Imunisasi aktif
-
Bayi lahir dari ibu dengan Hbs-Ag yang tidak diketahui, hepB-1 harus
diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan dilanjutkan pada umur 1 bulan
12
dan 3-6 bulan. Apabila semula status Hbs-Ag ibu tidak diketahui dan ternyata
dalam perjalanan selanjutnya diketahui ibu dengan Hbs-Ag positif, maka
ditambahkan hepatitis B immunoglobulin (HBIg) 0,5 ml sebelum bayi
berumur 7 hari.
-
Bayi lahir dari ibu dengan Hbs-Ag positif, diberikan vaksin hepB-1 dan HBIg
0,5 ml secara bersamaan dalam waktu 12 jam setelah lahir.
Anak dari ibu pengidap hepatitis B, yang telah memperoleh imunisasi dasar 3x
pada masa bayi, maka pada saat usia 5 tahun tidak perlu imunisasi ulang
(booster). Hanya dilakukan pemeriksaan kadar anti HBs
13
diberikan pada 12 tahun, mengingat masih dijumpai kasus difteria pada umur lebih
dari 10 tahun.
Dosis DTwP atau DTaP atau DT adalah 0,5 ml, intramuscular, baik untuk
imunisasi dasar maupun ulangan.
Jadwal untuk imunisasi rutin pada anak, dianjurkan pemberian 5 dosis pada
usia 2,4,6,15-18 bulan dan usia 5 tahun atau saat masuk sekolah. Dosis ke 4 harus
diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah dosis ke 3. kombinasi toksoid difteria
dan tetanus(DT) yang mengandung 10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang
memiliki kontra indikasi terhadap pemberian yang pertusis.
14
Reaksi local kemerahan, bengkak dan nyeri pada lokasi injeksi terjadi pada
separuh penerima DTP.
Proporsi Demam ringan dengan reaksi local sama dan diantaranya dapat
mengalami hiperpireksia.
Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam paska
suntikan (inconsolable crying).
Dari suatu penelitian ditemukan adanya kejang demam sesudah vaksinasi yang
dihubungkan dengan demam yang terjadi.
Kejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya ensefalopati akut atau
reaksi anafilaksis dan terbukti disebabkan oleh pemberian vaksin pertusis.
pemberian vaksin sebelumnya, kejadian ikutan paska imunisasi atau alergi terhadap
vaksin bukanlah suatu indikasi kontra terhadap pemberian vaksin DTaP. Walaupun
demikian keputusan untuk pemberian vaksin pertusis harus dipertimbangkan secara
individual dengan memperhitungkan keuntungan dan resiko pemberiannya.
2.3.3 Vaksin pertusis a-seluler
Vaksin pertusis aseluler adalah vaksin pertusis yang berisi komponen spesifik
toksin dari Bordetellapertusis yang dipilih sebagai dasar yang berguna dalam
15
patogenesis pertusis dan perannya dalam memicu antibody yang berguna untuk
pencegahan terhadap pertusis secara klinis.
2.4. POLIO
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan
poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini
dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
16
polio di masa depan karena polio menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh orang
dewasa. Orang yang telah menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami
gejala tambahan di masa depan seperti layu otot; gejala ini disebut sindrom postpolio.
Jenis polio:
1. Polio non-paralisis
2. Polio paralisis spinal
3. Polio bulbar
17
18
19
20
telinga (otitis media) dan radang otak (ensefalitis) terutama pada anak dengan gizi
buruk.
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet)
penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang
berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul
gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerah-merahan dan berair, si kecil pun
merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, di sebelah dalam mulut muncul bintikbintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satudua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5C. Seiring
dengan itu, barulah keluar bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas penyakit
ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tak terlalu kecil. Awalnya hanya muncul
di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki.
Dalam waktu 1 minggu, bercakbercak merah ini akan memenuhi seluruh tubuh.
Namun bila daya tahan tubuhnya baik, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa
bagian tubuh saja dan tidak banyak.
Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan
sendirinya. Bercak merah pun akan berubah jadi kehitaman dan bersisik, disebut
hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh
dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak
sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini, tetaplah meminum obat yang
sudah diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya
bersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat
ini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak. Jika tak ditangani
dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama pada
campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh,
gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari. Komplikasi yang terjadi biasanya
berupa radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis).
Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.
21
2.5.2 Deskripsi
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis
(0,5ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70, dan
tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin. Vaksin
ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut steril
yang tersedia secara terpisah untuk tujuan tersebut. Vaksin ini telah memenuhi
persyaratan WHO untuk vaksin campak.
2.5.3 Indikasi
Untuk Imunisasi aktif terhadap penyakit campak.
2.5.4 Komposisi
Tiap dosis vaksin yang sudah dilarutkan mengandung : Virus Campak >=
1.000 CCID50, Kanamycin sulfat <= 100 mcg, Erithromycin <= 30 mcg
2.5.5 Dosis dan Cara Pemberian
Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara
SUBKUTAN, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus
menggunakan jarum dan syringe yang steril. Vaksin yang telah dilarutkan hanya dapat
digunakan pada hari itu juga (maksimum untuk 8 jam) dan itupun berlaku hanya jika
vaksin selama waktu tersebut disimpan pada suhu 2-8C serta terlindung dari sinar
matahari. Pelarut harus disimpan pada suhu sejuk sebelum digunakan.
Satu dosis vaksin campak cukup untuk membentuk kekebalan terhadap
infeksi.Di negara-negara dengan angka kejadian dan kematian karena penyakit
campak tinggi pada tahun pertama setelah kelahiran, maka dianjurkan imunisasi
terhadap campak dilakukan sedini mungkin setelah usia 9 bulan (270 hari). Di negaranegara yang kasus campaknya sedikit, maka imunisasi boleh dilakukan lebih dari usia
tersebut.
Vaksin campak tetap aman dan efektif jika diberikan bersamaan dengan
vaksin-vaksin DT, Td, TT, BCG, Polio, (OPV dan IPV), Hepatitis B, dan Yellow
Fever.
22
23
2.5.10 Kemasan
Vaksin tersedia dalam kemasan vial 10 dosis + 5 ml pelarut dalam ampul.
24
BAB IV
IMUNISASI YANG DIANJURKAN
4. 1. Imunisasi HIB
Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB
(Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak sehingga
terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat berbahaya
karena dapat merusak otak secara permanen sampai kepada kematian. Selain
mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan radang paru
dan radang epiglotis.
Terdapat dua jenis vaksin Hib konjungat yang beredar di Indonesia yaitu
vaksin Hib yang berisi PRP-T (capsular polysaccharide polyriibosyl ribitol
phosphate- konjugasi dengan protein tetanus) dan PRP-OMP (PRP berkonjugasi outer
membrane protein complex).
4.1.1 Jadwal imunisasi
-
Vaksin Hib yang berisi PRT-P diberikan umur 2,4, dan 6 bulan.
Vaksin Hib yang berisi PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis
4.1.2 Dosis
-
4.1.3 Ulangan
-
Vaksin Hib baik PRT-P ataupun PRP-OMP perlu diulang pada umur 18 bulan.
Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan satu kali.
25
polisakarida
berisi
polisakarida
murni,
23
serotipe
disebut
mencapai.>2000 gram
Dapat diberikan bersama vaksin lain. Untuk setiap vaksin pada sisi badan yang
berbeda.
kekebalan
terhadap
serangan
penyakit
Mumps
26
agar tak terserang rubella dan menulari sang istri yang mungkin sedang hamil.
Penting diketahui, rubela dapat menyebabkan kecacatan pada janin.
Toksin MMR diberikan pada umur 15 -18 bulan minimal interval 6 bulan
antara imunisasi campak (9 bulan) dan MMR. Dosis satu kali 0,5 ml secara sub kutan.
MMR diberikan minimal satu bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lain.
Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada umur 12 -18 bulan dan 6
tahun, imunisasi campak tambahan pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan.
Ulangan imunisasi MMR diberikan pada umur 6 tahun.
Vaksin influenza diberikan pada anak umur 6 sampai 23 bulan, baik anak
sehat maupun dengan risiko (asma, penyakit jantung, penyakit sel sickle, HIV,
dan Diabetes).
Dosis tergantung umur anak,
1. Umur 6-35 bulan 0,25 ml.
2. Umur 3 tahun 0,5 ml
3. Umur 8 tahun: untuk pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan
interval minimal 4 -6 minggu, pada tahun beriktunya hanya diberikan satu
dosis
Vaksin influenza diberikan secara intramuskular pada paha antero
lateral atau deatoid
27
Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral
(Vivotif) dan vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif mencekal demam tifoid
alias penyakit tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri Salmonella typhi.
Bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan makananminuman yang tidak higienis. Dia masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh,
terutama saluran cerna. Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu tubuh yang
berangsur-angsur meningkat setiap hari, bisa sampai 400c. Basanya di pagi hari
demam akan menurun tapi lalu meningkat di waktu sore/malam. Gejala lainnya
adalah mencret, mual berat, muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit perut,
terkesan acuh tak acuh bahkan bengong, dan tidur pasif (tak banyak gerak). Pada
tingkat ringan atau disebut paratifus (gejala tifus), cukup dirawat di rumah. Anak
harus banyak istirahat, banyak minum, mengonsumsi makanan bergizi, dan minum
antibiotik yang diresepkan dokter. Tapi kalau berat, harus dirawat di rumah sakit.
Penyakit ini, baik ringan maupun berat, harus diobati hingga tuntas untuk mencegah
kekambuhan. Selain juga untuk menghindari terjadi komplikasi karena dapat
berakibat fatal.
4.5.1 Jenis vaksin
1.
2.
-
1,3,5).
Imunisasi ulangan diberikan setiap 3-5 tahun.
28
makanan, minuman, atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh
anak lain maka dia akan tertular. Namun, untuk memastikan apakah anak mengidap
VHA atau tidak, harus dilakukan tes darah.
Vaksin Hep A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun. Vaksin kombinasi HepB
atau HepA diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan. Maka vaksin kombinasi di
indikasikan pada anak umur lebih dari 12 bulan terutama catch-up immunization yaitu
mengejar imunisasi pada anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi Hep B
sebelumnya atau imunisasi Hep B yang tidak lengkap.
Kemasan liquid satu dosis/vial prefilled syringe 0,5 ml. Dosis pediatrik 720
ELISA units diberikan 2 kali dengan interval 6-12 bulan, intramuskular di daerah
deltoid. Kombinasi HepB/HepA (berisi Hep B 10g dan Hep A 720 ELISA units)
dalam kemasan prefilled syringe 0,5 ml intramuskular. Dosis HDosis Hep A untuk
dewasa (19 tahun) 1440 ELISA units dosis 1 ml, 2 dosis, interval 6-12 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
29
pada
anak.
Available
at:
http://www.balita-
Yayan.
Imunisasi.
January
29,
2010.
Available
at:
http://yayaanakhyar.wordpress.com/2010/01/29/i-m-u-n-i-s-a-s-i/. Accessed on
5 August 2015.
30