Anda di halaman 1dari 122

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul
Analisis Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Kejadian Diare di
Puskesmas Korbafo, Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dr. S. M. J Koamesah, MMR, MMPK selaku dosen pembimbing 1 dan
penguji yang telah sabar membimbing dan menyediakan waktu, tenaga dan
pikiran untuk mengarahkan dalam penulisan skripsi sampai tahap ini.
2. Ibu Maria Agnes Etty Dedy, S.Si, Apt selaku dosen pembimbing 2 dan
penguji yang telah meluangkan waktu, dalam memberikan masukan dan saran
dalam penulisan skripsi sampai tahap ini.
3. Ibu Magdarita Riwu, S.Farm, M.Farm, Apt selaku penguji 3 yang telah
meluangkan waktu, dalam memberikan masukan dan saran dalam penulisan
skripsi.
4. Kepala pemerintahan Kabupaten Rote Ndao dan Staf beserta jajaran instansi
terkait yang telah memberikan ijin dan bantuan selama melakukan penelitian.
5. Masyarakat Kecamatan Pantai Baru yang secara sukarela bersedia sebagai
subjek dalam penelitian yang dilakukan penulis.
6. Seluruh sivitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan dan bantuan selama penulis
menempuh pendidikan.
7. Orang tua tercinta Bapak Frederik S.B.Haning dan Ibu Paulina Haning Ndolu
yang selalu setia mendoakan dan mendukung penulis hingga menyelesaikan
skripsi ini, serta sebagai sumber motivasi penulis menempuh pendidikan.
Saudaraku Melinda, dan Oma Maria terima kasih untuk dukungan dan
motivasi yang diberikan untuk menyelesaikan kuliah ini.
8. Teman-teman calon sejawat Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
Kupang Angkatan 2011 yang selalu menemani dan memberikan dukungan
motivasi penulis selama menempuh pendidikan.
9. Semua sahabat, saudara, serta semua pihak yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi sampai tahap ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Kupang, 1 April 2015

Penulis

ANALYSIS OF RISK FACTOR OF ENVIROMENTAL HEALTH FOR THE


INCIDENCE OF DIARRHEA IN PUSKESMAS KORBAFO PANTAI BARU
SUB-DISTRICT ROTE NDAO DISTRICT

10

Marchindy Paul Adrian Haning1, S.M.J Koamesah2, Maria Agnes Etty Dedy3,
1
Medical Faculty of Nusa Cendana University
2
IKM-IKKOM Departement of Medical Faculty of Nusa Cendana University
3
IKM-IKKOM Departement of Medical Faculty of Nusa Cendana University
ABSTRACT
Diarrhea was one of the tropical diseases and based environment became the third
major contributor to morbidity and mortality in the world. The study about
Analysis of Risk Factor of Environmental Health for The Incidence of Diarrhea
in Puskesmas Korbafo Pantai Baru Sub-District Rote Ndao District 2014, was
held in August 2014. The study was conducted in an analytical observational of
cases and controls design. The case group were patients in Puskesmas Korbafo
who was diagnosed with diarrhea based on medical records in Puskesmas Korbafo
in 2013, while the control sample was a sample nearest neighbors in the same
case. Data analysis was performed univariate and bivariate with used chi square
test and Odds Ratio. Results of the analysis showed no corellation between the
supply of clean water (p = 0.000 and OR = 5.117) and the incidence of diarrhea.
Latrine ownership, type of floor, the ownership of wastewater disposal had no
relationship with the incidence of diarrhea. It can be concluded there is a corr
between the supply of clean water with diarrhea in Puskesmas Korbafo Pantai
Baru Sub-district Rote Ndao District 2014. It was recommended more leaflets and
posters were made about the influence of environmental health on the incidence of
diarrhea so that people were more vigilant and conducted surveillance and
investigation of water supply from both government and private property.
Keywords: Diarrhea, risk factor, enviromental health, puskesmas

ANALISIS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN TERHADAP


KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KORBAFO
KECAMATAN PANTAI BARU KABUPATEN ROTE NDAO

11

Marchindy Paul Adrian Haning1, S.M.J Koamesah2, Maria Agnes Etty Dedy3
1
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
2
Departemen IKM-IKKOM Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
3
Departemen IKM-IKAKOM Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
ABSTRAK
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit tropis yang berhubungan dengan
lingkungan sebagai penyumbang utama ketiga pada angka kesakitan dan kematian
di dunia. Penelitian Analisis Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Terhadap
Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru
Kecamatan Rote Ndao Tahun 2014, dilaksanakan pada bulan Agustus 2014.
Penelitian dilakukan secara observasional analitik dengan rancangan kasus dan
kontrol. Sampel Kasus adalah penderita Diare di Wilayah Kerja Puskesmas
Korbafo yang dinyatakan menderita diare berdasarkan rekam medik di Puskesmas
Korbafo pada tahun 2013, sedangkan sampel kontrol merupakan tetangga terdekat
sampel kasus di lingkungan yang sama. Analisis data yang dilakukan adalah
univariat dan bivariat dengan uji chi square dan Odds Ratio. Hasil analisis
menunjukan ada hubungan antara penyediaan air bersih (p = 0,000 dan OR =
5,117) dengan kejadian diare. Kepemilikan jamban, jenis lantai, kepemilikan
sarana pembuangan air limbah tidak memiliki hubungan dengan kejadian diare.
Dapat disimpulkan terdapat hubungan antara penyediaan air bersih dengan
kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru
Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014. Disarankan semakin banyak leaflet dan poster
yang dibuat mengenai pengaruh kesehatan lingkugan terhadap kejadian diare
sehingga masyarakat lebih waspada serta melakukan pengawasan dan investigasi
terhadap penyediaan air bersih baik dari pemerintah maupun milik pribadi.
Kata Kunci

: Diare, faktor risiko, kesehatan lingkungan, puskesmas

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

12

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...........................................................ii


HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI..........................................iii
HALAMAN PERNYATAAN LEMBAR ORISINALITAS.............................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI........v
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI MANUSKRIP....................................vi
HALAMAN PENGESAHAN MANUSKRIP..................................................vii
KATA PENGANTAR.......................................................................................viii
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................ix
ABSTRAK............................................................................................................x
DAFTAR ISI........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiii
DAFTAR SKEMA............................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare...........................................................................................................6
2.1.1. Pengertian................................................................................................6
2.1.2. Klasifikasi Diare......................................................................................6
2.1.3. Etiologi....................................................................................................7
2.1.4. Gejala Diare.............................................................................................7
2.1.5. Epidemiologi Diare.................................................................................8
2.1.6. Penularan Diare.......................................................................................9
2.1.7. Patomekanisme Diare............................................................................10
2.1.8. Prinsip Tatalaksana Penderita Diare......................................................12
2.1.9. Penanggulangan Diare...........................................................................13
2.1.10. Pencegahan Diare..................................................................................14
2.2. Kesehatan Lingkungan Dengan Diare.....................................................15
2.2.1. Faktor Penyebab (agent).........................................................................15
2.2.2. Faktor Manusia (host).............................................................................16
2.2.3. Faktor Lingkungan (environtment).........................................................16
2.3. Kesehatan Lingkungan.............................................................................17
2.3.1. Penyediaan Air Bersih...........................................................................17
2.3.1.1 Sumber Air Minum.............................................................................18
2.3.1.2 Kualitas Fisik Air Bersih.....................................................................19
2.3.2. Kepemilikan Jamban.............................................................................20
2.3.3. Jenis Lantai Rumah...............................................................................23
2.3.4. Kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)........................23
2.4. Perilaku Kesehatan...................................................................................28
2.5.
Kerangka Teori.........................................................................................30
2.6. Hipotesis...................................................................................................32
BAB III METODE PENELITIAN

13

3.1. Kerangka Konsep.....................................................................................33


3.2. Identifikasi Variabel.................................................................................34
3.3. Definisi Operasional................................................................................36
3.4. Jenis dan Rancangan Komponen Penelitian............................................35
3.5. Lokasi dan Waktu.....................................................................................36
3.6. Populasi dan Sampel................................................................................37
3.7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi....................................................................39
3.8. Alur Penelitian dan Cara Kerja................................................................40
3.9. Analisis Data............................................................................................41
3.10. Jadwal Kegiatan.......................................................................................43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum.....................................................................................44
4.1.1 Letak Geografis.....................................................................................44
4.1.2 Luas Wilayah.........................................................................................44
4.1.3 Kependudukan.......................................................................................45
4.1.4 Pelayanan Kesehatan.............................................................................45
4.1.5 Perumahan.............................................................................................45
4.2
Karakteristik Responden..........................................................................46
4.2.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin......................................46
4.2.2 Distribusi Responden Menurut Kelompok Usia....................................46
4.2.3 Distribusi Responden Menurut Penemuan Kasus Diare........................47
4.3
Analisis Faktor Risiko..............................................................................47
4.3.1 Gambaran Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Dengan
Kejadian Diare.......................................................................................
4.3.2. Hubungan Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Dengan
Kejadian Diare.......................................................................................
4.4
Keterbatasan Penelitian............................................................................
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan..................................................................................................57
6.2
Saran.........................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................59
LAMPIRAN.......................................................................................................61
Lampiran 1...........................................................................................................62
Lampiran 2...........................................................................................................63
Lampiran 3...........................................................................................................65
Lampiran 4...........................................................................................................66
Lampiran 5...........................................................................................................67
Lampiran 6...........................................................................................................73
Lampiran 7...........................................................................................................78
Lampiran 8...........................................................................................................85
Lampiran 9...........................................................................................................89
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional.........................................................................36

14

Tabel 3.2. Jadwal Kegiatan................................................................................43


Tabel 4.1. Nama Desa dan Luas Wilayah di Puskesmas Korbafo
Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao 2013.......................44
Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin.................................46
Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Keompok Usia................................46
Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Tempat Penemuan Kasus Diare......47
Tabel 4.5. Gambaran Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan dengan
Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo
Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao 2014.......................48
Tabel 4.6. Distribusi Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai
Baru Kabupaten Rote Ndao 2014.....................................................50
Tabel 4.7. Distribusi Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru
Kabupaten Rote Ndao 2014..............................................................52
Tabel 4.8. Distribusi Jenis Lantai Rumah dengan Kejadian Diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan
Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao 2014.........................................53
Tabel 4.9. Distribusi Kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah
dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas
Korbafo Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao 2014.........55
Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Analisis Bivariat dengan Uji Chi-Square
Faktor Kesehatan Lingkungan dengan
Kejadian Diaredi Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo
Kecamatan Pantai Baru Kabupaten
Rote Ndao 2014................................................................................56

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.Segitiga Epidemiologi (Leavel dan Clark, 1958)...............................15

15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

16

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Banyak faktor
yang mempengaruhi kesehatan yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,
dan hereditas.(1) Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang
harus ada antara manusia dan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat
dari manusia. Termasuk keseimbangan di dalam lingkungan manusia tinggal dan
bermukim.(2)
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit tropis yang berhubungan
dengan lingkungan sebagai penyumbang utama ketiga pada angka kesakitan dan
kematian di dunia. Diare menyebabkan 15-34 % kematian di seluruh dunia,
kurang lebih 300 kematian per tahun.(3) {Formatting Citation}{Formatting
Citation} Hampir seluruh daerah geografis dunia dan semua kelompok usia
diserang diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi paling banyak
didapatkan pada bayi dan anak balita.(4,5)
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi
pendorong terjadinya diare yaitu faktor agen, pejamu, lingkungan dan perilaku.
Penyakit diare berkaitan erat dengan kesehatan lingkungan, akses terhadap air
bersih, perilaku hidup sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh
masyarakat. Rendahnya cakupan kebersihan sanitasi seperti sarana penyediaan air
bersih dan pembuangan tinja sering menjadi faktor risiko terjadinya KLB diare.(6)
Badan Kesehatan Dunia memperkirakan empat milyar kasus diare yang
terjadi di dunia pada 2000. Sebanyak 2,2 juta penderita meninggal dari empat
milyar kasus diare yang ada dan sebagian besar anak-anak di bawah umur lima

17

tahun. Di Indonesia, diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu


(kolitis infeksi) menduduki peringkat pertama penyakit terbanyak pada pasien
rawat inap pada 2010 yaitu sebanyak 96.278 kasus dengan angka kematian Case
Fatality Rate (CFR) sebesar 1,92%. Selanjutnya diikuti oleh Demam Berdarah
Dengue (DBD) sebanyak 79.239 kasus dengan CFR sebesar 1,29% dan demam
tifoid dan paratifoid sebanyak 55.098 kasus dengan CFR sebesar 2,06%.(7)
Menurut laporan Profil Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) perkiraan kasus
diare Provinsi NTT 2011 berjumlah 200.721 kasus, yang ditangani sebanyak
111.046 kasus atau sebesar 55,3%. Pada 2012, perkiraan kasus diare berjumlah
206.216 kasus, yang ditangani sebanyak 106.193 kasus atau sebesar 51,5%,
dengan dua kabupaten yang mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu
Kabupaten Rote Ndao dan Manggarai. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rote
Ndao menyatakan bahwa distribusi kasus diare berdasarkan puskesmas di
Kabupaten Rote Ndao sebesar 4.986 kasus pada 2012 dan meningkat menjadi
5.142 kasus pada 2013.(8)
Puskesmas di Kabupaten Rote Ndao berjumlah 12 buah dan dari jumlah
kasus yang terjadi, puskesmas Korbafo jumlah peningkatan kasusnya paling tinggi
dibandingkan dengan puskesmas yang lain yaitu terjadi peningkatan sebanyak 91
kasus pada 2013, pada 2012 jumlah kasus sebanyak 388 kasus dan pada 2013
jumlah kasus penyakit diare menjadi 479 kasus. Puskesmas Korbafo merupakan
puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao,
yang wilayah kerjanya tersebar di satu kelurahan dan lima desa, dengan keadaan
topografinya yang terdiri dari pantai, hutan, persawahan, bukit, dan rawa.(9)
Hasil penelitian Zaenal Abidin tentang faktor risiko kesehatan lingkungan
yang berpengaruh terhadap kejadian diare (studi diare akut pada balita di

18

Kabupaten Lampung Selatan) didapatkan faktor risiko yang berhubungan antara


lain sumber air permukaan, tempat penyimpanan air bersih terbuka, dan
keberadaan kandang ternak disekitar rumah (<10 m), sedangkan variabel yang
tidak berhubungan adalah sanitasi jamban, sarana pembuangan air limbah (SPAL),
jenis SPAL dan keberdaan sampah.(10) Penelitian yang dilakukan Wibowo Sapta
tentang faktor risiko kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan kejadian
diare pada balita di Kecamatan Citamiyang, Kota Sukabumi didapatkan 12
variabel yang berhubungan dari 16 variabel yang diteliti yaitu: jenis sarana air
bersih, cara pengambilan air, tingkat risiko pencemaran sumber air, kuantitas air,
kualitas mikrobiologis air bersih, jenis jamban, kondisi jamban, jenis SPAL,
kondisi SPAL, jenis tempat sampah, kondisi tempat sampah dan jenis konstruksi
rumah.(11)
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai analisis faktor risiko kesehatan lingkungan terhadap kejadian diare di
Puskesmas Korbafo 2014.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Faktor risiko kesehatan lingkungan apa saja yang
berhubungan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Korbafo.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisis faktor risiko kesehatan lingkungan terhadap
kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Korbafo 2014.
1.3.2.Tujuan Khusus

19

1. Mengetahui dan menganalisis hubungan faktor risiko penyediaan air bersih


terhadap kejadian diare.
2. Mengetahui dan menganalisis hubungan faktor risiko kepemilikan jamban
terhadap kejadian diare.
3. Mengetahui dan menganalisis hubungan faktor risiko lantai rumah terhadap
kejadian diare.
4. Mengetahui dan menganalisis hubungan faktor risiko kepimilikan sarana
pembuangan air limbah (SPAL) terhadap kejadian diare.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan berkaitan dengan kejadian diare
dan faktor risiko kesehatan lingkungan yang mempengaruhinya, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di
dalam penanggulangan penyakit infeksi khususnya diare.
1.4.2. Bagi tempat penelitian (Puskesmas Korbafo)
Memberikan informasi tentang faktor risiko kesehatan lingkungan yang
berhubungan dengan kejadian diare kepada tenaga medis di Puskesmas Korbafo
sehingga diharapkan dapat dilakukan upaya pencegahan yang bisa menekan angka
kejadian diare.
1.4.3. Bagi subyek penelitian
Dapat menjadi tambahan pengetahuan tentang faktor risiko kesehatan
lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare sehingga dapat melakukan
pencegahan terhadap kejadian penyakit ini.
1.4.4. Bagi masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat mengenai diare dan faktor risiko
kesehatan lingkungan yang mempengaruhinya.
1.4.5. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar-dasar bagi Dinas
Kesehatan Kabupaten Rote Ndao untuk dapat mencari solusi atau upaya-upaya
kesehatan dalam menekan angka kejadian diare di Kabupaten Rote Ndao.

20

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare
2.1.1. Pengertian
Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari
200 gram atau 200 ml/24 jam.(12)
2.1.2. Klasifikasi Diare
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) 2005, jenis
diare dibagi menjadi empat yaitu:(13)
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi
merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadinya
komplikasi pada mukosa.
3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.

21

4. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut dan
diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam,
gangguan gizi atau penyakit lainnya.
2.1.3. Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10%
karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan
sebagainya. Diare akut karena infeksi dapat ditimbulkan oleh:(14)
1. Bakteri: Eschericia Coli,Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C,
Salmonella

spp,

perfringens
2. Parasit: Protozoa:

Shigella

dysentriae,

Entamoeba

Vibriae

hystolitica,

chlolerae,

Giardia

Clostridium

lamblia.

Cacing:

A.lumbricoides, A.duodenale, T.saginata, T.sollium


3. Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus
Terkhususnya di Negara berkembang penyebab paling seringnya Enterotoxigenic
Escherichia coli (ETEC), Rotavirus, Vibrio cholera.
2.1.4. Gejala Diare
2.1.4.1.
Gejala diare yaitu:(15)
1. Gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin,
2. Nyeri perut sampai kejang perut,
3. Tinja encer, berlendir, atau berdarah,
4. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu,
5. Demam,
6. Anusnya lecet,
7. Gangguan gizi akibat asupan makan yang berkurang,
8. Muntah sebelum atau sesudah diare,
9. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dan
10. Dehidrasi.
2.1.4.2.
Derajat Dehidrasi
1. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% berat badan (BB)) gambaran klinisnya
turgor kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok,

22

2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB) gambaran klinis turgor buruk,
suara serak, pasien jatuh dalam presyok ata syok, nadi cepat, napas cepat
dan dalam, dan
3. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB) gambaran klinisnya tanda
dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma, otototot kaku, sianosis).(12)
3.1.5. Epidemiologi Diare
Epidemiologi penyakit diare, adalah sebagai berikut
1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar melalui fekaloral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau
kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku yang dapat
menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya
diare, antara lain menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan
dengan sabun sesudah buang air besar atau sebelum dan sesudah makan, dan
buang air besar sembarangan, menggunakan air minum yang tercemar.(13)
2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare. Beberapa faktor
pada penjamu yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap beberapa penyakit
dan lamanya diare yaitu riwayat penyakit neuropati autonomik, Sindrom
Zollinger-Ellison(12), kurang gizi, campak, immunodefisiensi.(13)
3. Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit
yang berhubungan dengan lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana
air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan
perilaku manusia, dimana faktor lingkungan dan perilaku dapat menimbulkan
kejadian diare melalui makanan dan minuman.
2.1.6. Penularan Diare
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan
bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fekal-oral yang terjadi karena:

23

1. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar
selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan
di rumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau
apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari
tempat penyimpanan(16),
2. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus
atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang
dan kemudian binatang tersebut hinggap dimakanan, maka makanan itu dapat
menularkan diare ke orang yang memakannya.(16) Sedangkan menurut Depkes
RI kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fekal-oral antara lain
melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
dengan tinja penderita.(17) Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan
penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu:
menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun
sesudah buang air besar atau sebelum dan sesudah makan, dan buang air besar
sembarangan, serta menggunakan air minum yang tercemar(16),
3. Lantai rumah yang berdebu dan basah menimbulkan sarang penyakit serta
perilaku penghuni rumah tidak sesuai dengan norma-norma kesehatan seperti
tidak membersihkan lantai dengan baik, maka akan menyebabkan terjadinya
penularan penyakit termasuk diare(1), dan
4. Melalui air limbah yang tidak diolah dengan baik dapat mencemari lingkungan
hidup menjadi transmisi berbagai penyakit, seperti: kolera, tifus abdominalis,
disentri basiler, dan diare serta sebagai sumber pencemaran air permukaan,
tanah, dan lingkungan hidup lainnya.(1)
2.1.7. Patomekanisme Diare

24

Diare disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme sebagai


berikut: (12)
1. Osmolaritas intraluminal yang meninggi atau diare osmotik, disebabkan karena
meningginya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh
obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik magnesium sulfat (MgSO4), magnesium
hidroksida (Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa
usus misalnya pada defisiensi disaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa,
2. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi disebabkan oleh meningkatnya sekresi
air dan elektrolit dari usus, serta menurunnya absorpsi. Diare ini secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali dan tetap berlangsung
walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara
lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera atau Escherichia coli,
penyakit yang menghasilkan hormon, reseksi ileum (gangguan absorpsi garam
empedu), dan efek obat laksatif (dioktilnatriumsulfosuksinat dan lain-lain),
3. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak disebabkan oleh gangguan
pembentukan/produksi empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati,
4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit disebabkan
adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+, K+ ATPase di enterosit dan
absorpsi Na+ dan air yang abnormal,
5. Motilitas dan waktu transit usus abnormal disebabkan hipermotilitas dan
iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di
usus halus. Penyebab gangguan motilitas anatara lain: diabetes mellitus, pasca
vagotomi, hipertiroid,
6. Gangguan permeabilitas usus disebabkan adanya kelainan morfologi membran
epitel spesifik pada usus halus,

25

7. Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik yang disebabkan oleh adanya
kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi
mukus yang berlebihan dan eksudat air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan
absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus disebabkan infeksi (disentri
shigellosis) atau non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Crohn), dan
8. Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi disebabkan oleh infeksi bakteri. Dari
sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invansif (tidak merusak
mukosa) dan invansif (merusak mukosa). Bakteri non-invansif menyebabkan
diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare
toksigenik. Contoh diare toksigenik yaitu kolera. Enterotoksin yang dihasilkan
kuman Vibrio cholare/eltor merupakan protein yang dapat menempel pada
epitel usus, yang lalu membentuk adenosine monofosfat siklik (AMF siklik) di
dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion
bikarbonat, dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorpsi ion natrium
melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion
klorida (diikuti ion bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat dikompensasi
oleh meningginya absorpsi ion natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion
bikrabonat, serta klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian
larutan glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus.
2.1.8. Prinsip Tatalaksana Penderita Diare
Intervensi untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian adalah
melaksanakan tatalaksana penderita diare, yaitu: (13)
1. Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang
dianjurkan.

26

2. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke
petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang
lebih cepat dan tepat, yaitu dengan oralit.
3. Memberi makanan
Memberikan makanan selama serangan diare sesuai yang dianjurkan dengan
memberikan makanan yang mudah dicerna. Anak yang masih minum ASI
harus lebih sering diberi ASI. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
diteruskan selama dua minggu untuk membantu pemulihan berat berat badan
anak.
4. Mengobati masalah lain
Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka
diberikan pengobatan sesuai anjuran, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
2.1.9. Penanggulangan Diare
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005, penanggulangan
diare antara lain:(13)
1. Pengamatan intensif dan pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data tentang jumlah penderita
dan kematian serta penderita baru yang belum dilaporkan dengan melakukan
pengumpulan data secara harian pada daerah fokus dan daerah sekitarnya yang
diperkirakan mempunyai risiko tinggi terjangkitnya penyakit diare. Sedangkan
pelaksanaan SKD merupakan salah satu kegiatan dari surveilans epidemiologi
yang kegunaanya untuk mewaspadai gejala akan timbulnya KLB diare.
2. Penemuan kasus secara aktif
Tindakan untuk menghindari terjadinya kematian di lapangan karena diare pada
saat KLB di mana sebagian besar penderita berada di masyarakat.
3. Pembentukan pusat rehidrasi

27

Tempat untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan


pengobatan pada keadaan tertentu misalnya lokasi KLB jauh dari puskesmas
atau rumah sakit.

4. Penyediaan logistik saat KLB


Penyediaan logistik saat KLB dilakukan agar tersedianya segala sesuatu yang
dibutuhkan oleh penderita pada saat terjadinya KLB diare.
5. Penyelidikan terjadinya KLB
Penyelidikan terjadinya KLB merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
pemutusan mata rantai penularan dan pengamatan intensif baik terhadap
penderita maupun terhadap faktor risiko.
6. Penularan penyebab KLB
Upaya pemutusan rantai penularan penyakit diare pada saat KLB diare meliputi
peningkatan kualitas kesehatan lingkungan dan penyuluhan kesehatan.
2.1.10.Pencegahan Diare
Menurut Departemen Kesehata Republik Indonesia 2005, penyakit diare
dapat dicegah melalui promosi kesehatan antara lain:(13)
1.
2.
3.
4.
5.

Penggunaan air bersih yang cukup,


Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan dan buang air besar (BAB),
Penggunaan jamban yang benar,
Pengelolaan tinja dengan tepat terutama pembuatan jamban sehat,
Perbaikan sanitasi lingkungan seperti penggunaan lantai yang kedap air (semen,
ubin, atau keramik) atau lantai rumah dari tanah agar tidak berdebu maka
dilakukan penyiraman air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat
dan dilakukan berkali-kali, dan

28

6. Pengelolaan air limbah yang baik agar tidak menjadi media pekembangbiakan
mikroorganisme patogen.(1)
2.2. Kesehatan Lingkungan dengan Diare
Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat.(1)
Host

Environtment

Agent

Gambar 2.1. Segitiga Epidemiologi (Leavel dan Clark,1958)


Menurut Leavel dan Clark (1958) ditinjau dari sudut ekologis ada tiga faktor yang
dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian
pada manusia. Tiga faktor tersebut disebut sebagai epidemiological triad yang
terdiri dari penyakit (agent), manusia (host), dan lingkungannya (environtment).
Dalam keadaan normal, ketiga komponen tersebut seimbang atau dengan kata lain
orang disebut sehat. Apabila keseimbangannya terganggu, misalnya saat
lingkungan hidup menurun sampai tingkatan tertentu, agen penyakit dapat dengan
mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit.(18)
2.2.1. Faktor penyebab (agent)
Faktor
penyebab (agent) adalah penyebab dari penyakit diare bisa
disebabkan oleh infeksi atau sebab-sebab lain seperti makanan-makanan yang
terkontaminasi, obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan sebagainya. Diare
karena infeksi dapat ditimbulkan oleh:(14)

29

1. Bakteri: Eschericia Coli,Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C,


Salmonella

spp,

perfringens
2. Parasit: Protozoa:

Shigella

dysentriae,

Entamoeba

Vibriae

hystolitica,

chlolerae,

Giardia

Clostridium

lamblia.

Cacing:

A.lumbricoides, A.duodenale, T.saginata, T.sollium


3. Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus
Terkhususnya di negara berkembang penyebab paling seringnya Enterotoxigenic
Escherichia coli (ETEC), Rotavirus, Vibrio cholera.
2.2.2. Faktor Manusia (host)
Faktor manusia (host) adalah organisme, dalam hal ini orang sehat. Faktor
yang mempengaruhi host yaitu perilaku kesehatan, seperti:
1. Kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun sesudan dan
sebelum makan serta setelah buang air besar.
2. Penggunaan air yang tercemar, dan
3. Pemanfaatan dan perawatan jamban.
2.2.3. Faktor Lingkungan (environtment)
Faktor lingkungan (environtment) adalah variabel yang mendapat perhatian
khusus untuk menilai kondisi kesehatan masyarakat. Indikator yang berperan
dalam kesehatan lingkungan yaitu penyediaan air bersih,kepemilikan jamban
sehat, perumhan yang dilihat dari jenis lantai rumah, dan kepemilikkan sarana
pembuangan air limbah (SPAL).
2.3.

Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya


status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan
mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air

30

bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan
ternak (kandang), dan sebagainya.(1)
2.3.1.
Penyediaan Air Bersih
Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan manusia
akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi, dan
sebagainya. Menurut perhitungan Badan Kesehatan Dunia di negara-negara maju
setiap orang memerlukan air antara 60 120 liter per hari. Sedangkan di negaranegara berkembang, termasuk Indonesia setiap orang memerlukan air antara 30
60 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting
adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum
(termasuk untuk memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar tidak
menimbulkan penyakit bagi manusia diantaranya diare.(1)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah:(13)
1. Mengambil air dari sumber air yang bersih,
2. Mengambil dan menyimpan air menggunakan tempat yang bersih dan tertutup,
serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air,
3. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anakanak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber
pengotoran (tangki septik), tempat pembuangan sampah, dan air limbah harus
lebih dari 10 meter,
4. Menggunakan air yang direbus, dan
5. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup.
2.3.1.1 Sumber Air Minum
Masyarakat membutuhkan air untuk keperluan sehari-hari, yang dipasok dari
sumber air seperti:(1)
1. Air hujan atau Penampungan Air Hujan (PAH)
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan ini
tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum
yang sehat perlu ditambahkan kalsium di dalamnya.
2. Air sungai dan danau

31

Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau berasal dari air hujan
yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau. Kedua
sumber air ini sering disebut air permukaan.
3. Mata air
Air yang keluar dari mata air biasanya berasal dari air tanah yang muncul
secara alamiah. Sumber air ini, bila belum tercemar oleh kotoran dapat
langsung dijadikan air minum, tetapi karena belum yakin akan kebersihannya,
maka sebaiknya air tersebut direbus terlebih dahulu sebelum diminum.
4. Air sumur dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, maka disebut juga air tanah. Dalamnya lapisan
air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke tempat yang lain
berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari
permukaan tanah.
5. Air sumur dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan
tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar air sumur
dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung
diminum tanpa melalui proses pengolahan.
2.3.1.2 Kualitas Fisik Air Bersih
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau. Syarat-syarat air minum yang sehat adalah sebagai berikut:(1)
1. Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna),
tidak berasa, tidak berbau, suhu dibawah suhu udara di luarnya, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari cara mengenal air yang memenuhi persyaratan
fisik tidak sukar.
2. Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri,
terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum

32

terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel air


tersebut. Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari empat bakteri E.
coli, maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
3. Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah
tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air,
akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia seperti flour (1-1,5
mg/l), klor (250 mg/l), arsen (0,05 mg/l), tembaga (1,0 mg/l), besi (0,3 mg/l),
zat organik (10 mg/l), pH (6,5-9,6 mg/l), dan karbondioksida (CO2) (0 mg/l).
Kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan berdasarkan
penilaian inspeksi sanitasi dengan kategori tinggi dan amat tinggi dapat
mempengaruhi kualitas air bersih dengan adanya pencemaran air kotor yang
merembes ke dalam air sumur.(19)
2.3.2.
Kepemilikan Jamban
Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok
untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (tinja) adalah sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Benda-benda yang terkontaminasi oleh
tinja dari seseorang yang sudah menderita suatu penyakit tertentu, sudah barang
tentu akan menjadi penyebab penyakit bagi orang lain. Kurangnya perhatian
terhadap pengelolaan tinja akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui tinja. Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas akan mudah
tersebar. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain:
tifus, disentri, diare, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang,
pita), schistomiasis, dan sebagainya. Jamban merupakan sarana yang digunakan
masyarakat sebagai tempat buang air besar, atau tempat pembuangan tinja,

33

sehingga jamban sangat potensial sebagai penyebab timbulnya berbagai gangguan


bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Gangguan tersebut dapat berupa
gangguan estetika, kenyamanan dan kesehatan. Jamban disebut sehat untuk daerah
pedesaan, apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:(1)
1. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut,
2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,
3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya,
4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoak, dan binatang5.
6.
7.
8.
9.

binatang lainnya,
Tidak menimbulkan bau,
Mudah digunakan dan dipelihara,
Sederhana desainnya,
Murah, dan
Dapat diterima oleh pemakainya.

Macam-macam jamban atau tempat pembuangan tinja, yaitu:(17)


1. Pit-privy (Cubluk)
Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan
diameter 80120 cm sedalam 2,58 meter. Dindingnya diperkuat dengan batu
atau bata, dan dapat ditembok ataupun tidak agar tidak mudah ambruk. Lama
pemakaiannya antara 5-15 tahun. Bila permukaan penampungan tinja sudah
mencapai kurang lebih 50 cm dari permukaan tanah, dianggap cubluk sudah
penuh. Cubluk yang penuh ditimbun dengan tanah. Ditunggu 9-12 bulan.
Isinya digali kembali untuk pupuk, sedangkan lubangnya dapat dipergunakan
kembali.
2. Aqua-privy (Cubluk berair)
Terdiri atas bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai tempat
pembuangan tinja. Proses pembusukannya sama seperti halnya pembusukan
tinja dalam air kali. Untuk cubluk ini, agar berfungsi dengan baik, perlu
pemasukan air setiap hari, baik sedang dipergunakan atau tidak.
3. Watersealed latrine (Leher angsa)

34

Jamban jenis ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh
sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. Pada jamban
ini klosetnya berbentuk leher angsa, sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air
ini gunanya sebagai sumbat, sehingga bau busuk dari jamban tidak tercium di
ruangan rumah kakus.
4. Bored hole latrine
Sama dengan cubluk, hanya ukurannya lebih kecil karena untuk pemakaian
yang tidak lama.
5. Bucket latrine (Pail closet)
Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di
tempat lain, misalnya untuk penderita yang tidak dapat meninggalkan tempat
tidur.
6. Trench latrine
Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30 40 cm untuk tempat penampungan
tinja. Tanah galiannya dipakai untuk menimbuninya.
7. Overhung latrine
Jamban ini semacam rumah-rumahan yang dibuat di atas kolam, selokan, kali
dan rawa.
8. Chemical toilet (Chemical closet).
Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi soda kaustik sehingga
dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam kendaraan
umum, misalnya pesawat udara atau kereta api. Dapat pula digunakan dalam
rumah sebagai pembersih tidak dipergunakan air, tetapi dengan kertas (toilet
paper).
2.3.3.
Jenis Lantai Rumah
Syarat rumah yang sehat, jenis lantai rumahnya yang penting tidak berdebu
pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Lantai rumah dari tanah

35

agar tidak berdebu maka dilakukan penyiraman air kemudian dipadatkan dengan
benda-benda yang berat dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan
berdebu menimbulkan sarang penyakit. Dari segi kesehatan, lantai ubin atau
semen merupakan lantai yang baik sedangkan lantai rumah dipedesaan cukuplah
tanah biasa yang dipadatkan. Apabila perilaku penghuni rumah tidak sesuai
dengan norma-norma kesehatan seperti tidak membersihkan lantai dengan baik,
maka akan menyebabkan terjadinya penularan penyakit termasuk diare.(1)
2.3.4.
Kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri, maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta menggangu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air
limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
pemukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri, bersama-sama dengan air
tanah, air permukaan, dan air hujan yang mungkin ada.
Air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan
rumah tangga maupun kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun
kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Volume air sisa ini
besar, lebih kurang 80% dari air yang digunakan sehari-hari pada kegiatan
manusia dan dibuang dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air
sisa dalam bentuk limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan kemudian
digunakan lagi oleh manusia. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola dan
atau diolah secara baik.

36

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi:(1)
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu
air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah
ini terdiri dari ekstreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar
mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,
antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna,
mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan
jenis air limbah ini agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih
rumit.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal
dari daerah perkotaan, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum,
tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung
dalam jenis air limbah ini sama dengan limbah rumah tangga.
Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara
pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis
besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi:(1)
1. Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagainya kecil terdiri dari bahan-bahan
padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna
suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisasisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja, dan
sebagainya.

37

2. Karakteristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimiawi anorganik
yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari
penguraian tinja, urin, dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu, pada
umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan cenderung bau asam
apabila sudah mulai membusuk. Substansi organik dalam air buangan terdiri
dari gabungan, yakni:
A. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amina, dan
asam amino.
B. Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, dan
karbohidrat, termasuk selulosa.
3. Karakteristik bakteriologis
Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam
air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan
dalam proses pengolahan air buangan.
Sesuai dengan zat-zat yang terkandung dalam air limbah ini maka air limbah
yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain:(1)
1. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit terutama: kolera,
2.
3.
4.
5.

tifus abdominalis, diare, dan disentri basiler.


Menjadi media berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk.
Menimbulkan bau yang tidak sedap serta pandangan yang tidak enak
Menjadi media berkembangbiaknya mikroorganisme patogen.
Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup

lainnya.
6. Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak
nyaman, dan sebagainya.

38

Untuk mencegah atau mengurangi akibat-akibat buruk tersebut diperlukan


kondisi, persyaratan dari upaya-upaya sedemikian rupa sehingga air limbah
tersebut:(1)
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah.
3. Tidak menyebabkan pencemaran air untuk mandi, perikanan, air sungai, atau
tempat-tempat rekreasi.
4. Tidak dapat dihinggapi serangga, tikus dan tidak menjadi tempat
berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor.
5. Tidak terbuka kena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak dapat dicapai oleh
anak-anak.
6. Baunya tidak mengganggu.
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup
terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara alamiah sebenarnya lingkungan
mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul
karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam mempunyai
kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu
diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara
lain:(1)
1. Pengenceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai kosentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Akan tetapi, dengan makin
bertambahnya penduduk yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia,
maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air
pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi.
Di samping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya; bahaya
kontaminasi terhadap aliran-aliran air masih tetap ada, pengendapan yang

39

akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan,


sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.
2. Kolam oksidasi (oxidation ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari,
ganggang (alga), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air
limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman
antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun.
Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan di daerah yang terbuka,
sehingga memungkinkan sirkulasi amgin dengan baik.
3. Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan
merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut.
Dalam keadaaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang
pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini
terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu
sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainnya dimana kandungan zat-zat organik
dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanaman-tanaman.
2.4. Perilaku Kesehatan
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus, perilaku
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:(1)
1. Perilaku tertutup (Cover Behaviour)
Respon seorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(cover). Responsi masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut.
2. Perilaku terbuka
Respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice),

40

yang mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Misalnya penderita
tuberkulosis paru minum obat secara teratur.
Perilaku yang dapat menyebabkan kuman enterik dan meningkatkan risiko
1.

terjadinya diare antara lain:(1)


Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun sesudah dan sebelum makan serta setelah

buang air besar.


2. Menggunakan air yang tercemar
3. Pemanfaatan dan perawatan jamban

2.5. Kerangka Teori


Environment
Kesehatan Lingkungan :
Penyediaan air bersih
(kualitas fisik air bersih
dan sumber air minum)
Kepemilikan jamban
Jenis lantai rumah
Kepemilikan SPAL
Agent
Bakteri,
parasit, dan
virus

Mikroorganisme

Infeksi/masuknya
mikroorganisme ke
dalam tubuh

Makanan
Perilaku Kesehatan :
Pemanfaatan dan perawatan
jamban
Menggunakan air yang
tercemar
Kebiasaan mencuci tangan
pakai sabun sebelum dan
sesudah
makan
serta
setelah buang air besar.

Orang
sehat

Kejadian
diare

41

Host
Skema 2.2. Kerangka Teori (Sumber modifikasi: Leavel dan Clark, 1958)
Kerangka teori dalam penelitian ini berdasarkan modifikasi dari segitiga
epidemiologi dari Leavel dan Clark (1958) yang menggambarkan interaksi dari
tiga komponen penyakit yaitu manusia (host), penyebab (agent), dan lingkungan
(environtment).(18) Faktor risiko lingkungan adalah variabel yang mendapat
perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Untuk
menggambarkan keadaan lingkungan, maka indikator yang berperan di dalamnya
adalah kesehatan lingkungan. Keesehatan meliputi penyediaan air bersih yang
dilihat dari kualitas fisik air bersih dan sumber air, kepemilikan jamban, jenis
lantai rumah, dan kepemilikan SPAL akan mempengaruhi terhadap perkembangan
mikroorganisme (agent) penyebab diare di lingkungan rumah. Selanjutnya
mikroorganisme ini bisa menginfeksi orang sehat atau bisa melalui konsumsi
makanan yang terkontaminasi mikroorganisme penyebab diare. Perilaku yang
tidak sesuai dengan norma-norma kesehatan bisa mempermudah host terpapar
mikroorganisme penyebab diare.

42

2.6. Hipotesis
Ada hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan terhadap kejadian
diare di wilyah kerja Puskesmas Korbafo.

43

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.

Kerangka Konsep
Penyediaan Air
Bersih
Kepemilikan
Jamban

Jenis Lantai Rumah

Faktor Sanitasi
Lingkungan

Kejadian
Diare

Kepemilikan SPAL
Faktor Perilaku
Kesehatan

Skema 3.1. Kerangka Konsep

44

Keterangan

Diteliti
Tidak diteliti

Keterangan

1. Penyediaan air bersih, kepemilikan jamban jenis lantai rumah, kepemilikan


SPAL merupakan variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi variabel
terikat serta merupakan variabel yang diteliti. Perilaku kesehatan dapat juga
juga mempengaruhi variabel terikat tetapi tidak diteliti dalam penelitian ini.
Kejadian diare merupakan variabel terikat atau variabel yang diprngaruhi
variabel bebas, dan merupakan variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
2. Penelitian ini ingin melihat sejauh mana hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat dan faktor risiko yang mungkin ada.
3.2.

Identifikasi Variabel

3.2.1 Variabel Bebas:


Kesehatan lingkungan meliputi :
1. Penyediaan air bersih
2. Kepemilikan jamban
3. Jenis lantai rumah
4. Kepemilikan sarana pembuangan air limbah
3.2.2 Variabel Terikat:
Kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru
Kabupaten Rote Ndao.
3.3.

Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

No

Variabel

1.

Variabel
terikat: Diare

Definisi

Pengukuran

Penyajian

Diare adalah Kuisioner,


1. Tidak diare
buang
air dan
data 2. Diare
besar dengan sekunder
tinja berbentuk

Skala
Nominal

45

cair
atau
setengah cair
(setengah
padat),
kandungan air
tinja
lebih
banyak
dari
biasanya lebih
dari 3 kali
sehari.
Asal
atau
jenis air yang
digunakan
untuk
minum bagi
keperluan
hidup seharihari
yang
memenuhi
syarat
kondisi fisik
air bersih.
Sarana yang
digunakan
untuk buang
air
besar
yang
dimiliki oleh
responden

Penyediaan
air bersih

Kepemilikan
jamban

Jenis lantai Keadaan


rumah
lantai
responden
berdasarkan
bahannya

Kuisioner
1. Air terlindung
dan observasi
dan memenuhi
penyediaan
syarat kondisi
air bersih
fisik air bersih
2. Air
tidak
terlindung dan
tidak memenuhi
syarat kondisi
fisik air bersih

Nominal

Kuisioner
1. Memiliki
dan observasi
jamban, jika
kepemilikan
ada lubang
jamban
leher
angsa/tangki
septik,
bersih
dan
tertutup
2. Tidak
memiliki
jamban, jika
tidak
ada
lubang leher
angsa/tangki
septik, kotor
dan
tidak
tertutup
Kuisioner
1. Kedap air
dan observasi
a) Semen
jenis lantai
b) Ubin
rumah
c) Keramik
2. Tidak kedap air
a) Tanah

Nominal

Nominal

46

3.4.

Kepemilikan
sarana
pembuangan
air
limbah
(SPAL)

Sarana
pembuanaga
n
air
buangan
atau air sisa
rumah
tangga yang
meliputi
:
karakteriristi
k fisik, jenis
air
limbah,
dan
cara
pengolahan
air limbah

b) Kayu/bambu
Kuisioner
1. Memiliki sarana
dan observasi
pembuangan air
sarana
limbah
pembuangan 2. Tidak memiliki
air limbah
sarana
pembuangan air
limbah

Nominal

Jenis dan Rancangan Komponen Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian observasional analitik

dengan desain kasus-kontrol (case-control study). Penelitian kasus-kontrol adalah


merupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah
hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor
risiko tertentu dengan pendekatan retrospektif.(20) Dengan kata lain, efek (penyakit
atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko
diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu. (21) Desain kasus kontrol
dapat digunakan untuk menilai berapa besar peran faktor risiko dalam kejadian
penyakit. Secara sederhana rancangan kasus-kontrol dalam penelitian ini
digambarkan sebagai berikut:(20)
Faktor risiko +
Faktor risiko Faktor risiko +
Faktor risiko -

Retrospektif
(kasus)

Efek +
Populasi
(sampel)

Retrospektif
(kontrol)

Efek -

47

Skema 3.2. Rancangan Penelitian Kasus-Kontrol


Keterangan

Faktor risiko

: Penyediaan air bersih, kepemilikan jamban, jenis lantai rumah,


dan kepemilikan sarana air limbah.

Kasus

: Responden yang menderita diare.

Kontrol

: Responden yang tidak menderita diare.

Efek

: Kejadian diare.

3.5.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Korbafo, Kecamatan


Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao pada Agustus 2014.

3.6.

Populasi dan Sampel

3.6.1. Populasi
1. Populasi Kasus
Semua responden yang mengalami diare pada 2013 di wilayah kerja
Puskesmas Korbafo, Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao.
2. Populasi Kontrol
Semua responden yang tidak mengalami diare pada 2013 di wilayah kerja
Puskesmas Korbafo, Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao.
3.6.2.

Sampel

48

Pada penelitian ini pemilihan sampel dengan cara probability sampling yaitu
tiap subyek dalam populasi terjangkau mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih atau untuk tidak dipilih sebagai sampel penelitian. Teknik sampling
penelitian ini dengan sistem cluster sampling, yaitu sampel dipilih secara acak
pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misal
wilayah (kodya, kecamatan, kelurahan, dan seterusnya).(21)
Besar sampel dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:(21)
P1P2

2
( Z 2 PQ+ Z P1 Q1 + P2 Q2)
n1=n2=

dimana :
n1=n2= Jumlah kasus dan kontrol
P2 = Perkiraan proporsi paparan pada kelompok kasus
P 1=

x P2

( 1P2 ) +( x P2)

Q1 = 1 - P1
P2 = Perkiraan proporsi paparan pada kelompok kontrol = 0,531(22)
Q2 = 1 - P2 = 0,469
OR = Besar risiko paparan x faktor risiko = 3,8242(22)
Z = Statistik z pada distribusi normal standar, pada tingkat kemaknaan 95%
(=0,05) untuk uji dua arah = 1,96.
Z = Power sebesar 80% = 0,84
P = (P1+P2)

49

Q=1P
Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :
P1=

3,824 x 0,531
=0,812
( 10,531 ) +(3,824 x 0,531)

Q1 = 1 0,812 = 0,188
P = (0,469 + 0,812) = 0,640
Q = 1 0,640 = 0,359
0,8120,531

2
(1,96 2 ( 0,640 ) (0,359)+ 0,84 ( 0,812 )( 0,188 )+ ( 0,531 ) (0,469))
n1=n2=

n1=n2 = 44,2
Maka responden yang dibutuhkan adalah 44 kasus dan 44 kontrol.

3.7.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.7.1.

Kriteria Inklusi

Kelompok kasus:
1. Penderita diare usia 0-15 tahun yang menderita diare berdasarkan catatan
rekam medik pada tahun 2013

50

2. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan menandatangani informed


consent.
3. Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Korbafo, Kecamatan Pantai
Baru, Kabupaten Rote Ndao.
4. Untuk kelompok kontrol adalah:
A. Subjek penelitian berusia 0-15 pada tahun 2013
B. Tidak menderita diare berdasarkan rekam medik.
C. Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Korbafo, Kecamatan
Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao.
3.7.1. Kriteria Eksklusi
1. Penderita diare usia lebih dari 15 tahun.
2. Memiliki riwayat penyakit kronik.

3.8.

Alur Penelitian dan Cara kerja

3.8.1.
Penentuan
Populasi

Data

Alur Penelitian
Izin
Penelitian

Teknik sampling dan


penentuan besar sampel

Pemberian kuisioner dan


observasi sesuai dengan
faktor risiko yang diteliti

Informed
Consent

Pemilihan sampel
sesuai kriteria inklusi

51

Skoring

Analisis Data

Penyajian data dalam


laporan hasil penelitian

Skema 3.3. Alur Penelitian


3.8.2.

Cara Kerja

1. Sumber data
Data sekunder diambil melalui pencatatan dari rekam medik pasien diare di
Puskesmas Korbafo pada 2013. Data primer diambil menggunakan instrumen
kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang karekteristik
lingkungan responden, serta observasi langsung untuk mencatat ada tidaknya
faktor risiko kesehatan lingkungan terhadap kejadian diare di Puskesmas
Korbafo 2013.
2. Alat penelitian/Instrumen Penelitian
A. Kuisioner terstruktur sebagai panduan wawancara dan pengamatan untuk
mendapatkan data dari responden.
B. Rol meter.
3.9. Analisis Data
3.9.1.
Pengumpulan Data
Setelah data penelitian terkumpul dan lengkap, kemudian dilakukan langkah
langkah sebagai berikut :
1. Editing
Setelah data terkumpul dilakukan editing untuk mengecek kelengkapan data,
kesinambungan data dan keseragaman data untuk menjamin validitas data.
2. Coding

52

Pemberian kode dan skor terhadap jawaban responden, hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam pengolahan data.
3. Tabulating
Pembuatan tabel untuk variabel yang akan dianalisa.
4. Entry data
Memasukkan data-data ke dalam program komputer.
3.9.2.

Jenis Pengolahan Data

Data dianalisa dan diinterpretasikan dengan menggunakan program komputer


dengan tahapan sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentasi dari tiap variabel yang
disajikan dalam bentuk tabel, gambar diagram maupun grafik.(21)
2. Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas, apakah
variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan. Dalam analisis uji
statistik yang digunakan adalah uji Chi Square (X2). Dalam penelitian
kesehatan uji signifikan dilakukan dengan batas kemaknaan =0,05 dan 95%
Condidence Interval (CI) dengan ketentuan bila:(23)
A. Nilai p<0,05 berarti H0 ditolak (nilai p<). Uji statistik menunjukkan adanya
B.

hubungan yang signifikan.


Nilai p>0,05 berarti H0 diterima (nilai p>). Uji statistik menunjukkan tidak

ada hubungan yang signifikan.


Untuk menginterpretasikan hubungan risiko pada penelitian ini digunakan
Odds Ratio (OR), yaitu:(20)

53

a. Jika OR=1, diperkirakan tidak ada asosiasi antara faktor risiko dan penyakit
atau bukan merupakan faktor risiko.
b. Jika OR>1, diperkirakan terdapat asosiasi positif antara faktor risiko dan
c.

penyakit atau faktor yang diteliti merupakan faktor risiko.


Jika OR<1, diperkirakan terdapat asosiasi negatif antara faktor risiko dan
penyakit atau faktor yang diteliti merupakan faktor yang melindungi atau

protektif.
3.10. Jadwal Kegiatan
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan
Kegiatan

2014
4

Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Pengumpulan
data
Pengolahan
Data
Analisis Data
Penyusunan
Laporan
Seminar Hasil
Ujian Skripsi

2015
Bulan
9 10 11 12

54

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
4.2.4. Letak Geografis
Secara geografis, Puskesmas Korbafo berada di wilayah Kecamatan Pantai
Baru Kabupaten Rote Ndao. Di sebelah utara Puskesmas Korbafo berbatasan
dengan Laut Sawu, di sebelah selatan timur berbatasan dengan Kecamatan Rote
Timur dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rote Tengah.(24)
4.2.5. Luas Wilayah
Luas wilayah Kecamatan Pantai Baru sekitar 176,18 km 2, yang perincian luas
wilayahnya sebagai berikut:(25)
Tabel 4.1. Nama Desa dan Luas Wilayah di Puskesmas Korbafo Kecamatan
Pantai Baru Tahun 2013
No

Desa

Luas Wilayah (Km2)

Presentase

55

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Nusakdale
Batulilok
Lenupetu
Sonimanu
Oebau
Oeledo
Olafulihaa
Tunganamo
Tesabela
Edalode
Keoen
Jumlah

7,69
16,89
8,86
5,76
23,89
13,60
16,91
12,08
11,64
15,13
43,73
176,18

4,36
9,59
5,03
3,27
13,56
7,72
9,60
6,86
6,60
8,59
24,82
100,00
Sumber :rotendao.bps.go.id(25)

4.2.6. Kependudukan
Berdasarkan data registrasi penduduk 2013 dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kecamatan Pantai Baru, jumlah penduduk Kecamatan Pantai Baru adalah 13.913
jiwa dimana terdiri dari laki-laki sebesar 6.990 jiwa dan perempuan sebesar 6.923
jiwa. Jumlah pendatang sebesar 181 jiwa dan jumlah penduduk yang pindah
sebesar 63 jiwa dengan kepadatan penduduknya sebesar 78 jiwa/Km2.(26)
4.2.7. Pelayanan Kesehatan
Sarana kesehatan di Kecamatan Pantai Baru yaitu berupa puskesmas,
puskesmas pembantu dan yang baru tahun ini adalah adanya puskesmas keliling.
Puskesmas terdapat di ibukota kecamatan yaitu Kelurahan Olafulihaa serta di
Desa Sonimanu, sedangkan wilayah desa lain hanya terdapat puskesmas
pembantu.(26)
4.2.8. Perumahan
Rumah sehat merupakan bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yakni yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik,
kepadatan hunian rumah sesuai, dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah

56

(Kemenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan


Peumahan). Tahun 2013 di Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru, jumlah
rumah yang diperiksa sebanyak 1600 rumah dari 1955 rumah yang ada (81,49%).
Rumah yang memenuhi persyaratan sebagai rumah sehat sebanyak 1367 rumah
(85,44%). Jika dilihat menurut wilayah, maka presentase rumah sehat tertinggi
berada di wilayah Kelurahan Olafulihaa (88,35%) dan terendah di Desa Edalode
(80,52%).(25)
4.2. Karakteristik Responden
4.2.1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Jumlah responden ada 88 orang terdiri dari 44 kasus dan 44 kontrol.
Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Sampel
Total
Jenis Kelamin
Kasus
Kontrol
N
30
14
44

Laki-laki
Perempuan
Jumlah

%
68,5
31,5
100,0

N
26
18
44

%
59,00
41,00
100,0

N
56
32
88

%
63,5
36,5
100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki pada kelompok kasus
sebanyak 30 orang (68,5%) dan kelompok kontrol sebanyak 26 orang (59,0%),
demikian juga pada jenis kelamin perempuan proporsinya pada kelompok kasus
sebanyak 14 orang (31,5%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 18 orang
(41,0%).
4.2.2. Distribusi Responden Menurut Kelompok Usia
Data dari Riskesdas 2007 menunjukan prevalensi terdeteksi diare paling
banyak pada anak balita (1 4 tahun) yaitu sebesar 16,7 % dan usia 5 15 tahun
menempati urutan prevalensi tertinggi ke empat sebesar 9 %.(27)
Sampel
Kelompok Usia
<5

Kasus
N
%
27
61,0

Kontrol
N
%
19
43,0

Total
N
46

%
52,2

57

5 10
14
32,0
18
40,0
32
11 15
3
7,0
7
15,0
10
Jumlah
44
100,0
44
100,0
88
Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Kelompok Usia

36,4
11,4
100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa proporsi usia responden yang paling banyak
pada kelompok umur dibawah 5 tahun yaitu 46 orang (52,2%). Pada kelompok
kasus, usia responden yang paling banyak adalah di bawah 5 tahun yaitu 27 orang
(61,0%).
4.2.3. Distribusi Responden Menurut Tempat Penemuan Kasus Diare
Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Tempat Penemuan Kasus Diare
Desa

Kejadian Diare

Olafulihaa

N
15

%
34

Tungganamo

18

41

Tesabela

11

Edalode

Keoen

Jumlah

44

100

Tabel diatas menunjukkan Desa Tungganamo merupakan desa dengan penemuan


kasus terbanyak yaitu 18 kasus (41%), sedangkan Desa Edalode dan Desa Keoen
masing-masing hanya terdapat 3 kasus (7%).
4.2. Analisis Faktor Risiko
Deskripsi variabel penelitian ditunjukkan dari hasil distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel penelitian. Pengelompokkan ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan dari masing-masing variabel yang akan diteliti dengan
kejadian diare pada responden yang berusia 0-15 tahun yang dianalisis dengan
menggunakan dua tahap yaitu tahap pertama menggunakan analisis univariat,

58

kemudian tahap kedua dicari hubungannya dengan kejadian diare dengan


menggunakan analisis bivariat dan OR untuk menilai faktor risiko.
4.2.1. Gambaran Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan dengan Kejadian
Diare
Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi subjek penelitian dan distribusi proporsi kasus dan kontrol menurut
masing-masing variabel bebas (faktor risiko) yang diteliti.
Tabel 4.5. Gambaran Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan dengan Kejadian Diare
di Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote
Ndao 2014
Sampel
No
Faktor Risiko
Kasus
Kontrol
N
%
N
%
Penyediaan Air Bersih
1. Sumber airnya berjarak
> 10 meter dari sumber
pencemar serta tidak
berbau, berasa, berwarna,
19
43,2
35
79,5
1.
dan keruh
2. Sumber airnya berjarak
25
56,8
9
20,5
< 10 meter dari sumber
pencemar serta berbau,
berasa, berwarna, dan
keruh
2

Kepemilikan Jamban
1. Jenis leher angsa
2. Bukan jenis leher angsa
Jenis Lantai Rumah
1. Terbuat dari semen, ubin
atau keramik
2. Tidak terbuat dari semen,
ubin atau keramik
Kepemilikan Sarana
Pembuanagan Air Limbah
1. Memiliki sarana
pembuangan dan tempat
penampungan air limbah
2. Tidak memiliki sarana
pembuangan dan tempat
penampungan air limbah

22
22

50,0
50,0

27
17

61,4
38,6

38

86,4

35

79,5

13,6

20,5

11,4

13,6

39

88,6

38

86,4

59

Penyediaan air bersih dalam penelitian ini adalah asal atau jenis air
yang digunakan untuk minum bagi keperluan hidup sehari-hari
yang memenuhi syarat kondisi fisik air bersih. Pada kasus yang tidak
memenuhi syarat (sumber airnya berjarak <10 meter dari sumber pencemar serta
berbau, berasa, berwarna dan keruh) sebesar 56,8%, sedangkan pada kontrol yang
tidak memenuhi syarat kesehatan lebih kecil yaitu sebesar 20,5%.
Kepemilikan jamban adalah sarana yang digunakan untuk buang air besar
yang diimiliki responden. Pada kasus yang tidak memiliki jamban (bukan jenis
leher angsa) sebesar 50,0%, sedangkan pada kontrol lebih kecil yaitu 38,6%.
Sampel yang memiliki jamban (jenis leher angsa) pada kasus sebesar 50,0% dan
pada kontrol 61,4%.
Jenis lantai rumah adalah keadaan lantai rumah responden berdasarkan
bahannya. Berdasarkan observasi pada kasus yang lantainya tidak kedap air (jenis
lantai rumahnya tidak dilapisi semen, ubin atau keramik) sebesar 13,6%,
sedangkan pada kontrol lebih besar yaitu 20,5%. Jenis lantai yang kedap air (jenis
lantai rumahnya tidak dilapisi semen, ubin atau keramik) pada kasus sebesar
86,4%, sedangkan pada kontrol lebih kecil yaitu 79,5%.
Sarana pembuangan air limbah adalah sarana pembuangan air
buangan atau air sisa rumah tangga yang meliputi: karakteristik
fisik, jenis air limbah, dan cara pengolahan air limbah. Pada kasus
yang tidak memilki SPAL (tidak memiliki tempat penampungan dan saluran
pembuangan air limbah) sebesar 88,6%, sedangkan pada kontrol sebesar 86,4%.
Sampel kasus yang memiliki SPAL (tidak memiliki tempat penampungan dan

60

saluran pembuangan air limbah) sebesar 11,4%, sedangkan pada kontrol sebesar
13,6%.
Selanjutnya data-data tersebut di analisis dengan uji chi-square dan OR untuk
mengetahui hubungan dan risiko masing-masing variabel dengan kejadian diare.
4.2.2. Hubungan Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan dengan Kejadian
Diare
1. Hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare
Penyediaan air bersih adalah asal atau jenis air yang digunakan
untuk

minum

bagi

keperluan

hidup

sehari-hari

yang

memenuhi syarat kondisi fisik air bersih.


Tabel 4.6. Distribusi Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare di Wilayah
Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao 2014
Responden
P
Penyediaan Air Bersih
Kasus
Kontrol
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
OR = 5,117

N
%
N
%
19
43,2
35
79,5
25
56,8
9
20,5
CI 95% = 1,989 < OR < 13,161

0,000

Secara statistik hasil analisa menunjukkan p=0,000 (p<0,05) dan


OR=5,117 dengan CI 95% = 1,989<OR<13,161 dengan demikian dapat
disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa
penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat ada hubungan antara
penyediaan air bersih

dengan kejadian diare. Odds Ratio 5,117 berarti

seseorang yang sumber airnya memiliki jarak <10 meter dari sumber pencemar
serta berbau, berasa, berwarna, dan keruh memiliki risiko 5,117 kali lebih
besar untuk menderita diare dibandingkan dengan orang yang sumber airnya
memiliki jarak > 10 meter dari sumber pencemar serta tidak berbau, berasa,
berwarna dan keruh.

61

Dari hasil penelitian Nelazyani, dkk 2012 tentang hubungan lingkungan


rumah dan penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Sukamerindu, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu 2012
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyediaan air bersih dengan
kejadian diare dengan didapatkan Odds Ratio 3,697, p=0,006.(28)
Sumber air yang tidak memenuhi syarat

dapat

memudahkan penyebaran penyakit diare, terutama melalui


jalur fekal-oral yaitu lewat air yang sudah tercemar, baik
tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah,
atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat
penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air
pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. (16) Dari hasil
pengamatan peneliti dilapangan didapatkan sumber air yang
digunakan masyarakat memiliki jarak kurang dari 10 meter
dari sumber pencemar seperti kubangan air ternak, kandang
ternak, serta tangki septik. Selain itu dari hasil wawancara
dengan kuesioner dan obervasi terhadap sampel diketahui
bahwa sebagian masyarakat sumber

airnya berasal dari

sumur, airnya tidak memenuhi karakteristik fisik air bersih


seperti air yang berasa asin, keruh, dan berbau. Dilapangan
peneliti juga mendapatkan ada beberapa masyarakat yang
peralatan makan dan minum yang digunakan tidak dicuci
dengan bersih namun hal tersebut tidak diteliti oleh peneliti.
2. Hubungan kepemilikan jamban dengan kejadian diare

62

Kepemilikan jamban adalah sarana yang digunakan untuk buang air besar
yang diimiliki responden.
Tabel 4.7. Distribusi Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare di Wilayah
Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao 2014
Responden
Kepemilikan
P
Kasus
Kontrol
Jamban
N
%
N
%
Memiliki
22
50,0
27
61,4
Tidak memiliki
22
50,0
17
38,6
0,283
OR = 1,588
CI 95% = 0,681<OR<3,075
Secara statistik hasil analisa menunjukkan p=0,283 (p>0,05) dengan demikian
dapat dikatakan H0 diterima dan H1 ditolak sehingga kepemilikan jamban tidak
ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare tetapi
merupakan faktor risiko karena nilai OR>1 yaitu sebesar 1,588. Dari hasil
penelitian Kadarrudin, dkk 2014 tentang faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pallangga, Kabupaten
Gowa menunjukkan tidak ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan
kejadian diare dengan didapatkan hasil nilai p=0,731.(29) Sedangkan dari hasil
penelitian Siti Amaliah 2010 tentang hubungan sanitasi lingkungan dan faktor
budaya dengan kejadian diare pada anak balita di Desa Toriyo, Kecamatan
Bondosari,

Kabupaten

Sukoharjo

menunjukan

ada

hubungan

antara

kepemilikan jamban dengan kejadian diare dengan didapatkan hasil nilai


p=0,017.(30) Kepemilikan jamban bukan merupakan faktor risiko kejadian diare
pada wilayah penelitian karena berdasarkan hasil pengamatan peneliti
dilapangan sebagian responden sudah memiliki jamban yang sehat terutama
jenis leher angsa tetapi angka kejadian diare masih tinggi karena kesadaran
masyarakat untuk memanfaatkan jamban masih kurang, seperti masih adanya

63

perilaku masyarakat yang buang air besarnya di hutan, sekitar perkarangan


rumah dan lain-lain sehingga memudahkan penularan penyakit oleh tinja
terutama bila dihinggapi oleh lalat sebagai sumber penularan.
3. Hubungan jenis lantai rumah dengan kejadian diare
Jenis lantai rumah adalah keadaan lantai rumah sampel berdasarkan
bahannya.
Tabel 4.8. Distribusi Jenis Lantai Rumah dengan Kejadian Diare di Wilayah
Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao 2014
Responden
P
Jenis Lantai Rumah
Kasus
Kontrol
Kedap Air
Tidak Kedap Air
OR = 0,614

N
%
N
%
38
86,4
35
79,5
6
13,6
9
20,5
CI 95% = 0,198<OR<1,902

0,395

Secara statistik hasil analisa menunjukkan p=0,395 (p>0,05) dengan


demikian dapat dikatakan H0 diterima dan H1 ditolak sehingga dapat dinyatakan
bahwa jenis lantai rumah bukan merupakan faktor risiko kejadian diare atau
tidak ada hubungan antara jenis lantai rumah dengan kejadian diare. Dari hasil
penelitian Kadarrudin, dkk 2014 tentang faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pallangga Kabupaten
Gowa menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian
diare dengan didapatkan hasil nilai p=0,252.(29) Sedangkan dari hasil penelitian
Umiati 2009 tentang hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian
diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Nogosari, Kabupaten Boyolali
menunjukkan ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian diare dengan
didapatkan hasil nilai p=0,036.(5) Berdasarkan hasil pengamatan peneliti
didapatkan hampir semua responden baik kelompok kasus maupun kontrol
sudah memiliki jenis lantai yang kedap air (semen, ubin atau keramik) tetapi

64

kejadian diare masih cukup tinggi karena adanya perilaku masyarakat seperti
membiarkan hewan ternak masuk ke dalam rumah, sehingga beberapa rumah
didapati lantainya terdapat kotoran ternak seperti kotoran ayam, sebagian
masyarakat di wilayah tersebut tidak menggunakan alas kaki ketika keluar dan
masuk ke dalam rumah terutama anak-anak, dan ada perilaku anak-anak yang
setelah bermain di perkarangan rumah tidak mencuci tangan padahal jenis
tanah di daerah tersebut adalah jenis tanah yang berdebu sehingga
memudahkan penularan kuman penyakit sehingga jenis lantai tidak memiliki
hubungan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Korbafo, namun
hal tersebut tidak diteliti oleh peneliti.
4. Hubungan kepemilikan sarana pembuangan air limbah dengan kejadian diare
Sarana pembuangan air limbah adalah sarana pembuangan air
buangan

atau

air

sisa

rumah

tangga

yang

meliputi:

karakteristik fisik, jenis air limbah, dan cara pengolahan air


limbah.
Tabel 4.9. Distribusi Kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah dengan
Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru
Kabupaten Rote Ndao 2014
Responden
P
Sarana Pembuangan
Kasus
Kontrol
Air Limbah
N
%
N
%
Memiliki
5
11,4
6
13,6
0,747
Tidak memiliki
39
88,6
38
86,4
OR = 1,232
CI 95% = 0,347<OR<4,377
Dari hasil penelitian tentang kepemilikan SPAL secara statistik
menunjukkan p=0,747 (p>0,005) dengan demikian dapat dikatakan H0 diterima
dan H1 ditolak sehingga dapat dikatakan tidak ada hubungan antara sarana
pembuangan air limbah dengan kejadian diare tetapi merupakan faktor risiko

65

karena nilai OR>1. Dari hasil penelitian Yuki Laura Angeline, dkk 2012
tentang hubungan kondisi sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan diare serta
kualitas air pada pengguna air sungai Deli di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan
Medan Maimun menunjukkan tidak ada hubungan antara sarana pembuangan
air limbah dengan kejadian diare dengan di dapatkan hasil p=0,05. (31) Hasil
Penelitian Bhakti Rochman 2010 tentang hubungan antara sanitasi lingkungan
dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karanganyar menununjukkan ada hubungan antara sarana pembuangan air
limbah dengan kejadian diare dengan didapatkan hasil p=0,026.(32)
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan didapatkan hampir semua
responden baik itu kelompok kasus maupun kontrol tidak memiliki sarana
pembuangan air limbah (SPAL) dengan frekuensinya 88,6% (kasus) dan
86,4% (kontrol), sehingga air limbahnya dialirkan atau dibuang saja ke
pekarangan rumah.

Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Analisis Bivariat dengan Uji Chi-Square Faktor
Kesehatan Lingkungan dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas
Korbafo Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao 2014
N
O
1.
2.
3.
4.

Faktor Risiko

OR

95%CI

Nilai
p

Keterangan

Penyediaan air
bersih
Kepemilikan
jamban
Jenis
lantai
rumah
Kepemilikan
sarana

5,177

1,989<OR<13,161

0,000

Sig

1,588

0,681<OR<3,075

0,283

Tidak Sig

0,614

0,198<OR<1,902

0,395

Tidak Sig

1,232

0,347<OR<4,377

0,747

Tidak Sig

66

pembuangan
air limbah

1.

4.4. Keterbatasan Penelitian


Perilaku dan tingkat pendidikan ternyata merupakan salah satu faktor risiko
terhadap kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Korbafo tetapi tidak

2.

menjadi variabel dalam penelititan ini sehingga mempengaruhi hasil penelitian.


Kebersihan peralatan makan dan minum ternyata juga merupakan salah satu
faktor risiko yang memepengaruhi terhadap kejadian diare di wilayah kerja

3.

Puskesmas Korbafo tetapi tidak menjadi variabel dalam penelitian ini.


Data yang diperoleh adalah data sekunder sehingga tidak membedakan klasifikasi
diare secara lebih detail.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.

Simpulan
Hasil penelitian tentang hubungan faktor risiko kesehatan lingkungan

terhadap kejadian Diare di wilayah kerja Puskesmas Korbafo, Kecamatan Pantai


Baru, Kabupaten Rote Ndao dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Ada hubungan antara faktor risiko penyediaan air bersih dengan kejadian diare.

67

b. Tidak ada hubungan antara faktor risiko kepemilikan jamban dengan kejadian
diare, tetapi merupakan faktor risiko.
c. Tidak ada hubungan antara faktor risiko jenis lantai rumah dengan kejadian
diare.
d. Tidak ada hubungan antara faktor risiko sarana pembuangan air limbah dengan
kejadian diare, tetapi merupakan faktor risiko.
5.2. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan atau Puskesmas :
a. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam penyediaan sumber air umum
yang memenuhi syarat kesehatan.
b. Perlu dilakukan penyebaran media informasi seperti leaflet,
poster,

dan

lain-lain

tentang

faktor

risiko

kesehatan

lingkungan terhadap kejadian diare agar semua lapisan


masyarakat dapat melakukan tidakan pencegahan terhadap
kejadian diare.
2. Bagi Masyarakat :
Perlu memperhatikan aspek kesehatan lingkungan dalam pencegahan kejadian
diare.
3. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian dengan memperhatikan
variabel-variabel lain yang berhubungan dengan kejadian diare terutama
variabel perilaku dan pengetahuan terutama di wilayah kerja Puskesmas
Korbafo Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao.

68

DAFTAR PUSTAKA
1.

Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat. Edisi ke-2. Jakarta: Rineka Cipta;


2011.

2.

Junias M. Buku Ajar Kesehatan Lingkungan Permukiman. Edisi ke-2.


Editior: Ratu J. Kupang: Undana Press; 2013. Hal. 2.

3.

Zubir, Juffrie M, Wibowo T. Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare Akut


pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten Bantul. 2006;

4.

Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta:


PT.Rineka Cipta; 2003.

5.

Umiati. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare


pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali
Tahun 2009. 2009;

69

6.

Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Kemnkes RI,


Agtini MD, Soenarto SS. Situasi Diare di Indonesia. Kementrian Kesehatan
RI. Jakarta; 2011.

7.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2011. Jakarta; 2012.

8.

Dinas Kesehatan. Profil Kesahatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2012;

9.

Dinas Kabupaten Rote Ndao. Distribusi Kasus Diare Berdasrkan


Puskesmas di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2012-2013. 2014.

10.

Abidin Z. Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan yang berpengaruh


Terhadap Kejadian Diare (Studi Diare Akut Pada Balita di Kabupaten
Lampung Selatan). Universitas Diponegoro Semarang; 2011.

11.

Sapta W. Fakto Risiko Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan


Kejadian Diare Pada Balita di Kecamatan Citamiyang Kota Sukabumi.
Universitas Indonesia; 2002.

12.

Simadibrata M, Daldiyono. Diare Akut. Dalam: Sudoyo A., Setiyohadi B,


Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2010. Hal. 54856.

13.

Depkes RI. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta:


Depkes RI; 2005.

14.

Setiawan B. Diare Akut karena Infeksi. Dalam: Sudoyo A., Setiyohadi B,


Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2010. Hal. 283642.

15.

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, editors.


Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: Media Aesculapius; 2009.
Hal. 5007.

16.

Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga; 2008.

17.

Entjang I. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Citra Adtya Bakti; 2000.

18.

Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan [Internet]. Editor: I.


Widyastuti P. Jakarta: EGC; 2007. [diunduh 11 Februari 2015] Hal. 67.

70

Diunduh
dari:
https://books.google.co.id/books?
id=dOrH3zuDYdgC&pg=PA1&dq=Kesehatan+Lingkungan&hl=id&sa=X
&ei=q97vVLCmHcKzuQT8YK4DA&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=Kesehatan
Lingkungan&f=false19.
Rahadi EB. Hubungan Sanitasi Rumah
dengan Kejadian Diare di Desa Peganjaran Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus Tahun 2005. 2005;
20.

Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metdologi Penelitian Klinis. 4th ed.


Jakarta: Sagung Seto; 2011.

21.

Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka


Cipta; 2010.

22.

Wohanggara OM. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare


pada Balita (12-48 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Tana Rara
Kecamatan Loli Kabupaten Sumba Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2012;

23.

Riyanto A. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. II. Yogyakarta: Nuha


Medika; 2011.

24.

Puskesmas Korbafo. Profil Kesehatan Puskesmas Korbafo Tahun


Kabupaten Rote Ndao. Kabupaten Rote Ndao; 2013.

25.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Rote Ndao. Pantai Baru Dalam Angka
2014. BPS KAB.ROTE NDAO. 2014 [diunduh 11 Februari 2015]. Hal. 4.
Tersedia
dari:
http://rotendaokab.bps.go.id/index.php?
hal=publikasi_detil&id=19

26.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Rote Ndao. Statistik Daerah Kecamatan


Pantai Baru 2014. BPS KAB.ROTE NDAO. 2014 [diunduh 11 Februari
2015]. Hal. 36. Tersedia dari: http://rotendaokab.bps.go.id/index.php?
hal=publikasi_detil&id=29

27.

Kementrian Kesehatan RI. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta; 2011;2.

28.

Nelazyani L, Rina. Hubungan Lingkungan Rumah dan Penyediaan Air


Bersih dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu Tahun 2012. 2012;

71

29.

Kadaruddin, Arsyad sidik D, Rismayanti. Faktor yang Berhubungan


Dengan Kejadian Diare Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pallangga
Kabupaten Gowa. 2014;

30.

Amaliah S. Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Faktor Budaya dengan


Kejadian Diare pada Anak Balita di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari
Kabupaten Sukoharjo. 2010;

31.

Laura Angeline Y, Marsaulina I, Naria E. Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar


Dengan Keluhan Kesehatan Diare Serta Kualitas Air Pada Pengguna Air
Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. 2012;

32.

Rochman B. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare


Pada Balita di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. 2010;

72

LAMPIRAN

73

Lampiran 1.
RANCANGAN ANGGARAN
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Uraian
Kertas A4
Tinta Printer Black
Tinta Printer Color
Foto copy
Percetakan dan penjilidan
proposal
Percetakan dan penjilidan
skripsi
Tiket Feri
Lain lain

Volume
2 Rim
1 Botol
1 Botol
600 lembar

Biaya Satuan
Rp. 35.000,Rp. 45.000,Rp. 45.000,Rp. 150,-

Total Biaya
Rp. 70.000,Rp. 45.000,Rp. 45.000,Rp. 90.000,Rp. 100.000,Rp. 500.000,-

6 buah

Rp.200.000,-

Rp.1.200.000,Rp. 500.000,Total Rp. 2.550.000,-

Lampiran 2.
GAMBARAN UMUM PENELITIAN

74

Salam sejahtera, perkenalkan saya Marchindy P.A. Haning,


mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana ingin
mengajak Bapak/Ibu/Saudara/i untuk terlibat menjadi subjek penelitian
(responden) dalam penelitian saya yang berjudul Analisa Faktor Risiko
Kesehatan Lingkungan Terhadap Kejadian Diare di Puskesmas Korbafo,
Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao 2014.

Dengan ini saya ingin menjelaskan bahwa penyakit diare saat ini masih
menjadi masalah kesehatan di Indonesia, termasuk Kabupaten Rote Ndao.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit tropis yang berhubungan dengan
lingkungan sebagai penyumbang utama ketiga pada angka kesakitan dan kematian
di dunia. Diare sendiri sering menyebabkan terjadinya Kejadian Luar Biasa
(KLB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur terutama di Kabupaten Rote Ndao dan
Manggarai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan
kesehatan lingkungan kejadian diare di Puskesmas Korbafo, Kecamatan
Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao. Penelitian ini akan dilaksanakan
pada bulan Agustus sampai Oktober 2014, bertempat di wilayah kerja
Puskesmas Korbafo.
Responden yang secara sukarela bersedia untuk menjadi subjek
penelitian

dengan

diwawancara

menandatangani

mengenai

identitas

informed

responden,

consent,
keadaan

akan
sanitasi

lingkungan dan akan dilakukan observasi ke rumah responden untuk

75

melihat kuaitas fisik air bersih, sumber air minum, jenis jambann, jenis
lantai rumah, serta kualitas fisik hasil olahan air limbahnya.
Manfaat dari penelitian ini agar penyakit diare dapat dicegah
dan jumlah penderitanya dapat dikendalikan melalui faktor risikonya.
Keuntungan mengikuti penelitian ini adalah Bapak/Ibu/Saudara/i juga
dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang kusta, bagaimana
menjaga lingkungan agar tetap bersih sehingga dapat terhindar dari
penyakit-penyakit menular yang berbasis lingkungan.
Demikian gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan.
Partisipasi

dalam

penelitian

ini

bersifat

sukarela

sehingga

Bapak/Ibu/Saudara/i berhak untuk menerima ataupun menolak dan


mengundurkan diri selama proses penelitian berlangsung. Apabila
Bapak/Ibu/Saudara/i
penelitian

ini,

bersedia

untuk

Bapak/Ibu/Saudara/i

menjadi
bisa

respondem

menandatangani

dalam
surat

persetujuan bersedia untuk menjadi subyek dalam penelitian ini. Atas


kerjasama dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i, peneliti mengucapkan
terima kasih.

Rote, ...........................2014

Peneliti

76

Lampiran 3.
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
SURAT PERMOHONAN JADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Marchindy Paul Adrian Haning
NIM

: 1108011001
Dengan

ini

mengajukan

permohonan

kepada

Bapak/Ibu/Saudara/i untuk bersedia menjadi responden penelitian yang


akan saya lakukan dengan judul : Analisis faktor risiko kesehatan
lingkungan terhadap kejadian diare di Puskesmas Korbafo
Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao 2014.
Prosedur

penelitian

yang

akan

dilakukan

adalah

mengisi

kuesioner yang akan dilakukan oleh bapak/ibu/saudara/i, yang berisi


pertanyaan mengenai data anak dan pertanyaan pertanyaan yang
berkaitan dengan faktor risiko kesehatan lingkungan kejadian diare
pada sampel di wilayah kerja Puskesmas Korbafo.
Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak berdampak negatif
atau merugikan pasien. Peneliti juga menjaga hak hak anak sebagai
responden

dari

kerahasiaan

selama

penelitian

berlangsung,

menghargai keinginan responden untuk tidak meneruskan dalam


penelitian, kapan saja saat penelitian berlangsung. Hasil penelitian ini
kelak akan memberikan konstribusi postif terhadap upaya peningkatan
Pelayanan Kesehatan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Korbafo
Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao.
Demikian surat permohonan ini peneliti buat, atas kesediaan
dan kerjasama bapak/Ibu/Saudara/i, peneliti mengucapkan terima
kasih.

77

Rote,

2014
Peneliti

Marchindy P.A.Haning

Lampiran 4.
LEMBAR PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama

: _______________________________________________

Umur

: _______________________________________________

Alamat Lengkap

: _______________________________________________
_______________________________________________

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh peneliti


tentang penelitian yang berjudul Analisis Faktor Risiko Kesehatan
Lingkungan Terhadap Kejadian Diare di Puskesmas Korbafo,
Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao dengan ini saya
menyatakan bersedia secara sukarela untuk menjadi sampel dalam
penelitian tersebut.

78

Saya tahu bahwa keikutsertaan saya ini bersifat sukarela tanpa


paksaan, sehingga saya bisa menolak ikut atau mengundurkan diri dari
penelitian ini tanpa kehilangan hak saya untuk mendapat pelayanan
kesehatan. Juga saya berhak bertanya atau meminta penjelasan pada
peneliti bila masih ada hal yang ingin saya ketahui tentang penelitian
ini.
Saya percaya bahwa keamanan dan kerahasiaan data penelitian
ini akan terjamin dan saya dengan ini menyetujui semua data yang
dihasilkan pada penelitian ini untuk disajikan dalam bentuk lisan
maupun tulisan. Oleh karena itu, dengan menandatangani surat ini
saya menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Rote, ..............................201
4

Mengetahui

Responden Penelitian

Peneliti

Lampiran 5.
Kuisioner Penelitian
Analisis Faktor Risiko Kesehtan Lingkungan terhadap Kejadian
Diare di Puskesmas Korbafo Kecamatan Pantai Baru Kabupaten
Rote Ndao

A. Petunjuk Pengumpulan Data


1. Memberi salam sebelum masuk ke tempat tinggal responden.
2. Memperkenalkan diri dan memberitahukan maksud dan tujuan penelitian
ini kepada responden.
3. Meminta kesediaan responden menjadi sampel dalam penelitian ini.
4. Melakukan wawancara sesuai dengan kuesioner.
5. Apabila saat wawancara terdapat jawaban tambahan dari sampel agar
dicatat.
6. Setelah wawancara selesai, ucapkan terima kasih kepada responden.

79

Tanggal Wawancara

Pewawancara

Nomor Responden :
Alamat Responden :
Kaegori Responden :

1) Kasus
2) Kontrol
B. Data Responden
1. Nama Responden
2. Alamat Responden
3. Jenis Kelamin
4.
5.
6.
7.

5.

:
:
:

1) Laki-laki
2) Perempuan
Umur
: ...........tahun
Orang tua / wali
:
Ayah : ...........
Ibu
: ...........
Umur
: ...........tahun
Pekerjaan
:
1) PNS/ Pensiunan/ ABRI
2) Wiraswata
3) Karyawan Swasta
4) Petani
5) Ibu Rumah TanggA
6) Buruh
7) Pelajar
Pendidikan Terakhir :
1) Tidak Tamat SD
2) Tamat SD
3) Tamat SLTP
4) Tamat SLTA
5) Sarjana
6) Lain-lain

80

C. Kejadian Diare
1. Apakah anda pernah terkena diare dalam enam bulan terakhir?
1) Ya
2) Tidak
2. Apakah anda dalam satu hari buang air besar lebih dari 3 kali?
1) Ya
2) Tidak
3. Apakah tinja anda cair (lembek) dengan atau tanpa lendir dan darah?
1) Ya
2) Tidak
D. Kesehatan Lingkungan pada Penyediaan Air bersih
4. Apakah anda memiliki sarana air bersih?
1) Ya
2) Tidak
5. Jika Ya, apakah air bersih yang anda gunakan milik pribadi?
1) Ya
2) Tidak
6. Apakah jenis Sumber air yang anda gunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari ?
1) PDAM
2) Air Mineral
3) Sumur
4) Air hujan atau PAH
5) Air Sungai
7. Apakah air bersih yang anda gunakan berbau?
1) Ya
2) Tidak
8. Apakah air bersih yang anda gunakan berasa?
1) Ya
2) Tidak
9. Apakah air bersih yang anda gunakan berwarna?
1) Ya
2) Tidak
10. Apakah air yang anda gunakan keruh?
1) Ya
2) Tidak
E. Kesehatan Lingkungan pada Kepemilikan Jamban
11. Apakah anda memiliki jamban keluarga?
1) Ya
2) Tidak
12. Apakah semua penghuni rumah termasuk balita buang air besar di jamban
keluarga?

81

1) Ya
2) Tidak
Jika Tidak, di manakah anda buang air besar .............................

13. Apakah jenis jamban yang anda gunakan sudah menggunakan lubang leher
angsa?
1) Ya
2) Tidak
14. Apakah jamban anda selalu tertutup?
1) Ya
2) Tidak
15. Apakah anda membersihkan jamban?
1) Ya
2) Tidak
Jika Ya, berapa kali sehari ......................................

F. Keshatan Lingkungan pada Jenis Lantai Rumah


16. Apakah jenis lantai yang anda gunakan kedap air (semen, ubin, keramik)?
1) Ya
2) Tidak
17. Apakah lantai rumah anda dibersihkan setiap hari?
1) Ya
2) Tidak
Jika Ya, berapa kali sehari ....................................

G. Kesehatan Lingkungan pada Kepemilikan Sarana Pembuangan Air


Limbah
18. Apakah anda memiliki sarana pengolahan air limbah ?
1) Ya
2) Tidak

82

19. Apakah air limbah anda berwarna suram atau berwarna bekas air cucian
beras atau sayuran ?
1) Ya
2) Tidak
20. Apakah air limbah anak banyak mengadung sisa-sisa kertas atau tinja?
1) Ya
2) Tidak
21. Apakah hasil air limbah dialirkan ke tempat penampungan air limbah?
1) Ya
2) Tidak
22. Apakah saluran pembuangan air limbah tertutup?
1) Ya
2) Tidak

Lampiran 6.

HASIL ANALISIS

Case Processing Summary


Cases
Valid

Missing

Total

83

N
Penyediaan Air Bersih *
Kejadian Diare
Kepemilikan Jamban *
Kejadian Diare
Jenis Lantai * Kejadian Diare
Sarana Pembuangan Air
Limbah * Kejadian Diare

Percent

Percent

Percent

88

100.0%

0.0%

88

100.0%

88

100.0%

0.0%

88

100.0%

88

100.0%

0.0%

88

100.0%

88

100.0%

0.0%

88

100.0%

Penyediaan Air Bersih * Kejadian Diare


Crosstab
Kejadian Diare
Diare
Count
Tidak Memenuhi Syarat

Expected Count
% within Kejadian Diare

Tidak Diare
25

17.0

17.0

56.8%

20.5%

19

35

27.0

27.0

43.2%

79.5%

44

44

44.0

44.0

100.0%

100.0%

Penyediaan Air Bersih


Count
Memenuhi Syarat

Expected Count
% within Kejadian Diare
Count

Total

Expected Count
% within Kejadian Diare
Crosstab

Total

84

Count
Tidak Memenuhi Syarat

34

Expected Count

34.0

% within Kejadian Diare

38.6%

Penyediaan Air Bersih


Count
Memenuhi Syarat

54

Expected Count

54.0

% within Kejadian Diare


Total

61.4%

Count

88

Expected Count

88.0

% within Kejadian Diare

100.0%

Chi-Square Tests
Value

Df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

Pearson Chi-Square

12.270a

.000

Continuity Correctionb

10.784

.001

Likelihood Ratio

12.648

.000

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

.001
12.131

.000

88

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value

95% Confidence Interval

.000

85

Lower

Upper

Odds Ratio for Penyediaan


Air Bersih (Tidak Memenuhi

5.117

1.989

13.161

2.090

1.381

3.163

.408

.226

.739

Syarat / Memenuhi Syarat)


For cohort Kejadian Diare =
Diare
For cohort Kejadian Diare =
Tidak Diare
N of Valid Cases

88

Kepemilikan Jamban * Kejadian Diare


Crosstab
Kejadian Diare
Diare
Count
Tidak Memiliki

Expected Count
% within Kejadian Diare

Total

Tidak Diare
22

17

39

19.5

19.5

39.0

50.0%

38.6%

44.3%

22

27

49

24.5

24.5

49.0

50.0%

61.4%

55.7%

44

44

88

44.0

44.0

88.0

100.0%

100.0%

100.0%

Kepemilikan Jamban
Count
Memiliki

Expected Count
% within Kejadian Diare
Count

Total

Expected Count
% within Kejadian Diare
Chi-Square Tests

86

Value

Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

1.151a

.283

.737

.391

1.154

.283

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association

.391
1.138

N of Valid Cases

.195

.286

88

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value

95% Confidence Interval


Lower

Upper

Odds Ratio for Kepemilikan


Jamban (Tidak Memiliki /

1.588

.681

3.705

1.256

.830

1.903

.791

.511

1.225

Memiliki)
For cohort Kejadian Diare =
Diare
For cohort Kejadian Diare =
Tidak Diare
N of Valid Cases

88

Jenis Lantai * Kejadian Diare


Crosstab

87

Kejadian Diare
Diare
Count
Tidak Kedap Air

Tidak Diare
6

15

7.5

7.5

15.0

13.6%

20.5%

17.0%

38

35

73

36.5

36.5

73.0

86.4%

79.5%

83.0%

44

44

88

44.0

44.0

88.0

100.0%

100.0%

100.0%

Expected Count
% within Kejadian Diare

Total

Jenis Lantai
Count
Kedap Air

Expected Count
% within Kejadian Diare
Count

Total

Expected Count
% within Kejadian Diare
Chi-Square Tests
Value

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

Pearson Chi-Square

.723a

.395

Continuity Correctionb

.321

.571

Likelihood Ratio

.727

.394

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

.572
.715

.398

88

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.
b. Computed only for a 2x2 table

.286

88

Risk Estimate
Value

95% Confidence Interval


Lower

Odds Ratio for Jenis Lantai


(Tidak Kedap Air / Kedap Air)
For cohort Kejadian Diare =
Diare
For cohort Kejadian Diare =
Tidak Diare

Upper

.614

.198

1.902

.768

.398

1.483

1.251

.776

2.017

N of Valid Cases

88

Kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah * Kejadian Diare


Crosstab
Kejadian Diare
Diare
Count
Tidak Memilki

Expected Count
% within Kejadian Diare

Kepemilikan Sarana
Pembuangan Air Limbah

Count
Memiliki

Expected Count
% within Kejadian Diare

Total

Count
Expected Count

Tidak Diare
39

38

38.5

38.5

88.6%

86.4%

5.5

5.5

11.4%

13.6%

44

44

44.0

44.0

89

% within Kejadian Diare

100.0%

100.0%

Crosstab
Total

Count
Tidak Memilki

77

Expected Count

77.0

% within Kejadian Diare

Kepemilikan Sarana Pembuangan


Air Limbah

87.5%

Count
Memiliki

11

Expected Count

11.0

% within Kejadian Diare

12.5%

Count
Total

88

Expected Count

88.0

% within Kejadian Diare

100.0%

Chi-Square Tests
Value

Df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

Pearson Chi-Square

.104a

.747

Continuity Correctionb

.000

1.000

Likelihood Ratio

.104

.747

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

1.000
.103

.749

88

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.

.500

90

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate
Value

95% Confidence Interval


Lower

Upper

Odds Ratio for Kepemilikan


Sarana Pembuangan Air
Limbah (Tidak Memilki /

1.232

.347

4.377

1.114

.562

2.208

.905

.504

1.624

Memiliki)
For cohort Kejadian Diare =
Diare
For cohort Kejadian Diare =
Tidak Diare
N of Valid Cases

88

Lampiran 7.

UJI VALIDITAS
Correlations
P7
Pearson Correlation
P1

Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation

P2

Sig. (2-tailed)
N

P3

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)

P8

P9

P10

P11

P12

-.103

-.059**

.122**

.178

-.116

.011

.630

.783

.569

.406

.588

.961

24

24

24

24

24

24

-.103**

-.059

.122**

.178

-.116

.011

.630

.783

.569

.406

.588

.961

24

24

24

24

24

24

-.103**

-.059**

.122

.178

-.116

.011

.630

.783

.569

.406

.588

.961

91

24

24

24

24

24

24

-.122

.296

.329

.296

-.194

-.263

.569

.160

.116

.160

.364

.214

24

24

24

24

24

24

-.130

.204

-.130

-.204

-.267

-.145

.546

.339

.546

.339

.207

.499

24

24

24

24

24

24

-.348

-.178

-.574

-.415

.116

.495

.096

.406

.003

.044

.588

.014

24

24

24

24

24

24

.476

-.008

.053

-.035

-.122

.019

.969

.806

.872

.569

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.476

-.159

-.111

-.364

-.415

Sig. (2-tailed)

.019

.459

.605

.081

.044

Pearson Correlation
P4

Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation

P5

Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation

P6

Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation

P7

Sig. (2-tailed)
N

P8

24

24

24

24

24

24

-.008

-.159

.900

-.035

-.348**

.969

.459

.000

.872

.096

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.053

-.111

.900

.218

-.178*

Sig. (2-tailed)

.806

.605

.000

.306

.406

24

24

24

24

24

24

-.035

-.364

-.035

.218

.116

.872

.081

.872

.306

Pearson Correlation
P9

Sig. (2-tailed)
N

P10

N
P11

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)

.588

92

N
Pearson Correlation
P12

Sig. (2-tailed)

24

24

24

24

24

24

-.122

-.415

-.348

-.178

.116

1*

.569

.044

.096

.406

.588

24

24

24

24

24

24

Correlations
P13

P1

.103

.011

-.185

Sig. (2-tailed)

.630

.569

.783

.630

.961

.386

24

24

24

24

24

24

.103**

.122

.059**

.103

.011

-.185

.630

.569

.783

.630

.961

.386

24

24

24

24

24

24

.103**

.122**

.059

.103

.011

-.185

.630

.569

.783

.630

.961

.386

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.122

-.122

-.059

.122

-.263

-.026

Sig. (2-tailed)

.569

.569

.783

.569

.214

.902

24

24

24

24

24

24

-.065

.259

-.204

-.259

-.145

.183

.763

.221

.339

.221

.499

.393

24

24

24

24

24

24

-.103

-.122

-.296

-.329

-.011

-.450

Sig. (2-tailed)

Sig. (2-tailed)
N

N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
P6

P18

.059**

Pearson Correlation

P5

P17

.122**

P4

P16

.103

Pearson Correlation

P3

P15

Pearson Correlation

P2

P14

Pearson Correlation

93

Sig. (2-tailed)

.630

.569

.160

.116

.961

.027

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.008

-.008

.159

.210

.103

.260

Sig. (2-tailed)

.969

.969

.459

.324

.630

.219

24

24

24

24

24

24

-.053

.053

.111

.370

.059

.149

.806

.806

.605

.075

.783

.487

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.008

-.210

.159

.008

-.348

.071**

Sig. (2-tailed)

.969

.324

.459

.969

.096

.742

24

24

24

24

24

24

-.053

-.159

.111

-.053

-.415

.149*

.806

.459

.605

.806

.044

.487

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.035

-.035

-.218

-.243

-.194

.033

Sig. (2-tailed)

.872

.872

.306

.253

.364

.880

24

24

24

24

24

24

-.329

.103

-.059

-.103

-.263

-.026*

.116

.630

.783

.630

.214

.902

24

24

24

24

24

24

P7

N
Pearson Correlation
P8

Sig. (2-tailed)
N

P9

N
Pearson Correlation
P10

Sig. (2-tailed)
N

P11

N
Pearson Correlation
P12

Sig. (2-tailed)
N

Correlations
P19

P20

P21

P22

TOTAL

94

P1

Pearson Correlation

.296

.046**

-.145**

.046

.681

Sig. (2-tailed)

.160

.831

.499

.831

.000

24

24

24

24

24

.296**

.046

-.145**

.046

.681

.160

.831

.499

.831

.000

24

24

24

24

24

.296**

.046**

-.145

.046

.681

.160

.831

.499

.831

.000

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.178

.229

-.073

-.046

.340

Sig. (2-tailed)

.406

.281

.736

.831

.104

24

24

24

24

24

.000

.316

.313

-.158

.223

1.000

.132

.137

.461

.295

24

24

24

24

24

-.059

.229

-.290

-.046

-.191

.783

.281

.169

.831

.372

24

24

24

24

24

-.053

-.041

.130

-.041

.231

.806

.849

.546

.849

.277

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.111

.258

.204

.000

.345

Sig. (2-tailed)

.605

.223

.339

1.000

.099

24

24

24

24

24

N
Pearson Correlation
P2

Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation

P3

Sig. (2-tailed)
N

P4

N
Pearson Correlation
P5

Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation

P6

Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation

P7

Sig. (2-tailed)
N

P8

95

P9

Pearson Correlation

.370

-.041

-.065

-.041

.231

Sig. (2-tailed)

.075

.849

.763

.849

.277

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.333

.000

.000

.000

.345

Sig. (2-tailed)

.111

1.000

1.000

1.000

.099

24

24

24

24

24

-.218

-.169

.000

.169

-.151

.306

.430

1.000

.430

.483

24

24

24

24

24

-.059

.229

-.073

-.046

-.109

.783

.281

.736

.831

.612

24

24

24

24

24

P10

N
Pearson Correlation
P11

Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation

P12

Sig. (2-tailed)
N

Correlations
P1

P13

P4

P5

P6

.103

.103**

.103**

.122

-.065

-.103

Sig. (2-tailed)

.630

.630

.630

.569

.763

.630

24

24

24

24

24

24

.122**

.122

.122**

-.122

.259

-.122

.569

.569

.569

.569

.221

.569

24

24

24

24

24

24

.059**

.059**

.059

-.059

-.204

-.296

.783

.783

.783

.783

.339

.160

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P15

P3

Pearson Correlation

P14

P2

Sig. (2-tailed)
N

96

P16

Pearson Correlation

.103

.103

.103

.122

-.259

-.329

Sig. (2-tailed)

.630

.630

.630

.569

.221

.116

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.011

.011

.011

-.263

-.145

-.011

Sig. (2-tailed)

.961

.961

.961

.214

.499

.961

24

24

24

24

24

24

-.185

-.185

-.185

-.026

.183

-.450

.386

.386

.386

.902

.393

.027

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.296

.296

.296

.178

.000

-.059

Sig. (2-tailed)

.160

.160

.160

.406

1.000

.783

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.046

.046

.046

.229

.316

.229

Sig. (2-tailed)

.831

.831

.831

.281

.132

.281

24

24

24

24

24

24

-.145

-.145

-.145

-.073

.313

-.290**

.499

.499

.499

.736

.137

.169

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.046

.046

.046

-.046

-.158

-.046*

Sig. (2-tailed)

.831

.831

.831

.831

.461

.831

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.681

.681

.681

.340

.223

-.191

Sig. (2-tailed)

.000

.000

.000

.104

.295

.372

24

24

24

24

24

24

P17

N
Pearson Correlation
P18

Sig. (2-tailed)
N

P19

P20

N
Pearson Correlation
P21

Sig. (2-tailed)
N

P22

TOTAL

97

Correlations
P7

P13

-.053

.035

-.329

Sig. (2-tailed)

.969

.806

.969

.806

.872

.116

24

24

24

24

24

24

-.008**

.053

-.210**

-.159

-.035

.103

.969

.806

.324

.459

.872

.630

24

24

24

24

24

24

.159**

.111**

.159

.111

-.218

-.059

.459

.605

.459

.605

.306

.783

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.210

.370

.008

-.053

-.243

-.103

Sig. (2-tailed)

.324

.075

.969

.806

.253

.630

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.103

.059

-.348

-.415

-.194

-.263

Sig. (2-tailed)

.630

.783

.096

.044

.364

.214

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.260

.149

.071

.149

.033

-.026

Sig. (2-tailed)

.219

.487

.742

.487

.880

.902

24

24

24

24

24

24

-.053

.111

.370

.333

-.218

-.059

.806

.605

.075

.111

.306

.783

24

24

24

24

24

24

-.041

.258

-.041

.000

-.169

.229

Sig. (2-tailed)

Sig. (2-tailed)
N

P18

N
Pearson Correlation
P19

Sig. (2-tailed)
N

P20

P12

.008**

Pearson Correlation

P17

P11

-.053**

P16

P10

.008

Pearson Correlation

P15

P9

Pearson Correlation

P14

P8

Pearson Correlation

98

Sig. (2-tailed)

.849

.223

.849

1.000

.430

.281

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.130

.204

-.065

.000

.000

-.073**

Sig. (2-tailed)

.546

.339

.763

1.000

1.000

.736

24

24

24

24

24

24

-.041

.000

-.041

.000

.169

-.046*

.849

1.000

.849

1.000

.430

.831

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.231

.345

.231

.345

-.151

-.109

Sig. (2-tailed)

.277

.099

.277

.099

.483

.612

24

24

24

24

24

24

P21

N
Pearson Correlation
P22

Sig. (2-tailed)
N

TOTAL

Correlations
P13
Pearson Correlation
P13

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
P15

Sig. (2-tailed)
N

P16

Pearson Correlation

P15

P16

P17

P18

.008**

-.159**

-.210

.348

-.071

.969

.459

.324

.096

.742

24

24

24

24

24

24

.008**

.159**

.210

-.122

.071

.459

.324

.569

.742

Sig. (2-tailed)
N

P14

P14

.969
24

24

24

24

24

24

-.159**

.159**

.476

.178

.248

.459

.459

.019

.406

.242

24

24

24

24

24

24

-.210

.210

.476

.122

-.071

99

Sig. (2-tailed)

.324

.324

.019

.569

.742

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.348

-.122

.178

.122

.185

Sig. (2-tailed)

.096

.569

.406

.569

24

24

24

24

24

24

-.071

.071

.248

-.071

.185

.742

.742

.242

.742

.386

24

24

24

24

24

24

-.159

-.265

.333

.265

-.059

.050

.459

.211

.111

.211

.783

.818

24

24

24

24

24

24

-.451

-.041

-.258

.041

-.596

-.115

.027

.849

.223

.849

.002

.591

24

24

24

24

24

24

-.130

.130

.204

-.130

.145

.913**

.546

.546

.339

.546

.499

.000

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.041

.205

.000

.041

.229

.115*

Sig. (2-tailed)

.849

.337

1.000

.849

.281

.591

24

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.024

.268

.383

.316

.014

.411

Sig. (2-tailed)

.910

.206

.065

.132

.950

.046

24

24

24

24

24

24

P17

N
Pearson Correlation
P18

Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation

P19

Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation

P20

Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation

P21

Sig. (2-tailed)
N

P22

TOTAL

.386

100

Correlations
P19

.041

.024

.459

.027

.546

.849

.910

24

24

24

24

24

-.265**

-.041

.130**

.205

.268

.211

.849

.546

.337

.206

24

24

24

24

24

.333**

-.258**

.204

.000

.383

.111

.223

.339

1.000

.065

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.265

.041

-.130

.041

.316

Sig. (2-tailed)

.211

.849

.546

.849

.132

24

24

24

24

24

-.059

-.596

.145

.229

.014

.783

.002

.499

.281

.950

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.050

-.115

.913

.115

.411

Sig. (2-tailed)

.818

.591

.000

.591

.046

24

24

24

24

24

.000

.000

-.258

.422

1.000

1.000

.223

.040

24

24

24

24

24

.000

-.079

-.200

.059

Sig. (2-tailed)

Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

P16

N
Pearson Correlation
P17

Sig. (2-tailed)
N

P18

N
Pearson Correlation
P19

Sig. (2-tailed)
N

P20

TOTAL

-.130**

Pearson Correlation

P15

P22

-.451**

P14

P21

-.159

Pearson Correlation
P13

P20

Pearson Correlation

101

Sig. (2-tailed)

1.000

24

24

24

.000

-.079

.158

.375

1.000

.713

.461

.071

24

24

24

24

24

-.258

-.200

.158

.193

.223

.349

.461

24

24

24

24

24

Pearson Correlation

.422

.059

.375

.193

Sig. (2-tailed)

.040

.783

.071

.366

24

24

24

24

Sig. (2-tailed)

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

TOTAL

.783

24

P22

.349

24

Pearson Correlation
P21

.713

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 8.
Data Mentah
Nama

Diare

PAB

Jamba
n

Lantai

SPAL

AH

.366

24

102

AM

GT

AB

MB

TSL

AL

MP

VB

AB

AF

YL

DKM

TP

FDT

FZ

AL

FF

RF

MH

DT

PH

RN

ML

ST

DN

IB

103

JMSR

PL

FO

VL

TN

AB

MB

SAA

DU

FAU

LB

DJM

JMT

AE

ME

RL

AD

EZ

AM

SK

GB

DL

IM

AP

BM

RN

EN

104

YL

RL

AF

PU

LB

SL

YN

LL

YS

BF

TF

JE

DT

MD

VP

JF

NB

MU

JE

AB

MB

TF

SB

SK

NL

RN

AK

105

RB

AA

AB

JP

NK

EB

106

Lampiran 9.

Kasus

Kontrol
Faktor Risiko Penyediaan Air Bersih

107

Kasus

Kontrol
Faktor Risiko Kepemilikan Jamban

Kasus

Kontrol
Faktor Risiko Jenis Lantai Rumah

108

Kasus
Kontrol
Faktor Risiko Kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

120

121

122

Anda mungkin juga menyukai