Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah

: Kurangnya informasi mengenai Epistaksis

Pokok Bahasan

: Penyakit Sistem THT

Sub Pokok Bahasan

: Epistaksis

Sasaran

: Pasen dan pengunjung POLI THT RS Ulin Banjarmasin

Waktu

: 35 Menit ( 09.00 09.35 WIB)

Tanggal

: 1 Juli 2015

Pelaksana

: Kelompok C Ners Universitas Lambung Mangkurat

Tempat

: Poli THT RSUD Ulin Banjarmasin

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, peserta penyuluhan mampu
memahami tentang penyakit epistaksis.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang epistaksis selama 30 menit
diharapkan sasaran dapat memahami:
1.

Pengertian epistaksis dengan benar tanpa melihat catatan/ leaflet

2.

Penyebab epistaksis dengan benar tanpa melihat catatan/ leaflet

3.

Penatalaksanaan epistaksis dengan benar tanpa melihat catatan/ leaflet

4.

Tahap pelaksanaan epistaksis dengan benar tanpa melihat catatan/ leaflet

5.

Komplikasi epistaksis dengan benar tanpa melihat catatan/ leaflet

6.

Pencegahan epistaksis dengan benar tanpa melihat catatan/ leaflet

III. Pokok Materi (terlampir)


1.

Pengertian epistaksis

2.

Penyebab epistaksis

3.

Penatalaksanaan epistaksis

4.

Tahap pelaksanaan epistaksis

5.

Komplikasi epistaksis

6.

Pencegahan epistaksis

IV. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab
V. Media
1. Leaflet
2. LCD
3. Laptop
VI. Kegiatan Penyuluhan
No.

Waktu
1. 5 menit

Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Pra Penyuluhan:

1.

Kegiatan Peserta

Mempersiapkan materi, media dan

tempat
Kontrak waktu
Pembukaan:

2.

5 menit

Membuka kegiatan dengan

Menjawab salam

mengucapkan salam.

3.

20 menit

Memperkenalkan diri.

Mendengarkan

Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.

Memperhatikan

Menyebutkan materi yang akan

Memperhatikan

diberikan.
Pelaksanaan:

Menjelaskan tentang pengertian


epistaksis

kan

Menjelaskan tentang penyebab


epistaksis

Memperhati

Memperhati

Menjelaskan tentang penatalaksanaan

kan

epistaksis

Menjelaskan tentang komplikasi

kan

epistaksis

Memperhati

Menjelaskan tentang pencegahan


epistaksis

Memperhati

kan

Memperhati

kan
4.

5 menit

Evaluasi:

Memberikan kesempatan kepada

peserta untuk bertanya.

Penyuluh menyimpulkan jawaban.

Menanyakan kepada peserta tentang

Menjawab
pertanyaan

materi yang telah diberikan.

Memberikan reinforcement positif


kepada peserta yang dapat menjawab

5.

2 menit

pertanyaan.
Terminasi:

Mengucapkan terimakasih atas peran

Mendengarkan

Menjawab salam

serta peserta.

Mengucapkan salam penutup

VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Semua peserta mengikuti kegiatan penyuluhan
b) Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di Poli THT RS Ulin Banjarmasin
c) Pengorganisasian kegiatan sebelum hari pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a) Seluruh peserta mengikuti kegiatan penyuluhan.
b) Peserta penyuluhan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan
sebelum kegiatan selesai.
c) Seluruh peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Sesuai dengan TIK, diharapkan peserta mengikuti penyuluhan mampu
menyebutkan:
a) Pengertian epistaksis
b) Penyebab epistaksis
c) Penatalaksanaan epistaksis

VIII. Pengorganisasian
Moderator

: Alpianor, S.Kep

Narasumber

: Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB


Hj. Intan Permatasari
Helma Rasyida, S.Kep
Selvia Harum Sari, S.Kep

Observer

: Jannatur Rahmah, S.Kep


Nor Ella Dayani, S.Kep
Farida Raudah, S.Kep
Indah Dwi Astuti, S.Kep

Fasilitator

: Ermawati Rohana, S.Kep


Grace E. Simarmata, S.Kep

Uraian Tugas
a. Moderator
1) Menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan.
2) Mengarahkan proses kegiatan pada peserta pendidikan kesehatan.
3) Mengevaluasi perasaan peserta pendidikan kesehatan.
b. Narasumber
1) Memberikan/menyampaikan materi pendidikan kesehatan
2) Mengevaluasi anggota.
c. Fasilitator
1) Menyiapkan alat-alat untuk pendidikan kesehatan.
2) Memberi motivasi kepada peserta pendidikan kesehatan untuk
mendengarkan apa yang sedang dijelaskan.
3) Mempertahankan kehadiran peserta pendidikan kesehatan.
4) Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta pendidikan kesehatan
d.

baik luar maupun dalam.


Observer
1) Mencatat dan mengamati respon peserta pendidikan kesehatan baik
verbal maupun nonverbal.
2) Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan perilaku
peserta pendidikan kesehatan selama terapi bermain.
3) Mencatat dan mengamati peserta aktif dari pendidikan kesehatan.

X. Lampiran Materi dan Media


Terlampir

EPISTAKSIS
A.

Pengertian
Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung; merupakan suatu tanda atau keluhan

bukan penyakit. Perdarahan dari hidung dapat merupakan gejala yang sangat

menjengkelkan dan mengganggu, dan dapat pula mengancam nyawa. Faktor penyebab
harus dicari dan dikoreksi untuk mengobati epistaksis secara efektif.
Epistaksis atau yang sering disebut mimisan adalah suatu perdarahan yang terjadi
di rongga hidung yang dapat terjadi akibat kelainan lokal pada rongga hidung
ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dalam tubuh. Bagian dalam hidung
yang dilapisi oleh selaput lendir yang selalu basah banyak mengandung jalinan
pembuluh

darah, di bagian

depan jalinan pembuluh

darah disebut

pleksus

kiesselbach yang bila pembuluh darah ini pecah maka terlihat mimisan.
Epistaksis

atau

mimisan

biasanya

di

alami

oleh

anak

usia

TK-SD,

merupakan kejadian yang dapat disebabkan oleh pembuluh darah yang masih tipis dan
peka karena suatu benturan atau trauma akibat mengkorek-korek hidung, bersin
yang terlalu kuat, perubahan cuaca yang ekstrim (panas, kering) dan tekanan
udara juga dapat sebagai pemicu terjadinya mimisan yang dapat terjadi secara
sepontan.
Lokasi epistaksis
Menentukan sumber perdarahan amat penting, meskipun kadang-kadang sukar
ditanggulangi. Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan, yaitu dari bagian anterior
(depan) dan posterior (belakang).
1. Epistaksis anterior (depan) dapat berasal dari Pleksus Kiesselbach, merupakan
sumber perdarahan paling sering dijumpai anak-anak. Dapat juga berasal dari
arteri ethmoid anterior. Perdarahan dapat berhenti sendiri (spontan) dan dapat
dikendalikan dengan tindakan sederhana.

2. Epistaksis posterior (belakang), berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri


ethmoid posterior. Perdarahan cenderung lebih berat dan jarang berhenti sendiri,
sehingga dapat menyebabkan anemia, hipovolemi dan syok. Sering ditemukan
pada pasien dengan penyakit kardiovaskular.

B.

Penyebab
Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab lokal dan umum atau kelainan

sistemik.
1.

Lokal
a. Trauma
Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya mengeluarkan sekret
dengan kuat, bersin, mengorek hidung, trauma seperti terpukul, jatuh dan
sebagainya. Selain itu iritasi oleh gas yang merangsang dan trauma pada
pembedahan dapat juga menyebabkan epistaksis.
b. Infeksi
Infeksi hidung dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta granuloma spesifik,
seperti lupus, sifilis dan lepra dapat menyebabkan epistaksis.
c. Neoplasma (keganasan)
Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit dan intermiten,
kadang-kadang ditandai dengan mukus yang bernoda darah, Hemongioma,
karsinoma, serta angiofibroma dapat menyebabkan epistaksis berat.
d. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah perdarahan
telangiektasis heriditer (hereditary hemorrhagic telangiectasia/Osler's disease).
Pasien ini juga menderita telangiektasis di wajah, tangan atau bahkan di saluran
pencernaan dan/atau pembuluh darah paru.
e. Sebab-sebab lain termasuk benda asing
Ada benda asing (sesuatu yang masuk ke hidung) biasanya pada anak-anak.
f. Pengaruh lingkungan
Misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan udara rendah atau
lingkungan udaranya sangat kering.

2.

Sistemik

a. Kelainan darah misalnya trombositopenia, hemofilia dan leukemia, ITP, diskrasia


darah, obat-obatan seperti terapi antikoagulan, aspirin dan fenilbutazon dapat pula
menyebabkan epistaksis berulang.
b. Penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
Hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti pada aterosklerosis, nefritis
kronik, sirosis hepatis, sifilis, diabetes melitus dapat menyebabkan epistaksis.
Epistaksis akibat hipertensi biasanya hebat, sering kambuh dan prognosisnya
tidak baik.
c. Biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili (campak), demam
tifoid.
d. Gangguan endokrin
Pada wanita hamil, menarche dan menopause sering terjadi epistaksis, kadangkadang beberapa wanita mengalami perdarahan persisten dari hidung menyertai
fase menstruasi.
a. Defisiensi Vitamin C dan K
b. Alkoholisme
c. Penyakit von Willebrand
Memanjangnya waktu pembekuan darah atau perdarahan berlebihan akibat
kekurangan faktor von Willebrand dalam membentuk sel keeping darah.
C. Penatalaksanaan
Tiga prinsip utama pelaksanaan epistaksis
1.
2.
3.

Menghentikan pendarahan
Mencegah komplikasi
Mencegah ulang epistaksis

D. Tahap Pelaksanaan
1.

Usahakan penderita dalam keadaan

duduk, bila kondisi lemah dapat di baringkan dengan meletakkan bantal di


belakang punggung.

2.

Pegang tisu atau handuk menutupi


hidung. Hal yang harus dilakukan adalah memastikan Anda memencet bagian
tengah antara kedua lubang hidung (pencet selama 10 menit) (metode Trotter).

Ambil tisu atau handuk dan tempelkan pada hidung untuk mencegah darah
muncrat kemana-mana. Selama pemencetan sebaiknya bernapas melalui mulut.
Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan cara ini. Lakukan hal yang
sama jika terjadi perdarahan berulang.

3.

Beri kompres dingin di daerah sekitar


dingin

hidung. Kompres

membantu mengerutkan pembuluh darah sehingga perdarahan dapat

berkurang.

4.

Periksa darah yang mengalir. Setelah 10 menit berlalu, lepaskan


tangan Anda dari hidung dan lihat apakah hidung Anda masih berdarah. Jika
darah masih mengalir, lanjutkan memencet hidung Anda selama 10 menit
berikutnya.

5.

Jika tidak berhenti sebaiknya kunjungi dokter atau bawa ke


fasilitas yang lengkap untuk bantuan.
a.

Dapat diberikan vasokonstriktor (adrenalin 1:10.000, oxymetazolinsemprot hidung) ke daerah perdarahan

b.

Apabila masih belum teratasi dapat dilakukan kauterisasi elektrik/kimia


(perak nitrat) atau pemasangan tampon hidung.
Pemasangan tampon hidung anterior dilakukan dapat menggunakan kapas
yang ditetesi oleh obat-obatan vasokonstriktor (adrenalin), anastesia (lidocain
atau pantocain 2%) dan salap antibiotik/vaselin atau menggunakan kassa
yang ditetesi dengan obat vasokonstriktor dan anastesia dan salep
antibiotik/vaselin.

Apabila

terdapat

keadaan

dimana

terjadi

tampat

perdarahan yang multipel, perembesan darah yang luas/difus maka


diperlukan pemeriksaan profil darah tepi lengkap, protrombin time (PT),
activated partial thromboplastin time (aPTT), golongan darah dan
crossmatching.
c.
d.

Tampon dipertahankan hingga 2-3 hari, atau jika perlu hingga 5 hari
dengan ditambahkan antibiotik untuk profilaksis.
Jika perlu, untuk pencegahan komplikasi: infus, tranfusi darah, antbiotik

D. Komplikasi
1. Pendarahan hebat: shok, anemia
2. Penurunan tekanan darah yang mendadak.
3. Sinusitis (peradangan pada sinus)
4. Septal hematom (bekuan darah pada sekat hidung)
5. Deformitas (kelainan bentuk) hidung
6. Aspirasi (masuknya cairan ke saluran napas bawah)
7. Kerusakan jaringan hidung
E. Pencegahan
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya epistaksis
antara lain:
1. Gunakan semprotan hidung atau tetes larutan garam, yang keduanya dapat dibeli,
pada kedua lubang hidung dua sampai tiga kali sehari. Untuk membuat tetes
larutan ini dapat mencampur 1 sendok teh garam ke dalam secangkir gelas,
didihkan selama 20 menit lalu biarkan sampai hangat kuku.
2. Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.
3. Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan cotton bud. Jangan
masukkan cotton bud melebihi 0,5 0,6 cm ke dalam hidung.
4. Hindari meniup melalui hidung terlalu keras.

5. Bersin melalui mulut.


6. Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari.
7. Batasi penggunaan obat obatan yang dapat meningkatkan perdarahan seperti
aspirin atau ibuprofen.
8. Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani dengan obat alergi biasa.
9. Berhentilah merokok. Merokok menyebabkan hidung menjadi kering dan
menyebabkan iritasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adam GL, Boies LR, Higler PA. (eds) Buku Ajar Penyakit THT, Edisi Keenam,
Philadelphia : WB Saunders, 1989. Editor Effendi H. Cetakan III. Jakarta, Penerbit
EGC, 1997.
2. Munir D, Haryono Y, Rambe AYM. Epistaksis. Majalah Kedokteran Nusantara 2006;
39: 3.
3. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2 Hal 1063, Smeltzer dan
Wilson, Jakarta: EGC.
4. Iskandar N, Supardi EA. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan. Edisi Keempat, Jakarta FKUI, 2000, hal. 91, 127-131.
5. Suryowati E. Epistaksis. Medical Study Club FKUII [cited 2009 Mar 1] Available
from: http://fkuii.org/tiki download_wiki_attachment.php?attId=2175&page=LEM
%20FK%20UII.
6. Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III, media Aeuscualpius,
Jakarta.
7. Cara Menghentikan Mimisan. (online: http://id.wikihow.com/Menghentikan-Mimisan,
diakses tanggal 30 Juni 2015).

Anda mungkin juga menyukai