KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul
Analisis Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Kejadian Diare di
Puskesmas Korbafo, Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dr. S. M. J Koamesah, MMR, MMPK selaku dosen pembimbing 1 dan
penguji yang telah sabar membimbing dan menyediakan waktu, tenaga dan
pikiran untuk mengarahkan dalam penulisan skripsi sampai tahap ini.
2. Ibu Maria Agnes Etty Dedy, S.Si, Apt selaku dosen pembimbing 2 dan
penguji yang telah meluangkan waktu, dalam memberikan masukan dan saran
dalam penulisan skripsi sampai tahap ini.
3. Ibu Magdarita Riwu, S.Farm, M.Farm, Apt selaku penguji 3 yang telah
meluangkan waktu, dalam memberikan masukan dan saran dalam penulisan
skripsi.
4. Kepala pemerintahan Kabupaten Rote Ndao dan Staf beserta jajaran instansi
terkait yang telah memberikan ijin dan bantuan selama melakukan penelitian.
5. Masyarakat Kecamatan Pantai Baru yang secara sukarela bersedia sebagai
subjek dalam penelitian yang dilakukan penulis.
6. Seluruh sivitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan dan bantuan selama penulis
menempuh pendidikan.
7. Orang tua tercinta Bapak Frederik S.B.Haning dan Ibu Paulina Haning Ndolu
yang selalu setia mendoakan dan mendukung penulis hingga menyelesaikan
skripsi ini, serta sebagai sumber motivasi penulis menempuh pendidikan.
Saudaraku Melinda, dan Oma Maria terima kasih untuk dukungan dan
motivasi yang diberikan untuk menyelesaikan kuliah ini.
8. Teman-teman calon sejawat Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
Kupang Angkatan 2011 yang selalu menemani dan memberikan dukungan
motivasi penulis selama menempuh pendidikan.
9. Semua sahabat, saudara, serta semua pihak yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi sampai tahap ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Penulis
10
Marchindy Paul Adrian Haning1, S.M.J Koamesah2, Maria Agnes Etty Dedy3,
1
Medical Faculty of Nusa Cendana University
2
IKM-IKKOM Departement of Medical Faculty of Nusa Cendana University
3
IKM-IKKOM Departement of Medical Faculty of Nusa Cendana University
ABSTRACT
Diarrhea was one of the tropical diseases and based environment became the third
major contributor to morbidity and mortality in the world. The study about
Analysis of Risk Factor of Environmental Health for The Incidence of Diarrhea
in Puskesmas Korbafo Pantai Baru Sub-District Rote Ndao District 2014, was
held in August 2014. The study was conducted in an analytical observational of
cases and controls design. The case group were patients in Puskesmas Korbafo
who was diagnosed with diarrhea based on medical records in Puskesmas Korbafo
in 2013, while the control sample was a sample nearest neighbors in the same
case. Data analysis was performed univariate and bivariate with used chi square
test and Odds Ratio. Results of the analysis showed no corellation between the
supply of clean water (p = 0.000 and OR = 5.117) and the incidence of diarrhea.
Latrine ownership, type of floor, the ownership of wastewater disposal had no
relationship with the incidence of diarrhea. It can be concluded there is a corr
between the supply of clean water with diarrhea in Puskesmas Korbafo Pantai
Baru Sub-district Rote Ndao District 2014. It was recommended more leaflets and
posters were made about the influence of environmental health on the incidence of
diarrhea so that people were more vigilant and conducted surveillance and
investigation of water supply from both government and private property.
Keywords: Diarrhea, risk factor, enviromental health, puskesmas
11
Marchindy Paul Adrian Haning1, S.M.J Koamesah2, Maria Agnes Etty Dedy3
1
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
2
Departemen IKM-IKKOM Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
3
Departemen IKM-IKAKOM Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
ABSTRAK
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit tropis yang berhubungan dengan
lingkungan sebagai penyumbang utama ketiga pada angka kesakitan dan kematian
di dunia. Penelitian Analisis Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Terhadap
Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru
Kecamatan Rote Ndao Tahun 2014, dilaksanakan pada bulan Agustus 2014.
Penelitian dilakukan secara observasional analitik dengan rancangan kasus dan
kontrol. Sampel Kasus adalah penderita Diare di Wilayah Kerja Puskesmas
Korbafo yang dinyatakan menderita diare berdasarkan rekam medik di Puskesmas
Korbafo pada tahun 2013, sedangkan sampel kontrol merupakan tetangga terdekat
sampel kasus di lingkungan yang sama. Analisis data yang dilakukan adalah
univariat dan bivariat dengan uji chi square dan Odds Ratio. Hasil analisis
menunjukan ada hubungan antara penyediaan air bersih (p = 0,000 dan OR =
5,117) dengan kejadian diare. Kepemilikan jamban, jenis lantai, kepemilikan
sarana pembuangan air limbah tidak memiliki hubungan dengan kejadian diare.
Dapat disimpulkan terdapat hubungan antara penyediaan air bersih dengan
kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru
Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014. Disarankan semakin banyak leaflet dan poster
yang dibuat mengenai pengaruh kesehatan lingkugan terhadap kejadian diare
sehingga masyarakat lebih waspada serta melakukan pengawasan dan investigasi
terhadap penyediaan air bersih baik dari pemerintah maupun milik pribadi.
Kata Kunci
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
12
13
14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.Segitiga Epidemiologi (Leavel dan Clark, 1958)...............................15
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
16
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Banyak faktor
yang mempengaruhi kesehatan yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,
dan hereditas.(1) Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang
harus ada antara manusia dan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat
dari manusia. Termasuk keseimbangan di dalam lingkungan manusia tinggal dan
bermukim.(2)
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit tropis yang berhubungan
dengan lingkungan sebagai penyumbang utama ketiga pada angka kesakitan dan
kematian di dunia. Diare menyebabkan 15-34 % kematian di seluruh dunia,
kurang lebih 300 kematian per tahun.(3) {Formatting Citation}{Formatting
Citation} Hampir seluruh daerah geografis dunia dan semua kelompok usia
diserang diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi paling banyak
didapatkan pada bayi dan anak balita.(4,5)
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi
pendorong terjadinya diare yaitu faktor agen, pejamu, lingkungan dan perilaku.
Penyakit diare berkaitan erat dengan kesehatan lingkungan, akses terhadap air
bersih, perilaku hidup sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh
masyarakat. Rendahnya cakupan kebersihan sanitasi seperti sarana penyediaan air
bersih dan pembuangan tinja sering menjadi faktor risiko terjadinya KLB diare.(6)
Badan Kesehatan Dunia memperkirakan empat milyar kasus diare yang
terjadi di dunia pada 2000. Sebanyak 2,2 juta penderita meninggal dari empat
milyar kasus diare yang ada dan sebagian besar anak-anak di bawah umur lima
17
18
19
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare
2.1.1. Pengertian
Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari
200 gram atau 200 ml/24 jam.(12)
2.1.2. Klasifikasi Diare
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) 2005, jenis
diare dibagi menjadi empat yaitu:(13)
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi
merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadinya
komplikasi pada mukosa.
3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.
21
4. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut dan
diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam,
gangguan gizi atau penyakit lainnya.
2.1.3. Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10%
karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan
sebagainya. Diare akut karena infeksi dapat ditimbulkan oleh:(14)
1. Bakteri: Eschericia Coli,Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C,
Salmonella
spp,
perfringens
2. Parasit: Protozoa:
Shigella
dysentriae,
Entamoeba
Vibriae
hystolitica,
chlolerae,
Giardia
Clostridium
lamblia.
Cacing:
22
2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB) gambaran klinis turgor buruk,
suara serak, pasien jatuh dalam presyok ata syok, nadi cepat, napas cepat
dan dalam, dan
3. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB) gambaran klinisnya tanda
dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma, otototot kaku, sianosis).(12)
3.1.5. Epidemiologi Diare
Epidemiologi penyakit diare, adalah sebagai berikut
1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar melalui fekaloral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau
kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku yang dapat
menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya
diare, antara lain menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan
dengan sabun sesudah buang air besar atau sebelum dan sesudah makan, dan
buang air besar sembarangan, menggunakan air minum yang tercemar.(13)
2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare. Beberapa faktor
pada penjamu yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap beberapa penyakit
dan lamanya diare yaitu riwayat penyakit neuropati autonomik, Sindrom
Zollinger-Ellison(12), kurang gizi, campak, immunodefisiensi.(13)
3. Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit
yang berhubungan dengan lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana
air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan
perilaku manusia, dimana faktor lingkungan dan perilaku dapat menimbulkan
kejadian diare melalui makanan dan minuman.
2.1.6. Penularan Diare
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan
bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fekal-oral yang terjadi karena:
23
1. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar
selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan
di rumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau
apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari
tempat penyimpanan(16),
2. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus
atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang
dan kemudian binatang tersebut hinggap dimakanan, maka makanan itu dapat
menularkan diare ke orang yang memakannya.(16) Sedangkan menurut Depkes
RI kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fekal-oral antara lain
melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
dengan tinja penderita.(17) Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan
penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu:
menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun
sesudah buang air besar atau sebelum dan sesudah makan, dan buang air besar
sembarangan, serta menggunakan air minum yang tercemar(16),
3. Lantai rumah yang berdebu dan basah menimbulkan sarang penyakit serta
perilaku penghuni rumah tidak sesuai dengan norma-norma kesehatan seperti
tidak membersihkan lantai dengan baik, maka akan menyebabkan terjadinya
penularan penyakit termasuk diare(1), dan
4. Melalui air limbah yang tidak diolah dengan baik dapat mencemari lingkungan
hidup menjadi transmisi berbagai penyakit, seperti: kolera, tifus abdominalis,
disentri basiler, dan diare serta sebagai sumber pencemaran air permukaan,
tanah, dan lingkungan hidup lainnya.(1)
2.1.7. Patomekanisme Diare
24
25
7. Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik yang disebabkan oleh adanya
kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi
mukus yang berlebihan dan eksudat air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan
absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus disebabkan infeksi (disentri
shigellosis) atau non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Crohn), dan
8. Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi disebabkan oleh infeksi bakteri. Dari
sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invansif (tidak merusak
mukosa) dan invansif (merusak mukosa). Bakteri non-invansif menyebabkan
diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare
toksigenik. Contoh diare toksigenik yaitu kolera. Enterotoksin yang dihasilkan
kuman Vibrio cholare/eltor merupakan protein yang dapat menempel pada
epitel usus, yang lalu membentuk adenosine monofosfat siklik (AMF siklik) di
dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion
bikarbonat, dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorpsi ion natrium
melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion
klorida (diikuti ion bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat dikompensasi
oleh meningginya absorpsi ion natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion
bikrabonat, serta klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian
larutan glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus.
2.1.8. Prinsip Tatalaksana Penderita Diare
Intervensi untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian adalah
melaksanakan tatalaksana penderita diare, yaitu: (13)
1. Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang
dianjurkan.
26
2. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke
petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang
lebih cepat dan tepat, yaitu dengan oralit.
3. Memberi makanan
Memberikan makanan selama serangan diare sesuai yang dianjurkan dengan
memberikan makanan yang mudah dicerna. Anak yang masih minum ASI
harus lebih sering diberi ASI. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
diteruskan selama dua minggu untuk membantu pemulihan berat berat badan
anak.
4. Mengobati masalah lain
Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka
diberikan pengobatan sesuai anjuran, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
2.1.9. Penanggulangan Diare
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005, penanggulangan
diare antara lain:(13)
1. Pengamatan intensif dan pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data tentang jumlah penderita
dan kematian serta penderita baru yang belum dilaporkan dengan melakukan
pengumpulan data secara harian pada daerah fokus dan daerah sekitarnya yang
diperkirakan mempunyai risiko tinggi terjangkitnya penyakit diare. Sedangkan
pelaksanaan SKD merupakan salah satu kegiatan dari surveilans epidemiologi
yang kegunaanya untuk mewaspadai gejala akan timbulnya KLB diare.
2. Penemuan kasus secara aktif
Tindakan untuk menghindari terjadinya kematian di lapangan karena diare pada
saat KLB di mana sebagian besar penderita berada di masyarakat.
3. Pembentukan pusat rehidrasi
27
28
6. Pengelolaan air limbah yang baik agar tidak menjadi media pekembangbiakan
mikroorganisme patogen.(1)
2.2. Kesehatan Lingkungan dengan Diare
Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat.(1)
Host
Environtment
Agent
29
spp,
perfringens
2. Parasit: Protozoa:
Shigella
dysentriae,
Entamoeba
Vibriae
hystolitica,
chlolerae,
Giardia
Clostridium
lamblia.
Cacing:
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
30
bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan
ternak (kandang), dan sebagainya.(1)
2.3.1.
Penyediaan Air Bersih
Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan manusia
akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi, dan
sebagainya. Menurut perhitungan Badan Kesehatan Dunia di negara-negara maju
setiap orang memerlukan air antara 60 120 liter per hari. Sedangkan di negaranegara berkembang, termasuk Indonesia setiap orang memerlukan air antara 30
60 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting
adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum
(termasuk untuk memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar tidak
menimbulkan penyakit bagi manusia diantaranya diare.(1)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah:(13)
1. Mengambil air dari sumber air yang bersih,
2. Mengambil dan menyimpan air menggunakan tempat yang bersih dan tertutup,
serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air,
3. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anakanak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber
pengotoran (tangki septik), tempat pembuangan sampah, dan air limbah harus
lebih dari 10 meter,
4. Menggunakan air yang direbus, dan
5. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup.
2.3.1.1 Sumber Air Minum
Masyarakat membutuhkan air untuk keperluan sehari-hari, yang dipasok dari
sumber air seperti:(1)
1. Air hujan atau Penampungan Air Hujan (PAH)
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan ini
tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum
yang sehat perlu ditambahkan kalsium di dalamnya.
2. Air sungai dan danau
31
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau berasal dari air hujan
yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau. Kedua
sumber air ini sering disebut air permukaan.
3. Mata air
Air yang keluar dari mata air biasanya berasal dari air tanah yang muncul
secara alamiah. Sumber air ini, bila belum tercemar oleh kotoran dapat
langsung dijadikan air minum, tetapi karena belum yakin akan kebersihannya,
maka sebaiknya air tersebut direbus terlebih dahulu sebelum diminum.
4. Air sumur dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, maka disebut juga air tanah. Dalamnya lapisan
air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke tempat yang lain
berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari
permukaan tanah.
5. Air sumur dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan
tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar air sumur
dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung
diminum tanpa melalui proses pengolahan.
2.3.1.2 Kualitas Fisik Air Bersih
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau. Syarat-syarat air minum yang sehat adalah sebagai berikut:(1)
1. Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna),
tidak berasa, tidak berbau, suhu dibawah suhu udara di luarnya, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari cara mengenal air yang memenuhi persyaratan
fisik tidak sukar.
2. Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri,
terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum
32
33
binatang lainnya,
Tidak menimbulkan bau,
Mudah digunakan dan dipelihara,
Sederhana desainnya,
Murah, dan
Dapat diterima oleh pemakainya.
34
Jamban jenis ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh
sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. Pada jamban
ini klosetnya berbentuk leher angsa, sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air
ini gunanya sebagai sumbat, sehingga bau busuk dari jamban tidak tercium di
ruangan rumah kakus.
4. Bored hole latrine
Sama dengan cubluk, hanya ukurannya lebih kecil karena untuk pemakaian
yang tidak lama.
5. Bucket latrine (Pail closet)
Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di
tempat lain, misalnya untuk penderita yang tidak dapat meninggalkan tempat
tidur.
6. Trench latrine
Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30 40 cm untuk tempat penampungan
tinja. Tanah galiannya dipakai untuk menimbuninya.
7. Overhung latrine
Jamban ini semacam rumah-rumahan yang dibuat di atas kolam, selokan, kali
dan rawa.
8. Chemical toilet (Chemical closet).
Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi soda kaustik sehingga
dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam kendaraan
umum, misalnya pesawat udara atau kereta api. Dapat pula digunakan dalam
rumah sebagai pembersih tidak dipergunakan air, tetapi dengan kertas (toilet
paper).
2.3.3.
Jenis Lantai Rumah
Syarat rumah yang sehat, jenis lantai rumahnya yang penting tidak berdebu
pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Lantai rumah dari tanah
35
agar tidak berdebu maka dilakukan penyiraman air kemudian dipadatkan dengan
benda-benda yang berat dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan
berdebu menimbulkan sarang penyakit. Dari segi kesehatan, lantai ubin atau
semen merupakan lantai yang baik sedangkan lantai rumah dipedesaan cukuplah
tanah biasa yang dipadatkan. Apabila perilaku penghuni rumah tidak sesuai
dengan norma-norma kesehatan seperti tidak membersihkan lantai dengan baik,
maka akan menyebabkan terjadinya penularan penyakit termasuk diare.(1)
2.3.4.
Kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri, maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta menggangu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air
limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
pemukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri, bersama-sama dengan air
tanah, air permukaan, dan air hujan yang mungkin ada.
Air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan
rumah tangga maupun kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun
kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Volume air sisa ini
besar, lebih kurang 80% dari air yang digunakan sehari-hari pada kegiatan
manusia dan dibuang dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air
sisa dalam bentuk limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan kemudian
digunakan lagi oleh manusia. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola dan
atau diolah secara baik.
36
Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi:(1)
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu
air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah
ini terdiri dari ekstreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar
mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,
antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna,
mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan
jenis air limbah ini agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih
rumit.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal
dari daerah perkotaan, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum,
tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung
dalam jenis air limbah ini sama dengan limbah rumah tangga.
Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara
pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis
besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi:(1)
1. Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagainya kecil terdiri dari bahan-bahan
padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna
suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisasisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja, dan
sebagainya.
37
2. Karakteristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimiawi anorganik
yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari
penguraian tinja, urin, dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu, pada
umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan cenderung bau asam
apabila sudah mulai membusuk. Substansi organik dalam air buangan terdiri
dari gabungan, yakni:
A. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amina, dan
asam amino.
B. Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, dan
karbohidrat, termasuk selulosa.
3. Karakteristik bakteriologis
Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam
air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan
dalam proses pengolahan air buangan.
Sesuai dengan zat-zat yang terkandung dalam air limbah ini maka air limbah
yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain:(1)
1. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit terutama: kolera,
2.
3.
4.
5.
lainnya.
6. Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak
nyaman, dan sebagainya.
38
39
40
yang mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Misalnya penderita
tuberkulosis paru minum obat secara teratur.
Perilaku yang dapat menyebabkan kuman enterik dan meningkatkan risiko
1.
Mikroorganisme
Infeksi/masuknya
mikroorganisme ke
dalam tubuh
Makanan
Perilaku Kesehatan :
Pemanfaatan dan perawatan
jamban
Menggunakan air yang
tercemar
Kebiasaan mencuci tangan
pakai sabun sebelum dan
sesudah
makan
serta
setelah buang air besar.
Orang
sehat
Kejadian
diare
41
Host
Skema 2.2. Kerangka Teori (Sumber modifikasi: Leavel dan Clark, 1958)
Kerangka teori dalam penelitian ini berdasarkan modifikasi dari segitiga
epidemiologi dari Leavel dan Clark (1958) yang menggambarkan interaksi dari
tiga komponen penyakit yaitu manusia (host), penyebab (agent), dan lingkungan
(environtment).(18) Faktor risiko lingkungan adalah variabel yang mendapat
perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Untuk
menggambarkan keadaan lingkungan, maka indikator yang berperan di dalamnya
adalah kesehatan lingkungan. Keesehatan meliputi penyediaan air bersih yang
dilihat dari kualitas fisik air bersih dan sumber air, kepemilikan jamban, jenis
lantai rumah, dan kepemilikan SPAL akan mempengaruhi terhadap perkembangan
mikroorganisme (agent) penyebab diare di lingkungan rumah. Selanjutnya
mikroorganisme ini bisa menginfeksi orang sehat atau bisa melalui konsumsi
makanan yang terkontaminasi mikroorganisme penyebab diare. Perilaku yang
tidak sesuai dengan norma-norma kesehatan bisa mempermudah host terpapar
mikroorganisme penyebab diare.
42
2.6. Hipotesis
Ada hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan terhadap kejadian
diare di wilyah kerja Puskesmas Korbafo.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Kerangka Konsep
Penyediaan Air
Bersih
Kepemilikan
Jamban
Faktor Sanitasi
Lingkungan
Kejadian
Diare
Kepemilikan SPAL
Faktor Perilaku
Kesehatan
44
Keterangan
Diteliti
Tidak diteliti
Keterangan
Identifikasi Variabel
Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
1.
Variabel
terikat: Diare
Definisi
Pengukuran
Penyajian
Skala
Nominal
45
cair
atau
setengah cair
(setengah
padat),
kandungan air
tinja
lebih
banyak
dari
biasanya lebih
dari 3 kali
sehari.
Asal
atau
jenis air yang
digunakan
untuk
minum bagi
keperluan
hidup seharihari
yang
memenuhi
syarat
kondisi fisik
air bersih.
Sarana yang
digunakan
untuk buang
air
besar
yang
dimiliki oleh
responden
Penyediaan
air bersih
Kepemilikan
jamban
Kuisioner
1. Air terlindung
dan observasi
dan memenuhi
penyediaan
syarat kondisi
air bersih
fisik air bersih
2. Air
tidak
terlindung dan
tidak memenuhi
syarat kondisi
fisik air bersih
Nominal
Kuisioner
1. Memiliki
dan observasi
jamban, jika
kepemilikan
ada lubang
jamban
leher
angsa/tangki
septik,
bersih
dan
tertutup
2. Tidak
memiliki
jamban, jika
tidak
ada
lubang leher
angsa/tangki
septik, kotor
dan
tidak
tertutup
Kuisioner
1. Kedap air
dan observasi
a) Semen
jenis lantai
b) Ubin
rumah
c) Keramik
2. Tidak kedap air
a) Tanah
Nominal
Nominal
46
3.4.
Kepemilikan
sarana
pembuangan
air
limbah
(SPAL)
Sarana
pembuanaga
n
air
buangan
atau air sisa
rumah
tangga yang
meliputi
:
karakteriristi
k fisik, jenis
air
limbah,
dan
cara
pengolahan
air limbah
b) Kayu/bambu
Kuisioner
1. Memiliki sarana
dan observasi
pembuangan air
sarana
limbah
pembuangan 2. Tidak memiliki
air limbah
sarana
pembuangan air
limbah
Nominal
Retrospektif
(kasus)
Efek +
Populasi
(sampel)
Retrospektif
(kontrol)
Efek -
47
Faktor risiko
Kasus
Kontrol
Efek
: Kejadian diare.
3.5.
3.6.
3.6.1. Populasi
1. Populasi Kasus
Semua responden yang mengalami diare pada 2013 di wilayah kerja
Puskesmas Korbafo, Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao.
2. Populasi Kontrol
Semua responden yang tidak mengalami diare pada 2013 di wilayah kerja
Puskesmas Korbafo, Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao.
3.6.2.
Sampel
48
Pada penelitian ini pemilihan sampel dengan cara probability sampling yaitu
tiap subyek dalam populasi terjangkau mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih atau untuk tidak dipilih sebagai sampel penelitian. Teknik sampling
penelitian ini dengan sistem cluster sampling, yaitu sampel dipilih secara acak
pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misal
wilayah (kodya, kecamatan, kelurahan, dan seterusnya).(21)
Besar sampel dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:(21)
P1P2
2
( Z 2 PQ+ Z P1 Q1 + P2 Q2)
n1=n2=
dimana :
n1=n2= Jumlah kasus dan kontrol
P2 = Perkiraan proporsi paparan pada kelompok kasus
P 1=
x P2
( 1P2 ) +( x P2)
Q1 = 1 - P1
P2 = Perkiraan proporsi paparan pada kelompok kontrol = 0,531(22)
Q2 = 1 - P2 = 0,469
OR = Besar risiko paparan x faktor risiko = 3,8242(22)
Z = Statistik z pada distribusi normal standar, pada tingkat kemaknaan 95%
(=0,05) untuk uji dua arah = 1,96.
Z = Power sebesar 80% = 0,84
P = (P1+P2)
49
Q=1P
Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :
P1=
3,824 x 0,531
=0,812
( 10,531 ) +(3,824 x 0,531)
Q1 = 1 0,812 = 0,188
P = (0,469 + 0,812) = 0,640
Q = 1 0,640 = 0,359
0,8120,531
2
(1,96 2 ( 0,640 ) (0,359)+ 0,84 ( 0,812 )( 0,188 )+ ( 0,531 ) (0,469))
n1=n2=
n1=n2 = 44,2
Maka responden yang dibutuhkan adalah 44 kasus dan 44 kontrol.
3.7.
Kriteria Inklusi
Kelompok kasus:
1. Penderita diare usia 0-15 tahun yang menderita diare berdasarkan catatan
rekam medik pada tahun 2013
50
3.8.
3.8.1.
Penentuan
Populasi
Data
Alur Penelitian
Izin
Penelitian
Informed
Consent
Pemilihan sampel
sesuai kriteria inklusi
51
Skoring
Analisis Data
Cara Kerja
1. Sumber data
Data sekunder diambil melalui pencatatan dari rekam medik pasien diare di
Puskesmas Korbafo pada 2013. Data primer diambil menggunakan instrumen
kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang karekteristik
lingkungan responden, serta observasi langsung untuk mencatat ada tidaknya
faktor risiko kesehatan lingkungan terhadap kejadian diare di Puskesmas
Korbafo 2013.
2. Alat penelitian/Instrumen Penelitian
A. Kuisioner terstruktur sebagai panduan wawancara dan pengamatan untuk
mendapatkan data dari responden.
B. Rol meter.
3.9. Analisis Data
3.9.1.
Pengumpulan Data
Setelah data penelitian terkumpul dan lengkap, kemudian dilakukan langkah
langkah sebagai berikut :
1. Editing
Setelah data terkumpul dilakukan editing untuk mengecek kelengkapan data,
kesinambungan data dan keseragaman data untuk menjamin validitas data.
2. Coding
52
Pemberian kode dan skor terhadap jawaban responden, hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam pengolahan data.
3. Tabulating
Pembuatan tabel untuk variabel yang akan dianalisa.
4. Entry data
Memasukkan data-data ke dalam program komputer.
3.9.2.
53
a. Jika OR=1, diperkirakan tidak ada asosiasi antara faktor risiko dan penyakit
atau bukan merupakan faktor risiko.
b. Jika OR>1, diperkirakan terdapat asosiasi positif antara faktor risiko dan
c.
protektif.
3.10. Jadwal Kegiatan
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan
Kegiatan
2014
4
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Pengumpulan
data
Pengolahan
Data
Analisis Data
Penyusunan
Laporan
Seminar Hasil
Ujian Skripsi
2015
Bulan
9 10 11 12
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
4.2.4. Letak Geografis
Secara geografis, Puskesmas Korbafo berada di wilayah Kecamatan Pantai
Baru Kabupaten Rote Ndao. Di sebelah utara Puskesmas Korbafo berbatasan
dengan Laut Sawu, di sebelah selatan timur berbatasan dengan Kecamatan Rote
Timur dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rote Tengah.(24)
4.2.5. Luas Wilayah
Luas wilayah Kecamatan Pantai Baru sekitar 176,18 km 2, yang perincian luas
wilayahnya sebagai berikut:(25)
Tabel 4.1. Nama Desa dan Luas Wilayah di Puskesmas Korbafo Kecamatan
Pantai Baru Tahun 2013
No
Desa
Presentase
55
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nusakdale
Batulilok
Lenupetu
Sonimanu
Oebau
Oeledo
Olafulihaa
Tunganamo
Tesabela
Edalode
Keoen
Jumlah
7,69
16,89
8,86
5,76
23,89
13,60
16,91
12,08
11,64
15,13
43,73
176,18
4,36
9,59
5,03
3,27
13,56
7,72
9,60
6,86
6,60
8,59
24,82
100,00
Sumber :rotendao.bps.go.id(25)
4.2.6. Kependudukan
Berdasarkan data registrasi penduduk 2013 dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kecamatan Pantai Baru, jumlah penduduk Kecamatan Pantai Baru adalah 13.913
jiwa dimana terdiri dari laki-laki sebesar 6.990 jiwa dan perempuan sebesar 6.923
jiwa. Jumlah pendatang sebesar 181 jiwa dan jumlah penduduk yang pindah
sebesar 63 jiwa dengan kepadatan penduduknya sebesar 78 jiwa/Km2.(26)
4.2.7. Pelayanan Kesehatan
Sarana kesehatan di Kecamatan Pantai Baru yaitu berupa puskesmas,
puskesmas pembantu dan yang baru tahun ini adalah adanya puskesmas keliling.
Puskesmas terdapat di ibukota kecamatan yaitu Kelurahan Olafulihaa serta di
Desa Sonimanu, sedangkan wilayah desa lain hanya terdapat puskesmas
pembantu.(26)
4.2.8. Perumahan
Rumah sehat merupakan bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yakni yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik,
kepadatan hunian rumah sesuai, dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah
56
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
%
68,5
31,5
100,0
N
26
18
44
%
59,00
41,00
100,0
N
56
32
88
%
63,5
36,5
100,0
Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki pada kelompok kasus
sebanyak 30 orang (68,5%) dan kelompok kontrol sebanyak 26 orang (59,0%),
demikian juga pada jenis kelamin perempuan proporsinya pada kelompok kasus
sebanyak 14 orang (31,5%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 18 orang
(41,0%).
4.2.2. Distribusi Responden Menurut Kelompok Usia
Data dari Riskesdas 2007 menunjukan prevalensi terdeteksi diare paling
banyak pada anak balita (1 4 tahun) yaitu sebesar 16,7 % dan usia 5 15 tahun
menempati urutan prevalensi tertinggi ke empat sebesar 9 %.(27)
Sampel
Kelompok Usia
<5
Kasus
N
%
27
61,0
Kontrol
N
%
19
43,0
Total
N
46
%
52,2
57
5 10
14
32,0
18
40,0
32
11 15
3
7,0
7
15,0
10
Jumlah
44
100,0
44
100,0
88
Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Kelompok Usia
36,4
11,4
100,0
Tabel diatas menunjukkan bahwa proporsi usia responden yang paling banyak
pada kelompok umur dibawah 5 tahun yaitu 46 orang (52,2%). Pada kelompok
kasus, usia responden yang paling banyak adalah di bawah 5 tahun yaitu 27 orang
(61,0%).
4.2.3. Distribusi Responden Menurut Tempat Penemuan Kasus Diare
Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Tempat Penemuan Kasus Diare
Desa
Kejadian Diare
Olafulihaa
N
15
%
34
Tungganamo
18
41
Tesabela
11
Edalode
Keoen
Jumlah
44
100
58
Kepemilikan Jamban
1. Jenis leher angsa
2. Bukan jenis leher angsa
Jenis Lantai Rumah
1. Terbuat dari semen, ubin
atau keramik
2. Tidak terbuat dari semen,
ubin atau keramik
Kepemilikan Sarana
Pembuanagan Air Limbah
1. Memiliki sarana
pembuangan dan tempat
penampungan air limbah
2. Tidak memiliki sarana
pembuangan dan tempat
penampungan air limbah
22
22
50,0
50,0
27
17
61,4
38,6
38
86,4
35
79,5
13,6
20,5
11,4
13,6
39
88,6
38
86,4
59
Penyediaan air bersih dalam penelitian ini adalah asal atau jenis air
yang digunakan untuk minum bagi keperluan hidup sehari-hari
yang memenuhi syarat kondisi fisik air bersih. Pada kasus yang tidak
memenuhi syarat (sumber airnya berjarak <10 meter dari sumber pencemar serta
berbau, berasa, berwarna dan keruh) sebesar 56,8%, sedangkan pada kontrol yang
tidak memenuhi syarat kesehatan lebih kecil yaitu sebesar 20,5%.
Kepemilikan jamban adalah sarana yang digunakan untuk buang air besar
yang diimiliki responden. Pada kasus yang tidak memiliki jamban (bukan jenis
leher angsa) sebesar 50,0%, sedangkan pada kontrol lebih kecil yaitu 38,6%.
Sampel yang memiliki jamban (jenis leher angsa) pada kasus sebesar 50,0% dan
pada kontrol 61,4%.
Jenis lantai rumah adalah keadaan lantai rumah responden berdasarkan
bahannya. Berdasarkan observasi pada kasus yang lantainya tidak kedap air (jenis
lantai rumahnya tidak dilapisi semen, ubin atau keramik) sebesar 13,6%,
sedangkan pada kontrol lebih besar yaitu 20,5%. Jenis lantai yang kedap air (jenis
lantai rumahnya tidak dilapisi semen, ubin atau keramik) pada kasus sebesar
86,4%, sedangkan pada kontrol lebih kecil yaitu 79,5%.
Sarana pembuangan air limbah adalah sarana pembuangan air
buangan atau air sisa rumah tangga yang meliputi: karakteristik
fisik, jenis air limbah, dan cara pengolahan air limbah. Pada kasus
yang tidak memilki SPAL (tidak memiliki tempat penampungan dan saluran
pembuangan air limbah) sebesar 88,6%, sedangkan pada kontrol sebesar 86,4%.
Sampel kasus yang memiliki SPAL (tidak memiliki tempat penampungan dan
60
saluran pembuangan air limbah) sebesar 11,4%, sedangkan pada kontrol sebesar
13,6%.
Selanjutnya data-data tersebut di analisis dengan uji chi-square dan OR untuk
mengetahui hubungan dan risiko masing-masing variabel dengan kejadian diare.
4.2.2. Hubungan Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan dengan Kejadian
Diare
1. Hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare
Penyediaan air bersih adalah asal atau jenis air yang digunakan
untuk
minum
bagi
keperluan
hidup
sehari-hari
yang
N
%
N
%
19
43,2
35
79,5
25
56,8
9
20,5
CI 95% = 1,989 < OR < 13,161
0,000
seseorang yang sumber airnya memiliki jarak <10 meter dari sumber pencemar
serta berbau, berasa, berwarna, dan keruh memiliki risiko 5,117 kali lebih
besar untuk menderita diare dibandingkan dengan orang yang sumber airnya
memiliki jarak > 10 meter dari sumber pencemar serta tidak berbau, berasa,
berwarna dan keruh.
61
dapat
62
Kepemilikan jamban adalah sarana yang digunakan untuk buang air besar
yang diimiliki responden.
Tabel 4.7. Distribusi Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare di Wilayah
Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao 2014
Responden
Kepemilikan
P
Kasus
Kontrol
Jamban
N
%
N
%
Memiliki
22
50,0
27
61,4
Tidak memiliki
22
50,0
17
38,6
0,283
OR = 1,588
CI 95% = 0,681<OR<3,075
Secara statistik hasil analisa menunjukkan p=0,283 (p>0,05) dengan demikian
dapat dikatakan H0 diterima dan H1 ditolak sehingga kepemilikan jamban tidak
ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare tetapi
merupakan faktor risiko karena nilai OR>1 yaitu sebesar 1,588. Dari hasil
penelitian Kadarrudin, dkk 2014 tentang faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pallangga, Kabupaten
Gowa menunjukkan tidak ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan
kejadian diare dengan didapatkan hasil nilai p=0,731.(29) Sedangkan dari hasil
penelitian Siti Amaliah 2010 tentang hubungan sanitasi lingkungan dan faktor
budaya dengan kejadian diare pada anak balita di Desa Toriyo, Kecamatan
Bondosari,
Kabupaten
Sukoharjo
menunjukan
ada
hubungan
antara
63
N
%
N
%
38
86,4
35
79,5
6
13,6
9
20,5
CI 95% = 0,198<OR<1,902
0,395
64
kejadian diare masih cukup tinggi karena adanya perilaku masyarakat seperti
membiarkan hewan ternak masuk ke dalam rumah, sehingga beberapa rumah
didapati lantainya terdapat kotoran ternak seperti kotoran ayam, sebagian
masyarakat di wilayah tersebut tidak menggunakan alas kaki ketika keluar dan
masuk ke dalam rumah terutama anak-anak, dan ada perilaku anak-anak yang
setelah bermain di perkarangan rumah tidak mencuci tangan padahal jenis
tanah di daerah tersebut adalah jenis tanah yang berdebu sehingga
memudahkan penularan kuman penyakit sehingga jenis lantai tidak memiliki
hubungan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Korbafo, namun
hal tersebut tidak diteliti oleh peneliti.
4. Hubungan kepemilikan sarana pembuangan air limbah dengan kejadian diare
Sarana pembuangan air limbah adalah sarana pembuangan air
buangan
atau
air
sisa
rumah
tangga
yang
meliputi:
65
karena nilai OR>1. Dari hasil penelitian Yuki Laura Angeline, dkk 2012
tentang hubungan kondisi sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan diare serta
kualitas air pada pengguna air sungai Deli di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan
Medan Maimun menunjukkan tidak ada hubungan antara sarana pembuangan
air limbah dengan kejadian diare dengan di dapatkan hasil p=0,05. (31) Hasil
Penelitian Bhakti Rochman 2010 tentang hubungan antara sanitasi lingkungan
dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karanganyar menununjukkan ada hubungan antara sarana pembuangan air
limbah dengan kejadian diare dengan didapatkan hasil p=0,026.(32)
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan didapatkan hampir semua
responden baik itu kelompok kasus maupun kontrol tidak memiliki sarana
pembuangan air limbah (SPAL) dengan frekuensinya 88,6% (kasus) dan
86,4% (kontrol), sehingga air limbahnya dialirkan atau dibuang saja ke
pekarangan rumah.
Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Analisis Bivariat dengan Uji Chi-Square Faktor
Kesehatan Lingkungan dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas
Korbafo Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao 2014
N
O
1.
2.
3.
4.
Faktor Risiko
OR
95%CI
Nilai
p
Keterangan
Penyediaan air
bersih
Kepemilikan
jamban
Jenis
lantai
rumah
Kepemilikan
sarana
5,177
1,989<OR<13,161
0,000
Sig
1,588
0,681<OR<3,075
0,283
Tidak Sig
0,614
0,198<OR<1,902
0,395
Tidak Sig
1,232
0,347<OR<4,377
0,747
Tidak Sig
66
pembuangan
air limbah
1.
2.
3.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Simpulan
Hasil penelitian tentang hubungan faktor risiko kesehatan lingkungan
67
b. Tidak ada hubungan antara faktor risiko kepemilikan jamban dengan kejadian
diare, tetapi merupakan faktor risiko.
c. Tidak ada hubungan antara faktor risiko jenis lantai rumah dengan kejadian
diare.
d. Tidak ada hubungan antara faktor risiko sarana pembuangan air limbah dengan
kejadian diare, tetapi merupakan faktor risiko.
5.2. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan atau Puskesmas :
a. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam penyediaan sumber air umum
yang memenuhi syarat kesehatan.
b. Perlu dilakukan penyebaran media informasi seperti leaflet,
poster,
dan
lain-lain
tentang
faktor
risiko
kesehatan
68
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
69
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
70
Diunduh
dari:
https://books.google.co.id/books?
id=dOrH3zuDYdgC&pg=PA1&dq=Kesehatan+Lingkungan&hl=id&sa=X
&ei=q97vVLCmHcKzuQT8YK4DA&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=Kesehatan
Lingkungan&f=false19.
Rahadi EB. Hubungan Sanitasi Rumah
dengan Kejadian Diare di Desa Peganjaran Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus Tahun 2005. 2005;
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Rote Ndao. Pantai Baru Dalam Angka
2014. BPS KAB.ROTE NDAO. 2014 [diunduh 11 Februari 2015]. Hal. 4.
Tersedia
dari:
http://rotendaokab.bps.go.id/index.php?
hal=publikasi_detil&id=19
26.
27.
28.
71
29.
30.
31.
32.
72
LAMPIRAN
73
Lampiran 1.
RANCANGAN ANGGARAN
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Uraian
Kertas A4
Tinta Printer Black
Tinta Printer Color
Foto copy
Percetakan dan penjilidan
proposal
Percetakan dan penjilidan
skripsi
Tiket Feri
Lain lain
Volume
2 Rim
1 Botol
1 Botol
600 lembar
Biaya Satuan
Rp. 35.000,Rp. 45.000,Rp. 45.000,Rp. 150,-
Total Biaya
Rp. 70.000,Rp. 45.000,Rp. 45.000,Rp. 90.000,Rp. 100.000,Rp. 500.000,-
6 buah
Rp.200.000,-
Lampiran 2.
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
74
Dengan ini saya ingin menjelaskan bahwa penyakit diare saat ini masih
menjadi masalah kesehatan di Indonesia, termasuk Kabupaten Rote Ndao.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit tropis yang berhubungan dengan
lingkungan sebagai penyumbang utama ketiga pada angka kesakitan dan kematian
di dunia. Diare sendiri sering menyebabkan terjadinya Kejadian Luar Biasa
(KLB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur terutama di Kabupaten Rote Ndao dan
Manggarai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan
kesehatan lingkungan kejadian diare di Puskesmas Korbafo, Kecamatan
Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao. Penelitian ini akan dilaksanakan
pada bulan Agustus sampai Oktober 2014, bertempat di wilayah kerja
Puskesmas Korbafo.
Responden yang secara sukarela bersedia untuk menjadi subjek
penelitian
dengan
diwawancara
menandatangani
mengenai
identitas
informed
responden,
consent,
keadaan
akan
sanitasi
75
melihat kuaitas fisik air bersih, sumber air minum, jenis jambann, jenis
lantai rumah, serta kualitas fisik hasil olahan air limbahnya.
Manfaat dari penelitian ini agar penyakit diare dapat dicegah
dan jumlah penderitanya dapat dikendalikan melalui faktor risikonya.
Keuntungan mengikuti penelitian ini adalah Bapak/Ibu/Saudara/i juga
dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang kusta, bagaimana
menjaga lingkungan agar tetap bersih sehingga dapat terhindar dari
penyakit-penyakit menular yang berbasis lingkungan.
Demikian gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan.
Partisipasi
dalam
penelitian
ini
bersifat
sukarela
sehingga
ini,
bersedia
untuk
Bapak/Ibu/Saudara/i
menjadi
bisa
respondem
menandatangani
dalam
surat
Rote, ...........................2014
Peneliti
76
Lampiran 3.
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
SURAT PERMOHONAN JADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Marchindy Paul Adrian Haning
NIM
: 1108011001
Dengan
ini
mengajukan
permohonan
kepada
penelitian
yang
akan
dilakukan
adalah
mengisi
dari
kerahasiaan
selama
penelitian
berlangsung,
77
Rote,
2014
Peneliti
Marchindy P.A.Haning
Lampiran 4.
LEMBAR PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
: _______________________________________________
Umur
: _______________________________________________
Alamat Lengkap
: _______________________________________________
_______________________________________________
78
Mengetahui
Responden Penelitian
Peneliti
Lampiran 5.
Kuisioner Penelitian
Analisis Faktor Risiko Kesehtan Lingkungan terhadap Kejadian
Diare di Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru Kabupaten
Rote Ndao
79
Tanggal Wawancara
Pewawancara
Nomor Responden :
Alamat Responden :
Kaegori Responden :
1) Kasus
2) Kontrol
B. Data Responden
1. Nama Responden
2. Alamat Responden
3. Jenis Kelamin
4.
5.
6.
7.
5.
:
:
:
1) Laki-laki
2) Perempuan
Umur
: ...........tahun
Orang tua / wali
:
Ayah : ...........
Ibu
: ...........
Umur
: ...........tahun
Pekerjaan
:
1) PNS/ Pensiunan/ ABRI
2) Wiraswata
3) Karyawan Swasta
4) Petani
5) Ibu Rumah TanggA
6) Buruh
7) Pelajar
Pendidikan Terakhir :
1) Tidak Tamat SD
2) Tamat SD
3) Tamat SLTP
4) Tamat SLTA
5) Sarjana
6) Lain-lain
80
C. Kejadian Diare
1. Apakah anda pernah terkena diare dalam enam bulan terakhir?
1) Ya
2) Tidak
2. Apakah anda dalam satu hari buang air besar lebih dari 3 kali?
1) Ya
2) Tidak
3. Apakah tinja anda cair (lembek) dengan atau tanpa lendir dan darah?
1) Ya
2) Tidak
D. Kesehatan Lingkungan pada Penyediaan Air bersih
4. Apakah anda memiliki sarana air bersih?
1) Ya
2) Tidak
5. Jika Ya, apakah air bersih yang anda gunakan milik pribadi?
1) Ya
2) Tidak
6. Apakah jenis Sumber air yang anda gunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari ?
1) PDAM
2) Air Mineral
3) Sumur
4) Air hujan atau PAH
5) Air Sungai
7. Apakah air bersih yang anda gunakan berbau?
1) Ya
2) Tidak
8. Apakah air bersih yang anda gunakan berasa?
1) Ya
2) Tidak
9. Apakah air bersih yang anda gunakan berwarna?
1) Ya
2) Tidak
10. Apakah air yang anda gunakan keruh?
1) Ya
2) Tidak
E. Kesehatan Lingkungan pada Kepemilikan Jamban
11. Apakah anda memiliki jamban keluarga?
1) Ya
2) Tidak
12. Apakah semua penghuni rumah termasuk balita buang air besar di jamban
keluarga?
81
1) Ya
2) Tidak
Jika Tidak, di manakah anda buang air besar .............................
13. Apakah jenis jamban yang anda gunakan sudah menggunakan lubang leher
angsa?
1) Ya
2) Tidak
14. Apakah jamban anda selalu tertutup?
1) Ya
2) Tidak
15. Apakah anda membersihkan jamban?
1) Ya
2) Tidak
Jika Ya, berapa kali sehari ......................................
82
19. Apakah air limbah anda berwarna suram atau berwarna bekas air cucian
beras atau sayuran ?
1) Ya
2) Tidak
20. Apakah air limbah anak banyak mengadung sisa-sisa kertas atau tinja?
1) Ya
2) Tidak
21. Apakah hasil air limbah dialirkan ke tempat penampungan air limbah?
1) Ya
2) Tidak
22. Apakah saluran pembuangan air limbah tertutup?
1) Ya
2) Tidak
Lampiran 6.
HASIL ANALISIS
Missing
Total
83
N
Penyediaan Air Bersih *
Kejadian Diare
Kepemilikan Jamban *
Kejadian Diare
Jenis Lantai * Kejadian Diare
Sarana Pembuangan Air
Limbah * Kejadian Diare
Percent
Percent
Percent
88
100.0%
0.0%
88
100.0%
88
100.0%
0.0%
88
100.0%
88
100.0%
0.0%
88
100.0%
88
100.0%
0.0%
88
100.0%
Expected Count
% within Kejadian Diare
Tidak Diare
25
17.0
17.0
56.8%
20.5%
19
35
27.0
27.0
43.2%
79.5%
44
44
44.0
44.0
100.0%
100.0%
Expected Count
% within Kejadian Diare
Count
Total
Expected Count
% within Kejadian Diare
Crosstab
Total
84
Count
Tidak Memenuhi Syarat
34
Expected Count
34.0
38.6%
54
Expected Count
54.0
61.4%
Count
88
Expected Count
88.0
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Df
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
12.270a
.000
Continuity Correctionb
10.784
.001
Likelihood Ratio
12.648
.000
.001
12.131
.000
88
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
.000
85
Lower
Upper
5.117
1.989
13.161
2.090
1.381
3.163
.408
.226
.739
88
Expected Count
% within Kejadian Diare
Total
Tidak Diare
22
17
39
19.5
19.5
39.0
50.0%
38.6%
44.3%
22
27
49
24.5
24.5
49.0
50.0%
61.4%
55.7%
44
44
88
44.0
44.0
88.0
100.0%
100.0%
100.0%
Kepemilikan Jamban
Count
Memiliki
Expected Count
% within Kejadian Diare
Count
Total
Expected Count
% within Kejadian Diare
Chi-Square Tests
86
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
df
sided)
sided)
sided)
1.151a
.283
.737
.391
1.154
.283
.391
1.138
N of Valid Cases
.195
.286
88
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
Upper
1.588
.681
3.705
1.256
.830
1.903
.791
.511
1.225
Memiliki)
For cohort Kejadian Diare =
Diare
For cohort Kejadian Diare =
Tidak Diare
N of Valid Cases
88
87
Kejadian Diare
Diare
Count
Tidak Kedap Air
Tidak Diare
6
15
7.5
7.5
15.0
13.6%
20.5%
17.0%
38
35
73
36.5
36.5
73.0
86.4%
79.5%
83.0%
44
44
88
44.0
44.0
88.0
100.0%
100.0%
100.0%
Expected Count
% within Kejadian Diare
Total
Jenis Lantai
Count
Kedap Air
Expected Count
% within Kejadian Diare
Count
Total
Expected Count
% within Kejadian Diare
Chi-Square Tests
Value
df
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
.723a
.395
Continuity Correctionb
.321
.571
Likelihood Ratio
.727
.394
.572
.715
.398
88
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.
b. Computed only for a 2x2 table
.286
88
Risk Estimate
Value
Upper
.614
.198
1.902
.768
.398
1.483
1.251
.776
2.017
N of Valid Cases
88
Expected Count
% within Kejadian Diare
Kepemilikan Sarana
Pembuangan Air Limbah
Count
Memiliki
Expected Count
% within Kejadian Diare
Total
Count
Expected Count
Tidak Diare
39
38
38.5
38.5
88.6%
86.4%
5.5
5.5
11.4%
13.6%
44
44
44.0
44.0
89
100.0%
100.0%
Crosstab
Total
Count
Tidak Memilki
77
Expected Count
77.0
87.5%
Count
Memiliki
11
Expected Count
11.0
12.5%
Count
Total
88
Expected Count
88.0
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Df
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
.104a
.747
Continuity Correctionb
.000
1.000
Likelihood Ratio
.104
.747
1.000
.103
.749
88
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.
.500
90
Upper
1.232
.347
4.377
1.114
.562
2.208
.905
.504
1.624
Memiliki)
For cohort Kejadian Diare =
Diare
For cohort Kejadian Diare =
Tidak Diare
N of Valid Cases
88
Lampiran 7.
UJI VALIDITAS
Correlations
P7
Pearson Correlation
P1
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P2
Sig. (2-tailed)
N
P3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
P8
P9
P10
P11
P12
-.103
-.059**
.122**
.178
-.116
.011
.630
.783
.569
.406
.588
.961
24
24
24
24
24
24
-.103**
-.059
.122**
.178
-.116
.011
.630
.783
.569
.406
.588
.961
24
24
24
24
24
24
-.103**
-.059**
.122
.178
-.116
.011
.630
.783
.569
.406
.588
.961
91
24
24
24
24
24
24
-.122
.296
.329
.296
-.194
-.263
.569
.160
.116
.160
.364
.214
24
24
24
24
24
24
-.130
.204
-.130
-.204
-.267
-.145
.546
.339
.546
.339
.207
.499
24
24
24
24
24
24
-.348
-.178
-.574
-.415
.116
.495
.096
.406
.003
.044
.588
.014
24
24
24
24
24
24
.476
-.008
.053
-.035
-.122
.019
.969
.806
.872
.569
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.476
-.159
-.111
-.364
-.415
Sig. (2-tailed)
.019
.459
.605
.081
.044
Pearson Correlation
P4
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P5
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P6
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P7
Sig. (2-tailed)
N
P8
24
24
24
24
24
24
-.008
-.159
.900
-.035
-.348**
.969
.459
.000
.872
.096
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.053
-.111
.900
.218
-.178*
Sig. (2-tailed)
.806
.605
.000
.306
.406
24
24
24
24
24
24
-.035
-.364
-.035
.218
.116
.872
.081
.872
.306
Pearson Correlation
P9
Sig. (2-tailed)
N
P10
N
P11
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
.588
92
N
Pearson Correlation
P12
Sig. (2-tailed)
24
24
24
24
24
24
-.122
-.415
-.348
-.178
.116
1*
.569
.044
.096
.406
.588
24
24
24
24
24
24
Correlations
P13
P1
.103
.011
-.185
Sig. (2-tailed)
.630
.569
.783
.630
.961
.386
24
24
24
24
24
24
.103**
.122
.059**
.103
.011
-.185
.630
.569
.783
.630
.961
.386
24
24
24
24
24
24
.103**
.122**
.059
.103
.011
-.185
.630
.569
.783
.630
.961
.386
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.122
-.122
-.059
.122
-.263
-.026
Sig. (2-tailed)
.569
.569
.783
.569
.214
.902
24
24
24
24
24
24
-.065
.259
-.204
-.259
-.145
.183
.763
.221
.339
.221
.499
.393
24
24
24
24
24
24
-.103
-.122
-.296
-.329
-.011
-.450
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
N
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
P6
P18
.059**
Pearson Correlation
P5
P17
.122**
P4
P16
.103
Pearson Correlation
P3
P15
Pearson Correlation
P2
P14
Pearson Correlation
93
Sig. (2-tailed)
.630
.569
.160
.116
.961
.027
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.008
-.008
.159
.210
.103
.260
Sig. (2-tailed)
.969
.969
.459
.324
.630
.219
24
24
24
24
24
24
-.053
.053
.111
.370
.059
.149
.806
.806
.605
.075
.783
.487
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.008
-.210
.159
.008
-.348
.071**
Sig. (2-tailed)
.969
.324
.459
.969
.096
.742
24
24
24
24
24
24
-.053
-.159
.111
-.053
-.415
.149*
.806
.459
.605
.806
.044
.487
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.035
-.035
-.218
-.243
-.194
.033
Sig. (2-tailed)
.872
.872
.306
.253
.364
.880
24
24
24
24
24
24
-.329
.103
-.059
-.103
-.263
-.026*
.116
.630
.783
.630
.214
.902
24
24
24
24
24
24
P7
N
Pearson Correlation
P8
Sig. (2-tailed)
N
P9
N
Pearson Correlation
P10
Sig. (2-tailed)
N
P11
N
Pearson Correlation
P12
Sig. (2-tailed)
N
Correlations
P19
P20
P21
P22
TOTAL
94
P1
Pearson Correlation
.296
.046**
-.145**
.046
.681
Sig. (2-tailed)
.160
.831
.499
.831
.000
24
24
24
24
24
.296**
.046
-.145**
.046
.681
.160
.831
.499
.831
.000
24
24
24
24
24
.296**
.046**
-.145
.046
.681
.160
.831
.499
.831
.000
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.178
.229
-.073
-.046
.340
Sig. (2-tailed)
.406
.281
.736
.831
.104
24
24
24
24
24
.000
.316
.313
-.158
.223
1.000
.132
.137
.461
.295
24
24
24
24
24
-.059
.229
-.290
-.046
-.191
.783
.281
.169
.831
.372
24
24
24
24
24
-.053
-.041
.130
-.041
.231
.806
.849
.546
.849
.277
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.111
.258
.204
.000
.345
Sig. (2-tailed)
.605
.223
.339
1.000
.099
24
24
24
24
24
N
Pearson Correlation
P2
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P3
Sig. (2-tailed)
N
P4
N
Pearson Correlation
P5
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P6
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P7
Sig. (2-tailed)
N
P8
95
P9
Pearson Correlation
.370
-.041
-.065
-.041
.231
Sig. (2-tailed)
.075
.849
.763
.849
.277
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.333
.000
.000
.000
.345
Sig. (2-tailed)
.111
1.000
1.000
1.000
.099
24
24
24
24
24
-.218
-.169
.000
.169
-.151
.306
.430
1.000
.430
.483
24
24
24
24
24
-.059
.229
-.073
-.046
-.109
.783
.281
.736
.831
.612
24
24
24
24
24
P10
N
Pearson Correlation
P11
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P12
Sig. (2-tailed)
N
Correlations
P1
P13
P4
P5
P6
.103
.103**
.103**
.122
-.065
-.103
Sig. (2-tailed)
.630
.630
.630
.569
.763
.630
24
24
24
24
24
24
.122**
.122
.122**
-.122
.259
-.122
.569
.569
.569
.569
.221
.569
24
24
24
24
24
24
.059**
.059**
.059
-.059
-.204
-.296
.783
.783
.783
.783
.339
.160
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P15
P3
Pearson Correlation
P14
P2
Sig. (2-tailed)
N
96
P16
Pearson Correlation
.103
.103
.103
.122
-.259
-.329
Sig. (2-tailed)
.630
.630
.630
.569
.221
.116
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.011
.011
.011
-.263
-.145
-.011
Sig. (2-tailed)
.961
.961
.961
.214
.499
.961
24
24
24
24
24
24
-.185
-.185
-.185
-.026
.183
-.450
.386
.386
.386
.902
.393
.027
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.296
.296
.296
.178
.000
-.059
Sig. (2-tailed)
.160
.160
.160
.406
1.000
.783
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.046
.046
.046
.229
.316
.229
Sig. (2-tailed)
.831
.831
.831
.281
.132
.281
24
24
24
24
24
24
-.145
-.145
-.145
-.073
.313
-.290**
.499
.499
.499
.736
.137
.169
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.046
.046
.046
-.046
-.158
-.046*
Sig. (2-tailed)
.831
.831
.831
.831
.461
.831
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.681
.681
.681
.340
.223
-.191
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.104
.295
.372
24
24
24
24
24
24
P17
N
Pearson Correlation
P18
Sig. (2-tailed)
N
P19
P20
N
Pearson Correlation
P21
Sig. (2-tailed)
N
P22
TOTAL
97
Correlations
P7
P13
-.053
.035
-.329
Sig. (2-tailed)
.969
.806
.969
.806
.872
.116
24
24
24
24
24
24
-.008**
.053
-.210**
-.159
-.035
.103
.969
.806
.324
.459
.872
.630
24
24
24
24
24
24
.159**
.111**
.159
.111
-.218
-.059
.459
.605
.459
.605
.306
.783
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.210
.370
.008
-.053
-.243
-.103
Sig. (2-tailed)
.324
.075
.969
.806
.253
.630
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.103
.059
-.348
-.415
-.194
-.263
Sig. (2-tailed)
.630
.783
.096
.044
.364
.214
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.260
.149
.071
.149
.033
-.026
Sig. (2-tailed)
.219
.487
.742
.487
.880
.902
24
24
24
24
24
24
-.053
.111
.370
.333
-.218
-.059
.806
.605
.075
.111
.306
.783
24
24
24
24
24
24
-.041
.258
-.041
.000
-.169
.229
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
N
P18
N
Pearson Correlation
P19
Sig. (2-tailed)
N
P20
P12
.008**
Pearson Correlation
P17
P11
-.053**
P16
P10
.008
Pearson Correlation
P15
P9
Pearson Correlation
P14
P8
Pearson Correlation
98
Sig. (2-tailed)
.849
.223
.849
1.000
.430
.281
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.130
.204
-.065
.000
.000
-.073**
Sig. (2-tailed)
.546
.339
.763
1.000
1.000
.736
24
24
24
24
24
24
-.041
.000
-.041
.000
.169
-.046*
.849
1.000
.849
1.000
.430
.831
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.231
.345
.231
.345
-.151
-.109
Sig. (2-tailed)
.277
.099
.277
.099
.483
.612
24
24
24
24
24
24
P21
N
Pearson Correlation
P22
Sig. (2-tailed)
N
TOTAL
Correlations
P13
Pearson Correlation
P13
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P15
Sig. (2-tailed)
N
P16
Pearson Correlation
P15
P16
P17
P18
.008**
-.159**
-.210
.348
-.071
.969
.459
.324
.096
.742
24
24
24
24
24
24
.008**
.159**
.210
-.122
.071
.459
.324
.569
.742
Sig. (2-tailed)
N
P14
P14
.969
24
24
24
24
24
24
-.159**
.159**
.476
.178
.248
.459
.459
.019
.406
.242
24
24
24
24
24
24
-.210
.210
.476
.122
-.071
99
Sig. (2-tailed)
.324
.324
.019
.569
.742
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.348
-.122
.178
.122
.185
Sig. (2-tailed)
.096
.569
.406
.569
24
24
24
24
24
24
-.071
.071
.248
-.071
.185
.742
.742
.242
.742
.386
24
24
24
24
24
24
-.159
-.265
.333
.265
-.059
.050
.459
.211
.111
.211
.783
.818
24
24
24
24
24
24
-.451
-.041
-.258
.041
-.596
-.115
.027
.849
.223
.849
.002
.591
24
24
24
24
24
24
-.130
.130
.204
-.130
.145
.913**
.546
.546
.339
.546
.499
.000
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.041
.205
.000
.041
.229
.115*
Sig. (2-tailed)
.849
.337
1.000
.849
.281
.591
24
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.024
.268
.383
.316
.014
.411
Sig. (2-tailed)
.910
.206
.065
.132
.950
.046
24
24
24
24
24
24
P17
N
Pearson Correlation
P18
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P19
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P20
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P21
Sig. (2-tailed)
N
P22
TOTAL
.386
100
Correlations
P19
.041
.024
.459
.027
.546
.849
.910
24
24
24
24
24
-.265**
-.041
.130**
.205
.268
.211
.849
.546
.337
.206
24
24
24
24
24
.333**
-.258**
.204
.000
.383
.111
.223
.339
1.000
.065
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.265
.041
-.130
.041
.316
Sig. (2-tailed)
.211
.849
.546
.849
.132
24
24
24
24
24
-.059
-.596
.145
.229
.014
.783
.002
.499
.281
.950
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.050
-.115
.913
.115
.411
Sig. (2-tailed)
.818
.591
.000
.591
.046
24
24
24
24
24
.000
.000
-.258
.422
1.000
1.000
.223
.040
24
24
24
24
24
.000
-.079
-.200
.059
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
P16
N
Pearson Correlation
P17
Sig. (2-tailed)
N
P18
N
Pearson Correlation
P19
Sig. (2-tailed)
N
P20
TOTAL
-.130**
Pearson Correlation
P15
P22
-.451**
P14
P21
-.159
Pearson Correlation
P13
P20
Pearson Correlation
101
Sig. (2-tailed)
1.000
24
24
24
.000
-.079
.158
.375
1.000
.713
.461
.071
24
24
24
24
24
-.258
-.200
.158
.193
.223
.349
.461
24
24
24
24
24
Pearson Correlation
.422
.059
.375
.193
Sig. (2-tailed)
.040
.783
.071
.366
24
24
24
24
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
TOTAL
.783
24
P22
.349
24
Pearson Correlation
P21
.713
Lampiran 8.
Data Mentah
Nama
Diare
PAB
Jamba
n
Lantai
SPAL
AH
.366
24
102
AM
GT
AB
MB
TSL
AL
MP
VB
AB
AF
YL
DKM
TP
FDT
FZ
AL
FF
RF
MH
DT
PH
RN
ML
ST
DN
IB
103
JMSR
PL
FO
VL
TN
AB
MB
SAA
DU
FAU
LB
DJM
JMT
AE
ME
RL
AD
EZ
AM
SK
GB
DL
IM
AP
BM
RN
EN
104
YL
RL
AF
PU
LB
SL
YN
LL
YS
BF
TF
JE
DT
MD
VP
JF
NB
MU
JE
AB
MB
TF
SB
SK
NL
RN
AK
105
RB
AA
AB
JP
NK
EB
106
Lampiran 9.
Kasus
Kontrol
Faktor Risiko Penyediaan Air Bersih
107
Kasus
Kontrol
Faktor Risiko Kepemilikan Jamban
Kasus
Kontrol
Faktor Risiko Jenis Lantai Rumah
108
Kasus
Kontrol
Faktor Risiko Kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122